“ANATOMI KURIKULUM”
DISUSUN OLEH :
ERMAWATI (A1C118002)
UNIVERSITAS JAMBI
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
"Anatomi Kurikulum"
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.......................................................................................... 1
Rumusan Masalah.................................................................................... 2
Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.2.1 Tujuan………….………….……………………...........................4
Kesimpulan................................................................................................... 25
Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................26
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Dapat memahami pengertian anatomi kurikulum
2. Dapat memahami tentang anatomi atau komponen-komponen kurikulum.
3. Dapat memahami tentang desain kurikulum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Anatomi berasal dari bahasa Yunani anatomia, dari anatemnein, yang berarti
memotong atau kemudian akan lebih tepat dalam pokokbahasan ini kita sebut atau
kita artikan dengan menggunakan arti struktur atau susunan atau juga bagian atau
komponen.Menurut kamus besar bahasa Indonesia anatomi adalah ilmu yang
melukiskan letak dan hubungan bagian-bagian tubuh manusia, binatang atau
tumbuhan atau bisa juga diartikan uraian yang mendalam tentang sesuatu. Kurikulum
adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara
pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik
dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut.Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya
disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan.
Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan
tujuan yangdimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.Kurikulum
dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia yang memiliki anatomi
tertentu. Anatomi kurikulum dapat dirumuskan menjadi lima bagian, yaitu; Tujuan
yang akan dicapai, Materi yang akan disampaikan, Strategi mengajar, Media
Mengajar, dan Evaluasi. Kelima rumusan ini saling keterkaitan antara satu dengan
yang lainnya. Tujuan yang akan dicapai harus sesuai dengan proses yang akan
dilakukan, materi yang akan disampaikan juga tidak terlepas dari proses dan media
mengajar serta tujuan yang akan dicapai dalam suatu kurikulum. Dengan demikian
evaluasi akhir dari rumusan tersebut terdapat timbal balik yang relevan terhadap
pengembangan kurikulum selanjutnya.
3
2.2 Komponen-Komponen Kurikulum
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia yang
memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi
tubuh kurikulum yang utama adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau sistem
penyampaian dan media, serta evaluasi. Keemipat komponen tersebut berkaitan erat
satu sama lain Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian
ini meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan,
kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian
antarkomponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai denganm tujuan, proses sesual
dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuaidengan proses, isi dan tujuan
kurikulum.
2.2.1 Tujuan
Telah dikemukakan bahwa, dalam kurikulum atau pengajaran, tujuan memegang
peranan penting, akan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai
komponen-komponen kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan
dua hal. Pertama perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua,
didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai
filosofis,utama falsafah negara. Kita mengenal beberapa kategori tujuanpendidikan,
yaitu tujuan umum dan khusus, jarngka panjang, menengah, dan jangka pendek.
Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976 dikenal kategori
tujuan sebagai berikut. Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan jangka
panjang, tujuan ideal pendidikan bangsa Indonesia. Tujuan institusional, merupakan
säsaran pendidikan sesuatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler, adalah tujuan
yang ingin dicapai oleh sesuatu program studi. Tujuan instruksional yang merupakan
target yang harus dicapai oleh sesuatu mata pelajaran. Yang terakhir ini, masih dirinci
lagi menjadi tujua instruksional umum dan khusus atau disebut juga objektif, yang
merupakan tujuan pokok bahasan. Tujuan pendidikan nasional yang berjangka
panjang merupakan suatu tujuan pendidikan umum, sedangkan tujuan isntruksional
yang berjangka waktu cukup pendek merupakan tujuan yang bersifat khusus Tujuan-
4
tujuan khusus dijabarkan dari sasaran-sasaran pendidikan yang bersifat umum
vang biasanya abstrak dan luas, menjadi sasaran-sasaran khusus yang lebih konkret,
sempit, dan terbatas.
Dalam kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas, tujuan-tujuan khusus lebilh
diutamakan, karena lebih jelas dan mudah pencapaiannya. Dalam mempersiapkan
pelajaran, guru menjabarkan tujuan mengajarnya dalam bentuk tujuan-tujuan khusus
atau objectives yang yang bersifat operasional. Tujuan demikian akan
menggambarkan "what will the student be able to do as of the feaching that he was
unable to do before" (Rowntree, 1974: 5). Mengajar dalam kelas lebih menekankan
tujuan khusus, sebab hal itu akan dapat memberikan gambaran yang lebih konkret,
dan menekankan pada perilaku siswa, sedang perumusan tujuan umum lebih bersifat
abstrak, pencapaiannya memerlukan waktu yang lebih lama dan lebih sukar diukur.
Tujuan-tujuan mengajar dibedakan atas beberapa kategori, sesuai dengan perilaku
yang menjadi sasarannya, Gage dan Briggs mengemukakan lima kategori tujuan,
yaitu intellectual skills, cognitive strategies, verbal information, motor skills and
attitudes (1974, hlm. 23-24). Bloom mengemukakan tiga kategori tujuan mengajar
sesuai dengan domain-domain perilaku individu, yaitu domain kognitif, afektif, dan
psikomotor. Domain kognitif berkenaan dengan penguasaan kemampuan-
kemampuan intelektual atauberpikir. Domain afektif berkenaan dengan penguasaan
dan pengembangan perasaan, sikap, minat, dan nilai-nilai. Domain psikomotor
menyangkut penguasaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan motoric.
Tujuan-tujuan khusus mengajar juga memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-
beda. Bloom, (1975) membagi domain kognitif atas enam tingkatan dari yang paling
rendah, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Untuk domain afektif Krathwohl dan kawan-kawan (1974) membaginya atas lima
tingkatan yang juga berjenjang yaitu: menerima, merespons, menilai, mengorganisasi
nilai, dan karakterisasi nilai-nilai. Untuk domain psikomotor Anita Harrow (1971)
membaginya atas enam jenjang, yaitu: gerakan refleks, gerakan-gerakan dasar,
kecakapan mengamati, kecakapan jasmaniah, gerakan-gerakan keterampilan dan
komunikasi yang berkesinambungan.
5
Perumusan tujuan mengajar yang berbentuk tujuan khusus (objective)
memberikan beberapa keuntungan:
a) Tujuan khusus memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan
mengajar-belajar kepada siswa. Berdasarkan penelitian Mager dan Clark (1963)
siswa yang mengetahui tujuan-tujuan khusus suatu pokok bahasan, diberikan
referensi dan sumber yang memadai, dapat belajar sendiri dalam waktu
setengah dari waktu belajar dalam kelas
b) Tujuan khusus, membantu memudahkan guru-guru memilih dan menyusun
bahan ajar.
c) Tujuan khusus memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
mengajar.
d) Tujuan khusus memudahkan guru mengadakan penilaian. Dengan tujuan
khusus guru lebih mudah menentukan bentuk tes, lebih mudahmerumuskan
butir tes dan lebih mudah menentukan kriteria pencapaiannya.
6
a) Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh siswa, dengan: 1)
menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan tingkahlaku yang dapat
diamati, 2) menunjukkan stimulus yang membang-kitkan tingkah laku siswa, 3)
memberikan pengkhususan tentangsumber-sumber yang dapat digunakan siswa
dan orang-orang yangdapat diajak bekerjasama.
b) Menunjukkan mutu tingkah laku yang diharapkan dilakukan olehSiswa, dalam
bentuk: 1) ketepatan atau ketelitian respons, 2) kecepatan,panjangnya dan
frekeunsi respons.
c) Menggambarkan kondisi atau lingkungan yang menunjang tingkahlaku siswa,
berupa: 1) kondisi atau lingkungan fisik, 2) kondisi ataulingkungan psikologis.
7
1) Sekuens kronologis. Untuk menyusun bahan ajar yang mengandungurutan waktu,
dapat digunakan sekuens kronologis. Peristiwaperistiwa sejarah, perkembangan
historis suatu institusi, penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun
berdasarkan sekuens
2) Skuens kausal, masih berhubungan erat dengan sekuens kronologis adalah
sekuens kausal. Siswa dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang
menjadi sebab atau pendahulu dari suatu peristiwa atau situasi lain. Dengan
mempelajari sesuatu yang menjadi sebab atau pendahulu para siswa kan
menemukan akibatnya.
3) Sekuens structural. Bagian-bagian bahan ajar suatu bidang studi telah mempunyai
struktur tertentu.penyusunan sekuens bahan ajar bidanag studi tersebut perlu
disesuaikan dengan strukturnya.
4) Sekuens logis dan psikologis. Bahan ajar juga dapat disusun berdasarkan urutan
logis. Rowntree (1974:77) melihat perbedaan antara sekuens logis dengan
psikologis. Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian menuju pada
keseluruhan, dari yang sederhana kepda yang kompleks,tetapi menurut sekuens
psikolis sebaliknya dari keseluruhan kepda bagian, dari benda-benda kepada teori,
dari fungsi kepada struktur, dari masalah bagaimana kepada masalah mengapa.
5) Sekuens spiral, dikembangkan oleh Bruner (1960). Bahan ajar dpusatkan pada
topic atau pokok bahan tertentu. Dari topic atau pokok tersebut bahan diperluas
dan diperdalam. Topic atau pokok bahan ajar tersebut adalah sesuatu yang
popular dan sederhana, tetapi kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan
yang lenih kompleks.
6) Rangkaian kebelakang. Dikembangkan oleh Thomas gilbert (1962) daalam
sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur kebelakng.
Contoh, proses pemecahan masalah yang bersifat ilmiah, meliputi lima langkah,
ayitu: a) pembatan masalah b) penyusuna hipotesis c) pengumpulan data c)
pengetesan hipotesis d) interpretasi hasil tes.Dalam mengajarnya mulai dengan
langkah (e) kemudian guru menyajikan data tentang sesuatu masalah dari alngkah
(a) sampai (d), dan siswa diminta untuk membuat interpretasi hasilnya (e). pada
8
7) kesempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari langkah (a)
sampai (c) dan siswa diminta untuk melakukan pengetesan hipotesis (d) dan
seterusnya.
8) Sekuens berdasarkan hierarki belajar. Model ini dikembangkan oleh gagne (1995)
dengan prosedur sebagai berikut: tujuan-tujuan utama pembelajaran dianalisis,
kemudian dicari suatu hierarki urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut. Hierarki tersebutmenggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula
harus dikuasaisiswa, berturut-turut sampai dengan perilaku terakhir. Untuk
bidangstudi tertentu dan pokok-pokok bahasan tertentu hierarki juga
dapatmengikuti hierarki tipe-tipe belajar dari Gagne. Gagne mengemukakan8 tipe
belajar yang tersusun secara hierarkis mulai dari yang palingsederhana: signal
learning, stimulus-respons learning, motor-chain learning. verbal association,
multiple discrimination, concept learning, principle learning, dan problem-solving
learning. (Gagne, 1970: 63-64).
9
bentuk akhir atau bentuk jadi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Siswa
tidak dituntut untuk mengolah,
9
atau melakukan aktivitas lain kecuali henguasainya. Dalam discovery
learning bahan ajar tidak disajikan dalam Dentuk akhir, siswa dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan
serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut
siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang
bermanfaat bagi dirinya.
b) Rote learning-Meaningful Learning
Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa
tanpamemperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menguasai bahan
ajar dengan menghafalkannya. Dalam meaningful learning
penyampaianBahan mengutamakan maknanya bagi siswa. Menurut ausubel
and robinson (1970:52-53) sesuatu bahan ajar bermakna bila dihubungkan
struktur kogmitif yang ada pda siswa. Struktur kognitif terdiri atas fakta-fakta,
data, konsep, proposisi, dalil, hokum dan teori-teori yang telah dikuasai siswa
sebelumnya, yang tersusun membentuk suatu struktur dalam pikiran anak.
Lebih lanjut ausubel and robinson menekankan bahwa reception-discovery
learning dan rote meaningful meaning dapat dikombinasikan satu sama lain
sehingga membentuk 4 kombinasi strategi. Belajar-mengajar, yaitu: a)
meaningful reception learning, b) rote-reception learning, c) meaningful
discovery learning, dan d) rote-discovery learning.
c) Group learning-individual learning
Pelaksanaan discovery learning menuntutnaktivitas belajar yang bersifat
individual atau kelompok-kelompok kecil. Discovery learning dalam bentuk
kelas pelaksaannya agak sukar dan mempunyai beberapa masalah pertama,
karena kemampuan dan kecepatan belajar siswa tidak sama, maka kegiatan
discovery hanya akan dilakukan oleh siswa-siswa yang pandai dan cepat,
siswa-siswa yang kurang dan lambat, akan mengikuti saja kegiatan dana
menerima temuan-temuan anak-anak cepat dipihak anak –anak lambat akan
menderita kurang motif belajar, acuh tak acuh, adan kemungkinan menjadi
10
pengganggu kelas. Masalah lain adalah kemungkinan untuk bekerja sama.
Dalam kelas besar tidak mungkin semua anak dapat bekerja sama. Kerja sama
hanya akan dilakukan oleh anak-anak yang aktif, yang lain
10
mungkin hanya akan menanti atau menonton. Dengan demikian akan
terjadi perbedaan yang semakin jauh anak-anak pndai dengan yang kurang.
11
penyajiannya dapat bervariasi dari bentuk yang paling sederhana sampai
sketsa dan bagan.
4. Simbol Tertulis
Media penyajian informasi yang paling umum tetapi tidak efektif. Ada
beberapa macam bentuk media simbol seperti buku teks, buku paket, modul
dan majalah. Media ini biasanya dilengkapi dengan media pictorial, seperti
gambar-gambar, bagan, grafik, dan sebagainya.
5. Rekaman suara
Berbagai bentuk informasi dapat disajikan kepada anak dalam bentuk
rekaman suara, sehingga mempermudah guru dalam menyampaikan materi
belajar.
Edgar Dale dalam buku Nana Syaodih (1988 : 119) mengemukakan ada 12 media
mengajar atau audio visual aid, yang disebutnya Cone Of Experience atau Kerucut
Pengalaman, yaitu :
1) Verbal symbol
Pengalaman yang diperoleh memalui penuturan dengan kata kata
2) Visual symbol
Pengalaman yang diperoleh melalui symbol yang dapat dilihat seperti grafik,
bagan atau diagram.
3) Signs, stick figures
Media ini hampir sama dengan media grafis sketsa namun bentuknya hanya
berupa gambar garis-garis, namun ciri ciri detail dapat dipahami oleh siswa. Guru
dapat menggambar langsung dipapan tulis.
4) Radio and recordings
Pengalaman yang diperoleh melalui siaran radio atau rekaman suara (audio
recording)
5) Still pictures
Pengalaman yang diperoleh melalui gambar mati, slide, atau fotografi
6) Educational television
Pengalam yang diperoleh melalui televise pendidikan
12
7) Exhibits
12
Pengalaman yang diperoleh melalui pameran
8) Study trips
Jika kita berkarya wisata, biasanya kita melihat kegiatan apa yang sedang
dilakukan orang lain. Dalam karya wisata ini pembelajar mengamati secara
langsung dan mencatat apa saja kegiatan mereka. Pembelajar lebih mengandalkan
pengalaman meraka dan pembelajar tidak perlu memberikan banyak komentar,
biarkan mereka berkembang sendiri.
9) Demonstrations
Demonstrasi disini merupakan gambaran dari suatu penjelasan yang merupakan
sebuah fakta atau proses. Sesorang demonstator menunjukkan bagaimana sesuatu
itu bisa terjadi. Misalnya seperti seorang guru kimia yang mendemonstrasikan
bagaimana hidrogen bisa terpisah dari oksigen dengan menggunakan elektrolisis.
Atau seorang guru matematika yang mendemonstrasikan bagiamna menghitung
dengan menggunakan sempoa.
10) Dramatized Experience
Kita tidak mungkin mengalami langsung pengalaman yang sudah lalu, contohnya
seperti pelajaran sejarah. Sejarah yang kita pelajari bisa kita jadikan drama untuk
pembelajaran. Maka dari itu drama berperan dalam hal ini karena drama si
pembelajar dapat menjadi semakin merasakan langsung materi yang dipelajarkan.
Jika kita bisa membagi dua bagian ini, maka bagian akan terbagi menjadi
partisipasi dan observasi. Pastisipasi merupakan bentuk aktif secara langsung
dalam suatu drama, sedangkan observasi merupakan pengamatan seperti
menonton atau mengamati drama tersebut.
11) Contrived experiences
Dalam tahap ini si pembelajar tidak hanya belaja dengan memegang, mencium,
atau merasakan tetapi sudah mulai aktif dalam berpikir. Contohnya seperti
seorang pembelajar yang diinstruksikan membuat bangunan atau gedung. Disini
pembelajar tidak membuat gedung dalam artian suatu model atau maniatur dari
gedung yang sebenarnya.
12) Direct puposeful
13
Dasar dari pengalaman kerucut dale ini adalah merupakan peggambaran reaalitas
secara langsung sebagai pengalaman yang kita temui pertama kalinya. Dalam
tahap ini pembelajaran dilakukan dengan cara memegang, merasakan atau
mencium secara langsung materi pelajaran. Misalnya seperti anak TK yang masih
kecil dalam melakukan praktik menyiram bunga. Disini anak belajar dengan
memegang secara langsung lalu menyiram air ke bunga tersebut.
14
komponen tujuan mengajar, bahan pengajaran, strategi dan media pengajaran,
serta komponen evaluasi mengajar itu sendiri.
14
Untuk mengevaluasi komponen-komponen dan proses pelaksanaan
mengajar bukan hanya digunakan tes tetapi juga digunakan bentuk-bentuk
non tes seperti observasi, studi dokumenter, analisis hasil, angket. Evaluasi
dapat dilakukan oleh guru sendiri ataupun pihak-pihak lain yang berwenang
seperti kepala sekolah dan pengawas.
15
Model design curriculum ini mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan. Beberapa kelebihan dari model ini adalah:
1. Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan
2. Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau
bahan yang akan diajarkan sering dipandang sudah dapat menyampaikannya.
Beberapa kritik yang juga merupakan kekurangan model desain kurikulum ini
adalah :
1. Karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan
kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan itu merupakan suatu kesatuan,
2. Karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif.
3. Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu, dengan
demikian pengajaran lebih bersifat verbalitas dan kurang praktis.
Atas dasar tersebut, para pengkririk menyarankan perbaikan ke arah yang
lebih terintegrasi, praktis, dan bermakna serta memberikan peranyang lebih aktif
kepada siswa.
A. The Subject Design
The Subject Curiculum merupakan bentuk desain yang paling murni dari
subject centered design. Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah dalam
bentuk mata-mata pelajaran. Model desain ini telah ada sejak lama. Orang-orang
Yunani kemudian Romawi mengembangkan Trivium dan Quadrivium. Trivium
meliputi gramatika, logika, dan retorika, sedangkan Quadrivium meliputi matematiks,
geometri, astonomi, dan musik. Paada saat itu pendidikan tidak diarahkan pada
mencari nafkah, tapi pada pembentuakan pribadi dan status sosial (Liberal Art).
Pendidikan hanya di peruntukan bagi anak-anak golongan bangsawan yang tidak usah
bekerja mencari nafkah.
Pada abad 19 pendidikan tidak lagi diarahkan pada pendidikan umum (liberal
art) tetapi pada pendidikan yang lebih bersifat praktis, berkenaan dengan mata
pencaharian (pendidikan vokasional). Pada saat itu mulai berkembang mata-mata
pelajaran fisika, kimia, biologi, bahasa yang masih bersifat teoritis, juga
16
berkembang mata-mata pelajaran praktid seperti pertanian, ekonomi, tata
buku, kesejahteraan keluarga, keterampilan dan lain-lain. Isi pelajaran di ambil dari
pengetahuan, dan nilai-nilai yang telah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Para
siswa di tuntut untuk menguasai semua pengetahuan yang diberikan, apakah mereka
menyenangi atau tidak, membutuhkannya atau tidak. Karena pelajaran-pelajaran
diberikan secara terpisah-pisah, maka siswa menguasainya pun terpisah-pisah pula.
Tidak jarang siswa menguasai bahan hanya pada tahap hafalan, bahkan dikuasai secar
verbalitas.
Lebih rinci kelemahan-kelemahan bentuk kurikulum ini adalah :
1. Kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah, satu terlepas dari yang
lainnya.
2. Isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian-kejadian yang hangat,
yang sedang berlangsung saat sekarang.
3. Kurikulum ini kurang memperhatiakan minat, kebutuhan dan pengalaman peserta
didik.
4. Kurikulum lebih mengutamakan isi dan kurang memperhatiakan cara
penyampaian. Cara penyampaian utama adalah ekspositori yang menyebabkan
peran siswa pasif.
Meskipun ada kelemahan-kelemahan di atas, bentuk desain kurikulum ini
mempunyai beberapa kelebihan karena kelebihan-kelebihan tersebut bentuk
kurikulum ini lebih banyak dipakai.
1. Bentuk ini sudah di kenal sejak lama, baik oleh guru-guru maupun orang tua,
sehingga lebih mudah untuk dilaksanakan.
2. Bentuk ini sagat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan mewariskan warisan
budaya masa lalu.
B. The Disciplines Design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design keduanya masih
menekankan kepada isi materi kurikulum. Walaupun bertolak belakang dari hal yang
sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Pada subject design belum ada
kriteria yang tegas tentang apa yang disebut subject (ilmu). Belum ada perbedaan
17
antara matematika, psikologi dengan teknik atau cara mengemudi, semuanya
disebut subject. Pada disciplines design kriteria tersebut telah tegas, yang
membedakan apakah suatu pengetahuan itu ilmu atau subject dan bukan adalah
batang tubuh ke ilmuannya. Batang tubuh keilmuan menentukan apakah suatu bahan
pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan, Untuk menegaskan hal itu mereka
menggunakan istilah disiplin.
Isi kurikulum yang diberikan di sekolah adalah dsiplin-disiplin ilmu. Menurut
pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, batu pertama dari hal
itu adalah isi dari kurikulum. Para pengembang kurikulum dari aliran ini berpegang
teguh pada disiplin-disiplin ilmu seperti : fisika, biologi, psikologi, sosiologi dan
sebagainya.
Perbedaan lain adalah dalam tingkat penguasaan, disciplines design tidak
seperti subject design yang menekankan penguasaan fakta-fakta dan informasi tetapi
pada pemahaman (understing). Para peserta didik didorong untuk memahami logika
atau struktur dasar suatu disiplin, memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-
prinsip penting juga didorong untuk memahami cara mencari dan menemukannya
(modes of inquiry and discovery). Hanya dengan meguasai hal-hal itu, kata mereka,
peserta didik akan memahami masalah dan mampu melihat hubungan berbagai
fenomena baru.
Proses belajarnya tidak lagi menggunakan pendekatan ekspositori yang
menyebabkan peserta didik lebih banyak pasif, tetapi menggunakan pendekatan
inkuiri dan diskaveri. Disciplines design sudah menintegrasikan unsur-unsur
progersifisme dari Dewey. Bentuk ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan subject design. Pertama, kurikulum ini bukan hanya memiliki organisasi yang
sistematik dan efektif tetapi juga dapat memelihara integritas intelektual pengetahuan
manusia. Kedua, peserta didik tidak hanya menguasai serentetan fakta, prinsip hasil
hafalan tetapi menguasai konsep, hubungan dan proses-proses intelektual yang
berkembang pada siswa.
Meskipun telah menunjukan beberapa kelebihan bentuk, desain ini maasih
memiliki beberapa kelemahan. Pertama, belum dapat memberikan pengetahuan yang
18
berintegrasi. Kedua, belum mampu mengintegrasikan sekolah dengan
masyarakat atau kehidupan. Ketiga, belum bertolak dari minat dan kebutuhan atau
pengalaman peserta didik. Keempat, susunan kurikulum belum efisien baik untuk
kegiatan belajar maupun untuk penggunaannya. Kelima, meskipun sudah lebih luas
dibandingkan dengan subject design tetapi secara akademis dan intelektual masih
cukup sempit.
19
pengintegrasian bahan ajar terbatas sekali, tidak menggambarkan kenyataan,
tidak memberikan pengalaman yang sesungguhnya bagi siswa, dengan demikian
kurang membangkitkan minat belajar. Keempat, meskipun kadarnya lebih rendah di
bandingkan dengan subject design, tetapi model ini tetap menekankan proses
pencapaian tujuan yang sifatnya afektif dan kognitif tingkat tinggi.
20
Model desain berawal pada abad ke 18, atas hasil karya dari rousseau dan
Pestalozzi, yang berkembang pesat pada tahun 1920/1930an pada masa kejayaan
pendidikan progresif.
Beberapa ciri utama activity atau experience design:
1. Struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam
implementasinya guru hendaknya: a) Menemukan minat dan kebutuhan peserta
didik, b) Membantu para siswa memilih mana yang paling penting dan tidak.
2. Karena struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik,
maka kurikulum tidak dapat di susun dari sebelumnya, tetapi disusun bersama
oleh guru dengan para siswa. Demikian juga tujuan yang akan dicapai, sumber-
sumber belajar, kegiatan belajar dan prosedur evaluasi dirumuskan bersama
siswa.
3. Desain kurikulum menekankan prosedur pemecahan masalah, di dalam proses
menemukan minatnya peserta didik menghadapi hambatan atau kesulitan-
kesulitan tertentu yang harus diatasi. Kesulitan-kesulitan tersebut menunjukkan
problema nyata yang dihadapi peserta didik. Dalam menghadapi dan mengatasi
masalah-masalah tersebut, peserta didik melakukan proses belajar yang nyat,
sungguh-sungguh, bermakna, hidup dan relavan dengan kehidupannya. Berbeda
dengan subject design yang menekankan isi, activity design lebih mengutamakn
proses (keterampilan memecahkan masalah).
Beberapa kelebihan dari desain kurikulum ini yaitu :
1. Karena program pendidikan berasal dari peserta didik, maka tidak banyak
mengalami kesulitan dalam memotivasi belajar siswa.
2. Pengajaran memperhatikan individual, meskipun di bentuk kelompok sekalipun
karena mereka juga harus berperan aktif dalam kelompok.
3. Kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan
pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di luar sekolah.
Kritik ataupun kelemahan untuk kurikulum ini:
1. Penekanan pada minat dan kebutuhan peserta didik belum tentu cocok dan
memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan.
21
2. Kurikulum tidak mempunyai pola karena sumber pemikiran berasal dari peserta
didik.
3. Activity design curriculum sangat lemah dalam kontinuitas dan sekuens. Dasar
minat peserta didik tidak memberikan landasan yang kuat.
4. Kurikulum ini tidak dapat dilakukan oleh guru biasa karena membutuhkan ahli
general education plus ahli psikologi perkembangan dan human relation.
22
sekaligus menarik minat peserta didik dan mendekatkannya pada pemenuhan
kebutuhan hidupnya dalam masyarakat.
22
Desain ini mempunyai beberapa kebaikan dibandingkan bentuk desain
lain ,diantanya:
1. Karena kurikulum diorganisasikan di sekitar problema-problema peserta
didik dalam kehidupan social, maka kurikulum ini menggunakan prosedur
pemecahan masalah. Prinsip-prinsip belajar aktif dapat diterapkan dalam
model kurikulum ini.
2. Menyajikan bahan ajar yang relevan, untuk memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupan.
3. Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang professional, sebab diarahkan pada
pemecahan masalah peserta didik, secara langsng dipraktikan dalam
kehidupan.
4. Motivasi berasal dari peserta didik.
Beberapa kritikan ataupun kelemahan tentang desain kurikulum ini yaitu :
1. Lemahnya integritas dan kontinuitas kurikulum
2. Desain ini mengabaikan warisan budaya, padahal apa yang telah ditemukan
pada masa lalu penting untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah
masa kini.
3. Para peserta didik memandang masalah untuk sekarang dan masa depan tetapi
mengabaikan masa lalu.
4. Guru, buku dan media lain tidak banyak disiapkan untuk model desain
kurikulum ini sehingga mengalami kesulitan.
B. The Core Design
The core design timbul sebagai reaksi utama kepada separate subject design, yang
sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar , mereka memilih mata
mata pelajaran tertentu sebagai inti (core). Pelajaran lainnya dikembangkan kan
disekitar core tersebut. Menurut konsep ini inti-inti bahan ajar dipusatkan pada
kebutuhan individual dan sosial.
Pada beberapa kurikulum yang berlaku diindonesia, core curriculum disebut
kelompok mata kuliah atau pelajaran dasar umum dan diarahkan pada pengembangan
kemampuan-kemampuan pribadi dan social sehingga membentuk pribadi yang sehat,
23
baik, matang, dan warga masyarakat yang mampu membina kerja sama yang baik
pula. The core design curriculum diberikan guru guru yang memiliki penguasaan dan
berwawasan luas, bukan spesialis.
Ada beberapa variasi The core design curriculum, yaitu :
1. The separate subjects core. Salah satu usaha untuk mengatasi keterpisahan antar
mata pelajaran, bebarapa mata pelajaran yang dipandang mendasari atau menjadi
inti mata pelajaran lainnya dijadikan core.
2. The correlatedcore. Model desain ini mengintegrasikan beberapa mata pelajaran
yang erat hubungannya.
3. The fussed core, mengintegrasikan mata pelajaran yang lebih banyak. Contohnya
sejarah, geografi, antropologi, sosiologi, ekonomi dipadukan menjadi studi
kemasyarakatan.
4. The activity core, model desain yang dipusatkan pada minat peserta didik
5. The areas of living core, model desain kurikulum dengan bentuk pendidikan yang
berisi masalah dalam masyarakat.
6. The social problem core, berisi permasalahan yang kontroversional seperti
kemiskinan, kelaparan, inflasi, rasialisme, perang senjata nuklir dan sebagainya.
Permasalahan tersebut merupakan hal yang mendesak untuk dipecahkan.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang kami buat maka dapat disimpulkan bahwa
Makalah yang berjudul Anatomi dan Desain Kurikulum ini mendeskripsikan secara
terperinci tentang komponen yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain
kurikulum yang dapat digunankan untuk proses pembelajaran. Wacana tersebut
menyebutkan bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen, diantaranya
adalah tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari kurikulum tersebut,
strategi mengajar atau metode mengajar, media mengajar dan evaluasi pengajaran
serta penyempurnaan pengajaran. Komponen-komponen tersebut saling berhubungan
satu dengan yang lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting
sekali bagi kelangsungan kurikulum.
Desain kurikulum merupakan rencana pembelajran yang harus dilaksanakan
oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Desain kurikulum yang dapat
digunakan diantaranya adalah subject centered design, learned centered design,
problem centered design. Setiap design kurikukum memberikan teknik atau cara yang
efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan efisien. Tetapi
tidak setian design kurikulum dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
melakukan proses pembelajaran. Jadi setiap design kurikulum memiliki kelebihan
dan kekurangan dalam pelaksanannya.
3.2. Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat maupun menambah
wawasan bagi yang membacanya. Terlebih lagi dapat menjadi sumbangsih bagi
terciptanya suatu kurikulum pendidikan yang mana nantinya dapat bermanfaat bagi
dunia pendidikan.
25
DAFTAR PUSTAKA
26