Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

ANALISIS KOSMETIK (ZAT AKTIF DAN ADITIF)

Disusun oleh :

SGD 6

AMELIANINGRUM RAMADHINI 33101700005

BELLA SIRLY AMRIYA 33101700009

FAIZ ZAKIYA YAHYA 33101700018

GUSNUL SUTANTO 33101700024

NAUFAL NASHRULLAH 33101700037

NOVITASARI ADI SAPUTRI 33101700041

PUTRI NOVIA KARMITA D 33101700046

RINA DWI LESTARI 33101700050

TSANIYATUL FADHILAH 33101700066

ULINNUHA ASHOFA 33101700067

PRODI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2018/2019
PROPOSAL ANALISIS KOSMETIK (ZAT AKTIF DAN ADITIF)

I. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap kosmetik dengan metode yang
sesuai dan mengetahui zat aktif dan zat aditif yang terkandung dalam kosmetik.
II. BAHAN
a. Tinjauan Pustaka
Di zaman modern ini penggunaan kosmetik untuk menambah estetika semakin
meningkat. Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada
bagian luar badan (epidemis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar), gigi dan
rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan,
melindungi kulit supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi
tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Salah satu
produk kosmetika yang sering digunakan khususnya bagi para wanita yaitu lipstik.
(Mamoto, V. 2013)
Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan
sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah, tetapi
tidak boleh menyebabkan iritasi pada bibir. Warna lipstik dapat menambah daya
tarik, mengubah rupa dan menutupi kekurangan apabila digunakan secara tepat.
Salah satu zat utama dalam formulasi lipstik adalah zat warna. Tujuan penambahan
zat warna pada lipstik adalah memberikan warna yang cerah, dan segar pada bibir.
(Afriyeni, H. 2016)
Rhodamin B merupakan pewarna yang dipakai untuk industri cat, tekstil dan
kertas. Rodamin B merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal, tidak
berbau, berwarna merah keunguan, dalam bentuk larutan berwarna merah terang
berpendar (berfluoresensi). Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran
pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) serta
Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati.
Kromatografi adalah teknik pemisahan diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau
cair) dan fase gerak (cair atau gas). Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu
analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan
komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran Kromatografi Lapis
Tipis. Spektrofotometri UV/Vis Penyerapan sinar tampak atau ultraviolet oleh suatu
molekul yang dapat menyebabkan eksitasi electron dalam orbital molekul tersebut
dari tingkat energy dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi. (Mamoto, V. 2013)
b. Sifat Fisika Kimia
Rhodamin B merupakan pewarna yang dipakai untuk industri cat, tekstil dan
kertas. Rodamin B merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal, tidak
berbau, berwarna merah keunguan, dalam bentuk larutan berwarna merah terang
berpendar (berfluoresensi). (Mamoto, V. 2013)

III. MEKANISME INSTRUMEN


a. Spektrofotometer

Gambar 2. Spektrofotometer
- Kegunaan
1. Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak digunakan untuk
penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk
penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil.
2. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan
auksokrom dari suatu senyawa organik.
3. Memberikan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang
maksimum suatu senyawa.
4. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan
menggunakan Hukum Lambert-Beer. ( Triyati, Etty. 2015)

- Ciri khas instrumen


Susunan peralatan Spektrofotometer Ultra-violet dan Sinar Tampak meliputi
bagian-bagian sebagai berikut: sumber radiasi/cahaya, monokromator, sel
absorpsi, detektor dan pencatat.
1. Sumber cahaya digunakan untuk pengukuran absorpsi. Sumber cahaya ini
harus memancarkan sinar dengan kekuatan yang cukup untuk penentuan dan
pengukuran, juga harus memancarkan cahaya berkesinambungan yang berarti
harus mengandung semua panjang gelombang dari daerah yang dipakai.
Kekuatan sinar radiasi harus konstan selama waktu yang diperlukan. Sumber
Cahaya Tampak yang paling umum dipakai adalah lampu Wolfram.
Sedangkan sumber radiasi Ultra-violet biasa dipergunakan lampu Hidrogen
atau Deuterium yang terdiri dari tabung kaca dengan jendela dari kwartz yang
mengandung Hidrogen dengan tekanan tinggi. Oleh karena kaca menyerap
radiasi Ultra-violet, maka sistim optik Spektrofotometer Ultra-Violet dan sel
harus dibuat dari bahan kwartz.
2. Monokromator digunakan untuk memisahkan radiasi ke dalam
komponenkomponen panjang gelombang dan dapat memisahkan bagian
spektrum yang diinginkan dari lainnya. Sel absorpsi dipakai dari bahan silika,
kuvet dan plastik banyak dipakai untuk daerah Sinar Tampak. Kualitas data
absorbans sangat tergantung pada cara pemakaian dan pemeliharaan sel. Sidik
jari, lemak atau pengendapan zat pengotor pada dinding sel akan mengurangi
transmisi. Jadi sel-sel itu harus bersih sekali sebelum dipakai.
3. Detektor digunakan untuk menghasilkan signal elektrik. Dimana signal
elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap. Signal elektrik ini
kemudian dialirkan ke alat pengukur.
4. Rekorder digunakan untuk mencatat data hasil pengukuran dari detektor,
yang dinyatakan dengan angka. ( Triyati, Etty. 2015)

- Sifat bahan untuk instrumen

Dalam suatu larutan gugus molekul yang dapat mengabsorpsi cahaya


dinamakan gugus kromofor, contohnya antara lain: C = C, C = O, N = N, N = O,
dan sebagainya. Molekul-molekul yang hanya mengandung satu gugus
kromofor dapat mengalami perubahan pada panjang gelombang seperti tertera
pada tabel di bawah.
Molekul yang mengandung dua gugus kromofor atau lebih akan
mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang yang hampir sama dengan
molekul yang hanya mempunyai satu gugus kromofor tertentu, tetapi intensitas
absorpsinya adalah sebanding dengan jumlah kromofor yang ada. Interaksi
antara dua kromofor tidak akan terjadi, kecuali kalau memang antara dua
kromofor itu ada kaitannya. Walaupun demikian, suatu kombinasi tertentu dari
gugus fungsi akan menghasilkan suatu sistim kromoforik yang dapat
menimbulkan pita-pita absorpsi yang karakteristik. Banyak zat organik juga
menunjukkan absorpsi khusus, misalnya permanganat, ion nitrat, ion kromat,
dan ruthenium, molekul iodium dan ozon. Banyak pereaksi akan bereaksi
dengan zat yang tidak mengabsorpsi memberikan hasil yang akan mengabsorpsi
sinar Ultra-violet atau Sinar Tampak dengan kuat. Pereaksi organik yang
membentuk kompleks berwarna yang stabil adalah o-phenanthrolin untuk besi,
dimetil glioksim untuk nikel, dietil thio karbamat untuk tembaga, dan
sebagainya. ( Triyati, Etty. 2015)

b. HPLC
- Kegunaan : untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa
organik skala besar, memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran.
- Ciri khas :
1. Eluent, yang berfungsi sebagai fase gerak yangakan membawa sampel
tersebut masuk kedalam kolom pemisah;
2. Pompa, yang berfungsi untuk mendorongeluent dan sampel tersebut masuk
ke dalam kolom. Kecepatan alir ini dapat dikontrol dan perbedaan kecepatan
bisa mengakibatkan perbedaan hasil;
3. Injektor, tempat memasukkan sampel dan kemudian sampel dapat
didistribusikan masuk ke dalam kolom;
4. Kolom pemisah ion, berfungsi untuk memisahkan ion-ion yang ada dalam
sampel. Keterpaduan antara kolom dan eluent bisa memberikan hasil/puncak
yang maksimal, begitu pun sebaliknya, jika tidak ada “kecocokan”, maka
tidak akan memunculkan puncak;
5. Detektor, yang berfungsi membaca ion yang lewat ke dalam detektor;
6. Rekorder data, berfungsi untuk merekam dan mengolah data yang masuk.
- Bahan yang dapat digunakan :
1. Ada fase diam dan fase gerak. Fase diamtidak boleh bereaksi dengan fase
gerak.
2. Komponen sampel (contoh) harus larut dalam fase gerak dan berinteraksi
denganfase tetap (diam).
3. Fase gerak harus bisa mengalir melewatifase diam, sedangkan fase diam
harus terikat kuat di posisinya. (Ardianingsih, 2009)
c. KLT

Merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan


elektroforesis. Kromatografi Lapis Tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan
lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian pula peralatan
yang digunakan lebih sederhana. Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan
penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 mikrometer.
Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit ukuran
kisaran fase diam, maka semakin baik kerja KLT dalam hal efisiensinya dan
resolusinya. (Gandjar, G., Ibnu. 2016)

IV. METODE
Analisa Rhodamin B berdasarkan metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi zat warna Rhodamin B adalah metoda kromatografi lapis tipis dan
jenis penelitiannya kualitatif. Objek penelitian yang diambil adalah lipstick berwarna
merah yang tidak memiliki No. NA BPOM dan yang memiliki No. NA BPOM yang di
jual di Pasar Raya Padang dan diambil secara acak, masing-masing kelompok terdiri
dari 5 (lima) sampel uji. Data yang diperoleh dari hasil uji zat warna Rhodamine B,
kemudian dikumpulkan, dianalisa dan diinterpretasikan secara deskriptif. (Afriyeni, H.
2016)
V. CARA KERJA
Pada pengujian Rhodamin B, dibuat 3 jenis larutan uji yaitu larutan A, B dan C.
Larutan A (sampel) dibuat dengan menimbang lipstick kurang lebih 500 mg
dimasukkan ke dalam chamber, tambahkan asam klorida 4 N 0,5 ml, ditambahkan 1 ml
parafin cair, ditambahkan sedikit natrium sulfat anhidrat, dilelehkan pada penangas air,
ditambahkan 2,5 ml metanol sambil diaduk, dan disaring dengan kertas saring. Filtrat
digunakan untuk identifikasi Rhodamin B. Larutan B (baku) dibuat dengan menimbang
kurang lebih 25 mg zat warna baku Rhodamine B, dilarutkan dalam 25 ml methanol,
sedang larutan C (campuran) dibuat dengan mencampurkan larutan A dan B dengan
perbandingan volume yang sama. LarutanA, B dan C ditotolkan pada lempeng silika
gel yang berukuran 6 cm x 12 cm secara terpisah, penotolan contoh 2 cm dari tepi
bawah, dan jarak penotolan 1,5 cm, kemudian lempeng silika gel dimasukkan pada
bejana berisi eluen yang telah dijenuhkan. Eluen dibuat dari etilasetat, methanol dan
amoniak 9 % v/v (15 : 3 : 3). Bejana ditutup rapat dan dielusikan dengan jarak rambat
elusi 15 cm. Lempeng dikeluarkan, dikeringkan di udara kemudian dideteksi dengan
sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm. Penampakkan bercak berwarna merah
muda bila sampel mengandung zat warna Rhodamin B. Hasil dinyatakan positif bila
warna bercak antara Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016 62 sampel dan baku sama
dan harga Rf antara sampel dengan baku sama atau saling mendekati dengan selisih
harga ≤ 0,2. (Afriyeni, H. 2016)
VI. PEMBAHASAN
Penggunaan rhodamin B tentunya berbahaya bagi kesehatan. Penumpukkan
rhodamin B dilemak dalam jangka waktu yang lama jumlahnya terus menerus
bertambah di dalam tubuh dan dapat menimbulkan kerusakan pada organ tubuh sampai
mengakibatkan kematian. Pewarna pada lipstik berdasarkan sumbernya ada 2 yaitu,
pewarna alami merupakan zat warna yang diperoleh dari akar, daun, bunga dan buah.
Seperti zat warna hijau dari daun suji dan zat warna orange dari wortel. Sedangkan
pewarna sintetis berasal dari reaksi antara dua atau lebih senyawa kimia contohnya
seperti rhodamin B. Bahan pewarna ditambahkan dalam lipstik untuk menambah daya
tarik konsumen terhadap produk tersebut, akan tetapi banyak oknum-oknum yang tidak
bertanggungjawab menambahkan pewarna berbahaya pada sediaan lipstik seperti
rhodamin B. Adanya produsen yang masih menggunakan rhodamin B pada produknya
disebabkan oleh pengetahuan yang tidak memadai mengenai bahaya penggunaan bahan
kimia tersebut pada kesehatan dan juga karena tingkat kesadaran masyarakat yang
masih rendah. Selain itu, rhodamin B sering digunakan sebagai pewarna karena
harganya relatif lebih murah, warna yang dihasilkan lebih menarik dan tingkat stabilitas
warnanya lebih baik daripada pewarna alami. Ciri-ciri produk yang mengandung
rhodamin B adalah warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok, terkadang warnanya
terlihat tidak homogeny (rata), adanya gumpalan warna pada produk, pada produk tidak
mencantumkan kode, label, merek, informasi kandungannya, atau identitas lengkap
lainnya. Pemerintah Indonesia melalui peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes)
No.239/MenKes/Per/V/1985 menetapkan 30 lebih zat pewarna berbahaya, salah
satunya rhodamin B. (Mamoto, V. 2013)

Dari Tabel 2 diperoleh hasil bahwa lipstik yang tidak mempunyai No. NA
dengan kode A mengandung zat warna Rhodamin B. Hal ini dapat dideteksi dengan
melihat kromatogram, jarak satuan noda sampel yang diperoleh sama atau sejajar
dengan jarak satuan noda pembanding. Selisih Rf sampel A dengan Rf pembanding 0,2.
(Afriyeni, 2016)
Untuk menganalisis kualitatif keberadaan Rhodamin B dalam lipstick dapat
digunakan metode kromatografi lapis tipis. Kromatografi merupakan salah satu teknik
analisis yang terpenting untuk pemisahan campuran senyawa-senyawa kimia. Pada
dasarnya teknik kromatografi terdiri dua fase yaitu fase diam (berupa cairan atau padat)
dan fase gerak (berupa cairan dan gas). Pemisahan komponen campuran dapat terjadi
karena adanya perbedaan kecepatan migrasi. Sedangkan perbedaan kecepatan migrasi
ini timbul karena adanya perbedaan perbandingan distribusi dari kompenan campuran
antara dua fase tersebut. Pada Kromatografi lapis tipis fase bergerak berupa cairan dan
fase diamnya adalah lapis tipis pada permukaan lempeng rata. Kelebihan penggunaan
kromatografi lapis tipis adalah dapat dihasilkan pemisahan yang lebih sempurna,
kepekaan yang lebih tinggi dan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat. (Afriyeni, H.
2016)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima sampel lipstick warna merah
yang tidak mempunyai No. Notivikasi (NA), yang positif mengandung Rhodamin B
adalah lipstick dengan kode A, sedangkan kode B, C, D dan E negative mengandung
Rhodamin B. lipstik yang tidak mempunyai No. NA dengan kode A mengandung zat
warna Rhodamin B. Hal ini dapat dideteksi dengan melihat kromatogram, jarak satuan
noda sampel yang diperoleh sama atau sejajar dengan jarak satuan noda pembanding.
Selisih Rf sampel A dengan Rf pembanding 0,2. Lipstik berwarna merah yang
mempunyai No. NA dengan kode sampel F,G,H,I dan J negative mengandung
Rhodamin B. Data hasil kromatogram lipstik yang memiliki No.NA dengan kode
F,G,H,I dan J yaitu harga jarak satuan noda sampel yang diperoleh tidak sama dengan
jarak satuan noda pembanding, dan selisih harga Rf sampel dibandingkan dengan harga
Rf baku lebih dari 0,2. Dari hasil penelitian menunjukkan lipstik yang memiliki No. NA
lebih aman digunakan karena dari semua sampel tidak satu pun yang mengandung zat
warna Rhodamin B, sedang lipstik yang tidak memiliki No. NA tidak bias dijamin
keamanannya karena dari hasil penelitian menunjukkan adanya sampel lipstik yang
mengandung zat warna Rhodamin B. (Afriyeni, H. 2016)
Dari hasil penelitian menunjukkan lipstik yang memiliki No. NA lebih aman
digunakan karena dari semua sampel tidak satu pun yang mengandung zat warna
Rhodamin B, sedang lipstik yang tidak memiliki No. NA tidak bias dijamin
keamanannya karena dari hasil penelitian menunjukkan adanya sampel lipstik yang
mengandung zat warna Rhodamin B. (Afriyeni, H. 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Afriyeni, H. 2016. Identifikasi Zat Warna Rhodamin B Pada Lipstik Berwarna Merah Yang
Beredar Di Pasar Raya Padang. Jurnal Farmasi Higea. Vol. 8. No. 1.

Ardianingsih.2009.Penggunaan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dalam


Proses Analisa Deteksi Ion.Berita Dirgantara .Vol.10 No.4.

Gandjar,Ibnu.,Gholib.2016.Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Mamoto, V. 2013. Analisis Rhodamin B Pada Lipstik Yang Beredar Di Pasar Kota Manado.
Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 2 No. 02.

Triyati,Etty.2015.Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya dalam


Oseanologi.Oseana.Vol.X.No.1:39-47.

Anda mungkin juga menyukai