Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN SEMENTARA

MODUL MANAJEMEN RS SYARI’AH


SKILL 1 LBM 2
“Inventory Control Management Perhitungan VEN, ABC, EOQ”

DISUSUN OLEH :

FAIZ ZAKIYA YAHYA

33101700018

SGD 1

FAKULTAS KEDOKTERAN
PRODI FARMASI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020
A. TUJUAN

Agar mahasiswa dapat menghitung dan menganalisis VEN, ABC, TOR

B. DASAR TEORI

Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) bertugas dalam penyelenggaraan, koordinasi,


mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanaan pembinaan
teknis kefarmasian di rumah sakit. Belanja perbekalan farmasi yang besar harus dikelola
dengan efektif dan efisien karena dana kebutuhan obat di rumah sakit tidak selalu sesuai
dengan kebutuhan. Pengelompokan ABC membuat pengelolaan masing-masing item obat
lebih mudah dalam perencanaan, pengendalian fisik, pengadaan, pengurangan stok dan
pengaman dapat menjadi lebih baik. Dalam Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan
No.1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit (RS), menyebutkan
bahwa pelayanan farmasi RS adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan RS yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang dan sekaligus merupakan revenue center
utama. Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan kesehatan di RS
menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat
kesehatan habis, alat kedokteran, dan gas medik), dan 50% dari seluruh pemasukan RS
berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Untuk itu, jika masalah perbekalan farmasi tidak
dikelola secara cermat dan penuh tanggung jawab maka dapat diprediksi bahwa pendapatan
RS akan mengalami penurunan (Wulandari dkk, 2019).

Ada beberapa faktor yang kemungkinan dapat berpengaruh terhadap terjadinya stagnasi
dan stockout perbekalan farmasi yaitu perencanaan dan pengadaan, pengendalian persediaan,
distribusi, formularium rumah sakit, hubungan/ komunikasi antara penyedia dan pemakai,
komitmen,komitmen dari dokter, fasilitas peralatan dan informasi yang dibutuhkan. Untuk
menanggulangi permasalahan di atas maka diperlukan sistem Perencanaan atau Planning
yang baik. Planning yang dimaksud adalah serangkaian aktivitas untuk menentukan jenis dan
jumlah obat-obatan yang akan diadakan dalam pelayanan. Beberapa cara yang dapat
dilakukan rumah sakit untuk mengelola manajemen perbekalan farmasinya.Untuk
memperoleh perhitungan kebutuhan obat yang rasional, dimana memperhitungan aspek
efisensi yang disesuaikan dengan anggaran yang ada. Manajemen perbekalan farmasi yang
umum dipakai adalah analisis ABC, analisis ABC indeks kritis, analisis VEN atau kombinasi
analisis ABC VEN untuk menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan dengan
anggaran yang tersedia. Melalui pendekatan sistem seorang manajer akan mencapai suatu
efek sinergistik dimana tindakan-tindakan berbagai bagian yang berbeda dari sistem tersebut
jika dipersatukan akan lebih besar dibandingkan dengan jumlah dari bagian yang beraneka
ragam.

Untuk permintaan yang berfluktuasi rumah sakit akan sulit untuk dapat memperkirakan
dengan tepat jumlah dan jenis obat yang dibutuhkan oleh pasien dan harus disediakan oleh
rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit dapat menyediakan safety stock (persediaan
pengaman) untuk menghadapi ketidakpastian tersebut. Safety stock (persediaan pengaman)
disediakan untuk menutupi fluktuasi yang tidak dapat diprediksikan dalam permintaan atau
lead time (LT). Jika permintaan atau lead time (LT) lebih besar dibandingkan peramalan,
maka stockout akan terjadi. Persediaan pengaman ini dilakukan untuk menghindari
kemungkinan kekurangan persediaan.Tujuannya untuk melindungi hambatan dalam
pengadaan atau penghantaran perbekalan farmasi dari distributor.Persediaan pengaman
membantu untuk memaksimalkan customer service dengan mencoba melindungi dari
ketidakpastian. Untuk mengantisipasi kecendrungan rumah sakit melakukan pola pengadaan
berlebih tetapi disisi lain dapat pula mengetahui berapa stok minimal sehingga tidak terjadi
stock out, maka perlu dilakukan perhitungan nilai maksimal dan minimal stok dengan metode
MMSL (Minimum-Maximum Stock Level) dengan mempertimbangkan stok pengaman
(safety stock) sehingga titik pemesanan kembali (re order point) setiap item perbekalan
farmasi dapat ditentukan. Semakin besar nilai safety stock (SS), semakin besar nilai re order
point (ROP), semakin kecil kemungkinan stockout. Metode EOQ adalah metode persediaan
yang menentukan jumlah pemesanan paling ekonomis, yaitu jumlah pembelian barang yang
dapat meminimalkan jumlah biaya pemeliharaan barang dari gudang dan biaya pemesanan
setiap tahun. Untuk menghitung efisiensi pengelolaan persediaan suatu obat digunakan rumus
Turn Over Ratio (TOR) yakni HPP (Omzet selama satu tahun) dibagi dengan nilai persediaan
akhir tahun. Semakin tinggi nilai TOR, maka semakin efisien pengelolaan persediaan
barang/obat, jadi bila TOR rendah (kecil) berarti masih banyak stock yang belum terjual yang
berakibat akan menghambat aliran kas sehingga berpengaruh terhadap keuntungan. Dimana
nilai TOR yang ideal adalah 10 – 23 kali pertahun.

C. CARA KERJA
1. ANALISA ABC

Hitung jumlah dana yang dibutukan untuk masing-masing obat dengan caramengalikan
jumlah obat dengan harga obat.

Tentukan rangkingnya mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil.

Hitung presentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.

Hitung kumulasi persennya.

Perbekalan farmasi kategori A termasuk dalam kumulasi 70%.

Perbekalan farmasi kategori B termasuk dalam kumulas 71-90%.

Perbekalan farmasi kategori C termasuk dalam kumulasi 90-100%

2. ANALISA EOQ

EOQ dihitung menggunakan rumus :

EOQ (dalam unit) =√ (2 XUXO)/(H ¿ XC )¿

U = Ramalan pemakaian per tahun (dari hasil peramalan per bulan)

O = Biaya tambahan pemesanan

H = Biaya penyimpanan (presentase rata-rata nilai persediaan)

C = Proyeksi biaya tambahan


DAFTAR PUSTAKA

Dampung, V., Maidin, A., & Mardiana, R. (2018). Penerapan Metode Konsumsi Dengan
Peramalan, EOQ, MMSL Dan Analisis ABC-VEN Dalam Manajemen Perbekalan
Farmasi Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar. Media Farmasi, 14(1), 124-131.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. 72/2016, Indonesia, 2016.

Wulandari, S., & Sugiarto, S. Model Pengadaan Obat dengan Metode ABC VEN Di RS X
Semarang. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 7(3), 186-190.

Anda mungkin juga menyukai