Anda di halaman 1dari 15

JURNAL PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

PERCOBAAN II : PENETAPAN KADAR FORMALIN


DENGAN SPEKTROFOTOMETER

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
Marayanti Utami (162200045)

Wayan Irmawati (162200046)

Ni Putu Yuni asih (162200047)

Ruscitra Dewi (162200048)

Sayang Setiani (162200049)

Shanti Praptiwi (162200050)

Andika Juniarta (162200051)

Shanti Gita Dewi (162200052)

Santyani Dewi (162200053)

PROFRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
2017
PERCOBAAN II
PENETAPAN KADAR FORMALIN DENGAN SPEKTROFOTOMETER

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1.1 Mengetahui cara penetapan kadar suatu senyawa dengn derivatisasi
1.2 Menetapkan kadar formalin dengan metode spektrofotometri visibel

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Formalin
Formalin atau larutan formaldehida mengandung formaldehida dan
methanol sebagai stabilisator. Kadar formaldehida (CH2O) tidak kurang
dari 34,0% dan tidak lebih dari 38,0%. Pemeriannya berupa cairan
jernih, tidak berwarna atau hampir tidak berwarna; bau menusuk, uap
merangsang selaput lender hidung dan tenggorokan. Jika disimpan di
tempat dingin dapat menjadi keruh. Formalin dapat dicampur dengan
air dan dengan etanol (95%) P (Anonim, 1979).
Sifat Fisikokimia Formaldehid
Rumus Molekul : CH2O
Nama Kimia : Formaldehyde
Nama lain : Formol , Morbicid , Methanal , Formic aldehyde,
Methyl oxide, Oxymethylene, Methylene aldehyde,
Oxomethane, Formoform, Formalith, Karsan,
Methylene glycol, Paraforin, Polyoxymethylene
glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene,
Trioxane.
Massa molar : 30,03 g/mol
Titik Leleh : - 920C
Titik didih : - 210C
Kelarutan dalam air (g/100 ml): bercampur sempurna
Rumus stuktur :

1
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air
dengan kadar 35-40%. Formalin biasanya mengandung golongan alkohol
(metanol) sebanyak 10-15% yang berfungsi sebagai stabilisator supaya
formaldehidnya tidak mengalami polimerasi. Formalin merupakan bahan
pembunuh hama atau desinfektan, bahan pengawet mayat, menurut BPOM
kadar formalin dalam makanan adalah sekitar 1,88-413,89 ppm (mg/kg)
(Sudjarwo dkk., 2013).
formalin merupakan larutan yang terdiri atas 37% formaldehide
dalam air. Formalin merupakan
bentuk hidratasi hampir sempurna dari formaldehide, sehingga terjadi
reaksi kesetimbangan bolak-balik antara formaldehide dan metanadiol
(hidratasi formaldehide) Formalin dapat bereaksi membentuk warna
dengan pereaksi Nash pada metode analisis formalin. Oleh karenanya,
analisis spektrofotometer visible dapat dijadikan sebagai metode standar
untuk pengujian formalin. Pada penentuan kadar formalin dengan metode
spektrofotometri visible, formalin direaksikan dengan pereaksi tertentu
untuk menghasilkan larutan berwarna yang bisa diukur di daerah visibel
pada panjang gelombang 412 nm.
Formalin diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi asam kromatropat,
sampel dinyatakan positif apabila memberikan warna violet. Penetapan
kadar dilakukan secara spektofotometri sinar tampak berdasarkan
terbentuknya kompleks formalin dengan pereaksi Nash yang
menghasilkan larutan berwarna kuning, kemudian serapannya diukur pada
panjang gelombang maksimum 412nm.

2
2.2 Spektrofotometri
A. Prinsip Spektrofotometri
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis
spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik UV dekat
(190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai
instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-VIS termasuk salah
satu metode analisis instrumental yangfrekuensi penggunaannya paling
banyak dalam laboratorium analisis. Spektrofotometri UV-Vis
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang
dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai
untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif .
Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorbsi oleh molekul
organik aromatik, molekul yang mengandung elektron ( phi)
terkonyugasi dan atau atom yang mengandung elekron-n, menyebabkan
transisi elektron di orbital terluarnya dari tingkat energi elektron dasar
ke tingkat energi tereksitasi tinggi, Besarnya serapan radiasi tersebut
sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi
sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Prinsip penentuan
spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer,
yaitu:
A = - log T = - log It / Io = . b . C
Dimana :
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
= Koefisien ekstingsi
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel (Gandjar dan Rohman, 2009).
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang
diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan

3
konsentrasi larutan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa
pembatasan yaitu:
1. sinar yang digunakan dianggap monokromatis
2. penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai
penampang luas yang sama
3. senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut
4. tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi, dan (5) indeks
bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan (Gandjar, I.G. dan
Rohman, A., 2013).
B. Instrumen Spektrofotometer
Komponen-komponen spektrofotometer UV-Vis meliputi sumber-
sumber sinar, monokromator, sistem optik dan detektor (Gandjar, I.G.
dan Rohman, A., 2007).
a. Sumber sinar merupakan 2 lampu yang terpisah, yang secara
bersama-sama, mampu menjangkau keseluruhan daerah spektrum
ultraviolet dan tampak. Sinar tampak, digunakan lampu tungsten
yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang 350-2000 nm.
Senyawa yang menyerap di spektrum daerah ultraviolet, digunakan
lampu deuterium yang merupakan salah satu isotop hidrogen, yang
mempunyai satu netron lebih banyak dibanding hidrogen biasa
dalam inti atomnya. Suatu lampu deuterium merupakan sumber
energi tinggi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang
200-370 nm dan digunakan untuk semua spektrotoskopi dalam
daerah spektrum ultraviolet.
b. Monokromator, pada kebanyakan pengukuran kuantitatif, sinar harus
bersifat monokromatik, yakni sinar dengan satu panjang gelombang
tertentu. Hal ini dicapai dengan melewatkan sinar polikromatik
melalui suatu monokromator. Monokromator digunakan untuk
mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponen panjang
gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah.

4
Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang
gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrument
melewati spektrum.
c. Optik-optik, didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber
sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagai mana dalam spektrum
berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat digunakan
dalam satu kompartemen untuk mengoreksi pembacaaan atau
spektrum sampel.
d. Detektor, biasanya merupakan kepingan elektronik yang disebut
dengan tabung pengganda foton, yang bereaksi untuk mengubah
intensitas berkas sinar ke dalam sinyal elektrik yang dapat diukur
dengan mudah dan juga bereaksi sebagai suatu pengganda untuk
meningkatkan kekuatan sinyal. Sinar masuk ke tabung dan mengenai
katoda, hal ini akan melepaskan elektron, yang tentunya akan tertarik
pada suatu anoda. Ketika elektron menyerang atau mengenai anoda
ini maka akan melepaskan beberapa elektron, yang tentunya akan
tertarik pada anoda diatas, yang mana proses ini akan terulang.
Begitu sinyal elektrik meninggalkan tabung pengganda foton, maka
sinyal elektrik tersebut akan menuju perekam untuk menampilkan
spektrum serapanya.
Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri
UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda,
sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat
yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar
sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak
tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah
dapat digunakan baik untuk sampel berwarna juga untuk sampel tak
berwarna. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis
dengan spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula
tidak berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visible

5
karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa
yang berwarna (Gandjar dan Rohman, 2009). Beberapa tahapan yang
harus diperhatikan meliputi:
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini diperlukan bila senyawa yang dianalisis tidak menyerap
pada daerah tersebut. Senyawa harus diubah atau direaksikan
dengan pereaksi tertentu dengan syarat reaksinya selektif dan
sensitive, reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel, serta hasil
reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama. Keselektifan dapat
dinaikkan dengan mengatur pH, pemakaian masking agent, atau
penggunaan teknik ekstraksi (Gandjar dan Rohman, 2009).
2. Waktu operasional
Cara ini biasanya digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil (Gandjar dan Rohman, 2009).
3. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif
adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal.
Alasan digunakannya panjang gelombang maksimal adalah pada
panjang gelombang ini kepekaannya maksimal, bentuk kurva
absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer
akan terpenuhi, serta juka dilakukan pengukuran ulang maka
kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang
gelombang akan sangat kecil (Gandjar dan Rohman,2009).
4. Pembuatan kurva baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan
berbagai konsentrasi. Masing masing absorbansi larutan dengan
berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang
merupakan hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x).
Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi, maka kurva baku berupa garis
lurus (Gandjar dan Rohman, 2009).

6
5. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2
sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitan.
Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam
pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik)
(Gandjar dan Rohman, 2009).
Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis
menggunakan spektrofotometer adalah :
a. Serapan oleh pelarut
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang
berisi matrik selain komponen yang akan dianalisis.
b. Serapan oleh kuvet
Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa.
Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa
memberikan kualitas yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh
lebih mahal. Serapan oleh kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis,
ukuran, dan bahan kuvet yang sama untuk tempat blangko dan sampel.
c. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan
pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat
yang digunakan. (melalui pengenceran atau pemekatan). Sama seperti
pHmeter, untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer
UV-Vis maka perlu dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dalam
spektrofotometer UV-Vis dilakukan dengan menggunakan blangko:
Setting nilai absorbansi = 0 Setting nilai transmitansi = 100 %
d. Penentuan kalibrasi dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai
berikut:
1. Dilakukan dengan larutan blangko (berisi pelarut murni yang
digunakan dalam sampel) dengan kuvet yang sama.
2. Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan proses
kalibrasi.

7
3. Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk
satu macam panjang gelombang, dilakukan secara periodik selang
waktu per 30 menit. Dengan adanya proses kalibrasi pada
spektrofotometer UV-Vis ini maka akan membantu pemakai untuk
memperoleh hasil yang akurat dan presisi.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
Adapun peralatan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Sendok tanduk
b. Batang pengaduk
c. Ballfiller
d. Pipet tetes kaca besar dan kecil
e. Gunting dan/atau cutter
f. Lap
g. Alat-alat gelas yang disediakan laboratorium (pipet ukur, gelas
beaker, labu ukur, dll)
h. Botol vial 10 mL (10 botol)
i. Spektrofotometer UV-VIS dan Kuvet
j. Neraca Analitik

3.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Akuades
b. Amonium asetat
c. Asam asetat
d. Asetil aseton
e. Larutan formalin 37% b/v

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM


4.1 Perhitungan Pembuatan Larutan
A. Pembuatan Larutan Formalin 2% b/v dari Larutan Formalin 37%b/v
Diketahui :
Larutan formalin yang tersedia = 37% b/v
Konsentrasi yang diperlukan = 2% b/v
Volume larutan yang diperlukan = 25 mL

8
Ditanya : Volume larutan formalin 37% b/v yang diambil = .. ?
Jawab : M1V1 = M2V2
37 %.V1 = 2%.25 ml

V1= 1,35 ml
B. Perhitungan Larutan Standar Formalin 100 g/ml
Diketahui :
Konsentrasi formalin = 2% b/v
Volume larutan formalin 100 g/ml yang diperlukan = 25ml
Ditanya : Volume larutan formalin 2% b/v yang diambil = .. ?
Jawab :
C1V1 = C2V2
20.000 g/ml V1 = 100 g/ml x 25 ml

V1 = 0,125 ml
C. Perhitungan Pembuatan Pereaski Nash
Pengambilan bahan untuk membuat 50 ml pereaksi Nash:
Ammonium asetat = 7,5 gram
Asam asetat = 0,15 ml
Asetil aseton = 0,1 ml
Aquadest = ad 50 ml
Perhitungan Larutan Standar
Diketahui:
Vlarutan formalin standar 1 = 0,1 ml
Vlarutan formalin standar 2 = 0,2 ml
Vlarutan formalin standar 3 = 0,3 ml

9
Vlarutan formalin standar 4 = 0,4 ml
Vlarutan formalin standar 5 = 0,5 ml
Vmasing-masing larutan = 5 ml
Clarutan standar formalin = 100 g/ml
Ditanya : konsentrasi masing-masing larutan seri formalin?
Jawab :
Standar 1
Cstandar formalin x Vstandar formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin
100 g/ml x 0,1 ml = Clarutan formalin r 1 x 5 ml

Clarutan formalin standar 1 =

= 2 g/ml
Standar 2
Cstandar formalin x Vstandar formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin
100 g/ml x 0,2 ml = Clarutan formalin 2 x 5 ml

Clarutan formalin standar 2 =

= 4 g/ml
Standar 3
Cstandar formalin x Vstandar formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin
100 g/ml x 0,3 ml = Clarutan formalin 3 x 5 ml
Clarutan formalin standar 3 =
= 6 g/mL
Standar 4
Cstandar formalin x Vstandar formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin
100g/ml x 0,4 ml = Clarutan formalin 4 x 5 ml

Clarutan formalin standar 4 =

= 8 g/ml

Standar 5
Cstandar formalin x Vstandar formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin
100 g/ml x 0,5 ml = Clarutan formalin 5 x 5 ml

10
Clarutan formalin standar 5 =

= 10 g/ml
D. Penentuan Kadar Formalin
Diketahui :
Larutan standar formalin = 100 g/ml
Volume larutan standar yang dipipet = 0,35 ml
(ditambahkan 5 ml air)
Ditanya : kadar larutan formalin ...?
Jawab :
Cstandar formalin x Vstandar formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin
100 g/ml x 0,35 ml = Clarutan formalin x 5 ml

Clarutan formalin =

= 7 g/ml

4.2 Prosedur Kerja


A. Pembuatan Larutan Formalin 2% b/v dari Larutan Formalin 37%b/v
Pipet 1,35 ml larutan formalin 37% b/v masukan ke labu ukur,
tambahkan aquadest hingga 25 ml. Kocok sampai homogen.
B. Pembuatan Larutan Standar Formalin 100 g/ml
Pipet 0,125 ml larutan formalin 10% b/v, tambahkan aquadest
hingga 25 ml. Kocok hingga homogen.
C. Pembuatan Pereaski Nash
Timbang ammonium asetat (NH4CH3COO) sebanyak 7,5 gram,
masukkan ke beker glass. Ukur 0,15 ml asam asetat (CH3COOH)
masukan ke dalam beker glass, tambahkan asetil aseton 0,1 ml aduk
ad homogen. Tambahkan aquadest hingga 50 ml aduk hingga
homogen dan tutup dengan aluminium foil.
D. Penentuan Panjang Gelombang dengan Larutan Standar
Larutan formalin 100 g/mL dipipet 0,1 mL, 0,2 mL, 0,3 mL, 0,4
mL dan 0,5 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
tambahkan aquadest 5 mL. Kemudian masing-masing larutan

11
dimasukkan ke dalam 5 buah vial yang berbeda. Larutan formalin
pada masing-masing vial dipipet 1 mL dimasukan ke vial yang baru
dan ditambahkan 2 mL pereaksi Nash. Ukur absorbansi salah satu
larutan standar poin c pada rentang panjang gelombang 350-450
nm, tentukan panjang gelombang maksimum dan buat kurva
kalibrasinya.
E. Penentuan Kadar Formalin
Larutan Larutan formalin 100 g/mL dipipet 0,35 mL, ditambahkan
aquadest 5 mL. Kemudian dipipet 1 mL di masukkan ke dalam vial
tambahkan 2 mL pereaksi Nash. Kadarnya ditetapkan dengan
mengukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum dan
memanfaatkan persamaan linier dari 5 variasi larutan standar.
Dicatat setiap kegiatan praktikum yang dilakukan dan setiap hasil
yang diperoleh pada Log Book.

V. SKEMA KERJA
5.1 Pembuatan Larutan Formalin 2% b/v dari Larutan Formalin 37%b/v

Dipipet 1,35 mL Ditambahkan Aduk hingga


larutan Formalin akuades hingga homogen
37% b/v 25 ml

5.2 Pembuatan Larutan Standar Formalin 100 g/ml

Dipipet 0,125 Ditambahkan Aduk hingga


ml larutan akuades hingga homogen
formalin 2% b/v 25 ml
5.3 Pembuatan Pereaski Nash

Ditimbang 7,5 g Ditambahkan 0,15


amonium asetat mL asam asetat

Diencerkan dengan Ditambahkan 0,1 ml


akuades ad 50 ml asetil aseton
12
5.4 Penentuan Panjang Gelombang dengan Larutan Standar

5.5 Penentuan Kadar Formalin

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Jogjakarta : Pustaka
Pelajar

13
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul, Rochman. 2009. Kimia Farmasi Analisis .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2013. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Jogjakarta : Pustaka Pelajar

Sukmawati , A., dkk. 2011. Penentuan Kadar Formalin dengan Metode


Spektrofotometri Visible. Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Udayana

14

Anda mungkin juga menyukai