Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia yang artinya seriap orang mempunyai hak

yang sama dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau juga merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka melakukan upaya
kesehatan tersebut perlu didukung dengan sumber daya kesehatan khususnya Tenaga
Kesehatan yang memadai, baik dari segi kualitas,kuantitas, maupun penyebarannya.
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014.
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan tentu saja diperlukan adanya suatu
fasilitas untuk mendukung berbagai kegiatan yang dilakukan. Fasilitas pelayanan kesehatan
adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif, yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah
sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek,
instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama. Pelayanan
kefarmasian yang diberikan mencakup pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, oleh tenaga kefarmasian yang terdiri
dari Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian Pasal 1 Ayat 13 disebutkan bahwa yang dimaksud Apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Dalam Pasal 1
Ayat 1 dijelaskan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pada Pasal yang sama Ayat 3
dijelaskan Bahwa Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian dan pada ayat 6
disebutkan pula bahwaTenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker

dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Apotek merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan khususnya di bidang
farmasi yang menjadi ujung tombak dalam memberikan pelayanan kefarmasian kepada
masyarakat, karena apotek berhubungan langsung dengan masyarakat atau pasien sebagai
orang yang memerlukan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kesehatan di apotek dilakukan
dengan mementingkan kesejahteraan masyarakat, apoteker dan asisten apoteker beserta
sumber daya tenaga kesehatan yang bekerja di apotek harus mempunyai ketelitian dan
pengetahuan mengenai sarana kesehatan. Akademi Farmasi Saraswati Denpasar merupakan
salah satu institusi kesehatan khususnya bidang farmasi, yang mencetak tenaga teknis
kefarmasian yang terampil, terlatih dan dapat mengembangkan diri baik sebagai pribadi
maupun sebagai tenaga kerja profesional berdasarkan nilai-nilai yang dapat menunjang upaya
pembangunan kesehatan.
Sebagian institusi yang selalu menginginkan kualitas yang terus meningkat di setiap
lulusannya,

Akademi

Farmasi

Saraswati

selalu

berusaha

meningkatkan

kualitas

penyelenggaraan pendidikannya, salah satunya dilakukan melalui praktek kerja lapangan atau
yang dikenal dengan istilah PKL. Hal ini dilakukan karena latihan keterampilan yang secara
intensif diberikan di laboratorium, atau teori yang diberikan di kelas, hanyalah dasar untuk
bekerja di dunia kerja, yaitu keterampilan meracik obat, mengenal bahan obat dan alat
kesehatan dalam jumlah terbatas. Keterampilan lain seperti pengendalian obat (Inventory
control), pelayanan kefarmasian, administrasi, penerapan sikap yang baik sebagai tenaga
kesehatan serta kemampuan untuk bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain dan cara
memecahkan masalah yang terjadi di lapangan tidaklah diberikan di sekolah secara khusus.
Praktek kerja lapangan adalah suatu proses belajar mengajar pada unit kerja secara
nyata, sehingga peserta didik mendapat gambaran dan pengalaman bekerja secara langsung
dan menyeluruh. Sebagai calon tenaga teknis kefarmasian, mahasiswa Akademi Farmasi
Saraswati diharapkan mengetahui pengelolaan perbekalan kefarmasian di masing-masing
fasilitas pelayanan kefarmasian.

1.2

Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1.2.1

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan
kefarmasian di Apotek.

1.2.2

Tujuan khusus
a. Meningkatkan, memperluas, dan menetapkan keterampilan dan membentuk
kemampuan mahasiswa untuk bekal memasuki lapangan kerja yang sesuai
dengan program pendidikan yang ditetapkan.
b. Mengenal kegiatan-kegiatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat
secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknis, maupun sosial
budaya.
c. Memahami dan melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi di apotek.
d. Memahami dan dapat melaksanakan kegiatan administratsi kefarmasian di apotek
e. Dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek.
f. Memahami dan melaksanakan pelayanan swamedikasi dan homecare di apotek.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apotek


Menurut Peraturan Kesehatan Republik Indonesia nomor 35 tahun 2014 tentang standar
pelayanan kefarmasian di apotek dijelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.

2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek


Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,

pengendalian, pencatatan dan

pelaporan. Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian Resep, dispensing, Pelayanan


Informasi Obat (PIO), konseling, Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care),
Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
A. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat.

B. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi harus
melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima.
D. Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
keamanan dan stabilitasnya.
3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas
terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
4. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In
First Out)
E. Pemusnahan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2
sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.
F. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai


kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan
dan pengeluaran.Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan,

kerusakan,

kadaluwarsa,

kehilangan

serta

pengembalian

pesanan.

Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual
atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa,
jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
G. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan
(kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan
dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.Pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan,
barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi
pelaporan narkotika (menggunakan Formulir 3 sebagaimana terlampir), psikotropika
(menggunakan Formulir 4 sebagaimana terlampir) dan pelaporan lainnya.
2.3 Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian resep,
dispensing, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah
(home pharmacy care), pemantauan terapi obat (PTO), dan monitoring efek samping obat
(MESO).
A. Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan
klinis.
a) Kajian administratif meliputi:
1. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;

2. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf; dan
3. tanggal penulisan Resep.
b) Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. bentuk dan kekuatan sediaan;
2. stabilitas; dan
3. kompatibilitas (ketercampuran Obat).
c) Pertimbangan klinis meliputi:
1. ketepatan indikasi dan dosis Obat;
2. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
3. duplikasi dan/atau polifarmasi;
4. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi klinis
lain);
5. kontra indikasi; dan
6. interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus
menghubungi dokter penulis Resep.
B. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi Obat.
Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep dilakukan dengan menghitung
kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep; mengambil Obat yang dibutuhkan
pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi warna putih untuk Obat
dalam/oral; warna biru untuk Obat luar dan suntik; menempelkan label kocok
dahulu pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang
berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah.
Setelah penyiapan Obat dilakukan hal sebagai berikut:

1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali mengenai
penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah Obat
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep);
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat;
5. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang terkait dengan Obat antara
lain manfaat Obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek
samping, cara penyimpanan Obat dan lain-lain;
6. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, mengingat
pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil;
7. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau keluarganya;
8. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh Apoteker (apabila
diperlukan);
9. Menyimpan Resep pada tempatnya;
10. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan menggunakan Formulir 5
sebagaimana terlampir.
Apoteker

di

Apotek

juga

dapat

melayani

Obat

non

Resep

atau

pelayanan

swamedikasi.Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan Obat non
Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
C. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam
pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan
dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain,
pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan
herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan,
harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat
(penyuluhan);

3.

memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;

4. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang sedang


praktik profesi;
5.

melakukan penelitian penggunaan Obat;

6.

membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;

7. melakukan program jaminan mutu.


Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu penelusuran kembali
dalam waktu yang relatif singkat dengan menggunakan Formulir 6 sebagaimana terlampir.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan Informasi Obat :
1. Topik Pertanyaan;
2. Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan;
3. Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon);
4. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti riwayat alergi,
apakah pasien sedang hamil/menyusui, data laboratorium);
5. Uraian pertanyaan;
6. Jawaban pertanyaan;
7. Referensi;
8. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, per telepon) dan data Apoteker yang
memberikan Pelayanan Informasi Obat.
D. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime questions.Apabila
tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief
Model.Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami Obat yang digunakan.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil
dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi).

3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid


dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk indikasi penyakit yang
sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit
yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling:
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three Prime
Questions, yaitu:
a. Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?
b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda?
c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda
menerima terapi Obat tersebut?
3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengeksplorasi masalah penggunaan Obat
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan
Obat
5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan pasien sebagai bukti
bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam konseling dengan menggunakan
Formulir 7 sebagaimana terlampir.
E. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan Pelayanan Kefarmasian
yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan
pengobatan penyakit kronis lainnya.
Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi:
1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan pasien

3. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya cara


pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin
4. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat berdasarkan
catatan pengobatan pasien
6. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah dengan menggunakan
Formulir 8 sebagaimana terlampir.
F. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat
yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping.
Kriteria pasien:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multidiagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
Kegiatan:
a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
b. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang terdiri dari
riwayat penyakit, riwayat penggunaan Obat dan riwayat alergi; melalui wawancara
dengan pasien atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain
c. Melakukan identifikasi masalah terkait Obat. Masalah terkait Obat antara lain adalah
adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian Obat tanpa indikasi, pemilihan Obat
yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, terjadinya reaksi Obat yang
tidak diinginkan atau terjadinya interaksi Obat
d. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan menentukan apakah
masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi
e. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana pemantauan
dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak
dikehendaki

f. Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh
Apoteker

harus

dikomunikasikan

dengan

tenaga

kesehatan

terkait

untuk

mengoptimalkan tujuan terapi.


g. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi Obat
G. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Kegiatan:
a. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping
Obat.
b. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
c. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional dengan menggunakan
Formulir 10 sebagaimana terlampir.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a. Kerjasama dengan tim kesehatan lain.
b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

BAB III
HASIL KEGIATAN
Praktek Kerja Lapangan Apotek dilakukan di Apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar
selama 22 hari.Dengan adanya PKL ke apotek langsung, kami dapat membandingkan dan
menerapkan teori yang selama ini dipelajari di kampus dan belajar bertanggung jawab atas
pekerjaan yang dilakukan.
Adapun pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar
adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan obat dan alat kesehatan di Kimia Farma 108 Teuku Umar berpedoman pada
pola penyakit, permintaan obat dari praktek dokter dan pareto. Sistem pareto ini
dilakukan agar tidak terjadi penumpukan barang, perputaran modal menjadi cepat,
menghindari kerusakan barang, dan memperkecil kemungkinan barang hilang. Obat, alat
kesehatan, dan barang-barang OTC (Over The Counter) yang tinggal sedikit atau sudah
habis dicatat pada buku defekta, kemudian pemesanan dan pembelian barang didasarkan
pada buku defekta. Perencanaan juga dilakukan berdasarkan history penjualan pada
bulan sebelumnya yang sudah di data secara automatis pada sistem computer sehingga
dapat memperkirakan obat apa yang harus diadakan pada bulan depannya. Perencanaan
jumlah persediaan meliputi buffer stock yakni stock barang yang tersedia sampai barang
pesanan datang, late time yakni stock obat yang digunakan untuk menjaga ketersediaan
bila obat yang dipesan terlambat datang, dan level stock yakni batas stock yang
ditetapkan sesuai kebutuhan apotek.
2. Pengadaan
Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Apotek Kimia Farma 108 dilakukan dengan
cara pemesanan obat ke gudang BM (Business Manager) dengan membawa BPBA (Bon
Permintaan Barang Apotek) dimana dropingan dilakukan tiap minggu di hari selasa.
Jumlah yang akan dipesan didasarkan pada perkiraan kebutuhan sebelumnya, barang
yang telah dicatat dalam buku defekta dan barang yang telah diklasifikasikan
berdasarkan pareto kemudian dilakukan pemesanan oleh bagian pengadaan
menggunakan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA). BPBA yang telah dibuat dikirim
secara online ke BM Denpasar. BM akan merekap semua pemesanan barang apotek. Jika
barang yang dipesan melalui BPBA dari apotek pelayanan tersedia di BM maka barang

akan dikirimkan ke apotek beserta faktur barang. Jika barang yang diminta tidak tersedia
di BM maka BM akan mengirimkan surat pesanan ke PBF dan memesankan barang ke
PBF, kemudian barang pesanan beserta faktur akan di antarkan ke apotek oleh PBF yang
bersangkutan. Dapat pula dilakukan pemesanan langsung apabila produk tidak tersedia
di BM dengan cara menelpon ke distributor langsung dan memesan produk yang
diperlukan,dan kemudian barang akan dibawakan oleh distributor yang bersangkutan.
Pemesanan obat-obat prekursor, golongan narkotika dan psikotropika menggunakan
Surat Pesanan (SP) khusus yang ditandatangani oleh APA. Lembar surat pesanan
narkotika hanya dipergunakan untuk satu item obat saja, sedangkan untuk Surat Pesanan
prekursor dan psikotropika dipergunakan untuk satu golongan obat yang terdiri dari satu
item atau lebih.
Pemesanan obat narkotika ditujukan kepada PBF Kimia Farma, sedangkan pemesanan obat
psikotropika ditujukan kepada PBF yang ditunjuk sebagai distributor obat-obat
psikotropika. Berdasarkan surat pesanan tersebut, PBF mengirimkan barang psikotropika
beserta faktur ke apotek.
3. Penerimaan
Barang datang diterima dan dicek oleh assisten apoteker, barang akan dicek
kelengkapannya sesuai dengan permintaan (jumlah, jenis, bentuk sediaan) dan dicek
apakah ada keruskan pada fisik obat, jika sudah sesuai maka barang diterima.Terdapat 2
lembar faktur yaitu untuk disimpan di apotek dan dibawa ke BM untuk melanjutkan
proses pembayaran. Pembayaran dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah
disepakati dan dibayarkan melalui kredit oleh BM Denpasar.
4. Penyimpanan
Barang yang telah diterima di simpan dan dikelompokan berdasarkan efek farmakologi
nya, bentuk sediaan, suhu penyimpanan dan ditata secara alfabetis.
a. Penyimpanan dialkukan secara alphabetis berdasarkan :
-

Bentuk sediaan

Bentuk sediaan sirup, drop, salep dan infuse. Disusun berdasarkan alfabetis dan
diletakkan dalam rak tersendiri dan ditata masing-masing berdasarkan alfabetis.
-

Farmakologi

Obat-obat dengan bentuk sediaan tablet kapsul disusun berdasarkan efek


farmakologinya, seperti : golongan vitamin, analgesi NSAID, anti infeksi, anti
alergi dan inflamasi steroid, hormone dan kontrasepsi, pencernaan, pernafasan dan
anti diabetik oral, salep, tetesmata dan tetes telinga.
-

Obat generik

Untuk obat-obat generik diletakkan pada rak yang terpisah.Disusun secara alfabetis.
-

Obat Fast Moving

Penataan obat-obat golongan fast moving ini dikelompokan berdasarkan alfabetis dan
diletakkan di tempat yang paling dekat dengan jangkauan yaitu di dekat kasir,
sehingga pelayanan yang dilakukan lebih cepat.
-

Narkotika, Psikotropika disimpan di rak terpisah.

Narkotika,

dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari khusus dan

tersendiri (tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain) dan disusun
berdasarkan alfabetis. Untuk narkotika di tempatkan pada lemari besi yang
dikunci.
-

Suhu penyimpanan

Obat dengan bentuk sediaan yang tidak tahan atau terurai pada suhu kamar disimpan
di dalam kulkas seperti suppositoria.
-

Alat kesehatan

Alat kesehatan diletakkan dalam rak tersendiri, contohnya: spuit injeksi dan lain-lain.
Bagian swalayan farmasi
Penyimpanan

dan penataan perbekalan farmasi di bagian swalayan farmasi

Apotek Kimia Farma 108 disusun berdasarkan efek farmakologinya dan sebagian besar di
tata berdasarkan alfabetis yaitu :
a. Alat kontrasepsi
b. Alat kesehatan lain seperti thermometer, dll
c. Obat Bebas dan Bebas Terbatas
d. Jamu dan madu
e. Susu untuk ibu hamil, bayi dll
f. Kosmetika

5. Pemusnahan
a. Pemusnahan obat
Pemusnahan dilakukan terhadap obat yang rusak karena kadaluarsa. Obat-obat tersebut
akan dikembalikan ke gudang obat di BM dan BM nantinya yang akan melakukan
pemusnahan sesuai dengan bentuk sediaan dari obat yang menentukan apakah obat
tersebut dimusnahkan dengan cara dibakar atau di tanam. Pemusnahan dilakukan dengan
adanya saksi dari pihak Dinas Kesehatan dan BBPOM yang kemudian memberikan tanda
tangan pada surat yang mencantumkan bahwa obat tersebut sudah di musnahkan.
b. Pemusnahan Resep
Pemusnahan resep dapat dilakukan pada resep yang telah diarsip dan disimpan selama 3
tahun dengan membuat BAP (Berita Acara Pemusnahan) 4 rangkap untuk dikirim ke
Dinas Kesehatan Kota Denpasar dengan tembusan ke BPOM, Dinas Kesehatan Propinsi
Bali, dan untuk arsip apotek.
6. Pengendalian
Kegiatan ini dilakukan dengan membandingkan jumlah fisik obat yang masih tersedia
dengan pencatatan pada kartu stok.Setiap ada obat masuk dan obat keluar, dilakukan
pencatatan pada kartu stok. Catatan pada kartu stok tersebut akan dibandingkan dengan
sistem di komputer. Pengendalian dilakukan untuk memeriksa apakah jumlah obat sesuai
dengan sistem.
Pemeriksaan tanggal kadarluasa dilakukan pula untuk menghindari kerugian.Pada setiap
kolom obat di tempelkan stiker berwarna yang masing-masing tahun kadarluasa yang
berbeda. Stok obat yang memiliki waktu kadarluasa yang dekat akan dipisahkan dan
dilakukan tindak selanjutnya seperti mengembalikan/menukar barang tersebut ke PBF
sesuai dengan keputusan yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak.

7. Pencatatan dan Pelaporan


Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar meliputi
pencatatan stok barang, pencatatan defekta, pencatatan permintaan dan penerimaan

barang, pencatatan rekap resep, laporan keuangan, laporan penggunaan narkotika dan
psikotropika.
Setiap dilakukan stok opnam, akan dilakukan pengecheckan terhadap jumlah fisik barang
dengan data pada kartu stok yang digunakan untuk mencatat mutasi obat dengan data di
komputer. Jika terdapat obat yang sudah habis stoknya, maka nama obat tersebut akan
dicatat pada buku pencatatan defekta agar segera dilakukan pemesanan obat.
Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan sebulan sekali.Dilaporkan jumlah
narkotika dan psikotropika yang sudah terjual dan jumlah yang masih tersedia di apotek.
Laporan ini dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar dengan tembusan Balai POM
dan Kimia Farma Pusat.

Kegiatan Administrasi meliputi pencatatan, pengarsipan resep,copy resep,faktur,dll


serta dokumentasi yang rerkait dengan administrasi umum di apotek.
a. Pencatatan
Pencatatan dilakukan di buku pemesanan, catatan faktur, buku surat keluar, buku
pembayaran, dan buku defekta
b. Pengarsipan (resep,copy resep, faktur,dll)
- Pengarsipan Resep dan copy resep
Resep yang diterima pada setiap shift dikumpulkan dan dibagi berdasarkan
-

dokter dan diurutkan berdasarkan nomor dan disimpan.


Pengarsipan Faktur
Faktur dikumpulkan dan di arsip sesuai dengan nomor.Faktur ini kemudian
digunakan sebagai bukti pembayaran obat di akhir bulan.

Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pengkajian resep pasien, penyiapan


obat, pemantauan efektivitas dan keamanan penggunaan obat, dan pemberian KIE
kepadapasien atau keluarga pasien.
a. Pengkajian resep pasien atau skrining resep
Skrining resep yaitu Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan
resep yang meliputi

- Kesesuaian Aministratif
Nama dokter, SIP, alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan
atau paraf dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan
pasien, nama obat,potensi,dosis dan cara pemakaian yang jelas.
- kesesuaian farmasetik yaitu: bentuk sediaan,dosis,potensi obat, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat.
- Pertimbangan klinis yaitu : adanya alergi,

efek

samping,

interaksi,kesesuaian ( dosis, durasi, jumlah dll).


b. Penyiapan obat
1. Setelah menerima resep di siapkan sediaan farmasi dan perbekalan
2.
3.
4.
5.

kesehatan sesuai dengan permintaan pada resep


Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum.
Menghitung berapa jumlah obat yang diperlukan
Mengambil obat dan tulis pengurangan obat pada kartu stok.
Obat yang di mbil di periksa terlebih dahulu oleh apoteker atau assisten

apoteker untuk menghindari kesalahan penyerahan obat kepada pasien.


6. Meracik dengan mencampur obat (tablet) dengan memblender dan
kemudian d bagi rata pulvis sesuai dengan permintaan dan dimasukkan
dalam kertas racikan pulvis atau masukkan ke dalam kapsul seuai
permintaan pada resep.
7. Jika terdapat sirup kering, diencerkan sesuai takaran dengan aquades
dan di kocok hingga homogen
8. Menyiapkan etiket (warna putih untuk obat dalam, warna biru untuk
obat luar, dan etiket lainnya)
9. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan
permintaan dalam resep.
10. Menyerahkan obat kepada pasien dengan sopan sampai pasien
mengerti.
11. Menuliskan copy resep jika pasien memerlukan sesuai dengan resep
asli dan ditanda tangani oleh apoteker.
c. Pemantauan efektifitas dan keamanan penggunaan obat
Pemantauan efekifitas obat atau Monitoring Efek Samping Obat dilakukan jika
ada keluhan dari pasien langsung. Keluhan dari pasien akan di catat pada form
dan dilaporkan ke BPOM agar dilakukan pemanauan terhadap obat tersebut.
d. Pemberian KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kepada pasien atau keluarga
pasien
Pemberian KIE dilakukan pada saat penyerahan obat kepada pasien. Pasien
diberikan informasi mengenai obat apa yang pasien dapatkan, fungsi obat tersebut
dan bagaimana pola hidup yang sebaiknya dilakukan pasien pada masa

penyembuhan. KIE dilakukan dengan menggunakan bahasa yang sopan dan


mudah dimengerti oleh orang awam.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengelolaan perbekalan farmasi di apotek

4.1.1 Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga dalam rangka
pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
anggaran, serta menghindari kekosongan obat. Menurut Permenkes nomor 35 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dalam melakukan perencanaan di
apotek perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan
masyarakat. Perencanaan yang dilakukan di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar telah
sesuai dengan Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek.
4.1.2 Pengadaan
Proses pengadaan di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar telah sesuai dengan
Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
karena proses pengadaan sudah melalui jalur resmi. Dimana pemesanan obat dilakukan di
BM (Business Manager) Kimia Farma dengan membawa BPBA.
4.1.3 Penerimaan
Penerimaan barang di Apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan kesesuaian faktur pembelian dengan barang yang datang. Hal yang perlu
diperiksa adalah jumlah obat, jenis, bentuk sediaan serta expired date. Hal yg telah
dilaksanakan ketika penerimaan barang di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar telah
sesuai dengan Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek. Dimana dalam Permenkes dijelaskan bahwa Penerimaan merupakan kegiatan
untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
4.1.4 Penyimpanan
Menurut Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau
darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat
nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa. Semua obat/bahan obat harus disimpan
pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.Sistem penyimpanan
dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara

alfabetis. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First
In First Out). Penyimpanan obat di apotek Kimia Farma 108 telah sesuai dengan Permenkes
namun dalam penyimpanan obat yang dipindahkan ke wadah yang telah disiapkan apotek
Kimia Farma 108 Teuku Umar tidak mencantumkan nomor batch dalam wadah. Nomor batch
dicantumkan dalam kartu stok. Penandaan tahun kadaluwarsa pada wadah dari apotek sudah
sesuai dengan Permenkes.Penandaan waktu kadaluwarsa dilakukan dengan menggunakan
kertas berwarna. Kertas berwarna kuning sebagai penanda obat kadaluwarsa pada tahun
2016, kertas berwarna orange sebagai penanda obat yang kadaluwarsa pada tahun 2017,
kertas berwarna hijau sebagai penanda obat kadaluwarsa pada tahun 2018, kertas berwarna
biru sebagai penanda obat yang kadaluwarsa pada tahun 2019 dan kertas berwarna ungu
sebagai penanda obat yang kadaluwarsa pada tahun 2020.
4.1.5 Pemusnahan
Menurut Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurangkurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2
sebax.zgaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota. Di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar

telah sesuai dengan

Permenkes. Pemusnahan dilakukan terhadap obat yang rusak karena kadaluwarsa.Obatobat tersebut akan dikembalikan ke gudang obat di BM dan BM akan melakukan
pemusnahan sesuai dengan bentuk sediaan dari obat yang menentukan apakah obat
tersebut dimusnahkan dengan cara dibakar atau di tanam. Pemusnahan dilakukan dengan
adanya saksi dari pihak Dinas Kesehatan dan BBPOM yang kemudian memberikan tanda
tangan pada surat yang mencantumkan bahwa obat tersebut sudah di musnahkan.
Pemusnahan resep dapat dilakukan pada resep yang telah diarsip dan disimpan selama 3
tahun dengan membuat BAP (Berita Acara Pemusnahan) 4 rangkap untuk dikirim ke
Dinas Kesehatan Kota Denpasar dengan tembusan ke BPOM, Dinas Kesehatan Propinsi
Bali, dan untuk arsip apotek.
4.1.6 Pengendalian

Pengendalian di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar sudah sesuai dengan Permenkes 35
tahun 2014 tetang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Pada Permenkes dijelaskan
bahwa Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran.Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara
manual atau elektronik. Kartu stok sekurangkurangnya memuat nama Obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
Di apotek dilakukan perbandingan antara jumlah fisik dan jumlah yang ada di sistem
komputer untuk memantau kesesuaian jumlah produk sekaligus melihat masa kadarluasa,
kerusakan dan kehilangan obat.
4.1.7 Pelaporan
Menurut Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pencatatan di apotek Kimia Farma 108 Teuku
Umar sudah dilakukan sesuai dengan Permenkes.Kegiatan pencatatan di Apotek Kimia
Farma 108 Teuku Umar meliputi pencatatan stok barang, pencatatan defekta, pencatatan
permintaan dan penerimaan barang, pencatatan rekap resep.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.Pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan,
barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi
pelaporan narkotika (menggunakan Formulir 3 sebagaimana terlampir), psikotropika
(menggunakan Formulir 4 sebagaimana terlampir) dan pelaporan lainnya. Pelaporan di
apotek KimiaFarma 108 Teuku Umar sudah sesuai dengan Permenkes dimana pelaporan
terdiri dari pelaporan internal dan pelaporan eksternal.Pelaporan internal merupakan
laporan keuangan dan pelaporan eksternal merupakan laporan penggunaan narkotika dan
psikotropika.Pelaporan

narkotika

dan

psikotropika

yang

dilakukan

sebulan

sekali.Dilaporkan jumlah narkotika dan psikotropika yang sudah terjual dan jumlah yang

masih tersedia di apotek.Laporan ini dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar


dengan tembusan Balai POM dan Kimia Farma Pusat.
4.2 kegiatan administrasi di apotek
4.2.1 Pencatatan
Menurut Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan
(kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan
dengan kebutuhan. Pencatatan administrasi di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar
sudah sesuai dengan Permenkes Pencatatan dilakukan di buku pemesanan, catatan faktur,
buku surat keluar, buku pembayaran, dan buku defekta
4.2.2 pengarsipan resep, copy resep dan faktur
Menurut Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di
apotek dijelaskan bahwa ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang
berkaitan dengan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai serta pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Di apotek kimia Farma
108 Teuku Umar pengarsipan resep sudah sesuai dengan Permenkes dimana resep, copy
resep, yang diterima pada setiap shift dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan nomor
resep dan berdasarkan tanggal..Faktur dikumpulkan dan di arsip sesuai dengan nomor.
Kemudian disimpan tempat khusus arsip resep, copy resep dan faktur .
4.3 Pelayanan Kefarmasian di Apotek
4.3.1 Pengkajian resep
Pengkajian resep di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar sudah sesuai dengan Permenkes
35 tahun 2014 tetang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Pengkajian resep dibagi
menjadi 3 bagian yang perlu di kaji, meliputi kajian administrative, kajian kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.
4.3.2 Penyiapan obat
Penyiapan obat di Kimia Farma 108 Teuku Umar sudah sesuai standard prosedur operasional
pada PMK Permenkes 35 tahun 2014 tetang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Pada PMK dijelaskan bahwa penyiapan obat mencakup ; Menyiapkan Obat sesuai
dengan permintaan Resep:, menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep,
mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama
Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat. Kemudian melakukan peracikan Obat

bila diperlukan serta memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:warna putih untuk


Obat dalam/oral, warna biru untuk Obat luar dan suntik.
menempelkan label kocok dahulu pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi. Memasukkan
Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang berbeda untuk menjaga
mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah.
4.3.4 Pemantauan efektifitas dan keamanan penggunaan obat
Menurut PMK 35 tahun 2014 tentang pelayanan kefarmasian di apotek, Monitoring Efek
Samping Obat (MESO) mMerupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis. Pemantauan atau monitoring efek samping obat di Apotek Kimia Farma 108
Teuku Umar belum pernah dilakukan. Monitoring dilakukan jika adanya keluhan dari
pasien terhadap obat tertentu dan akan dilaporkan ke BPOM untuk dilakukan
penyelidikan lebih lanjut dengan mengisi form MESO yang tersedia.

BAB V
KESIMPULAN

1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek Kimia Farma meliputi perencanaan,


pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemussnahan dan penarikan, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan. Cakupan yang dilakukan di apotek sudah sesuai dengan
PMK no 35 tahun 2014 tentang pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Kegiatan administrasi kefarmasian di apotek yang meliputi perencanaan, pengarsipan
resep, copy resep, dan faktur sudah sesuai dengan PMK nomor 35 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek.
3. Pelayanan kefarmasian di apotek yang meliputi pengkajian resep pasien, penyiapan
obat, pemantauan efektivitas dan keamanan penggunaan obat, pemberian KIE keada
pasien atau keluarga pasien sudah sesuai dengan PMK nomor 35 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek.

Anda mungkin juga menyukai