Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN

PEMBUATAN PREPARAT MASERASI

Sebagai tugas mata kuliah Mikroteknik Tumbuhan


Dosen Pengampu: Dra. Ely Rudyatmi, M.Si

Nama : Laila Nur Hidayah


NIM : 4411412071

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
A. Judul
Pembuatan Preparat Maserasi Batang Jati (Tectona grandis)
B. Tujuan
 Membuat preparat batang jati (Tectona grandis)
 Menganalisa preparat maserasi batang jati (Tectona grandis) yang mengunakan
metode Jeffrey

C. Landasan Teori
Pengamatan anatomi sel tumbuhan dapat dilakukan dengan cara membuat preparat
yang sesuai dengan bagian yang ingin diamati. Untuk mendapatkan bagian-bagian dari sel
maupun jaringan yang diinginkan, maka diperlukan suatu cara untuk menemukan bagian-
bagian tersebut.
Mikroteknik adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu teknik pembuatan
preparat mikroskopis dan analisis kenampakan preparat yang diamati.preparat mikroskopis
ialah preparat yang hanya dapat dilihat menggunakan mikrosko sehingga dapat dibedakan
bagian yang satu dengan yang lainnya.
Menurut Rudyatmi (2014), ada beberapa kriteria suatu preparat dikategorikn
sebagai preprarat yang baik, yaitu:
1. Ukurannya kecil
2. Tipis
3. Transparan
4. Dapat dibedakan satu dengan yang lainnya

Pada spermatophyte, pengangkutan air serta garam-garam tanah maupun hasil-hasil


fotosintesis dilakukan oleh jaringan pembuluh yang terdiri dari dua kelompok sel yang
asalnya sama namun berbeda dalam bentuk, struktur dinding serta isi selnya. Jaringan
pembuluh terdiri dari xilem dan floem. Kedua jaringan ini disebut jaringan kompleks
karena terdiri dari berbagai jaringan yang berbeda struktur dan fungsinya.

Menurut Sucipto (2009), pada pohon dewasa berdasarkan cross-section terdiri dari
kulit luar, floem, cambium, kayu gubal, kayu teras hingga empulur yang memilkiki fungsi
masing-masing. Penampang kayu berdasarkan arah orientasi serat terdiri dari bidang
lintag/transversal/aksial/cross-sectional (bidang tegak lurus terhadap sumbu batang.
Sel sel penyusun softwood adalah berupa sel trakeid (trakeid, trakeid damar dan
trakeid rantai), sel parenkim (parenkim aksial dan parenkim apitel), sel trakeid jari-jari, sel
jari-jari dan sel epithel. Sedangkan pada hardwood adalah berupa sel pori, sel serabut
(trakei serabut dan serabut libriform), sel trakeid (trakeid pori dan trakeid keliling pori), sel
parenkim, sel-sel jari ( sel tegak dan sel baring).
Sel serabut atau serat berbentuk panjang dengan dinding tebal daripada dinding sel
parenkim atau pembuluh. Sel ini berfungsi sebagai penguat batang pohon sehingga
memiliki dinding yang tebal. Sel trakeid adalah sel yang berbentuk panjang dan ujung-
ujungnya tertutup runcing. Sel trakeid merupakan komponen penyusun primer dengan
komposisi 90-95% pada softwood.

Xilem, terdiri dari trakeid, trakea / pembuluh kayu, parenkim xylem, dan serabut /
serat xylem. Berdasarkan asal terbentuknya terbagi menjadi xylem primer dan xylem
sekunder. Xilem primer berasal dari prokambium sedangkan xilem sekunder berasal dari
kambium. Berdasarkan proses terbentuknya xilem primer dapat dibedakan menjadi
protoxylem dan metaxylem.

Elemen pengangkut terdiri dari trakeid dan komponen pembuluh kayu (trakea).
Perbedaan utama antara kedua macam sel adalah bahwa trakeid berujung runcing yang
tidak berperforasi atau berlubang sedangkan komponen pembuluh kayu berperforasi pada
ujung selnya. Komponen pembuluh kayu tersusun dalam deretan sel memanjang yang
berhubungan satu dengan yang lainpada dinding ujungnya. Dinding ujung komponen
trakea yang terperforasi disebut papan perforasi. Papan perforasi sederhana memiliki hanya
satu lubang dan papan perforasi majemuk berisi banyak lubang

Pada dinding komponen trakea terdapat noktah sederhana maupun noktah


terlindung yang jumlah serta susunannya bermacam-macam. Macam noktah tergantung
kepada tipe sel yang berada disebelahnya. Diantara dua sel trakeal yang berdampingan
biasanya terdapat sejumlah besar nktah terlindung. Diantara elemen pengangkut dan serat
terdapat beberapa pasangan noktah. Pasangan noktah setengah terlindung atau sederhana
terdapat antara elemen trakeal dengan parenkim xylem.
Xylem merupakan pembuluh angkut yang terdiri dari berbagai macam bentuk sel.
Keunikan dari setiap bentuk sel penyusun xylem ini dapat dijadikan sebagai suatu ciri khas
tersendiri dari setiap spesies.
Teknik yang dapat digunakan untuk mengamati berbagai macam bentuk sel
penyusun xylem yang tepat adalah dengan maserasi. Maserasi adalah suatu teknik
pembuatan preparat awetan permanen dengan cara pembusukan buatan, menghilangkan
bagian-bagian tertentu menjadi lunak dan hilang, sedangkan bagian yang keras dan tahan
terhadap maserator akan tetap utuh. Xylem merupakan bagian yang keras dan muncul dari
pertumbuhan sekunder.
Tanaman jati (Tectona grandis) maerupakan salah satu tanaman berkayu keras.
Banyak digunakan sebagai bahan untuk furniture karena strukturnya yang kuat. Untuk
mengetahui seperti apa susunan batang jati sehingga banyak dimanfaatkan dapat dianalisis
menggunakan pengamatan mikroskopin dengan cara membuat sediaannya dengan metode
maserasi.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis L.f.

D. Cara Kerja
Metode Jeffrey
Memotong batang jati (Tectona grandis) yang berdiameter 5 mm dan panjang 10
mm. potongan batang dibersihkan kulit bagian luar dan jaringan gabus di dalamnya
sehingga hanya menyisakan jaringan xylem. Sampel direbus dalam air hingga tenggelam
yang membutuhkan waktu hingga satu jam. Merebus kembali sampel dengan larutan KOH
10% dalam beaker glass yang dipanaskan diatas lampu bunsen selama 5 menit. Mencuci
bahan yang berada dalam botol flakon dengan air mengalir selama 1 jam. Maserasi bahan
dengan campuran asam nitrat 10% dan asam kromat 10% perbandingan 1:1 dalam botol
flakon selama 35 hari hingga melunak sebanyak 5 ml. Mencuci bahan yang ada dalam
flakon dengan air mengalir selama 1 jam hingga bersih. Mengganti air dengan larutan
pewarna safranin dalam alcohol 70% dengan cara dehidrasi dengan alcohol bertingkat,
dimulai dari alcohol 30%, 40%, 50%, 60%, 70% masing-masing selama 2 menit. Staining
dengan cara mengganti larutan alcohol 70% dengan safranin 1% dalam alcohol 70%
selama 24 jam. Mencuci sampel menggunakan alcohol sisa 70% sebanyak satu kali.
Dehidrasi sampel secara bertingkat menggunakan alcohol 30%, 40%, 50%, 60%, 70%,
80%, 90%, dan absolut masing-masing selama 2 menit. Dealkoholisasi dengan larutan
alcohol xylol perbandingan 3:1, 1:1, 1:3, xylol murni I, xylol murni II selama 2 menit.
Menyuwir-nyuwir sampel dengan menggunakan jarum hingga menjadi bagian yang sangat
tipis dan terurai kecil seperti benang. Mounting sampel pada gelas benda dengan jarak tepi
kiri sampel 1 cm dengan cepat ditutup menggunakan enthellan sebagai media penutup dan
diatur sedemikian rupa sehingga sampel berada pada posisi yang sesuai. Labelling sampel
pada sisi kanan sampel yang berisi informasi mengenai nama preparat, macam preparat,
metode, zat warna yang digunakan dan tanggal pembuatan yang ditulis singkat,padat dan
jelas.
E. Hasil Pengamatan
Gambar Keterangan:
a. Sieve tube (pembuluh)

M 40 x 10
b. Fibrosa

M 40 x 10
F. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai pembuatan preparat maserasi
batang jati (Tectona grandis) yang memiliki struktur yang cukup keras membutuhkan
waktu selama 35 hari maserasi. Sampel bisa melanjutkan ke tahapan selanjutnya ditandai
melunaknya sampel tetapi tidak hancur dan batang yang mudah disuwir-suwir menjadi
bagian yang lebih kecil

Preparat maserasi merupakan salah satu metode pembuatan preparat yang


digunakan untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Prinsip kerja dari teknik pembuatan
ini adalah dengan cara memutuskan lamella tengah dari sel tumbuhan. Pemutusan lamella
tengah bertujuan memisahkan bagian sel dengan sel lainnya sehingga sel bisa dilihat secara
satuan utuh. Teknik ini sangat bermanfaat dan telah banyak penelitian dengan melakukan
teknik ini untuk mengekstraksi suatu zat atau bagian tertentu dari sel tumbuhan.

Organ yang digunakan adalah batang jati yang tidak terlalu tua dan juga tidak
terlalu mudah. Karena apabila terlalu tua maka jaringan akan menjadi terlalu sulit untuk
dilunakkan, sedangkan apabila terlalu muda strukturnya akan lebih mudah hancur dan
kemungkinan jaringannya belum terbentuk dengan sempurna.
Pada proses pembuatannya ditambahkan KOH 10 % dengan cara merebus
batangnya selama 5 menit. Hal ini bertujuan untuk memisahkan pektin dalam jaringan
sehinga mudah dipisahkan bagian keras penyusun batang.

Maserator yang digunakan adalah campuran antara asam kromat 10% dan asam
nitrat 10% yang mampu melunakkan bagian yang lunak dari jaringan yang ada pada batang
jati, sedangkan bagian yang keras akan tetap bertahan.
Cairan kloral hidrate dituangkan ke botol flakon lain dan sampel yang telah
dimaserator kemudian cuci dalam air mengalir hingga sisa kloral hidrate hilang dan tidak
mengganggu pada tahapan selanjutnya. Selain itu cairan kloral hidrate masih bisa
digunakan kembali untuk sampel yang lain sehingga lebih efisien.
Pewarnaan sampel cukup dengan sfaranin 1 % dalam alcohol 70% telah mampu
mewarnai hingga sel trakeidnya. Tidak perlu menggunakan pewarna lain karena safranin
mewarnai cukup kuat dengan warna merahnya. Agar maksimal maka lamanya pewarnaan
adalah 24 jam sehingga zat warna benar-benar meresap ke dalam sel.
Bagian sel penyusun xylem sudah dapat terlihat dengan jelas, hanya saja preparat
yang dibuat kurang tipis lagi dalam proses penyuwirannya sehingga masih terlalu banyak
dan belum terpisah-pisah. Sieve tube (pembuluh) batang jati berbentuk memancang dengan
ujung lancip. Selain itu, juga dapat ditemukan fibrosa yang masih terlihat berbentuk persegi
panjang yang mengikat trakeid.
Tidak ditemukannya bagian lain penyusun trakeid pada peraparat ini adalah karena
terlalu tebalnya suwiran sehingga masih terlihat menumbuk satu sama lain. Untuk
mmudahkan penyuwiran maka menggunakan jarum pentul. Tidak diperbolehkan
menggunakan alat bantu yang terbuat dari kayu karena dikhawatirkan malah tertinggal di
obyek glass sehingga menimbulkan kerancuan dalam menganalisis hasil sediaan.
Agar preparat tidak gosong, maka ketika menyuwir dilakukan dengan cepat, teliti
dan hati-hati sehingga jaringan tidak menghitam akibat teroksidasi oleh udara. Tterlalu
lama berada diluar tanpa xylol dapat menyebabkan hitam dan sediaan menjadi sulit untuk
diamati.
Lamanya proses maserasi tidak hanya dipengaruhi oleh organ yang diambil, tetapi
juga setiap spesies memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Batang dikotil lebih
lama dibandingkan batang monokotil.

G. Simpulan
Dari pembahasan berdasarkan hasil pengamatan preparat maserasi batang jati maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Preparat maserasi batang jati (Tectona grandis) dapat dibuat dengan menggunakan
metode Jeffrey dalam maserator khoral hidrate selama 32 hari.
2. Hasil analisis preparat maserasi batang jati (Tectona grandis) adalah sieve tube yang
berbentuk lonjong dengan ujung lancip dan fibrosa.

H. Saran
1. Sebaiknya melakukan proses penyuwiran dengan cepat, teliti dan hati-hati agar hasil
suwiran lebih kecil seperti sehelai rambut, jelas dan terpisah-pisah bagiannya sehingga
dapat dibedakan bagian-bagian trakeidnya secara mikroskopis.
2. Diusahakan menyuwir setipis mungkin hingga hamper tak terlihat secara kasat mata
yang mengindikasikan bahwa sampel sudah terpisah dan tidak menumpuk.

I. Daftar Pustaka

Sucipto, Tito. 2009. Struktur,Anatomi dan Identifikasi Jenis Kayu. Karya Tulis Ilmiah.
Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Rudyatmi, Ely. 2014. Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Semarang

Anda mungkin juga menyukai