Anda di halaman 1dari 25

TOPIK 1.

TEKNIK MIKROSKOPIK

Tujuan
1. Mempelajari bagian-bagian dan fungsi mikroskop cahaya.
2. Mempelajari bagaimana cara menggunakan mikroskop cahaya yang benar.
3. Mempelajari bagaimana cara merawat dan membawa mikroskop cahaya.
4. Membuat dan melakukan pengamatan preparat basah.

Pembahasan
1. Bagian-Bagian Mikroskop Menurut Syaifudin (2014),

Lensa Okuler

Kepala Mikroskop

Lengan Mikroskop
Tabung Mikroskop

Lensa Obyektif

Meja Preprat
Kondensor Makrometer
Mikrometer
Pengatur Kondensor

Kaki Mikroskop Pengatur Meja


Preparat
Diafrgama
Pengatur Cahaya

2. Fungsi Bagian-Bagian Mikroskop,


a. Fungsi Lensa Okuler
Menurut Rokhmah (2011), fungsi lensa okuler yaitu :
 Memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif.
 Membentuk bayangan maya, tegak dan diperbesar dari lensa obyektif.
b. Fungsi Tabung Mikroskop
Menurut Maryadi (2015), fungsi tabung mikroskop yaitu,
 Penghubung antara lensa obyektif dan lensa okuler.
 Mengatur fokus lensa okuler.
c. Fungsi Lengan Mikroskop
Menurut Rokhmah (2011), fungsi dari lengan mikroskop yaitu,
 Sebagai pegangan ketika akan memindahkan mikroskop.
d. Fungsi Lensa Obyektif
Menurut Syaifudin (2014), fungsi lensa obyektif yaitu,
 Membentuk bayangan nyata, terbalik dan diperbesar.
 Memperbesar bayangan obyek sebesar 10x, 40x dan 100x.
e. Fungsi Meja Preparat
Menurut Syaifudin (2014), fungsi meja preparat yaitu,
 Meletakkan preparat atau objek yang akan diamati.
f. Fungsi Kondensor
Menurut Syaifudin (2014), fungsi kondensor yaitu,
 Mengumpulkan cahaya dari sumber pencahayaan dan fokus sedemikian
sudut, dimana spesimen disorot.
g. Fungsi Makrometer (Pemutar Kasar)
Menurut Maryadi (2015), fungsi makrometer atau pemutar kasar pada
mikroskop yaitu,
 Menaik turunkan tabung mikroskop secara cepat.
 Memperjelas atau memfokuskan bayangan obyek yang diamati.
h. Fungsi Mikrometer (Pemutar Halus)
Menurut Maryadi (2015), fungsi mikrometer atau pemutar halus pada
mikroskop yaitu.
 Menaik turunkan tabung mikroskop secara perlahan-lahan.
 Memperjelas bayangan obyek yang diamati.
i. Fungsi Pengatur Meja Preparat
Menurut Rokhmah (2011),Fungsi dari pengatur meja preparat mikroskop
yaitu,
 Menggerakkan meja preparat secara vertikal maupun horizontal.
j. Fungsi Kaki Mikroskop
Menurut Syaifudin (2014), fungsi dari kaki mikroskop yaitu,
 Penyangga mikroskop.
 Pegangan mikroskop ketika hendak dipindahkan ke tempat lain.
k. Fungsi Diafragma
Menurut Rokhmah (2011), fungsi dari bagian diafragma yaitu,
 Mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk dan mengenai preparat.
l. Fungsi Pengatur Cahaya
Menurut Maryadi (2015), fungsi bagian pengatur cahaya yaitu,
 Mengatur resolusi cahaya yang digunakan untuk mengamati obyek pada
preparat.

3. Perhatikan mikroskop yang digunakan dalam praktikum ini


a. Jumlah lensa okuler 2 dan masing-masing mempunyai perbesaran 10x.
b. Jumlah lensa obyektif yang ada di revolver sebanyak 3-4 buah.
c. Sebutkan perbesaran masing-masing lensa obyektif tersebut
Masing-masing lensa obyektif yang ada pada mikroskop mempunyai
perbesaran 4x, 10x, 40x dan 100x
d. Hitung total pembesaran untuk tiap tiap kombinasi okuler/obyektif dari
mikroskop yang digunakan untuk praktikum ini.

Perbesara Okuler X Perbesaran Obyektif = Total Perbesaran


10 4 40
10 10 100
10 40 400
10 100 1000
Menggunakan Mikroskop
1. Cara meletakkan preparat yang akan diamati dengan mikroskop
Jawab :
Menurut Ahmad (2010), cara meletakkan preparat yang akan diamati
menggunakan mikroskop adalah sebagai berikut,
 Preparat yang telah mengandung obyek yang akan diamati disiapkan,
kemudian penjepit preparat dibuka dan preparat diletakkan pada meja
preparat.
 Preparat yang telah diletakkan pada meja preparat kemudian dijepit
menggunakan penjepit preparat, pastika preparat telah dijepit dengan benar
agar tidak bergeser ketika diamati.
 Posisi meja preparat diatur menggunakan makrometer dan mikrometer
hingga diperoleh fokus obyek yang jelas.
Menurut Hartati (2011), cara meletakkan preparat diawali dengan membuka
penjepit preparat yang ada pada mikroskop, lalu preparat yang telah siap untuk
diamati diletakkan pada meja preparat dan disesuaikan obyek yang akan diamati
dengan lensa obyektif lalu preparat dijepit menggunakan penjepit preparat
kemudian meja preparat diatur sedemikian rupa hingga mendapat bayangan obyek
yang jelas menggunakan mikrometer dan makrometer (Maryadi, 2015). Obyek
yang ada di preparat harus bebas dari gelembung ketika akan diamati
menggunakan mikroskop, hal tersebut dikarenakan jika terdapat gelembung pada
preparat maka struktur dan warna obyek yang akan diamati menjadi samar dan
tidak terlihat. Untuk mengatasi hal tersebut ada baiknya ketika gelas benda yang
berisi obyek yang akan diamati ditutup dengan gelas penutup dan menjadi sebuah
preparat, preparat tersebut dipastikan tidak menghasilkan gelembung (Rokhmah,
2011).
2. Cara mengatur besarnya cahaya yang mengenai preparat
Jawab :
Menurut Respati (2008), terdapat dua macam mikroskop yang biasa
digunakan untuk mengamati obyek dalam bidang biologi yaitu mikroskop cermin
dan mikroskop cahaya, yang membedakan dari kedua jenis mikroskop ini yaitu
sumber cahaya dan cara menyalurkan cahaya ke preparat, mikroskop cermin
menggunakan cahaya matahari sebagai sumber cahaya dan cermin sebagai media
pantulan cahaya yang menghubungkan cahaya ke kondensor dan dikumpulkan
oleh diafragma untuk kemudian menyinari obyek yang ada pada meja preparat.
Sedangkan mikroskop cahaya menggunakan cahaya yang ada pada bagian kaki
mikroskop, sumber cahaya berasal dari energi listrik yang kemudian ditangkap
oleh kondensor dan dikumpulkan oleh diafragma untuk menyinari obyek
sehingga struktur dari obyek yang diamati akan terlihat di lensa okuler.
Pada praktikum kali ini digunakan mikroskop cahaya untuk mengamati obyek
yang berupa bakteri dan jamur. Menurut Rokhmah (2011), mekanisme
penyinaran preparat menggunakan mikroskop cahaya adalah sebagai berikut,
 Kabel penghubung arus listrik mikroskop dicolokkan ke colokan listrik.
 Kemudian nyalakan tombol on pada switch on/off jika ada.
 Lalu pengatur cahaya diatur sesuai dengan kebutuhan cahaya yang dipakai
untuk mengamati obyek pada preparat.
Pada pengamatan obyek menggunakan mikroskop cahaya, harus dipastikan
tidak ada yang menghalangi sumber cahaya yang nantinya dapat menimbulkan
bayangan dan mengganggu jalannya pengamatan. Adanya bayangan ketika
menyalakan lampu pada mikroskop cahaya akan menghalangi jalannya cahaya ke
kondensor dan diafragma sehingga struktur dan warna dari obyek yang diamati
tidak terlihat pada lensa okuler (Syaifudin, 2014).
3. Cara mengatur agar preparat berada tepat dibawah lensa obyektif
Jawab :
Setelah melalui tahapan peletakkan preparat pada meja preparat dan
pengaturan cahaya menggunakan pengatur cahaya pada mikroskop kemudian
terdapat tahapan mengatur posisi preparat dengan lensa obyektif agar bayangan
benda terlihat jelas jika diamati menggunakan lensa okuler. Menurut Syamsa
(2000), agar preparat tepat berada di bawah lensa okuler dapat dilakukan dengan
cara :
 Makrometer diatur hingga lensa obyektif mendekati preparat, namun
usahakan agar lensa tidak menempel dengan preparat.
 Mikrometer diatur hingga fokus bayangan dari lensa obyektif terlihat jelas
pada lensa okuler.
 Meja preparat digeser dengan menggunakan pengatur meja preparat secara
vertikal maupun horizontal hingga preparat berada tepat dibawah lensa
obyektif.
Ketika melakukan pengamatan terhadap suatu media kadang diharuskan untuk
mencari lebih dari satu jenis atau spesies mikroba maupun organisme dalam
media yang diamati. Berdasarkan hal tersebut, ketika melakukan pengamatan
dapat mengatur meja preparat dengan menggerakannya secara vertikal maupun
horizontal untuk mengetahui berbagai spesies mikroba maupun organisme yang
ada dalam obyek yang diamati (Respati, 2008). Setelah fokus lensa dirasa mulai
memudar, dapat mengatur makrometer maupun mikrometer agar fokus lensa
obyektif dapat berubah hingga obyek yang diamati dapat terlihat jelas pada lensa
okuler (Hartati, 2011).
4. Cara menempatkan lensa objektif sesuai dengan perbesaran yang diinginkan
Jawab :
Tahapan setelah menyesuaikan preparat terhadap lensa obyektif yaitu
mengatur perbesaran lensa objektif untuk mendapatkan fokus bayangan objek
yang diamati. Tidak selalu penggunaan satu perbesaran secara terus menerus
dalam suatu pengamatan dapat mendapatkan struktur organisme atau mikroba
yang diamati sehingga diperlukan penyesuaian perbesaran terhadap fokus lensa,
jika dirasa setelah melakukan pergeseran meja preparat fokus lensa terhadap
obyek menjadi kabur maka dapat diatasi dengan cara merubah perbesaran lensa
obyektif (Maryadi, 2015).
Pada suatu mikroskop terdapat 3 – 4 jenis lensa objektif dengan perbesaran
yang berbeda-beda, perbesaran pada lensa obyektif masing-masing bernilai 4x,
10x, 40x dan 100x, setiap perbesaran memiliki tanda sendiri-sendiri, jika lensa
mempunyai tanda merah maka digunakan untuk perbesaran 4x, jika terdapat
tanda kuning maka lensa tersebut untuk perbesaran lemah untuk perbesaran 10x
dan tanda hijau lensa merupakan perbesaran kuat untuk perbesaran 40x (Respati,
2008).
Menurut Syaifudin (2014), cara menempatkan lensa objektif sesuai dengan
perbesaran yang diinginkan adalah sebagai berikut,
 Makrometer digerakkan searah jarum jam agar tubus mendekati meja
preparat untuk mendapatkan bayangan objek yang diamati.
 Mikrometer digerakkan searah jarum jam untuk mengatur fokus lensa
terhadap objek yang diamati.
 Revolver diputar sesuai dengan perbesaran yang digunakan, jika perbesaran
kecil dirasa kurang fokus maka dapat diganti dengan perbesaran yang lebih
besar dengan cara memutar revolver searah jarum jam hingga terdengar
bunyi klik untuk memastikan revolver memilih lensa dengan perbesaran
yang tepat dan tidak berubah-ubah.
5. Cara mendapatkan fokus bayangan
Jawab :
Setelah preparat dan lensa objektif diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan
fokus bayangan objek yang diamati kemudian dilakukan tahapan mengatur fokus
lensa untuk memperjelas bayangan objek yang diamati. Cara mendapatkan fokus
bayangan dengan cara memutar makrometer hingga lensa objektif mendekati
lensa lalu diatur perbesaran lensa objektif dengan cara memutar revolver dan
yang terakhir memutar mikrometer searah jarum jam untuk mendapatkan fokus
bayangan yang dicari (Syamsa, 2000).
Makrometer atau tuas kasar diputar searah jarum jam agar bagian tubus
bergerak ke bawah mendekati meja preparat untuk mendekati objek yang diamati
sedangkan tuas halus diputar searah jarum jam agar bayangan yang dilihat dari
lensa okuler dapat dipantulkan secara jelas dari lensa obyektif sehingga struktur
dan warna bakteri, jamur maupun organisme lain yang terkandung dalam media
yang diamati menjadi terlihat jelas (Ahmad, 2000).
Menurut Hartati (2011), tahapan persiapan preparat hingga pengaturan fokus
lensa untuk mendapatkan bayangan yaitu,
 Penjepit preparat dibuka lalu preparat diletakkan ke meja preparat.
 Tuas kasar diputar searah jarum jam hingga lensa objektif mendekati meja
preparat.
 Perbesaran lensa objektif dipilih dengan cara memutar revolver.
 Meja preparat digeser vertikal maupun horizontal menggunakan pengatur
meja preparat hingga objek yang hendak diamati terlihat di lensa okuler.
 Setelah objek terlihat kemudian tuas halus atau mikrometer diputar searah
jarum jam hingga fokus objek menjadi jelas.
6. Perbedaan antara resolving power dan magnifying power lensa
Jawab :
Menurut Syaifudin (2014), Magnifying power adalah kemampuan dari lensa
mikroskop untuk dapat menampilkan bayangan lebih besar daripada aslinya yang
mampu membantu dalam observasi objek. Sementara resolving power adalah
kemampuan benda optik dalam menampilkan bayangan benda yang amat dekat.
Magnifying power berasal dari bahasa inggris Magnify yang artinya perkalian,
perkalian yang dimaksudkan dalam hal ini yaitu bayangan yang dihasilkan
berdasarkan pengamatan mempunyai ukuran yang lebih besar daripada aslinya
pada mikroskop, hal tersebut dapat terjadi apabila pemilihan lensa objektif dan
lensa okuler dilakukan secara tepat, sedangkan resolve berarti menetapkan yang
berarti bayangan benda yang diamati walaupun letaknya terlalu dekat dengan
lensa dapat terlihat dengan jelas (Respati, 2008).
Sebagai contoh, resolving power mata manusia yang normal pada jarak 25 cm
adalah 0.1 mm (100 mikron). Benda yang berukuran lebih kecil dari 100 mikron
tidak dapat dilihat oleh mata secara terpisah tanpa menggunakan bantuan alat
pembesar. Sifat resolving power lensa dipengaruhi oleh panjang gelombang sinar
dan numerical aperture (NA) dari lensa. Resolving power berbanding terbalik
dengan resolusi. Oleh karena itu, resolusi dapat dipertinggi dengan cara
menurunkan resolving power yaitu menggunakan sinar dengan panjang
gelombang yang lebih pendek, dan menaikkan NA dengan cara mempertinggi
indeks refraksi antara objek dan lensa objektif, atau menaikkan sudut apertur (a)
lensa objektif. Oleh karena itu, objek terkecil yang dapat dilihat melalui suatu
mikroskop sederhana tergantung dari panjang gelombang terpendek dari sinar
tampak (visible) dan lensa objektif yang mempunyai NA maksimum. Salah satu
cara lainnya untuk menaikkan NA lensa adalah dengan menggunakan suatu
kondenser (Rokhmah, 2011).
7. Mengapa pada saat menyimpan atau membawa mikroskop lensa obyektif
diposisikan pada lensa dengan kekuatan yang paling kecil ?
Jawab :
Mikroskop mempunyai dua lensa utama pada tubuhnya yaitu lensa okuler dan
lensa objektif. Lensa okuler merupakan lensa yang letaknya paling dekat dengan
mata pengamat atau praktikan yang mempunyai 2 lensa utama sedangkan lensa
objektif adalah lensa yang berguna untuk memperjelas bayangan objek yang
mempunyai lensa sekitar 3 hingga 4 buah dengan perbesaran yang berbeda-beda.
Lensa okuler dan lensa objektif dihubungkan oleh salah satu bagian yang
dinamakan tabung mikroskop atau tubus (Respati, 2008).
Setelah pemakaian mikroskop, mikroskop harus dibersihkan terlebih dahulu
dan kemudian dilakukan prosedur penyimpanan. Alasan mikroskop harus
dibersihkan yaitu agar mikroskop terhindar dari debu dan mikroba yang bersifat
korosif sehingga mengakibatkan mikroskop berkarat dan lama-kelamaan akan
rusak, selain itu pembersihan pada mikroskop bertujuan untuk memperpanjang
umur mikroskop karena harga jual dari mikroskop tidaklah murah dan
membutuhkan biaya yang lumayan besar untuk membeli mikroskop sehingga
perawatan mikroskop sangatlah penting bagi umur mikroskop (Hartati, 2011).
Prosedur penyimpanan terhadap mikroskop tidak bisa dilakukan dengan cara
yang sembarangan. Berdasarkan prosedur penyimpanan mikroskop, lensa
objektif haruslah dalam keadaan perbesaran yang paling kecil. Pada lensa
objektif terdapat 4 lensa dengan perbesaran 4x, 10x, 40x dan 100x yang
bertujuan untuk mengatur fokus lensa terhadap fokus objek yang diamati. Lensa
objektif harus diposisikan pada perbesaran yang paling kecil agar lensa objektif
tidak bergesekan secara langsung terhadap meja preparat karena semakin tinggi
perbesaran maka semakin panjang juga lensa objektif yang digunakan, meja
preparat dapat menimbulkan kerusakan pada lensa (Maryadi, 2015).
8. Mengapa minyak imersi diperlukan pada saat menggunakan lensa obyektif
perbesaran 100 ?
Jawab :
Minyak emersi adalah minyak yang dipakai untuk olesan pada mikroskop,
yang fungsinya untuk memperjelas objek dan melindungi mikroskop itu sendiri
atau Imersi minyak merupakan teknik yang digunakan pada saat kita akan
mengamati preparat mikroskopik dengan perbesaran yang besar (10x100
misalnya). Bahan yang digunakan saat melakukan teknik tersebut adalah minyak
imersi. Teknik tersebut dilakukan dengan cara mengoleskan minyak di lensa
objektif dan preparat yang akan kita amati. Minyak imersi memiliki indeks
refraksi yang tinggi dibandingkan dengan air atau udara sehingga objek yang kita
amati dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan tanpa minyak imersi
(Syaifudin, 2014).
Berdasarkan kekuatan lensa objektif yang digunakan pada mikroskop,
semakin tinggi perbesaran yang digunakan dari suatu lensa maka semakin jelas
pula bayangan yang dihasilkan oleh lensa okuler itu sendiri, namun pada
perbesaran yang sangat besar (100x), jika objek yang diamati mempunyai ukuran
yang tidak terlalu kecil maka bayangan yang dihasilkan akan terkesan pecah dan
mudah goyang atau mudah bergeser fokusnya, penggunaan minyak emersi
bertujuan untuk meningkatkan resolving power dari lensa okuler agar tidak
mudah goyang dan tetap terjaga fokusnya (Respati, 2008).
Penambahan minyak imersi berguna untuk menghilangkan udara yang terletak
di antara lensa objektif dengan gelas objek preparat sehingga sinar yang masuk
ke dalam lensa objektif tidak dibiaskan. Biasanya minyak imersi diletakkan
antara lensa objektif 100x dan objek preparat. Minyak imersi memiliki fungsi
pada saat menggunakan lensa objektif perbesaran 100 karena semakin besar
kekuatan perbesaran lensa objektif akan semakin kecil daya pisahnya. Semakin
kecil daya pisah, akan semakin kuat kemampuan lensa untuk memisahkan dua
titik yang berdekatan, sehingga struktur benda akan terlihat terlalu besar dan
resolusinya akan menjadi buruk, untuk itu daya pisah harus diperkuat. Daya pisah
dapat diperkuat dengan cara memperbesar indeks bias, cara memperbesar indeks
bias adalah dengan menggunakan minyak imersi (Hartati, 2011).
9. Apa fungsi iris diaphragm
Jawab :
Mikroskop terbagi menjadi dua jenis utama yaitu mikroskop cahaya dan
mikroskop cermin. Mikroskop cahaya bersumber dari arus listrik sehingga dapat
mengeluarkan cahaya. Berbanding terbalik dengan mikroskop cahaya, mikroskop
cermin bersumber langsung dari cahaya matahari yang dipantulkan ke kondensor
untuk kemudian dilanjutkan ke preparat. Mikroskop mempunyai beberapa bagian
dengan fungsinya masing-masing yang salah satunya adalah iris diaphragm atau
diafragma. Diafragma merupakan salah satu bagian yang penting baik bagi
mikroskop cermin maupun mikroskop cahaya. Diafragma umumnya terletak
setelah kondensor di bagian bawah meja preparat (Hartati, 2011).
Pada mikroskop cahaya, diafragma merupakan bagian yang sangat penting
yang harus ada karena berpengaruh langsung terhadap struktur objek yang
diamati. Bagian iris diafragma berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang
bersumber dari sumber cahaya yang letaknya di kaki mikroskop, prinsip kerja
masuknya cahaya yaitu cahaya masuk ke kondensor kemudian masuk ke
diafragma untuk dikumpulkan dan diteruskan ke meja preparat yang pada bagian
tengah nya terdapat lubang sebagai jalur lewatnya cahaya ke preparat. Intensitas
cahaya yang masuk dapat diatur menggunakan knob pengatur cahaya yang ada di
bagian kaki mikroskop (Rokhmah, 2011).
Cahaya merupakan komponen penting bagi mikroskop untuk mengamati suatu
objek karena jika tidak ada cahaya maka objek tidak dapat diamati seperti halnya
jika melakukan pengamatan menggunakan mikroskop baik menggunakan
mikroskop cermin maupun mikroskop cahaya pada tempat redup dengan
intensitas cahaya yang sedikit maka akan berpengaruh langsung terhadap objek
yang diamati yang mengakibatkan struktur dan morfologi objek menjadi tidak
terlihat pada lensa okuler (Syamsa, 2000).
10. Bagaimana meningkatkan resolusi mikroskop anda
Jawab :
Menurut Ahmad (2000), berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan
resolusi pada mikroskop yang digunakan contohnya yaitu penggunaan minyak
emersi, dengan bantuan gelombang cahaya yang memiliki panjang gelombang
yang lebih rendah, lalu menggunakan phase contrast dan pengaturan mikrometer
dan makrometer secara tepat. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya tentang
minyak emersi, minyak emersi adalah minyak yang dipakai untuk olesan pada
mikroskop, yang fungsinya untuk memperjelas objek dan melindungi mikroskop
itu sendiri. Penggunaan minyak emersi dikarenakan minyak emersi mempunyai
indeks refraksi yang lebih besar daripada air ataupun udara sehingga bayangan
yang dihasilkan semakin jelas (Syamsa, 2000).
Pengaturan mikrometer dan makrometer yang tepat juga dapat meningkatkan
resolusi atau fokus pada lensa mikroskop. Makrometer umumnya mempunyai
fungsi untuk memperjelas bayangan yang dihasilkan lensa okuler dengan cara
diputar tuasnya searah jarum jam hingga lensa objektif yang telah ditentukan
perbesarannya mendekati objek namun tidak sampai menempel di meja preparat
kemudian tuas halus diatur hingga bayangan objek terlihat jelas apabila diamati
dari lensa okuler (Hartati, 2011).
11. Di mikrobiologi lensa obyektif dengan kekuatan berapa yang biasa
digunakan? Jelaskan!
Jawab :
Pada mikroskop terdapat dua macam lensa yang digunakan yaitu lensa
objektif dan lensa okuler dengan masing-masing perbesaran yang berbeda-beda.
Pada umumnya perbesaran pada mikroskop cahaya yang digunakan untuk bidang
mikrobiologi dikarenakan akan lebih sering meneliti jamur dan bakteri adalah 40x
untuk mikroba jamur yang berukuran lebih besar dari bakteri dan 100x untuk
bakteri yang berukuran sangat kecil. Jika ingin mengamati dengan perbesaran
yang tinggi, digunakan minyak imersi (Maryadi, 2015). Pengamatan
mikrobiologis, biasanya digunakan lensa objektif berkekuatan 97 – 100 kali
perbesaran dan untuk menghindari terjadinya pembiasaan cahaya, maka
digunakan minyak imersi antara lensa objektif dengan preparat (Hartati, 2011).
Menurut Syamsa (2000), pada umumnya pengamatan mikroskopis
terhadap bakteri dan jamur menggunakan mikroskop dengan lensa objektif yang
mempunyai ukuran perbesaran 10x karena pada perbesaran itu bakteri dan jamur
sudah terlihat jelas struktur dan bentuk tubuhnya. Menurut Rokhmah (2011),
ukuran perbesaran yang biasa digunakan pada lensa objektif yaitu perbesaran 10x,
40x, dan 100x. Lensa objektif yang perbesarannya paling rendah biasanya
digunakan untuk pengamatan awal atau untuk melihat lokasi objek yang
diinginkan, yang selanjutnya dipindahkan ke perbesaran yang lebih tinggi.
Perbesaran 40x biasanya dipakai untuk pengamatan mikrobia yang lebih besar,
misalnya jamur. Perbesaran 100x digunakan untuk mengamati bakteri, perbesaran
ini biasanya menggunakan minyak imersi.
Untuk mendapatkan perbesaran yang ingin digunakan dalam pengamatan
menggunakan mikroskop dengan lensa objektif dapat dilakukan dengan cara
memutar revolver. Revolver diputar searah jarum jam hingga berbunyi klik agar
perbesaran tidak berubah-ubah. Pada lensa obyektif, semakin panjang lensa nya
maka semakin tinggi perbesaran yang digunakan begitu pula sebaliknya. Setelah
digunakan biasanya lensa objektif diubah ke perbesaran yang paling kecil untuk
menghindari gesekan secara langsung antara lensa objektif dengan meja preparat
yang dapat mengakibatkan goresan pada lensa karena lensa dan mikroskop yang
digunakan memiliki harga yang relatif mahal (Syaifudin, 2014).
12. Di mikrobiologi lensa okuler dengan kekuatan berapa yang biasa digunakan?
Jelaskan!
Jawab :
Menurut Ahmad (2000), rata-rata mikroskop cahaya yang digunakan dalam
mikrobiologi memiliki perbesaran lensa okuler 10x. Fungsi lensa okuler adalah
memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif, perbesaran dapat
berkisar antara 4 sampai dengan 25x.
Menurut Hartati (2011), kekuatan lensa okuler yang sering digunakan adalah
10x, karena dengan perbesaran tersebut yang dikalikan dengan kekuatan lensa
objektif yang sama yaitu 10x akan diperoleh total perbesaran 100x, sehingga hasil
yang diperoleh akan terlihat jelas dan objek dapat diamati dan dideskripsikan
dengan baik. Ukuran perbesaran ideal untuk mengamati dan mendeskripsikan
suatu objek adalah 10x10.
Menurut Syaifudin (2014), lensa dengan perbesaan 10x karena untuk
mendapatkan perbesaran total 100x,400x dan 1000x. Lensa okuler terdapat
ukuran 5x, 10x dan 15x. apabila ingin mengamati objek yang kecil seperti sel
mikroba, maka digunakan pula perbesaran yang lebih besar. Kekuatan lensa
okuler yang biasa digunakan adalah 10x, karena pada perbesaran lemah ini bakteri
atau jamur yang sudah di preparat dapat terlihat dengan fokus yang jelas.
13. Mengapa diperlukan untuk melakukan kalibrasi ocular micrometer?
Jawab :
Kalibrasi dilakukan agar skala okuler memiliki nilai dari perbandingan skala
objektif dengan skala okuler di setiap pembesaran. Cara melakukan kalibrasi
adalah dengan menghimpitkan skala mikrometer objektif dan okuler pada
perbesaran yang diinginkan.. Untuk menggunakan mikrometer okular dalam
pengamatan harus dilakukan kalibrasi agar pengukuran skala dapat diketahui
secara presisi dan tepat, hal ini dikarenakan setiap pengamatan akan menyebabkan
perubahan standar yang membutuhkah kalibrasi atau tera ulang (Rokhmah, 2011).
Kalibrasi ocular mikrometer diperlukan untuk melihat ukuran dari spesimen
pengamatan yang ada dengan jelas dan tidak terhalangi oleh apapun, karena
fungsi dari ocular micrometer itu sendiri adalah sebagai pemberi ukuran standar
dan terdapat garis – garis skala dengan ukuran tertentu, maka dari itu kalibrasi
dibutuhkan agar dapat terlihat dengan jelas ukuran spesimen yang akan diamati
tersebut. Selain itu kalibrasi dilakukan agar skala okuler memiliki nilai dari
perbandingan skala objektif dengan skala okuler disetiap pembesaran, dapat
dipakai untuk mengukur secara teliti sebuah spesimen daripada sekedar perkiraan
(Syamsa, 2000).
Kalibrasi dilakukan untuk mengembalikan skala okuler ketitik nol untuk
mendapatkan hasil ukur yang lebih presisi. Kalibrasi juga dilakukan agar skala
okuler memiliki nilai dari perbandingan skala objektif dengan skala okuler di
setiap pembesaran. Cara melakukan kalibrasi adalah dengan menghimpitkan skala
mikrometer objektif dan okuler pada perbesaran yang diinginkan (Maryadi, 2015).
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dapat diketahui bahwa,
1. Mikroskop cahaya mempunyai bagian yang diantaranya lensa okuler, tabung
mikroskop, revolver, lensa obyektif, kepala mikroskop, tabung mikroskop,
meja preparat, penjepit preparat, kondensor, diafragma, mikrometer,
makrometer, lengan dan kaki mikroskop yang fungsi utamanya yaitu
mengamati sampel yang berukuran mikroskopis.
2. Cara menggunakan mikroskop cahaya dimulai dari lampu dinyalakan,
peletakkan preparat, penurunan tabung mikroskop menggunakan makrometer,
pengaturan fokus menggunakan mikrometer dan pergeseran meja preparat
menggunakan pengatur meja preparat.
3. Cara merawat mikroskop cahaya yaitu ketika telah selesai digunakan langsung
dibersihkan kemudian lensa diatur ke perbesaran paling kecil untuk
menghindari gesekan dengan meja preparat, cara membawa mikroskop yaitu
tangan kanan memegang lengan mikroskop dan tangan kiri memegang bagian
kaki mikroskop.
4. Preparat dibuat diambil dari bakteri simbion sedimen mangrove yang diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x40 kali.

Saran
1. Diharapkan sumber cahaya tidak terhalang oleh apapun agar sampel dapat
diamati pada mikroskop cahaya.
2. Praktikan diharapkan hati-hati ketika praktikum agar tidak terjadi kecelakaan
kerja.
3. Setelah praktikum diharapkan mikroskop cahaya dibersihkan dan diubah
perbesaran lensanya ke yang terkecil.
Daftar pustaka

Ahmad, H. 2010. Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri 1 Medan Terhadap


Penggunaan Mikroskop. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Hartati, S. 2011. The Digital Microscope and Its Image Processing Utility.
TELKOMNIKA, Vol.9, No.3, December 2011, pp. 565~574 ISSN: 1693-
6930
Maryadi. 2015. Pengaruh Pemanfaatan Video Berlatih Menggunakan Mikroskop
Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMP Muhammadiyah 4 Semarang.
Semarang : Universitas Negeri Semarang
Respati, S.M.B. 2008. Macam-Macam Mikroskop Dan Cara Penggunaan.
Semarang: Momentum. Vol. 4. No. 2
Rokhmah, D. 2011. Studi Komparasi Hasil Belaar Penggunaan CD Interaktif
Dengan Media Mikroskop Pada Materi Pokok Mikroskop Dan
Keselamatan kerja Kelas VII Semester II Di MTS Matholli’ul Falah Jali
Demak Tahun Ajar 2010/2011. Semarang: Institut Agama Islam Negeri
Walisongo
Syaifudin, E.D.S. 2014. Perancangan Sistem Pencahayaan Dan Kamera Pada
Mikroskop Manual. Jurnal Mikroskopis Vol. 9 No. 2.

Syamsa, A, M. 2000. Pengolahan Citra Digital Dan Analisis Kuantitatif Dalam


Karakterisasi Citra Mikroskopik. Jurnal Mikroskopi Dan Mikroanalisis
Vol 3 No.1.

Nilai Akhir:...........................................................................

Nama & Paraf Asisten: ........................................................


TOPIK II. PENGECATAN GRAM

Tujuan
1. Mempelajari fungsi teknik pengecatan pada bidang mikrobiologi.
2. Mempelajari bermacam-macam jenis cat dan mekanisme pengecatannya.
3. Melakukan pengecatan sel dan struktur sel (flagella, endospora dan kapsula).

Gambar 1. Bakteri gram positif Gambar 2. Bakteri gram negatif


Pembahasan
1. Bagaimana sifat gram bakteri E. coli dan S. Aureus ? Jelaskan
Jawab :
 Escherichia coli termasuk dalam famili Enterobacteraceae yang termasuk
gram negatif dan berbentuk batang yang fermentatif. E. coli hidup dalam
jumlah besar di dalam usus manusia, yaitu membantu sistem pencernaan
manusia dan melindunginya dari bakteri patogen (Arrachman, 2016).
 Escherichia coli, yaitu bakteri anaerob fakultatif gram negatif berbentuk
batang yang termasuk dalam Family Enterobacteriaceae (Lestari, 2013).
 Bakteri Staphylococcus sp. Gram +, tidak berspora, tidak motil, fakultatif
anaerob, kemoorganotrofik, metil red positif, tumbuh optimum pada suhu 30-
370C dan tumbuh baik pada NaCl 1-7%, dengan dua pernapasan dan
metabolisme fermentatif (Anwar, 2008).
 Staphylococcus sp. Merupakan bakteri gram positif, aerob atau anaerob
fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8 -
1,0 μm tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni berwarna putih
bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37oC (Lestari, 2013).
Dari hasil pewarnaan Gram dan setelah diamati dengan bantuan mikroskop
elektron dapat diketahui bahwa :
Esterichia coli merupakan bakteri gram negatif karena berwarna merah,
morfologinya kokobasil, dan bentuk yang cenderung ke batang panjang. Bakteri
ini ada yang soliter, namun ada juga yang tampak bergerombol atau berpasangan.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif karena berwarna ungu,
morfologinya stafilokokus, dan berbentuk bulat. Bakteri ini umumnya tumbuh
bergorombol sehingga tampak seperti anggur (Arrachman, 2006).
Sedangkan hasil dari pewarnaan sederhana dan setelah diamati dengan
menggunakan mikroskop elektron sama dengan hasil pengamatan pada pewarnaan
gram diatas yang dapat diketahui bahwa :
Esterichia coli termasuk dalam bakteri gram negatif karena berwarna merah.
E.coli memiliki morfologi kokobasil, dan bentuknya yang cenderung ke batang
panjang. Bakteri ini ada yang soliter, bergerombol atau berpasangan. Bacillus
subtillis merupakan bakteri gram positif karena berwarna ungu. Bakteri ini
memiliki morfologi basil. Biasanya bentuk rantai atau terpisah (Suwito, 2010).
2. Apa perbedaan antara pengecatan sederhana dengan pengecatan diferensial?
Jawab :
Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik lain dengan menggunakan
larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah
difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang
menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba
disebut teknik pewarnaan diferensial (Nugroho, 2006). Pewarnaan sederhana yaitu
pewarnaan dengan menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya
untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan susunan
selnya, Pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pasda umumnya
antara lain kristal violet, metylen blue, karbol, fuchsin, dan safranin (Anwar,
2008).
Pewarnaan sederhana yakni pewarna yang hanya menggunakan satu macam zat
warna. Menurut reaksinya terhadap sel bakteri, pewarnaan positif misalnya
dengan menggunakan kristal violet, basic fuchsin, dan metilen blue, warna yang
dihasilkan adalah warna ungu. Pewarnaan negatif yakni pewarnaan dengan hanya
mewarnai latar belakangnya saja, menggunakan basic fuchsin dan metilen blue,
tetapi tidak menggunakan kristal violet sehingga warna yang dihasilkan adalah
merah muda. Pewarnaan diferensial merupakan metode pewarnaan yang
membedakan macam sel melalui perbedaan warna. Prosedur pewarnaan
diferensial yang digunakan di dalam pewarnaan bakteri adalah pewarnaan gram
(Nugroho, 2006).
Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut
pewarnaan sederhana. Sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk memilahkan
mikroorganisme disebut pewarnaan diferensial yang memilahkan bakteri menjadi
kelompok gram positif dan gram negatif. Pewarnaan diferensial lainnya ialah
pewarnaan ziehl neelsen yang memilihkan bakterinya menjadi kelompok-
kelompok tahan asam dan tidak tahan asam (Javandira et al., 2013).
3. Sebutkan nama reagent dan tujuan penggunaan masing - masing pada
pengecatan gram!
Jawab :
 Mordant
Fungsi dari mordant adalah untuk menguatkan warna pada cat utama yang
pada praktikum ini menggunakan lugol. Dalam pencelupan dengan zat
warna alam pada umumnya diperlukan pengerjaan mordanting pada bahan
yang akan dicelup/dicap di mana proses mordant ini dilakukan dengan
merendam bahan ke dalam garam-garam logam, seperti aluminium, besi,
timah atau krom. Zat-zat mordan ini berfungsi untuk membentuk jembatan
kimia antara zat warna alam dengan serat sehingga afinitas zat warna
meningkat terhadap serat. Hal ini menunjukkan senyawa mordant mampu
mengikat warna sehingga tidak mudah luntur (Lestari, 2013). Zat-zat
mordan berfungsi untuk membentuk jembatan kimia antara zat warna alam
dengan serat sehingga afinitas zat warna meningkat terhadap serat. Hal ini
menunjukkan senyawa mordant mampu mengikat warna sehingga tidak
mudah luntur selain itu mordant ialah suatu zat warna yang memiliki
gugus hidroksil dan karboksil, serta bermuatan negatif dan bersifat
anionik. Secara biologis, mordant berperan penting untuk fiksasi protein
yang biasanya dalam bentuk koloid menjadi bentuk yang lebih padat dan
kemudian bereaksi dengan zat warna (Anwar, 2008).
 Cat Utama
Fungsi cat utama yaitu sebagai warna dasar pada pengecatan gram
sekaligus penentu bahwa bakteri tersebut merupakan gram positif jika
warna tersebut tetap bertahan yang pada praktikum kali ini menggunakan
kristal violet (Saputra et al., 2014).
 Decolorizer
Adalah proses pencucian dan penghilangan warna yang di sebabkan
pewarnaan pertama pada bakteri yang pada praktikum ini menggunakan
alkohol 90% yang bertujuan meluruhkan warna (Lestari, 2013).
 Counterstain
Adalah sebagai penentu bahwa bakteri tersebut adalah gram negatif karena
bakteri tersebut tidak bisa mempertahankan warna utama yang pada
praktikum ini menggunakan safranin (Suwito, 2010).
4. Tahapan mana yang paling penting atau yang paling menjadi penyebab hasil
pengecatan gram yang buruk? Jelaskan.
Jawab :
Tahap yang paling penting dalam pengecatan gram yang dapat menjadi
penyebab hasil yang buruk adalah ketika perlakuan dengan aseton (tahap
decolorizer) dimana tahap ini merupakan tahap penentu apakah bakteri yang
menjadi objek pengecatan merupakan gram positif atau negatif. Oleh karena itu,
pada tahap ini perlakuan harus benar-benar serius dan teliti agar hasil yang
diperoleh akurat (Anwar, 2008).Semua tahap pada pengecatan gram penting dan
hasil tidak akan akurat jika tidak dilakukan dengan tepat (Lestari, 2013).
Tahap yang paling riskan pada pengecatan gram adalah pelarutan. Jika
pelarutan berlebih maka pewarna primer hilang sehingga bakteri gram + akan
terlihat sebagai gram negatif (-). Sebaliknya jika pelarutan kurang, tidak larut
semua maka bakteri gram negatif (-) terlihat sebagai gram positif (+) (Nugroho,
2006).
Fase yang paling penting dalam pengecatan gram adalah fase dekolorisasi,
yaitu pemberian alkohol pada sampel bakteri. Proses peluruhan ini mempengaruhi
penentuan gram positif ataupun negatif. Kadar pemberian alkohol sebaiknya tidak
berlebihan ataupun terlalu sedikit. Jika berlebihan maka proses peluruhan akan
terjadi berlebihan sehingga warna ungu pada gram posisif akan ikut luruh dan
menjadikan bakteri gram posisif terlihat sebagai gram negatif. Jika terlalu sedikit
maka warna ungu pada bakteri gram negatif tidak luruh sehingga bekteri gram
negatif akan terlihat sebagai bakteri gram positif (Javandira et al., 2013).
Pada saat proses pengeringan setelah proses pencucian, karena jika tidak bersih
saat proses pengeringan maka akan bercampur anatara reagen cat yang
sebelumnya dan yang akan ditambahkan. Hal itu akan menyebabkan kesulitan
dalam pengamatan gram (Saputra et al., 2014).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan ini adalah fase yang paling
kritis dari prosedur di atas adalah tahap dekolorisasi yang mengakibatkan CV
(warna utama) iodin lepas dari sel. Pemberian etanol jangan sampai berlebih yang
akan menyebabkan overdecolorization sehingga sel gram positif tampak seperti
gram negatif. Namun juga jangan sampai terlalu sedikit dalam penetesan etanol
(underdecolorization) yang tidak akan melarutkan CV-iodin secara sempurna
sehingga sel gram negatif seperti gram positif. Preparasi pewarnaan gram terbaik
adalah menggunakan kultur muda yang tidak lebih lama dari 24 jam. Umur kultur
akan berpengaruh pada kemampuan sel menyerap warna utama (CV), khususnya
pada Gram positif. Mungkin akan menampakkan gram variabel yaitu satu jenis
sel, sebagian berwarna ungu dan sebagian merah karena pengaruh umur.
Walaupun ada beberapa spesies yang memang bersifat gram variable seperti pada
genus Acinetobacter dan Arthrobacter (Suwito, 2010).
5. Mengapa kultur muda yang dipakai dalam pengecatan gram ?
Jawab :
Karena umur kultur mempengaruhi kemampuan penyerapan warna. Umur
kultur yang sebaiknya digunakan tidak lebih dari 24 jam semakin lama umur dati
bakteri maka semakin turun juga kemampuannya untuk menyerap warna dari
sumber warna yang diberikan misalnya crystal violet yang memberi warna dasar
ungu atau biru dan safranin yang memberi warna merah maupun merah muda
(Javandira et al., 2013).
Preparasi pewarnaan gram terbaik adalah menggunakan kultur muda yang
tidak lebih lama dari 24 jam. Umur kultur akan berpengaruh pada kemampuan sel
menyerap warna utama (CV), khususnya pada Gram positif. Mungkin akan
menampakkan gram variabel yaitu satu jenis sel, sebagian berwarna ungu dan
sebagian merah karena pengaruh umur. Walaupun ada beberapa spesies yang
memang bersifat gram variable seperti pada genus Acinetobacter dan Arthrobacter
(Anwar, 2008).
Kemampuan mempertahankan warna aslinya yang dimiliki oleh gram positif
lama kelamaan akan bergeser kondisi sesuai dengan bertambahnya umur bakteri
tersebut. Maka lambat laun gram positif akan berubah menjadi gram negatif.
Semakin tua kultur maka semakin berkurang juga kemampuan mempertahankan
warnanya. Hal tersebut akan mempengaruhi hasil akhir dari pengecatan gram
(Lestari, 2013).
6. Apa yang dimaksud dengan gram variabel?
Jawab :
 Menurut Nugroho (2006), gram variabel adalah bakteri yang pada usia
tertentu berubah dari Gram positif menjadi Gram negatif.
Contoh: bakteri yang tergolong Family Bacillaceae.
 Gram variabel merupakan satu jenis sel, yang memiliki sebagian berwarna
ungu dan sebagian merah pada selnya karena pengaruh umur. Spesies yang
memang bersifat gram variabel seperti pada genus Acinetobacter (Anwar,
2008).
 Gram variabel yaitu tidak seutuhnya gram positif maupun negatif karena
pengaruh dari tua atau mudanya kultur (Lestari, 2013).
7. Bagian sel apakah yang paling terlibat dalam pengecatan gram ? mengapa?
Jawab :
Dinding sel, karena dinding sel akan mengikat warna dari cat tertentu yang
kemudian menentukan jenis bakteri tersebut. Pada bakteri gram positif, selapis
dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal akan mengikat warna ungu,
sedangkan pada bakteri gram negatif, lapisan terluar dari 3 lapis dinding sel akan
mengikat warna merah dari safranin (Arrachman, 2016).
Perbedaan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif terdapat pada
komposisi dan struktur dinding selnya. Struktur dinding sel bakteri gram negatif
lebih kompleks, berlapis tiga yaitu lapisan luar lipoprotein, lapisan tengah
lipopolisakarida yang berperan sebagai penghalang masuknya bahan bioaktif
antibakteri dan lapisan dalam berupa peptidoglikan dengan kandungan lipid tinggi
(11-12%). Struktur dinding sel tersebut yang berpengaruh terhadap penyerapan
warna (Anwar, 2008).
Bagian sel ini paling berperan pada pengecatan gram adalah dinding sel karena
pada bagian ini penyerapan warna terjadi. Pada gram positif dinding selnya hanya
terdiri atas lapisan peptidoglikan saja sehingga penyerapan warna dari Kristal
violet akan terserap oleh lapisan ini. Sedangkan pada bakteri gram negatif terdapat
2 lapisan dinding sel, yaitu lapisan lipopolysakarida dan lapisan peptidoglikan
(Saputra et al., 2014).
8. Jelaskan bagaimana mekanisme respon bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif terhadap tiap tahapan dalam prosedur pengecatan gram !
Jawab :
Menurut Javandira et al. (2013), Pada bakteri gram positif, saat ditetesi crystal
violet, akan langsung mengikat warna ungu dari cat tersebut. Ketika ditetesi lugol,
warna ungu akan semakin menempel, selanjutnya ketika ditetesi aseton, warna
ungu tidak akan luruh. Ketika diberi perlakuan dengan safranin, warna merah dari
safranin tidak akan diserap oleh bakteri tersebut. Sedangkan pada bakteri gram
negatif, ketika diberi perlakuan crystal violet dan lugol akan memberikan respon
yang sama seperti bakteri gram positif, tetapi pada saat ditetesi aseton, warna
ungu akan luruh. Selanjutnya, ketika diberi perlakuan dengan safranin, bakteri
gram negatif akan mengikat warna merah.
Pada bakteri gram positif akan menyerap cat utama yang akan diperkuat
dengan mordant dan pada bakteri gram negatif akan menyerap cat penutup
(Anwar, 2008). Bakteri gram positif akan menyerap kristal violet dan diperkuat
dengan lugol, kemudian warna akan diluruhkan dengan alkohol 90% dan
kemudian dilakukan pengecatan terakhir yang menentukan bahwa bakteri tersebut
gram positif atau negatif dengan menggunakan safranin (Suwito, 2010).
Kesimpulan :
Berdasarkan praktikum tentang pengecatan gram diketahui bahwa,
1. Teknik pengecatan pada mikrobiologi berfungsi membagi bakteri ke
dalam dua jenis besar yaitu jenis bakteri gram positif dan gram negatif.
2. Jenis cat yang digunakan yaitu Kristal violet dan Safranin. Mekanisme
pengecatan bakteri menggunakan kristal violet selama 1 menit, lugol 1
menit, etanol 10 detik dan safranin selama 1 menit.
3. Bakteri simbion dari sedimen mangrove merupakan bakteri gram positif.

Saran :
1. Pada saat penetesan etanol tidak boleh melebihi 10 detik karena
dikhawatirkan cat akan luruh.
2. Pada saat proses fiksasi diharapkan tabung reaksi tidak terlalu dekat dengan
api agar panas yang dihasilkan tidak merambat ke tangan dan menimbulkan
luka bakar.
3. Praktikan diharapkan memakai masker dan lateks lengkap agar
menghindari efek yang dihasilkan dari zat kimia yang digunakan dalam
praktikum.
Daftar pustaka

Anwar, R. 2008. Bakteri Gram Positif dari Air Kemih. Majalah Kedokteran
Nusantara Volume 41, No. 1 (36-37). Medan : Universitas Islam Sumatera
Utara.

Arrachman, K. 2016. Mikrobiologi Pewarnaan. Semarang : Universitas


Muhammadiyah Semarang.

Javandira, C., Luqman, Q.A., Abdul, L.A. 2013. Pengendalian Penyakit Busuk
Lunak Umbi Kentang Erwinia carotovora) Dengan Memanfaatkan Agen
Hayati Bacillus suptilis dan Pseudomonas Fluorescenes. Jurnal HPT Vol.1
No. 1 (90-96). Malang : Universitas Brawijaya.

Lestari, R. 2013. Pewarnaan Sederhana, Negatif, Kapsul dan Gram. Yogyakarta :


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta.

Nugroho, A. 2006. Biodegradasi Sludge Minyak Bumi Dalam Skala


Mikrokosmos : Simulasi Sederhana Sebagai Kajian Awal Bioremediasi
Land Treatment. Jurnal Makara Teknologi Vol. 10 No.2 (82-89). Jakarta :
Universitas Trisakti.

Saputra, W.A., Muslim, Ade, D.S. 2014. Perbedaan Jumlah Kromosom Ikan
Gabus (Channa Striata) Dari Rawa Dataran Rendah, Dataran Tinggi dan
Pasang Surut. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Vol. 2 No.1 (67-77).
Palembang : Universitas Sriwijaya.

Suwito, W. 2010. Bakteri yang Sering Mencemari Susu : Deteksi, Patogenesis,


Epidemiologi, dan Cara Pengendaliannya. Yogyakarta : Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian.

Nilai Akhir:...............................................................................

Nama & Paraf Asisten: ........................................................

Anda mungkin juga menyukai