Anda di halaman 1dari 47

KRIMINALITAS

(STUDI KASUS DI JAWA BARAT)


Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Patologi
Sosial
Dosen Pengampu : Drs. Wiryo Setiana, M.Si.

Disusun oleh:
Nurul Hafizhah 1174040101
Nurul Rizqy Safitri 1174040103
Pipit Pitriani 1174040105
R. Naila Imtyazi 1174040106
Silmi Saniyah 1174040120
Siti Hindasah 1174040121
Sam’un Sofari 1174040117
Wildayanti 1174040129
Yusril Perdiansyah .N 1174040132

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “TINDAK KRIMINALITAS DI JAWA
BARAT”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Patologi Sosial.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, segala saran dan masukan sangat kami harapkan sebagai bahan koreksi
dan bekal dimasa yang akan datang.

Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada:

Bapak Drs. Wiryo Setiana, M.Si., sebagai dosen pengampu mata kuliah Patologi
Sosial.

Dengan segala kerendahan hati, kami ingin mengucapkan terimakasih dan


semoga tulisan ini dapat bermanfaat di kemudian hari.

Bandung, 13 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Pengertian Kriminalitas................................................................................................3
B. Faktor Penyebab Terjadinya Kriminalitas....................................................................6
C. Bentuk - Bentuk Tindakan Kriminal............................................................................9
D. Akibat Yang Ditimbulkan Oleh Tindakan Kriminal Bagi Masyarakat......................12
E. Hukum Pidana Menurut Perspektif Islam...................................................................13
F. Bagaimana Solusi Untuk Mengurangi Tindakan Kriminal.........................................25
BAB III PENUTUP...............................................................................................................27
A. Kesimpulan................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................28
LAMPIRAN...........................................................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindak pidana kriminalitas merupakan salah satu bentuk dari perilaku


menyimpang yang selalu ada di masyarakat. Perilaku menyimpang merupakan
salah satu perilaku yang harus kita soroti karena merupakan suatu ancaman nyata
terhadap norma kebaikan, kestabilan lokal, moral, hak milik, solidaritas
kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, hukum adat istiadat dan hukum formal.
Saat ini tindak pidana kriminal sudah sangat marak terjadi di berbagai wilayah
di Indonesia. Kriminalitas bukan lagi di lakukan oleh orang-orang yang memiliki
pendidikan rendah seperti para pencuri, preman dan lain-lain, melainkan
dilakukan oleh orang-orang cerdas dan berpangkat sekalipun. Contohnya ialah
tindak pidana penggelapan dana atau korupsi yang sering terjadi di pemerintahan
maupun perusahaan swasta.
Salah satu tindak pidana kriminalitas yang ada di Jawa Barat ialah seperti
penyalahgunaan narkotika, penggelapan dana, perpajakan, asuransi dan beberapa
tindak pidana lainnya yang ditangani langsung oleh Polda Jawa Barat.
Masalah kriminal merupakan kenyataan sosial yang hakikatnya seringkali
sulit untuk dipahami, karena tidak melihat masalah dari proporsi yang
sebenarnya secara dimensional. Peningkatan dan penurunan nilai kriminalitas,
baik di daerah perkotaan maupun pedesaan adalah relatif, sebab manusia dan
lingkungan sekitar berperan besar dalam penentuan sifat dan sikap.
Berbagai kasus kriminalitas yang terjadi di Jawa Barat, baik tahun ini maupun
tiga tahun kebelakang akan kami bahas serta bagaimana solusi untuk mengatasi
tindak kriminalitas tersebut. Serta bagaimana Islam memandang tindakan
kriminal dan hukumannya dalam Islam.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah ini pada beberapa
pertanyaan sebagai berikut :
a. Apa pengertian kriminalitas ?
b. Apa faktor penyebab terjadinya kriminalitas ?
c. Apa bentuk-bentuk tindakan criminal ?
d. Akibat yang ditimbulkan oleh tindakan kriminal bagi masyarakat ?
e. Bagaimana hokum pidana menurut perspektif Islam ?
f. Bagaimana upaya menanggulangi tindakan kriminal ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut
a. Untuk mengetahui kriminalitas.
b. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kriminalitas.
c. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kriminalitas.
d. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh tindak kriminalitas bagi
masyarakat.
e. Untuk mengetahui bagaimana hokum pidana menurut perspektif Islam.
f. Untuk mengetahui bagaiamana upaya menanggulangi tindakan kriminal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kriminalitas
1. Pengertian Krimminalitas
Kriminalitas berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan.
Berbagai sarjana telah berusaha memberikan pengertian kejahatan secara
yuridis berarti segala tingkah laku manusia yang dapat dipidana ,yang diatur
dalam hukum pidana.Kriminalitas atautindak kriminal segala sesuatu yang
melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan.
Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan
yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum
yang berlaku dalam negara Indonesia serta norma-norma sosial dan agama.
Dapat diartikan bahwa, tindak kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan
yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga
masyarakat menentangnya. (Kartono, 1999: 122)
Secara kriminologi yang berbasis sosiologis, tindak kriminalitas
merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat (dengan kata
lain terdapat korban) dan suatu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi
sosial dari masyarakat. Reaksi sosial tersebut dapat berupa reaksi formal,
reaksi informal, dan reaksi non- formal.
Pengertian kejahatan sebagai unsur dalam pengertian kriminalitas,
secara sosiologis mempunyai dua unsur-unsur yaitu: 1) Kejahatan itu ialah
perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan merugikan secara psikologis.
2) Melukai perasaan susila dari suatu segerombolan manusia, di mana orang-
orang itu berhak melahirkan celaan.
Sutherland berpendapat bahwa kelakuan yang bersifat jahat (Criminal
behavior) adalah kelakuan yang melanggar Undang-Undang/hukum pidana.

3
Bagaimanapun im-moril nya atau tidak patutnya suatu perbuatan, ia bukan
kejahatan kecuali bila dilarang oleh Undang-Undang/hukum pidana.
(Principles of Criminology. 1960:45)
Pengertian kriminalitas menurut Beberapa para ahli :
a. Menurut R. Susilo Secara sosiologis mengartikan kriminalitas adalah
sebagai perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan penderita atau
korban juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya
keseimbangan ketentraman dan ketertiban.
b. Menurut M.v.T kriminalitas yaitu perbuatan yang meskipun tidak
ditentukan dalam undang- undang, sebagai perbuatan pidana, telah
dirasakan sebagi onrecht sebagai perbuatan yang bertentangan dengan
tata hukum.
c. Menurut M. A. Elliat kriminalitas adalah problem dalam masyarakat
modern atau tingkah laku yang gagal dan melanggar hukum dan dapat
dijatuhi hukuman yang bisa berupa hukuman penjasra, hukuman mati,
hukuman denda dan lain-lain. 4.
d. Menurut Dr. J.E. Sahetapy dan B. Mardjono Reksodipuro kriminalitas
adalah setiap perbuatan yang dilarang oleh hukum publik untuk
melindungi masyarakat dan diberi sanksi berupa pidana oleh Negara.
Perbuatan tersebut dihukum karena melanggar norma-norma sosial
masyarakat, yaitu adanya tingkah laku yang patut dari seorang warga
negaranya (http//:edyblogspot.com- kriminalitas)
e. Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kriminalitas adalah perbuatan atau tingkah laku yang melanggar hukum,
selain merugikan penderita atau korban juga sangat merugikan
masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan ketentraman dan
ketertiban.
2. Kriminalitas Perspektif Sosiologi

4
Teori-teori sosiologis mencari alasan-alasan perbedaan dalam hal angka
kriminalitas di dalam lingkungan sosial. Teori-teori ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga kategori umum, yaitu: strain, cultural deviance (penyimpangan
budaya), dan sosial control (kontrol sosial). (Topo Santoso, Eva Achjani S
2001:55).
a. Teori Strain. Menurut Durkheim satu cara dalam mempelajari masyarakat
adalah melihat pada bagian-bagian komponennya dalam usaha
mengetahui bagaimana masing-masing berhubungan satu sama lain.
Dengan kata lain, jika masyarakat itu stabil, bagian- bagiannya beroperasi
secara lancar susunan-susunan sosial berfungsi. Maka masyarakat seperti
itu ditandai oleh keterpaduan, kerjasama, dan kesepakatan. Namun, jika
bagian-bagian komponennya tertata dalam keadaan yang membahayakan
keteraturan/ketertiban sosial, susunan masyarakat itu tidak berfungsi.
(Topo S & Eva A. S, 2001:56-57).
b. Teori Penyimpangan Budaya (cultural deviance theories) Teori ini
memandang kejahatan sebagai seperangkat nilai-nilai yang khas pada
lower class (kelas bawah). Tiga teori utama dari cultural deviance
theories adalah sebagai berikut:
1) Theory Sosial Disorganization Teori ini memfokuskan diri pada
perkembangan area-area yang angka kejahatannya tinggi yang
berkaitan dengan disintegrasi nilai-nilai konvensional yang
disebabkan oleh industrialisasi yang cepat, peningkatan imigrasi, dan
urbanisasi. (Topo S & Eva A. S, 2001:65).
2) Theory Differential Association Teori ini berpendapat bahwa orang
belajar melakukan kejahatan sebagai akibat hubungan dengan nilai-
nilai dan sikap-sikap anti sosial, serta pola-pola tingkah laku . (Topo
S & Eva A. S, 2001:66)
3) Theory Culture Conflict Teori ini menegaskan bahwa kelompok-
kelompok yang berlainan belajar conduct norms (aturan-aturan yang

5
mengatur tingklah laku) yang berbeda, dan bahwa conduct norms
dari suatu kelompok mungkin berbenturan dengan aturan-aturan
konvensional kelas menengah. (Topo Santoso, Eva Achjani S,
2001:66)
c. Teori Kontrol Sosial Menurut teori ini penyimpangan merupakan hasil
dari kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Oleh karena itu, para
ahli teori ini menilai perilaku menyimpang adalah konsekuensi logis dari
kegagalan seseorang untuk mentaati hukum.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Kriminalitas


Sebagai kenyataannya bahwa manusia dalam pergaulan hidupnya sering
terdapat penyimpangan terhadap norma-norma, terutama norma hukum. Di
dalam pergaulan manusia bersama, penyimpangan hukum ini disebut sebagai
kejahatan atau kriminalitas. Dan kriminalitas itu sendiri merupakan masalah
sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat, dimana tindak kriminalitas
tersebut mempunyai faktor-faktor penyebab yang mempegaruhi terjadinya
kriminalitas tersebut.
Menurut Andi Hamzah (1986:64), faktor penyebab kriminalitas
dikelompokan menjadi faktor dari dalam diri pelaku dan faktor dari luar diri
prilaku.
1. Kriminalitas terjadi karena faktor dari dalam diri pelaku sendiri. maksudnya
bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu
timbul dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor keturunan
dan kejiwaan (penyakit jiwa).
Faktor-faktor dari dalam tersebut antaralain:
a. Faktor Biologik secara Genothype dan Phenotype Stephen Hurwitz
(1986:36) menyatakan perbedaan antara kedua tipe tersebut bahwa
Genotype ialah warisan sesungguhnya, Phenotype ialah pembawaan yang

6
berkembang. Sekalipun sutu gen tunggal diwariskan dengan cara demikian
hingga nampak keluar, namun masih mungkin adanya gen tersebut tidak
dirasakan. Perkembangan suatu gen tunggal adakalanya tergantung dari
lain-lain gen, teristimewanya bagi sifat-sifat mental. Di samping itu,
nampaknya keluar sesuatu gen, tergantung pula dari pengaruh-pengaruh
luar terhadap organism yang telah atau belum lahir. Apa yang diteruskan
seseorang sebagai pewarisan kepada genrasi yang berikutnya semata-mata
tergantung dari genotype. Apa yang tampaknya keluar olehnya, adalah
phenotype yaitu hasil dari pembawaan yang diwaris dari orang tuanya
dengan pengaruh-pengaruh dari luar.
b. Faktor Pembawaan criminal Stephen Hurwitz (1986:39) setiap orang yang
melakukan kejahatan mempunyai sifat jahat pembawaan, karena selalu
adainteraksi antara pembawaan dan lingkungan. Akan tetapi hendaknya
jangan member cap sifat jahat pembawaan itu, kecuali bila tampak sebagai
kemampuan untuk melakukan susuatu kejahatan tanpa adanya kondisi-
kondisi luar yang istimewa dan luar biasa. Dengan kata lain, harus ada
keseimbangan antara pembawaan dan kejahatan.
c. Umur Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama masih
sekolah dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan
sampai umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali
pada hari tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas lain yang
tergantung dari irama kehidupan manusia.
2. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat di
luar diri pelaku. Maksudnya adalah bahwa yang mempengaruhi seseorang
untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari luar diri si pelaku itu
sendiri.
Faktor-faktor dari luar tersebut antaralain:
a. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang potensial yaitu
mengandung suatu kemungkinan untuk memberi pengaruh dan terujudnya

7
kemungkinan tindak kriminal tergantung dari susunan (kombinasi)
pembawaan dan lingkungan baik lingkungan stationnair (tetap) maupun
lingkungan temporair (sementara). Menurut Kinberg (dalam Stephen
Hurwitz, 1986:38) menyatakan bahwa pengaruh lingkungan yang dahulu
sedikit banyak ada dalam kepribadian seseorang sekarang. Dalam batas-
batas tertentu kebalikannya juga benar, yaitu lingkungan yang telah
mengelilingi seseorang untuk sesuatu waktu tertentu mengandung
pengaruh pribadinya. Faktor-faktor dinamik yang bekerja dan saling
mempengaruhi adalah baik factor pembawaan maupun lingkungan.
b. Kemiskinan Kemiskinan menjadi salah satu faktor penyebab dari tindak
kriminalitas karena pasalnya dengan hidup dalam keterbatasaan maupun
kekurangan akan mempersulit seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya
baik dari segi kebutuhan sandang (pakaian), pangan (makanan), papan
(tempat tinggal) sehingga untuk memenuhi segala kebutuhan tersebut
seseorang melakukan berbagai cara guna memenuhi kebutuhan hidupnya
termasuk dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum.
c. Pendidikan Pendidikan adalah salah satu modal sosial seseorang dalam
pencapaian kesejahteraan. Dimana dengan pendidikan, syarat pekerjaan
dapat terpenuhi. Dengan demikian seseorang yang mempunyai
penghasilan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi ekonomis.
Sehingga apabila seseorang memiliki pendidikan yang rendah hal tersebut
dapat mendorong seseoang untuk melakukan tindakan kriminal.
d. Bacaan, Harian-harian, Film Bacaan jelek merupakan faktor krimogenik
yang kuat, mulai dengan roman- roman dengan cerita-cerita dan gambar-
gambar erotis dan pornografik, buku- buku picisan lain dan akhirnya
cerita-cerita detektif dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh dengan
kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari bacaan
demikian ialah gambaran sesuatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh
langsung dan suatu cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh

8
si pembaca. Harian-harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada
umumnya juga dapat dikatakan tentang koran-koran. Di samping bacaan-
bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap menyebabkan
pertumbuhan kriminalitas. Tentu saja ada keuntungan dan kerugian yang
dapat dilihat disamping kegunaan pokok bacaan, harian, dan film tersebut.

Adapun Penyebab Kriminalitas menurut beberapa para ahli dapat disimpulkan


sebagai berikut :

1. Aristoteles ,mengemukakan bahwa kemiskinan merupakan penyebab dari


revolusi dan kriminalitas
2. Voltaire & Rousseau mengatakan bahwa penyebab kriminalitas yaitu
kehendak bebas, keputusan yang hedonistik, dan kegagalan dalam
melakukan kontrak sosial.
3. Teori klasik mengemukakan, hukuman yang diberikan pada pelaku tidak
proporsional sehingga menimbulkan rasa tidak kapok bagi pelaku
(www.hukumonline.com)1

C. Bentuk - Bentuk Tindakan Kriminal


Tindakan kriminal umumnya dilihat bertentangan dengan norma hukum,
norma sosial dan norma agama yang berlaku di masyarakat. Bentuk-bentuk
tindak kriminal seperti:

a. Pencurian
Pencuri berasal dari kata dasar curi yang berarti sembunyi-sembunyi
atau diam- diam dan pencuri adalah orang yang melakukan kejahatan
pencurian. Dengan demikian pengertian pencurian adalah orang yang
mengambil milik orang lain secara sembunyi-sembunyi atau diam-diam
dengan jalan yang tidak sah. (Poerwardarminta, 1984:217). Pencurian
1
D. Hendri, “Kriminalitas :,” pp. 1–19, 2014.

9
melanggar pasal 352 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan
ancaman hukuman maksimal 15 (lima belas) tahun penjara.
b. Tindak asusila
Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari
norma-norma atau kaidah kesopanan yang saat ini banyak mengintai kaum
wanita. Tindak kriminal tersebut hukumannya penjara paling lama 2 th 8 bln
tercantum dalam pasal 289 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP )
tentang perbuatan asusila dengan ancaman hukuman 9 tahun penjara.
c. Pencopetan
Pencopetan memiliki pengertian yaitu kegiatan negatif mencuri barang
berupa uang dalam saku, dompet, tas, handpone dan lainnya milik orang lain
atau bukan haknya dengan cepat, tangkas dan tidak diketahui oleh korban
maupun orang di sekitarnya (http://bahasa.cs.ui.ac.id). Tindak kriminal ini
memenuhi pasal 365 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun
penjara. (Soenarto, 1994:220)
d. Penjambretan
Penjambretan merupakan perbuatan atau tindakan negatif dengan
merampas harta berharga milik orang lain secara paksa sehingga
menimbulkan kerugian materi bagi korban. penjambretan merupakan tindak
kriminal yang memenuhi pasal 365 ayat 3 KUHP dengan ancaman hukuman
15 tahun penjara. (Soenarto, 1994:221) e. Penodongan dengan senjata
tajam/api Bentuk kriminal merupakan perampasan harta benda milik korban
dilakukan dengan mengancam dengan melakukan penodongan senjata api
sehingga korban yang mengalami ketakutan menyerahkan harta benda
miliknya. Tindak kriminal ini memenuhi pasal 368 dengan ancaman
hukuman maksimal 10 tahun penjara. (Soenarto, 1994:206)
e. Penganiayaan.
Penganiayaan ialah dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka pada
orang lain. Akan tetepi suatu perbuatan yang menyebabkan sakit atau luka

10
pada orang lain, tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan kalau perbuatan
itu dilakukan untuk menambah keselamatan badan. (M.H. Tirtaamidjaja,
1955: 180) penganiayaan memenuhi pasal 351 KUHP (Kitab Undang-undang
Hukum Pidana) dengan ancaman hukuman pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan. (Soenarto, 1994:226)
f. Pembunuhan
Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut
nyawa seseorang. Pengertian pembunuhan seperti ini dimaknai bahwa
perbuatan pidana pembunuhan tidak diklasifikasi apakah dilakukan dengan
sengaja, atau tidak sengaja dan atau semi sengaja. (Wahbah Zuhali, 1989:
217). Tindak kiminal pembunuhan tercantum dalam pasal 388 KUHP (Kitab
Undang-undang Hukum Pidana) dengan sanksi hukuman pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua
puluh tahun. (Soenarto, 1994:211)
g. Penipuan
Penipuan adalah tindakan seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian
kebohongan, nama palsu dan keadaan palsu dengan maksud menguntungkan
diri sendiri dengan tiada hak. Rangkaian kebohongan ialah susunan kalimat-
kalimat bohong yang tersusun demikian rupa yang merupakan cerita sesuatu
yang seakan-akan benar. (R. Sugandhi, 1980 : 396). Di dalam KUHP
tepatnya pada Pasal 378 KUHP ditetapkan kejahatan penipuan dengan
ancaman pidana penjara paling lama 4 tahun . (Soenarto, 1994:140)
h. Penodongan dengan senjata tajam/api
Bentuk kriminal merupakan perampasan harta benda milik korban
dilakukan dengan mengancam dengan melakukan penodongan senjata api
sehingga korban yang mengalami ketakutan menyerahkan harta benda
miliknya. Tindak kriminal ini memenuhi pasal 368 dengan ancaman
hukuman maksimal 10 tahun penjara. (Soenarto, 1994:206)
i. Korupsi

11
Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu
yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan
pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. korupsi dalam pengertian
sosiologis sebagai: Penggunaan yang korup dari kekuasaan yang dialihkan,
atau sebagai penggunaan secara diam-diam kekuasaan yang dialihkan
berdasarkan wewenang yang melekat pada kekuasaan itu atau berdasarkan
kemampuan formal, dengan merugikan tujuan-tujuan kekuasaan asli dan
dengan menguntungkan orang luar atas dalih menggunakan kekuasaan itu
dengan sah Hamzah(1991). Tindak pidana korupsi memenuhi pasal 209
KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan hukuman 4 tahun
penjara. (Soenarto, 1994:269)

D. Akibat Yang Ditimbulkan Oleh Tindakan Kriminal Bagi Masyarakat


1. Dampak Negatif Kriminalitas
Akibat Negatif dari prilaku kriminalitas yang menjadi contoh kejahataan
ini, antara lain sebagai berikut;
a. Cacat Tubuh Serta Mental
Tindakan kriminal yang ekstrim atau sadis akan mengakibatkan
kerugian scara psikis juga raga pada korban. Misal, perampokan yang
disertai dengan penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, dan
sebagainya.
b. Traumatis
Dampak negatif kriminalitas yang fundamental adalah terjadi trauma
pada korban. Hal ini terjadi misalnya karena pelaku kriminal
menodongkan senjata tajam ke arah korban.
c. Merusak Keamanan

12
Tingginya tindakan kriminalitas berdampak pada kerusakan keamanan
di dalam hidup bermasyarakat, seperti ketakutan, kecemasan, dan lain
sebagainya.
d. Banyak Hal Yang Terbuang
Gangguan-gangguan kriminalitas yang muncul di dalam masyarakat
oleh pelaku kriminal akan menyebabkan banyak materi serta energi yang
keluar dengan sia-sia dari berbagai pihak terkait.
2. Positif
Adapun untuk akibat postifnya dari prilaku kriminalitas ini, antara lain;
a. Peningkatan Solidaritas
Teror-teror kriminalitas yang terjadi di dalam masyarakat,
membuat rasa solidaritas dalam diri mereka semakin tumbuh dan
berkembang demi keamanan bersama.
b. Evaluasi Hukum
Pranata atau lembaga-lembaga yang terkait hukum semakin
melakukan revisi untuk memperkuat tenaga atau kekuatan hukum,
serta menambahg kekuatan-kekuatan lainnya dalam menekan
kriminalitas.
c. Efek Jera Media
Efek jera media ini terwujud dalam pemberitaan kriminal yang
menyiarkan pemberitaan penangkapan, membantu pihak tertentu
dalam mengusut kejahatan, juga mempersempit ruang gerak pelaku
kriminal.2

E. Hukum Pidana Menurut Perspektif Islam

2
http://dosensosiologi.com/pengertian-kriminalitas/

13
Apabila berbicara mengenai hukum pidana, konsekuensi dari hal tersebut
adalah bahwa setiap hal-hal atau perbuatan yang melanggar hukum maka akan
menimbulkan hukuman bagi pelakunya. Perbuatan melanggar hukum di dalam
hukum positif yang berlaku di suatu Negara pada prinsipnya berbeda dengan
perbuatan melanggar hukum yang ditentukan di dalam hukum Islam. Cakupan
melanggar hukum di dalam hukum positif hanya terbatas kepada perbuatan yang
salah atau melawan hukum terhadap bidang-bidang hukum tertentu seperti
bidang hukum pidana, perdata, tata usaha Negara, hukum pertanahan dan
sebagainya. Sedangkan di dalam hukum Islam, terhadap hal-hal yang dianggap
salah atau melanggar hukum adalah sesuatu yang melanggar ketentuan-ketentuan
hukum syariat, yang dasar hukumnya dapat ditemui di dalam Al Qur‟an, Hadist,
maupun Ijtihad para ulama. Ketentuan-ketentuan syariat ini tidak hanya berkaitan
dengan hubungan muamalah saja, tetapi juga menyangkut ibadah, yang pada
dasarnya pelanggaran terhadap ketentuan tersebut semuanya akan mendapatkan
hukuman, meskipun hukuman terhadap perbuatan tersebut ada yang diterima di
dunia maupun ada hukuman yang akan diberikan di akhirat kelak.
Jika berbicara mengenai hukum pidana Islam atau yang dinamakan dengan
Fikih Jinayah, maka akan dihadapkan kepada hal-hal mempelajari ilmu tentang
hukum syara‟ yang berkaitan dengan masalah perbuatan yang dilarang (jarimah)
dan hukumannya (uqubah), yang diambil dari dalil-dalil terperinci. Jadi, secara
garis besar dapat diketahui bahwa objek pembahasan atau cakupan dari hukum
pidana Islam adalah jarimah atau tindak pidana serta uqubah atau hukumannya.
Namun jika melihat cakupan yang lebih luas lagi, maka cakupan hukum
pidana Islam pada dasarnya hampir sama dengan yang diatur di dalam Hukum
Pidana positif, karena selain mencakup masalah tindak pidana dan hukumannya
juga disertai dengan pengaturan masalah percobaan, penyertaan, maupun
gabungan tindak pidana. Berikut ini dijelaskan hal-hal yang berupa tindak pidana
(jarimah) dan hukuman (uqubah) dalam Hukum Pidana Islam.
1. JARIMAH atau TINDAK PIDANA

14
Secara bahasa jarimah mengandung pengertian dosa, durhaka.
Larangan-larangan syara’ (hukum Islam) yang diancam hukuman had
(khusus) atau takzir pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan hukum syariat
yang mengakibatkan pelanggarnya mendapat ancaman hukuman. Larangan-
larangan syara‟ tersebut bisa berbentuk melakukan perbuatan yang dilarang
ataupun tidak melakukan suatu perbuatan yang diperintahkan. Melakukan
perbuatan yang dilarang misalnya seorang memukul orang lain dengan benda
tajam yang mengakibatkan korbannya luka atau tewas. Adapun contoh
jarimah berupa tidak melakukan suatu perbuatan yang diperintahkan ialah
seseorang tidak memberi makan anaknya yang masih kecil atau seorang
suami yang tidak memberikan nafkah yang cukup bagi keluarganya. Dalam
bahasa Indonesia, kata jarimah berarti perbuatan pidana atau tindak pidana.
Kata lain yang sering digunakan sebagai padanan istilah jarimah ialah kata
jinayah. Hanya, dikalangan fukaha (ahli fikh, red) istilah jarimah pada
umumnya digunakan untuk semua pelanggaran terhadap perbuatan-perbuatan
yang dilarang oleh syara‟, baik mengenai jiwa ataupun lainnya. Sedangkan
jinayah pada umumnya digunakan untuk menyebutkan perbuatan
pelanggaran yang mengenai jiwa atau anggota badan seperti membunuh dan
melukai anggota badan tertentu.
Jarimah, memiliki unsur umum dan unsur khusus. Unsur umum
jarimah adalah unsur-unsur yang terdapat pada setiap jenis jarimah,
sedangkan unsur khusus adalah unsur-unsur yang hanya terdapat pada jenis
jarimah tertentu yang tidak terdapat pada jenis jarimah yang lain.
Unsur umum daripada Jarimah terbagi ke dalam tiga unsur yakni unsur
formal, materil dan moril. Unsur formal (al-Rukn al-Syar’iy) adalah adanya
ketentuan nash yang melarang atau memerintahkan suatu perbuatan serta
mengancam pelanggarnya. Unsur materil (al-Rukn al-Madi) adalah adanya
tingkah laku atau perbuatan yang berbentuk jarimah yang melanggar
ketentuan formal. Sedangkan unsur moril (al-Rukn al Adabiy) adalah bila

15
pelakunya seorang mukalaf,, yakni orang yang perbuatannya dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Walaupun secara umum jarimah
terbagi kedalam tiga unsur di atas, akan tetapi secara khusus setiap jarimah
memiliki unsur-unsur tersendiri, dan inilah yang dinamakan dengan unsur
khusus jarimah. Adapun pembagian jarimah pada dasarnya tergantung dari
berbagai sisi.
Jarimah dapat ditinjau dari sisi berat -ringannya sanksi hukum, dari
sisi niat pelakunya, dari sisi cara mengerjakannya, dari sisi korban yang
ditimbulkan oleh suatu tindak pidana, dan sifatnya yang khusus. Ditinjau dari
sisi berat ringannya sanksi hukum serta ditegaskan atau tidaknya oleh Al
Qur‟an dan Hadist, jarimah dapat dibagi atas jarimah hudud, jarimah
qhishas/diyat, dan jarimah ta’zir.8 Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan satu
persatu mengenai bentuk-bentuk jarimah atau tindak pidana berdasarkan
berat ringannya hukuman.
1) Tindak Pidana Hudud (jarimah hudud)
Jarimah atau tindak pidana hudud merupakan tindak pidana yang
paling serius dan berat dalam hukum pidana Islam. Tindak pidana ini
pada dasarnya merupakan tindak pidana yang menyerang kepentingan
publik, namun bukan berarti tidak mempengaruhi kepentingan pribadi
manusia sama sekali. Yang terpenting dari tindak pidana hudud ini adalah
berkaitan dengan apa yang disebut hak Allah. Adapun ciri khas daripada
tindak pidana hudud ini adalah sebagai berikut :
a. Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukuman tersebut
telah ditentukan oleh syara‟ dan tidak ada batas minimal maupun
maksimalnya;
b. Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau ada
hak manusia disamping hak Allah maka hak Allah yang lebih
dominan. Hukuman had ini tidak bisa digugurkan oleh perseorangan
(orang yang menjadi korban atau keluarganya) atau oleh masyarakat

16
yang diwakili oleh Negara karena hal tersebut merupakan konsekuensi
bahwa hukuman had itu adalah hak Allah. Sedangkan jenis dari tindak
pidana hudud ini, ada tujuh macam yaitu :
a) Tindak pidana zina;
b) Tindak pidana tuduhan palsu zina (qadzaf);
c) Tindak pidana meminum minuman keras (syurb al-khamr);
d) Tindak pidana pencurian;
e) Tindak pidana perampokan;
f) Murtad;
g) Tindak pidana pemberontakan (al-bagyu).
2) Tindak Pidana Qishas/Diyat
Tindak pidana qishas atau diyat merupakan tindak pidana yang
diancam dengan hukuman qishas atau diyat yang mana ketentuan
mengenai hal ini sudah ditentukan oleh syara‟. Qishas ataupun diyat
merupakan hak manusia (hak individu) yang hukumannya bisa dimaafkan
atau digugurkan oleh korban atau keluarganya.3
Adapun definisi qishas menurut Ibrahim Unais adalah „menjatuhkan
hukuman kepada pelaku persis seperti apa yang dilakukannya‟. Oleh
karena perbuatan yang dilakukan oleh pelaku adalah menghilangkan
nyawa orang lain (membunuh), maka hukuman yang setimpal adalah
dibunuh atau hukuman mati. Dasar hukum qishas terdapat didalam
beberapa ayat Al Qur‟an, diantaranya di dalam surah Al-Baqarah ayat
178,

3
Ahmad Wardi Muslich, Op.Cit., halaman x. 10 Ibid.

17
yang artinya : “ hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
qishas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka
dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita.
Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi
maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang
melampaui batas sesudah itu, baginya siksa yang sangat pedih.”
Sedangkan pengertian diyat menurut Sayid Sabiq adalah „sejumlah
harta yang dibebankan kepada pelaku, karena terjadinya tindak pidana
(pembunuhan atau penganiayaan) dan diberikan kepada korban atau
walinya‟. Diyat merupakan uqubah maliyah (hukuman yang bersifat
harta), yang diserahkan kepada korban apabila ia masih hidup, atau
kepada wali (keluarganya) apabila ia sudah meninggal. Adapun dasar
hukum diyat di dalam Al Qur‟an terdapat dalam Surah An-Nisaa‟ ayat
92,

18
yang artinya : “…dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena
tersalah, (hendaklah) ia memerdekakan hamba sahaya yang beriman serta
membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (terbunuh itu)
kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah.”
Tindak pidana qishas atau diat secara garis besar ada dua macam yaitu
pembunuhan dan penganiayaan. Namun apabila diperluas maka
cakupannya ada lima macam, yaitu :
a. Pembunuhan sengaja;
b. Pembunuhan menyerupai sengaja;
c. Pembunuhan karena kesalahan;
d. Penganiayaan sengaja;
e. Penganiayaan tidak sengaja.
3) Tindak Pidana Ta’zir
Tindak pidana ta‟zir adalah tindak pidana yang dincam dengan
hukuman ta‟zir. Pengertian ta‟zir menurut bahasa adalah ta‟dib, yang
artinya memberi pelajaran. Ta‟zir juga diartikan dengan Ar-Raddu wal
Man‟u, yang artinya menolak atau mencegah. Sedangkan pengertian
ta‟zir menurut Al-Mawardi adalah „hukuman pendidikan atas dosa

19
(tindak pidana) yang belum ditentukan hukumannya oleh syara‟.‟4 Di
dalam buku Fiqh Jinayah H.A. Djazuli mengemukakan bahwa tindak
pidana ta‟zir terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Tindak hudud atau qishas/diyat yang subhat atau tidak memenuhi
syarat, namun sudah merupakan maksiat. Misalnya percobaan
pencurian, percobaan pembunuhan, pencurian di kalangan keluarga,
dan pencurian aliran listrik.
b. Tindak pidana yang ditentukan oleh Al Qur‟an dan Hadist, namun
tidak ditentukan sanksinya. Misalnya, penghinaan, saksi palsu, tidak
melaksanakan amanah, dan menghina agama.
c. Tindak pidana yang ditentukan oleh Ulul Amri untuk kemaslahatan
umum. Dalam hal ini, nilai ajaran Islam dijadikan pertimbangan
penentuan kemaslahatan umum. Persyaratan kemaslahatan ini secara
terinci diuraikan dalam bidang studi Ushul Fiqh. Misalnya
pelanggaran atas peraturan lalu lintas.

Selain berdasarkan pengklasifikasian di atas, pembagian tindak


pidana menurut hukum pidana Islam yang juga penting adalah
berdasarkan aspek korban kejahatan. Sehubungan dengan ini, Abd al-
Qadir‟Awdah membagi perbuatan manusia ke dalam empat bagian, baik
berupa perbuatan tindak pidana maupun yang bukan tindak pidana,
yaitu :5

a. Sebagian perbuatan manusia itu merupakan hak Allah murni.


Misalnya shalat dan zakat. Yang berkaitan dengan hukum pidana
adalah misalnya merampok, mencuri, dan zina. Dalam hal ini,
pemaafan individu si korban tidak mempengaruhi sanksi yang

4
Ibid, halaman xii. 15 H.A. Djazuli, Op.Cit., halaman 13.
5
Ibid, halaman 15-16.

20
diberikan atau diterapkan. Penanggulangan masalah ini pada
hakikatnya kembali kepada kemaslahatan masyarakat.
b. Sebagian perbuatan manusia itu merupakan hak perorangan yang
murni. Misalnya utang, gadai, dan penghinaan. Perbuatan jenis ini
baru dapat dijatuhi hukuman, jika ada pengaduan atau gugatan dari
pihak korban. Pemaafan korban dapat mempengaruhi sanksi secara
penuh.
c. Perbuatan-perbuatan yang melanggar hak jamaah dan hak adami,
namun hak jamaah lebih dominan. Misalnya menuduh zina dan
mencemarkan agama.
d. Perbuatan-perbuatan yang melanggar hak jamaah dan hak adami,
namun hak adami lebih dominan. Misalnya pembunuhan.
2. UQUBAH atau HUKUMAN
Maksud pokok dari diadakannya hukuman adalah untuk memelihara
dan menciptakan kemaslahatan manusia dan menjaga manusia dari hal-hal
yang dapat merusak kehidupan umat manusia, karena pada dasarnya Islam
memberikan petunjuk dan pelajaran kepada manusia. Hukuman diberikan
bukan hanya untuk pembalasan, namun ditetapkannya hukuman adalah untuk
memperbaiki individu agar dapat menjaga masyarakat dan tertib sosial.
Hukuman mempunyai dasar, baik yang berasal dari Al Qur‟an, Hadist,
maupun dari lembaga legislatif yang mempunyai kewenangan menetapkan
hukuman, seperti untuk kasus ta‟zir. Selain itu hukuman harus bersifat
pribadi. Artinya hanya dikenakan kepada yang melakukan kejahatan,
sehingga tidak ada yang dinamakan dengan ”dosa warisan”.
Suatu hukuman, meskipun tidak disenangi, namun tetap ditujukan
untuk mencapai kemaslahatan bagi individu dan masyarakat. Untuk itu suatu
hukuman dapat dianggap baik apabila :
a. Untuk mencegah seseorang dari berbuat maksiat;

21
b. Batas maksimum atau minimum suatu hukuman tergantung kepada
kebutuhan kemaslahatan masyarakat yang menghendaki;
c. Memberikan hukuman kepada orang yang melakukan kejahatan bukan
berarti membalas dendam, tetapi sesungguhnya adalah untuk
kemaslahatannya;
d. Hukuman adalah upaya terakhir dalam menjaga seseorang supaya tidak
jatuh ke dalam suatu maksiat.

Apabila berbicara mengenai hukum pidana positif di Indonesia, maka


yang terbayang hanyalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
peninggalan kolonial Belanda yang masih diberlakukan sampai saat ini.
Padahal, seiring dengan perkembangan hukum yang ada, hukum pidana yang
ada di Indonesia tidak hanya terbatas kepada ketentuan yang terdapat di
dalam KUHP saja, namun juga terdapat di dalam beberapa perundang-
undangan di luar KUHP yang mengatur perbuatan-perbuatan pidana yang
secara khusus tidak ditemukan pengaturannya di dalam KUHP. Pada intinya,
tindak pidana di dalam KUHP dibedakan menjadi dua yaitu kejahatan dan
pelanggaran. Contoh dari kejahatan yang diatur di dalam KUHP adalah
kejahatan terhadap keamanan negara, kejahatan terhadap ketertiban umum,
kejahatan tentang sumpah palsu dan keterangan palsu, kejahatan terhadap
kesusilaan, penghinaan, kejahatan terhadap nyawa, penganiayaan, pencurian,
dan sebagainya. Sedangkan tentang pelanggaran hanya mengatur kejahatan
yang sifatnya kurang serius atau dikatakan sebagai tindak pidana yang
ringan.6 Selain itu, di dalam hukum pidana materil, baik yang terdapat di
dalam

KUHP maupun ketentuan pidana khusus di luar KUHP, selain memuat


unsur- unsur perbuatan atau pidana juga memuat sanksi terhadap pelaku
perbuatan pidana tersebut. Hal ini pada dasarnya sama dengan ketentuan-
6
Topo Santoso, Op.Cit., halaman 83-84.

22
ketentuan pidana yang terdapat di dalam sumber-sumber hukum Islam,
dimana selain memuat tentang jarimah atau tindak pidana, sumber-sumber
hukum tersebut juga mengatur masalah penghukuman atau yang dinamakan
dengan uqubah dalam hukum pidana Islam. Jika diperbandingkan ketentuan
di dalam hukum pidana Islam dengan ketentuan hukum pidana positif, pada
dasarnya dapat dilihat bahwa hukum pidana Islam merupakan hukum yang
mengatur tentang kejahatan dan sanksi-sanksinya, yang tujuannya adalah
untuk memelihara kehidupan manusia didalam agamanya, dirinya, akalnya,
hartanya, kehormatannya dan hubungannya antara pelaku kejahatan, si
korban dan umat. Sedangkan hukum pidana positif hanya cenderung berpihak
kepada si pelaku saja, meskipun pada dasarnya hukum pidana positif
bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia didalam masyarakat agar
tertib dan damai. Mengapa demikian ? Karena pengaturan hukum pidana
positif hanya mengarah kepada penghukuman bagi si pelaku tanpa
memperhatikan kerugian maupun hak-hak yang harus diterima si korban.
Sedangkan di dalam hukum pidana Islam, disamping penghukuman bertujuan
mendatangkan efek jera bagi pelaku maupun masyarakat, namun
keberpihakan kepada korban juga menjadi perhatian di dalam ketentuan
syara‟. Hal ini terlihat di dalam tindak pidana Qishas, dimana terdapat
pemaafan dari pihak korban atau ahli waris sehingga pelaku dapat saja
membayar diyat kepada korban atau ahli warisnya sebagai konsekuensi dari
pemaafan tersebut. Sebagai contoh perbandingan yang lain, dapat diambil
mengenai masalah perzinaan.

Di dalam hukum positif, KUHP tidak melarang hubungan seksual yang


dilakukan atas dasar suka sama suka dam keduanya belum menikah. KUHP
hanya melarang perbuatan perzinaan yang dilakukan atas dasar suka sama
suka dimana salah seorang atau keduanya sudah terikat perkawinan dan hal
itupun hanya dapat ditindak apabila ada pengaduan dari pihak istri atau suami

23
si pelaku. Konsekuensinya, apabila tidak ada pengaduan maka perzinaan
seolah-olah menjadi sesuatu yang ”dihalalkan”, padahal perbuatan tersebut
dari segi agama jelas-jelas merupakan dosa besar. Sedangkan di dalam
hukum pidana Islam, apapun bentuk perzinaan, baik hubungan suka sama
suka yang dilakukan oleh yang sudah terikat pernikahan maupun yang masih
sama-sama ”lajang” tetap dikenakan hukuman tindak pidana perzinaan sesuai
dengan ketentuan syara‟. Selain itu, hukum pidana yang masih berlaku di
Indonesia saat ini, apabila dilihat dari filosofi terbentuknya hukum positif
tersebut lebih mengutamakan kebebasan, menonjolkan hak-hak individu yang
lebih mengutamakan si pelaku, dan kurang berhubungan dengan moralitas
umat manusia pada umumnya.

Hukum positif hanya lebih mengarah kepada upaya menanggulangi


kejahatan, cenderung berupaya untuk menghukum pelaku, namun seringkali
mengabaikan hak-hak korban. Disamping itu, ketentuan di dalam hukum
pidana Islam lebih tegas dibandingkan dengan hukum pidana positif. Di
dalam hukum positif, apa yang dinamakan dengan menjatuhkan hukuman
lebih cenderung merupakan hak para hakim untuk menentukan apakah akan
dipakai batas minimal atau batas maksimal hukuman yang ditetapkan
undang-undang. Sedangkan di dalam hukum pidana Islam ada hukuman yang
dinamakan dengan hak Allah (had), yang kadarnya tidak boleh dikurangi atau
ditambah. Hukuman penjara sebagai satu-satunya bentuk hukuman (jika
bukan dianggap sebagai salah satu bentuk hukuman selain hukuman mati
karena hukuman mati jarang dijatuhkan di negara kita) bagi seluruh bentuk
kejahatan, ternyata melahirkan segudang persoalan. Betapa banyak penjahat
pemula yang setelah keluar dari penjara (setelah “berguru” kepada penjahat
yang lebih senior) justru berubah menjadi penjahat yang lebih lihai. Betapa
banyak terjadi penularan penyakit yang berbahaya di dalam penjara karena
padatnya jumlah penghuninya. Betapa banyak penyimpangan seksual yang

24
dialami oleh para narapidana karena dalam jangka waktu yang cukup lama
tidak berhubungan dengan istri atau suaminya. Betapa besar anggaran yang
harus ditanggung oleh negara untuk memberi makan para narapidana,
padahal anggaran itu diambil dari pajak masyarakat. Betapa banyak waktu
produktif para narapidana yang terbuang percuma hanya untuk mendekam di
dalam penjara, yang membuat mereka menjadi pemalas setelah keluar dari
penjara. Hukum pidana Islam memberikan solusi atas semua persoalan
tersebut.

Bentuk hukuman dalam Islam tidak memakan waktu lama sehingga


tidak memakan waktu produktif si terpidana. Hukum pidana Islam tidak
mengenal biaya tinggi dan memberikan efek jera, baik bagi si terhukum
maupun masyarakat. Berbeda dengan hukum konvensional atau hukum
positif yang merupakan ciptaan manusia dan selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman, hukum pidana Islam sebagai hukum ciptaan Allah
SWT bersifat abadi, fleksibel untuk diterapkan di segala tempat dan waktu,
sesuai dengan fitrah manusia, serta sejalan dengan logika dan hati nurani
manusia.

F. Bagaimana Solusi Untuk Mengurangi Tindakan Kriminal


Adapun peanggulangan tindak kriminalitas sebagaimana yang di
kemukakan oleh Alam A.S dan Amir Ilyas (2010: 79) terdiri dari tiga bagian
pokok berikut.
1. Pre-Emtif. Upaya ini merupakan upaya awal yang dilkakukan oleh pihak
kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak kriminalitas. Usaha ini dilakukan
dengan cara menanmkan nilai atau norma yang baik sehingga norma-norma
tersebut terinternalisasikan dalam diri seseorang. Meskipun ketika adanya
peluang atau kesempatan untuk melakukan tindak criminal, tetapi ia tidak

25
memiliki niat untuk melakukannya, maka tindak kriminalitas tidak akan
terjadi. Contoh kecilnya seperti, ketika tengah malam pada saat lampu merah
lalu lintas menyala, maka pengemudi akan menghentikan kendaraannya
seketika tanpa berpikir untuk melanggarnya walaupun pada saat itu sedang
tidak ada polisi berjada di area tersebut.
2. Preventif. Upaya ini merupakan tindak lanjut dari upaya pre-emtif yang masih
termasuk dalam tataran uoaya pencegahan sebelum terjadinya tindak
kriminalitas atau kejahatan. Dalam upaya ini ditekankan untuk menghilangkan
kesempatan untuk dilakukannya tindak kejahatan. Misalnya, ada orang
memiliki niat untuk mencuri motor, tetapi kesempatan itu dihilangkan dengan
cara menyimpan atau menempatkan motor tersebut di tempat penitipan motor.
Dengan demikian kecil kemungkinan kesempatan seseorang untuk melakukan
tindakan criminal tersebut.
3. Represif. Berbeda dengan upaya prefentiv, upaya represif ini dilakukan
setelah terjadinya pelanggaran atau tindakan kejahatan yang dilakukannya
dengan berupa penegakan hukum (law enforcemment) dengan menjatuhkan
hukuman kepada pihak yang melakukan pelanggaran atau tindakan kriminal
tersebut.

26
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah kriminal merupakan kenyataan sosial yang hakikatnya seringkali
sulit untuk dipahami, karena tidak melihat masalah dari proporsi yang
sebenarnya secara dimensional. Peningkatan dan penurunan nilai kriminalitas,
baik di daerah perkotaan maupun pedesaan adalah relatif, sebab manusia dan
lingkungan sekitar berperan besar dalam penentuan sifat dan sikap.

Maka pertanyaan yang harus dijawab sekarang adalah bagaimana agar bisa
mencegah dan menutup semua kemungkinan dan kesempatan pelaku kriminalitas
melakukan aksinya. Tidak cukup hanya dengan merumuskan hukum yang
seberat-beratnya, sebab kekuatan hukum justru membuatnya menjadi lebih
kreatif untuk menghindar, dan hal itu justru memacu perkembangan pelaku-
pelaku kriminalitas yang hebat dan profesional. Jauh sebelum itu, seseorang
harus bisa menciptakan suatu keadaan yang dapat merangkul mereka dalam
menghadapi tantangan kehidupan.

Saling berbagi dan memperhatikan kepentingan orang lain merupakan


salah satu kunci utamanya. Sudah banyak contoh yang dapat dijadikan sebagai
motivasi, hanya usaha yang belum dan harus dilakukan. Dengan doa dan usaha,
semua pasti bisa, tidak ada kata mustahil. inna ma’al ‘usri yusro, fa inna ma’al
‘usri yusro..

27
DAFTAR PUSTAKA

[1] D. Hendri, “Kriminalitas :,” pp. 1–19, 2014.

[2] Dermawati, A. Hoyyi, and A. Rusgiyono, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Kriminalitas di Kabupaten Batang Tahun 2013 dengan Analisis Jalur,” Gaussian, vol.
4, no. 1993, pp. 247–256, 2015.

[3] A. Rohman, “Upaya Menekan Angka Kriminalitas Dalam Meretas Kejahatan Yang
Terjadi Pada Masyarakat,” Perspektif, vol. 21, no. 2, p. 125, 2016.

[4] http://argarizki98.blogspot.com/2018/04/makalah-kriminalitas.html

[5] Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2005,

halaman ix.

[6] Hukum Islam, Vol. XV No. 1 Juni 2015 Hukum Pidana.......Lysa Angrayni 50

[7] http://dosensosiologi.com/pengertian-kriminalitas/

[8] N. Dosen, U. I. N. Sunan, and G. Djati, “Pengaruh kemiskinan terhadap tingkat


tindak kriminalitas di kota bandung,” Jispo, vol. 8, no. 2, p. 57, 2018.

28
LAMPIRAN

HASIL STUDI KASUS

Instansi : KEPOLISIAN DAERAH JAWA BARAT (POLDA JABAR)

Alamat : Jl. Soekarno-Hatta 748 Kota Bandung, Jawa Barat

Waktu Pelaksanaan : 5 November 2019 sampai 11 November 2019

Narasumber : Bapak Aria Andi

Bapak Teunku Hukman Hakim

Bapak H. Abdul Misbah

Pihak Kepolisisan : Dit ResKrimum

Dit ResKrimsus

Dit ResNarkoba

29
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK TAHANAN

1. Nama dan usia.


2. Mohon maaf sebelumnya, mengapa anda bisa menjalani masa pembinaan di LP
ini? Apa kasus anda?
3. Apakah tindakan kriminal yang anda lakukan dilaksanakan oleh keinginan
sendiri atau bekerja sama dengan orang lain?
4. Faktor apa yang menyebabkan anda melakukan hal yang dilarang itu?
5. Lalu berapa lama anda divonis? Sudah berapa lama anda menjalani masa
pembinaan disini (LP)?
6. Apa akibat dari hal yang anda perbuat itu?
7. Mohon maaf, apa pekerjaan anda sehari-hari sebelum menjalani masa
pembinaan disini?
8. Apa saja aktivitas anda disini?
9. Bagaimana pembinaan yang ada di sel tahanan ini?
10. Adakah efek atau dampak kegiatan yang diterapkan disini (LP) terhadap pribadi
anda?
11. Apa harapan anda setelah bebas dan keluar dari sini?
12. Menurut anda hal apa yang harus anda lakukan dan pemerintah lakukan agar
tidak terjadi lagi kasus seperti yang anda lakukan?

30
Transkip Wawancara tentang narkoba

Penanya : Assalamualaikum, mohon maaf mengganggu pak kami mahasiswa


dari UIN ada tugas patologi sosial untuk mewawancarai bapak, mohon maaf
sebelumnya nama bapak siapa dan umur bapak berapa ?

Narasumber : Teuku Hukman Hakim

Penanya : Mohon maaf sebelumnya, mengapa bisa menjalani masa pembinaan


di LP ini, apa kasusnya ?

Narasumber : Karena telah melakukan perbuatan melawan hukum penyalahgunaan


narkoba jenis sabu

Penanya : Apakah tindakan kriminal yang bapak lakukan di laksanakan oleh


keinginan sendiri atau bekerja sama dengan orang lain ?

Narasumber : Saya melakukan pada dasarnya atas keinginan sendiri atau bekerja
sama juga saya lakukan dengan rekan dan teman teman saya.

Penanya : Faktor apa yang menyebabkan bapak melakukan hal ynag di larang
itu ?

Narasumber : pada dasarnya yang saya lakukan pertama saya menyukai narkoba
jenis sabu, lalu karena susahnya lapangan pekerjaan di Indonesia ini maka saya
lakukan penjualan narkoba jenis sabu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Penanya : Lalu berapa lama bapak di vonis ? sudah berapa lama bapak
menjalani masa pembinaan di LP ini ?

Narasumber : Saya masih tersangka belum ada vonis dari hakim, jadi saya belum
tahu, karena ada tingkatan dan prosesnya, dan saya masih tahanan polda proses,
tersangka,terdakwa, dan terpidana.

31
Penanya : Apa akibat dari hal yang bapak perbuat itu ?

Narasumber : Tertangkap, dan pada kahirnya sebuah penyesalan terhadp diri saya
sendiri.

Penanya : Mohon maaf pak, apa pekerjaan bapak sehari-hari sebelum menjalani
masa pembinaan disini ?

Narasumber : Wiraswasta,Swasta,Buruh Harian Lepas.

Penanya : Apa saja aktivitas bapak disini ?

Narasumber : Dilakukan pembinaan kerohanian atau agama agar lebih sabar dan
dekat dengan Tuhan sebagaian kegiatan sehari-hari disini.

Penanya : Bagaimana menurut bapak tentang pembinaan yang ada di sel


tahanan ini ?

Narasumber :Lumayan bagus, untuk sebuah proses pembinaan dan pembelajaran


adaptasi dengan tahanan yang lainnya dan perbedaan karakter

Penanya : Adakah efek atau dampak kegiatan yang diterapkan disini (LP)
terhadap pribadi bapak ?

Narasumber : Ada, yaitu merubah kebiassan agar hidup lebih bisa berinteraksi
dengan kawan lainnya tentang hidup yang lebih baik dan terarah.

Penanya : Apa harapan bapak setelah bebas dan keluar dari sini ?

Narasumber : Menjadi manusia yang bermanfaat untuk diri sendiri khususnya dan
umumnya untuk orang banyak.

Penanya : Menurut bapak hal apa yang harus bapak lakukan dan pemerintah
lakukan agar tidak terjadi kasus yang telah bapak lakukan ?

32
Narsumber : Mengevalusi pemerintahan membuka lapangan pekerjaan dengan gaji
yang sesuai dengan dan pendidikan formal tidak harus sarjana atau keahlian yang
penting orang tersebut ada kemauan unruk berubah dan ingin maju.

Transkip Wawancara tentang perpajakan

Penanya : Assalamualaikum, mohon maaf mengganggu pak kami mahasiswa


dari UIN ada tugas patologi sosial untuk mewawancarai bapak, mohon maaf
sebelumnya nama bapak siapa dan umur bapak berapa ?

Narasumber : Aria Andi , usia 28 tahun.

Penanya : Mohon maaf sebelumnya, mengapa bisa menjalani masa pembinaan


di LP ini, apa kasusnya ?

Narasumber : Kasus saya terkait dengan perpajakan

Penanya : Apakah tindakan kriminal yang bapak lakukan di laksanakn oleh


keinginan sendiri atau bekerja sama dengan orang lain ?

Narasumber : Bekerja sama

Penanya : Faktor apa yang menyebabkan bapak melakukan hal ynag di larang
itu ?

Narasumber : Faktor ekonomi

Penanya : lalu berapa lama bapak di vonis ? sudah berapa lama bapak menjalani
masa pembinaan di LP ini ?

Narasumber : Belum di vonis

Penanya : Apa akibat dari hal yang bapak perbuat itu ?

33
Narasumber : Merugikan Negara

Penanya : Mohon maaf pak, apa pekerjaan bapak sehari-hari sebelum menjalani
masa pembinaan disini ?

Narasumber : Wiraswasta

Penanya : Apa saja aktivitas bapak disini ?

Narasumber : Ibadah

Penanya : Bagaimana menurut bapak tentang pembinaan yang ada di sel


tahanan ini ?

Narasumber : Pembinaannya cukup baik

Penanya : Adakah efek atau dampak kegiatan yang diterapkan disini (LP)
terhadap pribadi bapak ?

Narasumber : Ada

Penanya : Apa harapan bapak setelah bebas dan keluar dari sini ?

Narasumber : Bisa kumpul bersama keluarga

Penanya : Menurut bapak hal apa yang harus bapak lakukan dan pemerintah
lakukan agar tidak terjadi kasus yang telah bapak lakukan ?

Narasumber : Menurut saya pemerintah harus lebih ketat dan teliti lagi dalam
menyikapi tentang perpajakan

34
Transkip Wawancara tentang pemalsuan dokumen negara

Penanya : Assalamualaikum, mohon maaf mengganggu pak kami mahasiswa


dari UIN ada tugas patologi sosial untuk mewawancarai bapak, mohon maaf
sebelumnya nama bapak siapa dan umur bapak berapa ?

Narasumber : H. Abdul Misbah Muhtan , usia 38 tahun

Penanya : Mohon maaf sebelumnya, mengapa bisa menjalani masa pembinaan


di LP ini, apa kasusnya ?

Narasumber : Pemalsuan 263 atau Dokumen Negara

Penanya : Apakah tindakan kriminal yang bapak lakukan di laksanakn oleh


keinginan sendiri atau bekerja sama dengan orang lain ?

Narasumber : Konsumen

Penanya : Faktor apa yang menyebabkan bapak melakukan hal ynag di larang
itu ?

Narasumber : Uang atau Materi

Penanya :Lalu berapa lama bapak di vonis ? sudah berapa lama bapak
menjalani masa pembinaan di LP ini ?

Narasumber : Tidak tahu, saya ingin pulang

Penanya : Apa akibat dari hal yang bapak perbuat itu ?

Narasumber : Tidak berakibat wolez

Penanya : Mohon maaf pak, apa pekerjaan bapak sehari-hari sebelum menjalani
masa pembinaan disini ?

Narasumber : DISPENDA

35
Penanya : Apa saja aktivitas bapak disini ?

Narasumber : Makan,Tidur dan Shalat

Penanya : Bagaimana menurut bapak tentang pembinaan yang ada di sel


tahanan ini ?

Narasumber : Baik

Penanya : Adakah efek atau dampak kegiatan yang diterapkan disini (LP)
terhadap pribadi bapak ?

Narasumber : Biasa aja

Penanya : Apa harapan bapak setelah bebas dan keluar dari sini ?

Narasumber : Balik modal usaha

Penanya : Menurut bapak hal apa yang harus bapak lakukan dan pemerintah
lakukan agar tidak terjadi kasus yang telah bapak lakukan ?

Narasumber : Keadilan yang sesuai dengan ayat UUD Pancasila sila ke 5

36
DATA KASUS TINDAK PIDANA KRIMINALITAS DI KEPOLISISAN
DAERAH JAWA BARAT

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH JAWA BARAT


DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL UMUM

DATA PERKARA SUBDIT II DITRESKRIMUM POLDA JABAR


PERIODE TAHUN 2017 – 2019 (Oktober)

Tahun
no Tindak Pidana Pasal
2017 2018 2019
1 2 3 4 5 6
1 Penipuan dan 378 dan 372
24 24 12
Penggelapan KUHP
2 Penipuan 7 6 5 378 KUHP
3 Penggelapan 8 10 6 372 KUHP
4 Pemalsuan surat 26 27 21 263 KUHP
5 Memasukan
keterangan palsu
15 28 12 266 KUHP
kedalam suatu akta
otentik
6 Penyerobotan tanah 20 5 6 385 KUHP
7 Larangan pemakaian
tanah tanpa ijin yang Perpu no.51
10 10 6
berhak atau tahun 1960
kuasanya
8 Penggelapan dalam
3 2 1 374 KUHP
jabatan
9 Pengrusakan 1 1 2 406 KUHP
Jumlah 114 113 71

37
38
39
40
JUMLAH TUNGGAKAN DAN PENYELESAIAN PERKARA
JUML
JUMLAH AH
JTP JPTP JPTP PROSES
JUMLA JPTP PROS
UNIT
H JTP ES
<2019 2019 <2019 2019 THP2 SP3 SP2LID LIMPAH <2019 2019
UNIT
28 12 16 4 3 7 3 1 3 1 24 9 33
1
UNIT
16 9 25 8 1 9 1 1 - 1 8 8 16
2
UNIT
14 7 21 7 1 8 1 1 6 1 7 6 13
3
UNIT
- 34 34 - 3 3 - - 3 - - 31 31
4
JUML
58 62 96 19 8 27 5 3 12 3 39 54 93
AH

Bandung, September 2019

KASUBDIT II

RIMSYAHTONO, SIK, MM
KOMPOL NRP 81020827

41
42
43
44

Anda mungkin juga menyukai