Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHUAN
A. Latar Belakang
Berpikir merupakan aktivitas kognitif yang berwujud mengelolah atau
memanipulasi informasi dari lingkungan dengan simbol-simbol atau meteri-materi
yang disimpan dalam ingatan khususnya yang ada dalam long term memory. Sudut
pandang behaviorisme khusunya fungsional memandang berpikir itu sebagai penguat
antara stimulus dan respons. Demikian juga sudut pandang kaum asosiasionos
memandang berpikir hanya sebagai asosiasi antara tanggapan atau bayangan satu
denga yang lainnya yang saling kait mengkait.
Intelegensi berasal dari kata latin intelligere yang berarti mengorganisasikan,
menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain (to organize, to relate, to
bind together). Intelegensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan
untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Sudut pandang dari
evolutionaru perspective, intelegensi adalah suatu kemampuan untuk memecahakan
masalah yang berhubungan dengan adaptasi. Sudut pandang dari behavior
perspective, intelegensi adalah suatu kapasitas untuk mencapai tujuan dalam
berperilaku. Dan sudut pandang dari cognitive perspective, intelegensi adalah suatu
proses nalar yang diterapkan untuk memecahkan malasah atau mencapai tujuan.

B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan berpikir dan intelegensi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses berpikir dan intelegensi
2. Untuk mengetahui macam-macam berpikir dan intelegensi
3. Untuk mengetahui langkah-langkah berpikir dan intelegensi
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. PROSES BERPIKIR

Simbol-simbol yang digunakan dalam berpikir pada umumnya berupa kata-kata


atau bahasa (language), karena itu sering dikemukakan bahwa bahasa dan berpikir
mempunyai kaitan yang erat. Dengan bahasa manusia dapat menciptakan ratusan,
ribuan simbol-simbol  yang memungkinkan manusia dapat berpikir begitu sempurna
apabila dibandingkan dengan makhluk lain. Sekalipun bahasa merupakan alat yang
cukup ampuh ( powerful ) dalam proses berpikir, namun bahasa bukan satu-satunya
alat yang dapat digunakan dalam proses berpikir, sebab masih ada lagi yang dapat
digunakan yaitu bayangan atau gambaran ( image ). Untuk menjelaskan hal ini
diberikan contoh sebagai berikut. Bayangkan bahwa Anda di suatu tempat di sudut
kota misalnya di Bulaksumur, dan anda diminta datang di Kraton. Dalam kaitan ini
anda akan menggunakan gambaran atau bayangan kota Yogyakarta, khususnya yang
berkaitan dengan Bulaksumur dan kraton, dan menentukan jalan- jalan mana saja
yang akan ditempuh untuk berangkat dari Bulaksumur  sampai di Kraton. Jadi disini
anda menggunakan gambaran atau bayangan  (image) yang merupakan visual
map atau juga disebut sebagai cognitive map yang memberikan gambaran tentang
keadaan yang dihadapi. Biasanya seseorang memasuki suatu kota atau tempat  yang
baru, akan memperoleh gambaran tentang kota atau tempat yang baru itu dan ini
memberikan gambaran kepada orang yang bersangkutan, atau memberikan visual
map atau cognitive map. Ini yang sering disebut non-verbal thinking. Demikian pula
apabila orang berpikir menggunakan skema-skema tertentu, atau gambar-gambar
tertentu termasuk dalam klasifikasi tersebut.
Walaupun berpikir dapat menggunakan gambaran-gambaran atau bayangan-
bayangan atau image, namun sebagian terbesar dalam berpikir orang menggunakan
bahasa atau verbal, yaitu berpikir dengan menggunakan simbol-simbol bahasa dengan
segala ketentuan-ketentuannya. Karena bahasa merupakan alat yang penting dalam
berpikir,maka sering dikemukakan orang bila seseorang itu berpikir, orang itu bicara
dengan dirinya sendiri.

Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah,
yaitu :
1) Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga
tingkatan, sebagai berikut:
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut
kita perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun
3

membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa


lalu kita analisa ciri-ciri misalnya :

Manusia Indonesia, ciri - cirinya :


 Mahluk hidup
 Berbudi
 Berkulit sawo mateng
 Berambut hitam
 Dan sebagainya
Manusia Eropa, ciri - cirinya :
 Mahluk hidup
 Berbudi
 Berkulit Putih
 Berambut pirang atau putih
 Bermata biru terbuka
 Dan sebagainya
Manusia Negro, ciri - cirinya:
 Mahluk hidup
 Berbudi
 Berkulit htam
 Berambut hitam kriting
 Bermata hitam melotot
 Dan sebagainya
Manusia Cina, ciri - cirinya:
 Mahluk Hidup
 Berbudi
 Berkulit kuning
 Berambut hitam lurus
 Bermata hitam sipit
 Dan sebagainya
Dan manusia yang lain - lainnya lagi.
b. Membanding - bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana
yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang
tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak
hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri
yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
4

2) Pembentukan Pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian
atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari
pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

a) Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan


sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.
b) Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas
menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya
Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya.
c) Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan
kebarangkalian, kemungkinan - kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ;
misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan
sebagainya.

3) Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan


Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru
berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, Yaitu

a) Keputusan induktif yaitu keputusan yang diambil dari pendapat - pendapat


khusus menuju ke satu pendapat umum.
Misalnya:
Tembaga di panaskan akan memuai
Perak di panaskan akan memuai
Besi di panaskan akan memuai
Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam
kalau dipanaskan akan memuai (Umum)
b) Keputusan Deduktif yaitu ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus ,
Jadi berlawanan dengan keputusan induktif.
Misalnya :
Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi
(kesimpulan): tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain: Semua
manusia terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si
Karto akan mati.
c) Keputusan Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan
membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang
telah ada. Misalnya : Totok adalah anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi
(kesimpulan) Si Totok anak yang pandai itu, tentu naik kelas.
5

B. BENTUK-BENTUK BERPIKIR

1) Berpikir dengan pengalaman (routine thinking)


Dalam bentuk berpikir ini kita banyak giat menghimpun berbagai pengalaman,
dari berbagai pengalaman pemecahan masalah yang kta hadapi. Kadang-kadang satu
pengalaman dapat dipercaya atau dilengkapi oleh pengalaman-pengalaman yang lain.

2) Berpikir representatif
Dengan berpikir representatif, kita sangat bergantung pada ingatan-ingatan dan
tanggapan-tanggapan saja. Tanggapan-tanggapan dan ingatan-ingatan tersebut kita
gunakan untuk memecahkan masalah yang kita hadapi.
3) Berpikir kreatif
Dengan berpikir kreatif, kita dapat menghasilkan sesuatu yang baru, menghasilkan
penemuan-penemuan baru. Kalau kegiatan berpikir kita untuk menghasilkan sesuatu
dengan menggunakan metode-metode yang telah dikenal,maka dikatakan berpikir
produktif, bukan kreatif.

Tingkatan-tingkatan dalam berpikir kreatif :


1) Persiapan (preparation), yaitu tingkatan seseorang menginformasikan
masalah, dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang berguna
dalam memperoleh pemecahan yang baru. Ada kemungkinan apa yang
dipikirkan itu  tidak segera memperoleh pemecahannya, tetapi soal itu tidak
hilang begitu saja, tetapi masih terus berlangsung dalam dri individu yang
bersangkutan. Hal ini menyangkut fase atau tingkatan kedua yaitu fase
inkubasi.
2) Tingkat inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa
seseorang, karena individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah.
3) Tingkat pemecahan atau iluminasi, yaitu tingkat mendapatkan pemecahan
masalah, orang mengalami “aha”, secara tiba-tiba memperoleh pemecahan
tersebut.
4) Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah pemecahan yang diperoleh pada
tingkat iluminasi itu cocok atau tidak. Apabila tidak cocok lalu meningkat
pada tingkat berikutnya yaitu
5) Tingkat revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan yang
diperolehnya.

Sifat-sifat orang yang berpikir kreatif :


a. Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks.
b. Mempunyai psikodinamika yang kompleks, dan mempunyai skope pribadi
yang luas.
c. Dalam judgement-nya lebih mandiri.
6

d. Dominan dan lebih besar pertahanan diri (more self-assertive).


e. Menolak suppression sebagai mekanisme kontrol.

4) Berpikir reproduktif
Dengan berpikir ini, kita tidak menghasilkan sesuatu yang baru, tetapi hanya
sekadar memikirkan kembal dan mencocokan dengan sesuatu yang telah dpkirkan
sebelumnya.
5) Berpikir rasional
Untuk menghadapi suatu situasi dan memecahkan masalah digunakanlah cara-
cara berpikir logis. Untuk berpikir ini tidak hanya sekedar mengumpulkan
pengalaman dan membanding-bandingkan hasil berpkir yang telah ada, melainkan
dengan keaktifan akal kita memecahkan masalah.

C. PENGERTIAN INTELEGENSI

Menurut W. Stern, intelegensi adalah kesanggupan jiwa untuk dapat


menyesuaikan diri            dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang baru.
Menurut V. Hees, intelegensi adalah sifat kecerdasan jiwa.
Inteligensi menurut hasilnya, dibagi dua :
Intelegensi praktis → inteligensi untuk mengatasi suatu situasi yang sulit
dalam suatu kerja yang berlangsung secara cepat dan tepat.
Intelegensi teoritis → inteligensi untuk mendapatkan suatu pikiran
penyelesaian soal dengan cepat dan tepat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi :


 Pembawaan
 Kematangan
 Pembentukan
 Minat

Menurut Binet dan W. Stern, intelegensi tidak dapat dikembangkan. Namun,


Prof. Kohnstamm berpendapat lain. Intelegensi dapat dikembangkan, walaupun hanya
dari segi kualitasnya saja, dengan ketentuan :
 Pengembangan itu hanya sampai pada batas kemampuannya saja.
 Dibatasi oleh mutu intelegensi.
 Bergantung pada cara pikir seseorang.
7

D. TEST INTELEGENSI

Perkembangan tes intelegensi


1. Fase persiapan
Para ahli sedang mencari/berusaha mendapatkan tes intelegensi. Berlangsung
hingga tahun 1915.
2. Fase naif

Hasil tes yang ditemukan digunakan tanpa kritik. Tes ini dianggap sebagai dasar
yang kuat dalam menentukan berbagai macam kemampuan manusia. Berlangsung
dari ±1915 - ±1935.

3. Fase mencari tes yang bebas dari pengaruh kebudayaan(culture free test)

Dari tahun ±1935-±1950. Usaha ini gagal.

4. Fase kritis

Dimulai tahun 1950, terus berlangsung sampai sekarang.

Kelemahan tes intelegensi

1) Tergantung pada kebudayaan.


2) Hanya cocok untuk  jenis tingkah laku tertentu.
3) Hanya cocok untuk tipe kepribadian tertentu. Misal: harus menurut saja,
mengikuti aturan tes.
4) Perbandingan IQ yang ditunjukkan oleh tes tidak semata-mata tergantung
pada keturunan/dasar.
5) Perbandingan IQ seseorang tidak konstan.
6) Penggolongan menurut IQ diikuti pedoman yang harus diterima dengan hati-
hati. IQ 50 dan 69 yang selisihnya 19, termasuk dalam satu golongan.
7) Tes intelegensi masih mengandung kekeliruan-kekeliruan dalam sistem
penyusunannya.

Perkembangan tes intelegensi

Tes Binet
Hasil penemuan dari Alfred Binet yang dikeluarkan tahun 1905. Wujudnya
masih sangat sederhana, terdiri dari 30 item.
8

Tes Binet-Simon
Merupakan penyempurnaan dari tes sebelumnya, dibantu oleh Simon.
Diterbitkan tahun 1908. Digunakan untuk anak usia 3-15 tahun. Konsepsi yang
orisinal pada tes ini, tentang adanya umur yang dua macam:
 Umur kalender/umur kronologis (chronological age/CA) yakni umur
sebagaimana ditunjukkan hari kelahirannya.
 Umur kecerdasan/umur intelegensi (mental age/MA) yakni umur sebagaimana
ditunjukkan dalam tes.
Menentukan normal tidaknya anak berdasarkan pedoman selisih tetap. Bila MA 3
tahun atau lebih, kurang dariCA, maka anak tersebut kurang normal.

Model tes Binet


Menjadi model bagi para ahli untuk penyempurnaan di bidang tes intelegensi.
Merupakan hasil evaluasi oleh Binet dan Simon dari tes sebelumnya. Tes ini
diterbitkan tahun 1911.
Kongres Psikologi Internasional di Geneva, permulaan 1912 menghasilkan
keputusan bahwa untuk menentukan status seseorang dalam hal intelegensi, pedoman
yang tepat bukanlah pedoman selisih tetap, melainkan perbandingan  tetap.

IQ =      bekerja dengan rumus ini ditemukan bilangan pecahan. Untuk


memudahakan, diperbanyak dengan nilai yang tidak mengubah perbandingan aslinya.

Sehingga  IQ =   x 100%  untuk mudahnya % sering dihilangkan, sehingga

rumus yang populer  IQ =   x100    jika hasilnya:

a. <100 → kurang normal


b. =100 → normal
c. >100 → supernormal

Stanford Revision Tes/ Stanford-Binet Scale/ Binet Scale

Penyempurnaan model tes Binet tahun 1916 oleh L.M.Terman, bekerja di


Universitas Stanford. Perbaikan yang dilakukan :
Tiap tahun ada 6 item, tiap item bernilai 2 bulan umur kecerdasan.
Daerah berlakunya lebih luas, dari anak berumur 2,6 th-18 th.
9

Revisi model tes binet oleh M.D.Merril

Diterbitkan tahun 1937. Kemudian terkenal di mana-mana. Misal:


Luningpraak menyandar dan menyesuaikannya dengan kondisi di Belanda.
 Revisi model tes binet tahun 1960
 Brightness test
Buatan Masselon, disebut juga three words test. Testee diberi 3 kata, kemudian
diminta membuat kalimat logis sebanyak-banyaknya dengan ketiga kata tersebut.
 Telegram test
Testee diminta membuat berita dalam bentuk telegram.
 Definitive test
Testee diminta untuk mendefinisikan sesuatu.
 Wiggly test
Testee menyusun kembali balok-balok yang tercerai-berai (yang awalnya sudah
disusun dalam suatu pola tertentu) menjadi seperti semula. Waktu yang digunakan
dicatat dengan teliti.
 Stenquist test
Testee diminta mengamati benda sebaik-baiknya. Lalu benda tersebut dirusak.
Testee harus menyusun kembali sisa benda tersebut hingga menjadi seperti semula.
 Absurdity test
Testee diminta mencari suatu kemustahilan dalam suatu cerita.
Medaillon test
Testee diminta menyelesaikan gambar yang baru sebagian atau belum
terselesaikan.
 Educational (schollastik) mental test
Test yang biasanya diberikan di sekolah-sekolah,semisal ulangan, ujian, dll.
 The Wechsler Tests 
Karena beberapa keterbatasan dari tes inteligensi Binet, pada tahun 1939 David
Wechsler dari Rumah Sakit Bellevue, New York, mengembangkan tes inteligensi
yang baru. Wechsler membuat dua bentuk tes, yaitu tes inteligensi untuk anak-anak
dikenal dengan nama Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised (WISC-
R) yang diperkenalkan pada tahun 1974, dan tes inteligensi untuk dewasa
yaitu Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)yang diperkenalkan pada tahun 1955.

1. Wechsler Intelligence Scale for Children Revised (WISC-R)


WISC-R, cocok untuk anak usia 5-15 tahun, terdiri dari 12 sub tes, enam verbal
dan enam nonverbal. Tes verbal diantaranya sub tes information, general
comprehension, arithmetic, similarities, dan vocabulary. Sedangkan tes performa
diantaranya meliputi picture completion, picture arrangement, dan block design.
Tes ini memiliki klasifikasi IQ:
 Very Superior : IQ di atas 130
 Superior : IQ 120-129
10

 Bright Normal : IQ 110-119


 Average : IQ 90-109
 Dull Normal : IQ 80-89
 Borderline : IQ 70-79
 Mental Defective : IQ 69 ke bawah

2. Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)


WAIS digunakan untuk klien berusia di atas 16 tahun. Subtes WAIS memiliki
format yang sama dengan WISC-R, namun tentu saja pertanyaannya disesuaikan
dengan usia klien. Baik WISC-R dan WAIS berbentuk point scales. Setiap subtes
memiliki raw score yang diubah ke dalam equivalent weighted score. Dan klien
memperoleh tiga bentuk IQ, yaitu IQ verbal, performance dan full-scale.
Contoh tes IQ
Anak-anak yang di tes diberi soal, dimulai dari item untuk umur yang paling
rendah, berangsur-angsur ke umur berikutnya sampai testee tidak dapat menjawabnya
sama sekali.
Setelah didapat data mengenai soal yang terjawab, berikutnya dihitung umur
MA anak tersebut. Data berikut adalah contoh tes yang dilakukan pada anak dengan
CA 8;0:
Item Item ke
untuk 1 2 3 4 5 6
umur
3;0 X X X X X X
4;0 X X X X X X
5;0 X X X X X X
6;0 X X X X X X
7;0 X X X X X X
8;0 X X X - - -
9;0 X X - - - -
10;0 X - - - - -
11;0 - - - - - -
 Ket: X=jawaban benar
          -=jawaban salah
     MA anak yang dites itu ialah: 7;0+0;6+0;4+0;2=8;0
     Atau 7+3/6+2/6+1/6=8

IQ=  X 100 =   x 100 =100, anak tersebut normal.


Penggolongan manusia atas dasar IQ menurut Woodworth dan marquis (1995,
p.54)
Di atas 140→ luar biasa, genius
11

120-139→ cerdas sekali, very superior


110-119→ cerdas, superior
90-109→ sedang, average
80-89 →bodoh, dull average
70-79 →anak pada batas, border line
50-69 →debil, moron
30-49→ ambisil, embicile
Di bawah 30→ idiot
12

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi
pengetahuan dalam sistem kognitif. Berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku
yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.
Macam-macam bentuk berpikir:
 Berpikir dengan pengalaman (routine thinking)
 Berpikir representatif
 Berpikir kreatif
 Berpikir reproduktif
 Berpikir rasional
Ada beberapa tes intelegensi yang digunakan untuk mengetahui intelegensi
seseorang, yaitu :
 The binet tests
 Wechsler Intelligence Scale for Children Revised (WISC-R)
 Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)

B. SARAN

 Hendaknya kita selalu meningkatkan kemampuan berpikir kita.


 Proses berpikir hendaklah dilakukan secara objektif supaya menghasilkan
keputusan yang tepat.
 Hendaknya kira memupuk kreativitas dalam berpikir.
 Sebaiknya tidak menganggap tes IQ sebagai patokan yang mutlak terhadap
prestasi seseorang.
13

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.


Sujanto, Agus. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara.
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan (edisi V). Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada.
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbit
Andi.
http://www.freewebs.com/bunda_psiko/testofintelligence.htm

Anda mungkin juga menyukai