Anda di halaman 1dari 41

Latar Belakang Masalah

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan proses
mental. Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih muda atau remaja. Sebab, pada
awalnya psikologi merupakan bagian dari ilmu filsafat tentang jiwa manusia. Menurut
plato, psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa
manusia (psyche = jiwa ; logos = ilmu pengetahuan). Pada pokoknya, psikologi itu
menyibukkan diri dengan masalah kegiatan psikis, seperti berpikir, belajar, menanggapi,
mencinta, membenci dan lain-lain. Macam-macam kegiatan psikis pada umumnya dibagi
menjadi 4 kategori, yaitu: 1) pengenalan atau kognisi, 2) perasaan atau emosi, 3)
kemauan atau konasi, 4) gejala campuran.
Seperti yang kita ketahui, setiap orang, kelompok, dan organisasi pasti selalu
dihadapkan pada masalah-masalah baik untuk perbaikan, peningkatan kinerja atau
mencari peluang baru. Masalah yang sama sering kali diselesaikan dengan solusi yang
berbeda karena situasi yang semakin dinamis.
Hal ini membutuhkan kreativitas dalam menemukan solusi pemecahan masalah
yang tepat. Kunci utama dari kreativitas adalah kemampuan dalam menggali ide-ide,
metode lain dan pendekatan alternatif untuk mencapai pemecahan masalah yang efektif
dan efisien.
Proses berpikir adalah kecakapan menjalankan akal menjalankan proses
pemikiran/kemahiran berpikir. Pemecahan masalah secara kreatif artinya dapat mengatasi
problema daengan mendayagunakan akalnya secara benar. Secara umum dapat
dikemukakan bahwa problem itu timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara
keadaan satu dengan keadaan yang lain dalam rangka mencapai tujuan

Rumusan masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan berpikir?
b. Apa saja jenis-jenis dalam proses berpikir?
c. Apa saja langkah-langkah dalam proses berpikir?
d. Apa yang dimaksud dengan pemecahan masalah?
e. Apa saja strategi yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah?
f. Bagaimana proses dalam pemecahan masalah?
g. Bagaimana proses berpikir dan pemecahan masalah secara kreatif?

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Berfikir
Berfikir adalah proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari
makna an pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan
atau penyelesaian masalah.
Masalah
Masalah adalah suatu kondisi yang memilioki potensi untuk
menimbulkan kerugian atau menghasilkan keuntungan yang luar biasa.
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah tindakan memberi respon terhadap masalah
untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang.

B. MACAM MACAM KEGIATAN BERFIKIR


1. Berfikir asosiatif
Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang
timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan
atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir
asosiatif:
o Asosiasi bebas
Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya.
Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran,
dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya
o Asosiasi terkontrol
Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu.
Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang
harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak
merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas,
polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang, piutang yang belum
ditagih, dan sebagainya.
o Melamun
Menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang
tidak realistis.
o Mimpi
Ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur.
Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-
kadang masih dapat diingat.
o Berfikir artistik
Proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh
pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini
sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
2. Berfikir terarah

Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan
diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua
macam berpikir terarah, yaitu:
o Berfikir analitis
Berpikir Analitis yaitu
Berpikir Konvergen (cenderung menyempit dan menuju jawaban yang tunggal.
o Berfikr kreatif
Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan
baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal,
menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya untuk
memperoleh lebih dari satu jawaban.
Dalam berpkir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat
mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah
simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang
dijilid dan tertulis huruf-huruf.
Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara laibn angka-angka
dan simbol matematika, simbol simbol yang dipergunakan dalam peraturan lalu
lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya.

C. LANGKAH LANGKAH PROSES BERFIKIR


Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :

1. Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga
tingkatan, sebagai berikut:

a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita
perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk
pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa
ciri-ciri misalnya :

Manusia Indonesia, ciri - cirinya :


* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit sawo mateng
* Berambut hitam
* Dan sebagainya

Manusia Eropa, ciri - cirinya :


* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit Putih
* Berambut pirang atau putih
* Bermata biru terbuka
* Dan sebagainya
Manusia Negro, ciri - cirinya:
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit htam
* Berambut hitam kriting
* Bermata hitam melotot
* Dan sebagainya
Manusia Cina, ciri - cirinya:
* Mahluk Hidup
* Berbudi
* Berkulit kuning
* Berambut hitam lurus
* Bermata hitam sipit
* Dan sebagainya
Dan manusia yang lain - lainnya lagi.

b. Membanding - bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana


yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak
selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.

c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki,


menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu
ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
2.Pembentukan Pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian
atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri
dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu : a. Pendapat
positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu
pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang
menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat
pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya.c.
Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan
kebarangkalian, kemungkinan - kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ;
misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan
sebagainya.
3. Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru
berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, Yaitu
a. Keputusan induktif
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat - pendapat khusus menuju ke satu
pendapat umum. Misalnya :
Tembaga di panaskan akan memuai
Perak di panaskan akan memuai
Besi di panaskan akan memuai
Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam
kalau dipanaskan akan memuai (Umum)
b. Keputusan Deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi
berlawanan dengan keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau
dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan) :
tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain : Semua manusia terkena nasib
mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si Karto akan mati.
c. Keputusan Analogis
Keputusan Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan
membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang
telah ada. Misalnya : Totok anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan)
Si Nunung anak yang pandai itu, tentu naik kelas.

D. STRATEGI DALAM PEMECAHAN MASALAH

o Strategi Menyeluruh
Di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dipecahkan untuk
keseluruhan itu.

o Strategi Detailistis
Di sini persoalan di bagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan bagian demi
bagian.

E. BEBERAPA STRATEGI
PEMECAHAN MASALAH YANG SERING DIGUNAKAN
1. Trial and Error
Salah satu kemungkinan strategi pemecahan masalah adalah trial and error
sederhana. Akan tetapi strategi ini biasanya akan menghabiskan waktu lama
sampai kemudian muncul pemecahan masalahnya. Dengan cara ini banyak
masalah dapat pula justru tidak terpecahkan secara sempurna.
Untuk memecahkan masalah-masalah yang sulit, perlu untuk memiliki
beberapa strategi selain trial and error. Strategi yang ada seharusnya dijadikan
pijakan pada pengkategorian dan penggambaran yang akurat dari suatu masalah.
Tetapi hal ini juga harus melalui perhitungan batas ingatan jangka pendek. Kita
harus dapat menyelamatkan informasi dan pekerjaan kita tanpa harus dibatasi
oleh ruang kerja yang terlalu sumpek dengan ingatan jangka pendek. Dengan
cara ini kita akan dapat menggunakan strategi lain selain trial and error.
2. Informational Retrieval
Dalam beberapa kasus, pemecahan terhadap suatu masalah dapat menjadi
sederhana seperti mengingat kembali informasi (Informational Retrieval) dari
ingatan jangka panjang. Informational Retrieval adalah suatu pilihan penting
ketika suatu pemecahan masalah harus ditemukan dengan cepat. Sebagai contoh
seorang pilot dapat mengingat dengan cepat yang dibutuhkan untuk
menerbangkan maupun mendaratkan pesawat. Ketika seorang pilot
membutuhkan informasi, maka ia tidak punya cukup waktu untuk duduk dan
menghitung jawaban benar karena waktu adalah hal yang esensial. Oleh karena
itu ia gunakan ingatan jangka panjang untuk suatu jawaban segera. Cara ygn
digunakan inilah merupakan suatu informational retrieval.
3. Algoritma
Makin kompleks suatu masalah tentu membutuhkan metode yang makin
kompleks pula. Dalam beberapa kasus kita dapat menggunakan algoritma.
Algoritma adalah metode pemecahan masalah yang menjamin suatu pemecahan
masalah jika tersedia kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkannya.
Sebagai contohnya adalah algoritma untuk memecahkan anagram, yaitu suatu
kelompok huruf-huruf yang dapat diatur kembali menjadi suatu bentuk suatu
kata. Katakanlah kita diberi huruf a, l, dan t. Lalu kita coba alt, atl, lta, tla, tal,
dan akhirnya kita temukan lat (terlambat) sehingga masalahnya terpecahkan.
Contoh lain adalah untuk memindahkan suhu Fahrenheit ke Celcius maka kita
dapat menggunakan rumus = 5/9 x (F-32). Formula ini sebagaimana halnya
formula yang lain merupakan suatu algoritma.
4. Heuristic
Banyak masalah yang dapat kita temukan sehari-hari yang tidak dapat
begitu saja dapat dipecahkan dengan algoritma. Pada bagian ini kita akan
belajar menggunakan strategi lain yang disebut dengan heuristic. Heuristic
adalah suatu hukum yang terutama membantu kita untuk menyederhanakan
masalah. Metode ini meski tidak menjamin suatu pemecahan masalah, tetapi
akan mencoba atau berusaha untuk mencapainya. Suatu metode heuristic
mungkin hanya dapat bekerja dengan baik untuk situasi tertentu, sementara
metode yang lain mungkin hanya digunakan untuk tujuan-tujuan khusus. Akan
tetapi metode heuristic secara umum dapat digunakan untuk masalah-masalah
manusia yang lebih luas.

F. PROSES PEMECAHAN MASALAH


1. Penafsiran Masalah : Disebut juga dengan mendefinisikan masalah dengan cara
berpikir kreatif.
2. Strategi Pemecahan Masalah : Membuat seleksi terhadap strategi pemecahan
masalah yang terbaik.

G. PENYEBAB KESULITAN DALAM MEMECAHKAN


PERSOALAN
1. Pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan pada
persoalan-persoalan yang berikutnya. Padahal belum tentu persoalan berikut itu
dapat dipecahkan dengan cara yang sama. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-
kesulitan terutama kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah dirinya.

2. Sempitnya pandangan sering dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya


melihat satu kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang
satu ini tidak benar, orang tersebut akan mencobanya terus, karena ia tidak
melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia akan mengalami kegagalan.
Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya pandangan orang tersebut.
Sehingga tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan keluar.

BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan kami diatas, dapat kami simpulkan bahwa berfikir
adalah proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari makna an
pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau
penyelesaian masalah.
Pemecahan masalah adalah tindakan memberi respon terhadap masalah
untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang. Macam macam
berfikir tebagi menjadi dua yaitu berfikr asosiatif dan berfikir terarah. Langkah
langkah proses berfikir yaitu pembentukan pengertian, pembentukan
pendapat, dan penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan. Ada dua
strategi dalam pemecahan masalah yaitu strategi menyeluruh dan strategi
detailistis. Selain itu ada beberapa strategi pemecahan masalah yang sering
digunakan yaitu Trial and error, Informational Retrieval,Algoritma, dan
Heuristic. Proses pemecahan masalah jaga terbagi menjadi 2 yaitu penafsiran
masalah dan strategi pemecahan masalah.

DAFTAR REFERENSI
http://www.psb-psma.org/content/blog/proses-berpikir
http://www.tugaskuliah.info/2009/06/makalah-psikologi-umum-berpikir-
dan.html
http://www.psikologizone.com/pengertian-ilmu-psikologi/0651110

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berpikir merupakan aktivitas kognitif yang berwujud mengelolah atau memanipulasi
informasi dari lingkungan dengan simbol-simbol atau materi-materi yang disimpan dalam
ingatan khususnya yang ada dalam long term memory. Sudut pandang behaviorisme
khususnya fungsional memandang berpikir itu sebagai penguat antara stimulus dan respons.
Demikian juga sudut pandang kaum asosiasionis memandang berpikir hanya sebagai asosiasi
antara tanggapan atau bayangan satu dengan yang lainnya yang saling kait mengait.
Intelegensi berasal dari kata latin intelligere yang berarti mengorganisasikan,
menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain (to organize, to relate, to bind
together). Intelegensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk
beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Sudut pandang dari evolutionary
perspective, intelegensi adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah yang
berhubungan dengan adaptasi. Sudut pandang dari behavior perspective, intelegensi adalah
suatu kapasitas untuk mencapai tujuan dalam berperilaku. Dan sudut pandang dari cognitive
perspective, intelegensi adalah suatu proses nalar yang diterapkan untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan.

1.2 Rumusan Masalah


Apa yang di maksud dengan proses berpikir dan intelegensi ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian proses berpikir dan intelegensi
b. Untuk mengetahui macam-macam proses berpikir dan intelegensi
c. Untuk mengetahui langkah-langkah proses berpikir dan intelegensi
d. Untuk mengetahui hambatan dalam proses berpikir dan intelegensi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Proses Berpikir dan Intelegensi
Berfikir adalah proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari makna
pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau penyelesaian
masalah. Berfikir merupakan aktifitas kognitif manusia yang cukup kompleks. Seseorang
berfikir biasanya karena ada suatu masalah yang sedang menimpanya, misalnya: ketika
seseorang sedang kehilangan uang, maka dia akan berfikir, membuka memorinya untuk
menemukan uang yang hilang tersebut.
Pengertian proses berpikir menurut para ahli, yaitu:
a. Psikologi Gestalt mengatakan bahwa berfikir merupakan keaktifan psikis yang absrak, yang
prosesnya tidak dapat kita amati dengan alat indera kita.
b. Solso (1988) mengatakan bahwa berfikir merupakan proses yang menghasilkan representasi
mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi yang kompleks
antara berbagai proses mental, seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan
pemecahan masalah
inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara
rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir
rasional.
Pengertian intelegensi menurut para ahli, yaitu:
a. William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk
menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang
sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar
tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh
kepada intelegensi seseorang
b. Thorndike (lin. Skinner, 1959) sebagai seorang tokoh koneksionisme mengemukakan
pendapat bahwa intelligence is demonstrable in ability of the individual to make good
responses from the stand point of truth or fact (kecerdasan dibuktikan dalam kemampuan
individu untuk membuat tanggapan yang baik dari titik berdiri kebenaran atau fakta)
2.2 Macam-macam Proses Berpikir dan Intelegensi
A. Macam-macam Proses Berfikir
1. Berfikir asosiatif
Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide
lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan
sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif:
2. Berfikir terarah
Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan
diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan.
B. Macam-macam Intelegensi
Howard Gardner seorang psikolog USA ini menemukan tujuh macam intelegensi
yang terdapat dalam diri anak (1983), di antaranya adalah:
1. Linguistik Intelligence/Kecerdasan linguistik, berkaitan dengan kemampuan bahasa dan
penggunaannya. Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main dengan
bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti dan narasi. Mereka
seringkali pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal, tempat dan nama.
2. Logical-Mathematical Intelligence/Kecerdasan logis-matematis, berhubunngan dengan pola,
rumus-rumus, angka-angka dan logika. Orang-orang ini cenderung pintar dalam teka-teki,
gambar, aritmatika, dan memecahkan masalah matematika; mereka sering kali menyukai
komputer dan pemrogaman.
3. Musical Intelligence/Kecerdasan musikal, berkaitan denagn musik, melodi ritme dan nada.
Orang-orang ini pintar membuat musik sendiri dan juga sensitif terhadap musik dan melodi.
Sebagian bisa berkonsentrasi lebih baik jika musik diperdengarkan; banyak dari mereka
seringkali menyanyi atau bersenandung sendiri atau menciptakan lagu serta musik.
4. Bodily-Kinesthetic Intelligence/Kecerdasan tubuh-kinestetik, berhubungan dengan
pergerakan dan keterampilan aolh tubuh. Orang-orang ini adalah para penari dan actor, dan
atlet. Mereka memiliki bakat mekanik tubuh dan pintar meniru mimic serta sulit untuk diam.
5. Spatial Intelligence/Kecerdasan Spasial, berhubungandengan bentuk, lokasi dan
membayangkan hubungan diantaranya. Orang-orang ini biasanya menyukai perancangan dan
bangunan, disamping pintar membaca peta, diagram dan daftar. Dalam sebuah pengalaman,
para murid yang sedang belajar menciptakan karya seni mereka sendiri, mereka mengedit dan
memodifikasi karya mereka bersamaan dengan eksplorasi mereka bersamaan dengan cara
mereka sendiri.
6. Intrapersonal Intelligence/Kecerdasan intrapersonal, berhubungan dengan mengerti diri
sendiri. Orang-orang ini seringkali mandiridan senang menekuni aktifitas sendirian. Mereka
cenderung percaya diri dan punya pendapat, memilih pekerjaan dimana mereka bisa memiliki
kendali terhadap cara mereka menghabiskan waktu.
7. Interpersonal intelegence/Kecerdasan interpersonal, berhubungan dengan mengerti sendiri.
Orang-orang ini seringkali mandiri dan senang menekuni aktifitas sendirian. Mereka
cenderung percaya diri dan punya pendapat, dan memilih pekerjaan dimana mereka bisa
memiliki kendali terhadap cara menghabiskan waktu.
Penelitian selanjutnya Howard Gardner (1996) menambahkan tiga macam intelegensi, yaitu:
1. Naturalist intelegence kecerdasan ini memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan
lingkungan. Mengombinasikan banyak nilai-nilai budaya.
2. Spritual Intelegence memungkinkan anak mengetahui dan memahami penghayatan bahwa
dirinya diberi begitu banyak anugrah oleh Tuhan.
3. Existential intelligence/Inteligensi eksistensial. Kecerdasan ini muncul ketika seseorang
mulai mempertanyakan siapa dirinya? Mengapa ia hidup? Apa tujuan hidup manusia? Sebuah
imajinasi tentang keberadaan dirinya di dunia.
2.3 Langkah-langkah Proses Berpikir dan Intelegensi
A. langkah-langkah Proses Berpikir
a. Pembentukan pengertian
pengertian dibentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut :
1. Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.
2. Membandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak
sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada.
3. Mengabstrasikan.
b. Pembentukan pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih.
Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
1. Pendapat afirmatif atau positif adalah pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu.
2. Pendapat negatif adalah pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan
tentang adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal.
3. Pendapat modalitas atau kebarangkalian adalah pendapat yang menerangkan
keberangkalian, kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal.
c. Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan
Keputusan ialah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan adalah sebagai berikut :
1. Keputusan induktif
Adalah keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju kesatu
pendapat yang umum.
2. Keputusan deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, jadi berlawanan
dengan keputusan induktif.
3. Keputusan analogis
Adalah keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan
dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.
B. Langkah-langkah Intelegensi
Menurut Amstrong dalam Robinson (2004) Strategi pembelajaran berbasis multipel
intelegensi untuk mengoptimalkan berbagai intelegensi yang dimiliki setiap siswa agar
mencapai kompetensi tertentu yang dituntut dalam kurikulum. Langkah-langkah yang dapat
digunakan dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi antara lain:

1. Memberdayakan semua intelegensi yang dimiliki setiap siswa


Memberdayakan semua intelegensi pada setiap mata pelajaran adalah ibarat meng-
input melalui jalur ke dalam otak memori siswa. Contoh perhatikan TIK berikut: siswa dapat
mempelajari proses fotosintesis melalui tujuh cara/intelegensi. Intelegensi yang tercakup
dalam TIK tersebut adalah intelegensi bahasa, logis matematis, musik, kinestetis,
interpersonal, dan intrapersonal. Dengan demikian, tingkat belajar siswa akan lebih tinggi
dibanding jika siswa hanya membaca buku atau mendengar penjelasan dari guru saja.
2. Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran intelegensi yang menonjol pada setiap siswa
Langkah ini dapat diterapkan jika guru telah mengidentifikasi intelegensi apa yang
menonjol pada siswa-siswanya. Dengan demikian strategi pembelajaran yang dipilih lebih
bersifat individual atau personal. Untuk siswa yang lebih menonjol intelegensi bahasanya
maka guru harus merancang program pembelajaran yang dapat merangsang dan
mengembangkan intelegensi siswa dalam kemampuan berbahasa dan seterusnya.
2.4 Hambatan dalam Proses Berpikir dan Intelegensi
A. Hambatan dalam Proses Berpikir
Dalam proses berpikir adanya titik tolak yang dijadikan titik awal dalam berpikir itu.
Berpikir bertitik tolak pada masalah yang dihadapi oleh seseorang. Dalam proses berpikir
tidak selalu berlangsung dengan begitu mudah, sering orang menghadapi hambatan-hambatan
dalam proses berpikir. Hambatan-hambatan yang timbul dalam proses berpikir dapat di
sebabkan karena:
1. Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh.
2. Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain,
sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir.
B. Hambatan dalam intelegensi
Masing-masing individu berbeda-beda dalam segi intelegensi, maka setiap individu
tidak sama kemampuannya dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Hambatan-
hambatan yang timbul dalam intelegensi dapat di sebabkan karena:

1. Perbedaan materi yang diterima atau karena perbedaan dalam proses belajar
2. Peran dari pembawaan kepribadian dan lingkungan dapat mempengaruri proses dalam
memecahkan suatu masalah atau intelegensi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan berpikir adalah mencari pemecahan masalah yang dihadapi. Dengan cara
berpikir seseorang akan menemukan sesuatu yang baru, yang sebelumnya mungkin belum
terdapat. Di setiap individu memiliki intelegensi yang berbeda. Individu satu dengan individu
yang lain tidak sama kemampuannya dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
3.2 Saran
Untuk meningkatkan kemampuan intelegensi dalam menyelesaikan atau memecahkan
suatu masalah, kita harus sering berpikir agar masalah cepat terselesaikan. Karena dengan
berpikir dapat menemukan sesuatu yang baru, yang dapat membuat diri kita lebih kreatif.

Daftar Pustaka

Walgito, Bimo, 2005. Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogyakarta


http://id.wikipedia.org/wiki/Intelegensi
http://indonesiapsikologi.blogspot.com/2013/05/intelegensi-adalah.html
http://kakafipein.wordpress.com/2013/04/16/proses-berfikir-dan-pemecahan-masalah/
http://www.iba.web.id/2012/02/sepuluh-macam-intelegensi.html
http://xerma.blogspot.com/2013/08/pengertian-dan-penjelasan-berfikir.html

PEMBAHASAN
1. BERPIKIR
A. Proses Berpikir
Proses selalu berhubungan dengan masalah-masalah baik masalah yang timbul dari situasi
masa kini. masa lampau dan mungkin masalah-masalah yang belum terjadi. proses
pemecahan itu disebut proses berpikir. dalam memecahkan tiap masalah timbul dalam jiwa
kita berbagai kegiatan lain .
Kegiatan berpikir dalam memecahkan masalah :
Mengetahui apa masalahnya
Bagaimana memecahkan
Hal-hal yang dapat membantu pemecahkan masalah tersebut
Apa tujuan untuk memecahkan masalah itu

B. Pengertian Berpikir
Berpikir adalah suatu tindakan manipulasi aktif terhadap informasi, berasal dari input
sensorik dan memori.
Berpikir merupakan suatu cara membuat kesimpulan terhadap fenomena yang sedang
berlangsung didunia, berhubungan dengan pengamat atau pemikir, membuat tindakan yang
akan datang berdasarkan pada apa yang ditemukan.
Berpikir dapat diungkapan secara verbal, visual atau model konsep lain.
C. Jenis, Tipe Dan Pola Berfikir
Ada berbagai jenis dan tipe berpikir. Menurut Morgan dkk (1986, dalam Khodijah, 2006:
118) membagi dua jenis berpikir, yaitu berpikir autistic dan berpikir langsung. Berpikir
autistic yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan symbol-simbol dengan maksa
yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Berpikir langsung yaitu berpikir untuk memecahkan
masalah.
Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006: 118) ada enam pola berpikir, yaitu :
1) Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu dan tempat tertentu.
2) Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab dapat dibesarkan atau
disempurnakan keluasannya.
3) Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir mengenai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-
kelas tingkat tertentu.
4) Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar
kemiripannya.
5) Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih
kompleks disertai pembuktian-pembuktian.
6) Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal, dan
seringkali tidak logis.
Sedangkan menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006: 119) mengemukan dua tipe
berpikir, yaitu berpikir vertical dan berpikir lateral. Berpikir vertical adalah tipe berpikir
tradisional dan generative yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan
menggunakan informasi yang relevan. Berpikir lateral yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif
yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil
dan menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan
untuk mencapai pemecahan yang tepat.

D. Berpikir Kreatif
Seperti telah dipaparkan di depan dalam problem solving seseorang atau organisme
mencari pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Namun dalam masalah berpikir orang
akan dapat menemukan sesuatu yang baru, yang sebelumnya mungkin belum terdapat. hal ini
dapat dijumpai misalnya dalam diri seorang menulis ceritera, ataupun pada seorang ilmuwan,
ataupun pada bidang-bidang lain. Ini sering berkaitan dengan berpikir kreatif (creative
thinking). dengan berpikir kreatif orang menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau
munculnya hal baru tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight. Sebenarnya
apa yang dipikirkan itu telah berlangsung, namun belum memperoleh sesuatu pemecahan,
dan masalah itu tidak hilang sama sekali, tetapi terus berlangsung dalam jiwa seseorang, yang
pada suatu waktu memperoleh pemecahannya.

E. Cara Berpikir Kreatif


Tidak selalu IQ tinggi
Mempunyai bakat dan kemampuan tertentu
Insight (wawasan) pemikir keras/luas
Memilih cara tersendiri
Interpretasi yang dibuat bukan berdasankan konsensus, tetapi lebih merupakan interpretasi
pribadi

F. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Berpikir Kreatif


Kemampuan kognitif
Sikap terbuka
Sikap yang bebas, otonomi, percaya diri.

G. Tingkatan-Tingkatan Dalam Berpikir Kreatif


Dalam berpikir kreatif ada beberapa tingkatan atau stages sampai seseorang memperoleh
sesuatu hal yang baru atau pemecahan masalah. Tingkatan-tingkatan itu adalah :
a) Persiapan (preparation), yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah, dan
mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang berguna dalam memperoleh
pemecahan yang baru. Ada kemungkinan apa yang dipikirkan itu tidak segera memperoleh
pemecahannya, tetapi soal itu tidak hilang begitu saja, tetapi masih terus berlangsung dalam
diri individu yang bersangkutan. Hal ini menyangkut fase atau tingkatan kedua yaitu fase
inkubasi.
b) Tingkat inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa seseorang, karena
individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah
c) Ingkat pemecahan atau iluminasi, yaitu tingkat mendapatkan pemecahan masalah, orang
mengalami aha, secara tiba-tiba memperoleh pemecahan tersebut.
d) Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah pemecahan yang diperoleh pada tingkat iluminasi
itu cocok atau tdak. Apabila tidak cocok lalu meningkat pada tingkat berikunya yaitu
e) Tingkat revisi, yaitu mendakan revisi terhadap pemecahan yang diperolehnya.

H. Sifat-Sifat Orang Yang Berpikir Kreatif


Orang yang berpikir kreatif itu mempunyai beberapa macam sifat mengenai pribadinya
yang merupakan original person, yaitu:
Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks
Mempunyai psikodinamika yang kompleks, dan mempunyai skope pribadi yang luas
Dalam judgment-nya lebih mandiri
Dominan dan lebih besar pertahanan diri (more self-assertive)
Menolak suppression sebagai mekanisme kontrol.
I. Hambatan Dalam Proses Berpikir
Seperti telah dipaparkan di depan bahwa dalam proses berpikir adanya itik tolak yang
dijadikan titik awal dalam berpikir itu. Berpikir bertitik tolak pada masalah yang dihadapi
oleh seseorang. Hal-hal atau fakta-fakta dapat dijadikan titik tolak dalam pemecahan
masalahnya. Dalam proses berpikir tidak selalu berlangsung dengan begitu mudah, seiring
orang menghadapi hambatan-hambatan dalam proses berpikirnya. Sederhana tidaknya dalam
memecahkan masalah bergantung pada masalah yang dihadapinya. Memecahkan masalah
hitungan 6 x 7 akan jauh lebih mudah apabila dibandingkan dengan memecahkan soal-soal
statistika misalnya. Hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat
disebabkan antara lain karena :
Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh
Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain,
sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir.
Kekurangan data dan kurang jelasnya data yang akan menjadikan hambatan dalam proses
berpikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan satu dengan yang lain, misalnya
dalam ceritera-ceritera detektif. Karena itu ruwet tidaknya sesuatu masalah, lengkap tidaknya
data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses berpikir seseorang.
2. PEMECAHAN MASALAH
A. Pengertian Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan salah satu upayah untuk mendapatkan yang lebih tepat
dalam mencapai tujuan ketika tujuan tersebut belum dapat tercapai.
Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalan dan dengan
demikian seseorang akan terpacu untuk mencapai tujuan tersebut dengan berbagai usaha atau
cara. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan / yang
diartikan sebagai pengambilan solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.
Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi hasil dari pemecahan masalah
yang dilakukan.

B. Proses Pemecahan Masalah


Wessels (Woolfolk dan Nicolich, 2009:321) mengemukakan bahwa dalam pemecahan
masalah ada 4 langkah ditempu yaitu :
Memahami masalah
Langkah pertama secara tepat masalah yang sedang dihadapi.
Menyeleksi solusi
Setelah menentukan akar masalah yang sedang dihadapi, maka langkah berikutnya
adalah menentukan rencana pemecahan yang akan dan mungkin dapat ditempuh
Memutuskan rencana
Pada tahap ini ditandai dengan pemilihan suatu rencana matang untuk memecahkan
suatu masalah. Memutuskan suatu masalah suatu rencana berarti seseorang telah
mempertimbangkan semua kemungkinan dari masing-masing solusi yang ada dan memilih
solusi yang dianggap terbaik dari sekian banyaknya solusi yang ada.
Mengevaluasi hasil tahapan selanjutnya
Mengevaluasi hasil tahap selanjutnya adalah mengevaluasi hasil yang telah tercapai.
Pada tahap ini memberi atau mengeluarkan fakta-fakta, baik yang menguatkan maupun yang
melemahkan pilihan-pilihan yang telah ada.

C. Strategi Pemecahan Masalah


Suatu persoalan tidak termasuk ke dalam masalah jika persoalan itu tidak dapat
diselesaikan dengan prosedur aigoriture. Untuk pemecahan masalah sesungguhnya seseorang
harus menarik sejumlah ketetapan dari pengetahuan mereka sebelumnya. Kemudian
menyimpulkan semuanya dalam suatu cara baru untuk mencapai suatu penyelesaian. Untuk
itu diperlukan berbagai rencana yang dapat membantu mereka dalam memecahkan masalah.

D. Teknik Pemecahan Masalah


(Admin, 2007) dalam proses berpikir kreatif untuk memecahkan suatu masalah, ada
beberapa tahapan yang dilalui yaitu :
Tahap persiapan
Dalam masa persiapan, seorang pemikir atau kreator memformulasikan masalahnya dan
fakta dan data yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah. Kadang-kadang meski
telah lama berkonsentrasi, dalam masalah belum muncul juga kedalam benaknya.
Tahap inkubasi
Jika pemikir kemudian mengalihkan perhatian dari persoalan yang sedang di hadapinya
tersebut berarti dia telah memasuki tahap inkubasi
Tahap iluminasi
Pada tahap ini, pemikir mengalami insight yang seketika cara pemecahan masih mencul
dengan sendirinya.
Tahap evaluasi
Evaluasi terjadi setelah muncul pemecahan masalah tujuannya adalah untuk memikir
apakah pemecahan masalah sudah tepat. Seringkali pemecahan masalah yang telah muncul
secara tepat sehingga pemikir harus mulai dari awal tahapan.
Tahap revisi
Tahap ini ditempuh bila cara pemecahan masalah tersebut belum tepat atau mungkin
masih memerlukan penyusuaian dan perbaikan pada beberapa aspek agar pemecahan masalah
menjadi lebih tepat dan efentif.

E. Pemecahan Masalah Kreatif


Pemecahan masalah adalah formulasi jawaban baru, keluar dari aplikasi peraturan yang
dipelajari sebelumnya untuk menciptakan solusi. Pemecahan masalah adalah apa yang terjadi
ketika respon rutin dan otomatis tidak sesuai dengan kondisi yang ada (Woolfolk &
Nicholich, 2004:320).
Santrock (2005:356) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan upaya untuk
menemukan cara yang tepat dalam mencapai tujuan ketika tujuan dimaksud belum tercapai
(belum tersedia). Sementara itu, Davidoff (1988:379) mengemukakan bahwa pemecahan
masalah adalah suatu usaha yang cukup keras yang melibatkan suatu tujuan dan hambatan-
hambatannya. Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalan dan
dengan demikian dia akan terpacu untuk mencapai tujuan itu dengan menggunakan berbagai
cara.
Hunsacker (Lasmahadi, 2005) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan
suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak-sesuaian yang terjadi antara hasil yang
diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah
pengambilan keputusan (decisionmaking), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik
dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan
mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan. Munandar (Rosalina,
2008) mengatakan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan membuat kombinasi baru
berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada.
Pemecahan masalah secara kreatif merupakan upaya pemecahan suatu masalah dengan
menggunakan cara-cara yang kreatif dan revolusioner (mengkombinasikan berbagai teknik
dan metode), sehingga hasilnya lebih signifikan. Cara-cara kreatif dimaksud merupakan cara
atau metode yang baru dan komprehensif dan cenderung eksentrik. Metode demikian
merupakan suatu penjabaran dari metode-metode yang telah ada sekaligus sebagai upgrading
dari metode-metode yang telah ada.
Aplikasi metode pemecahan masalah secara kreatif lahir dari satu bentuk pemikiran
(mindset) yang menerobos kleaziman paradigma tertentu. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pemecahan masalah kreatif merupakan upaya pemecahan masalah
dengan metode (cara) yang efektif dan komprehensif.

3. BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF


A. Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif
Unsur kreatif diperlukan dalam proses berpikir untuk menyelesaikan masalah. Berpikir
merupakan bagian yang paling penting, dengan berpikir kita dapat lebih mudah mengetahui
berbagai masalah hidup dalam proses menghasilkan suatu masalah, kita saling berpikir
dengan cara berbeda-beda.
Berpikir kreatif merupakan suatu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang akan
lebih mudah melihat persoalanyang lebih banyak. Pasalnya : seorang pemikir kreatif akan
menghasilkan lebih banyak alternatif penyesaian masalah.
Aplikasi metode pemecahan masalah secara kreatif lahir dari satu bentuk pemikiran
(mindset) yang menerobos kelaziman paradigma tertentu.

B. Pentingnya Mengembangkan Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif


Berpikir kreatif dapat menolong seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan
kemampuan pemecahan masalahnya (Evan, J. R., 1991), sebaliknya pemecahan
masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif (Briggs, M. dan Davis, S., 2008).
Kretivitas merupakan bentuk yang paling tinggi dari fungsi mental (Lang dan Evans, D. N.
2006). Hambatan untuk berpikir kreatif yang sering menghantui pemikiran siswa adalah
ketakutan-ketakutan sosial, takut berbuat salah, kurang percaya diri, atau meyakini bahwa
mereka tidak kreatif (Lang dan Evans, D. N. 2006).
Munandar (1999), menjelaskan mengapa berpikir kreatif atau kreatifitas penting dalam
hidup. Antara lain, karena denganberkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan
diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Hal ini diperkuat oleh
Maslow 1968 (dalam Munandar S 1999), bahwa kreatifitas merupakan manifestasi dari
individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Orang yang sehat mental,
yang bebas dari hambatan-hambatan, dapat mewujudkan diri sepenuhnya. Hal ini berarti ia
berhasil mengembangkan dan menggunakan semua bakat dan kemampuannya dan dengan
demikian memperkaya hidupnya.
Selain itu, kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat bermacam-
macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Karena itu, pemikiran kreatif
perlu dilatih agar anak mampu berpikir lancar (fluency) dan luwes (flexibility), mampu
melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan bebagai ide. Memiliki
pikiran yang kreatif dapat memberikan kepuasan kepada individu. Kita dapat mengamati
anak-anak yang sedang bermain bongkar-pasang, pada saat mereka menghasilkan suatu
kombinasi baru, dengan bangganya mereka mempertunjukkan kepada orang-orang di
sekitarnya.
Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era
globalisasi ini tak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara
kita bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru dan
teknologi baru dalam anggota masyarakatnya. Untuk mencapai itu perlulah sikap dan prilaku
kreatif dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan,
tetapi mampu menghasilkan pengetahuan baru, tidak hanya pencari kerja tetapi mampu
menciptakan lapangan pekerjaan baru. Disamping itu, berpikir kreatif dan kritis
memungkinkan siswa untuk mempelajari maslah secara sistematis, menghadapi berjuta
tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang
solusi orisinal (Johnson, E.B., 2002).
Terkait dengan pemecahan masalah, The National Council of Supervisors of
Mathematics (NCSM) menyatakan belajar menyelesaikan masalah adalah alasan utama
untuk mempelajari matematika (NCSM, Position Paper on Basic Mathematics Skills, 1977).
Dengan kata lain, pemecahan masalah merupakan sumbu dari proses-proses matematis.
Pernyataan tersebut sampai saat ini masih konsisten, dan bahkan menjadi suatu persoalan
yang makin kuat. The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan
dengan tegas dalam Principles and Standards for School Mathematics (NCTM, 2000), bahwa
Pemecahan masalah bukan hanya sebagai tujuan dari belajar matematika tetapi juga
merupakan alat utama untuk melakukannya.
Pemecahan masalah bukanlah sekedar suatu skil untuk diajarkan dan digunakan dalam
matematika tetapi juga skil yang akan dibawa pada masalah-masalah keseharian atau situasi-
situasi pembuatan keputusan, dengan demikian membantu seseorang secara baik selama
hidupnya. Pemecahan masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat
koneksi dengan pengetahuan mereka sebelumnya dan membuat keputusan tentang
representasi, alat, dan strategi komputasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
Untuk bisa menjadi pemecah masalah yang handal dalam matematika, siswa harus
memahami konsep dan mampu melihat matematika sebagai sesuatu yang saling berkaitan
secara utuh.
Bentley (dalam McGregor 2007) menambahkan bahwa pemecahan masalah dapat
membantu anak untuk berfikir fleksibel dan dapat mengembangkan kemampuan yang
dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Gagne
(1970) mengemukakan bahwa pembelajaran pemecahan masalah dapat meningkatkan dan
mengembangkan intelektual tingkat tinggi (dalam Jica, 2001).
Dalam Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan beberapa tujuan pembelajaran matematika di sekolah,
antara lain: (1) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan. (2) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. (3) Memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Tujuan pembelajaran matematika di atas, mengisyaratkan bahwa apa pun topik
matematika yang diajarkan oleh guru, baik itu aljabar, aritmetika, geometri, statistika,
maupun kalkulus, mesti memberikan kontribusi untuk pengembangan kemampuan
pemecahan masalah dan aktivitas kreatif.

C. Proses Mengembangkan Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif


Menyadari akan pentingnya kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah,
dirasakan perlu mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan
yang dapat memberi peluang dan mendorong siswa untuk melatihkan kemampuan
kemampuan tersebut. Metode dan teknik-teknik kreatif membantu peserta didik untuk
berpikir dan mengungkapkan diri secara kreatif, yaitu mampu memberikan macam-macam
ide dan macam-macam jawaban dari suatu masalah dan sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
Kreativitas pembelajaran matematika yang mudah dan menyenangkan perlu terus
dikembangkan. Karena itu, matematika mesti diajarkan secara menarik dan terhubung dengan
dunia nyata sehingga siswa senang. Treffinger dan Feldhusen (1998, dalam Treffinger dan
Isaksen, 2001), mengusulkan suatu model pembelajaran yang sistematis untuk mengajar
kreativitas, sebagai berikut:
Tiga komponen model ini adalah mengajarkan pondasi alat-alat untuk membangkitkan
atau memfokuskan pada option, membimbing siswa dalam bekerja pada tugas-tugas realistik,
dan menangani masalah-masalah menantang yang berhubungan dengan kehidupan nyata.
Komponen-komponen pembelajaran ini juga dipengaruhi oleh konteks atau lingkungan yang
mendukung berpikir produktif, mengembangkan keterampilan metakognitif, dan
memperhatikan pilihan gaya serta karakteristik siswa (Treffinger dan Isaksen, 2001).
Disamping itu, hasil penelitian Haji (2005) pada siswa kelas III SDPN Setiabudi UPI
menemukan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan pemahaman siswa
yang diajar dengan pendekatan matematika realistik secara signifikan lebih baik daripada
siswa yang diajar dengan pendekatan biasa.
Dengan memperhatikan model, teknik-teknik, dan hasil penelitian di atas, maka semakin
kuat bahwa pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pendekatan
pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan
masalah.
PMR mempunyai lima karakteristik yaitu: (1) menggunakan masalah kontekstual (dunia
nyata) sebagai titik tolak belajar matematika; (2) menggunakan model, situasi, skema dan
symbol-simbol yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara
formal atau rumus; (3) menggunakan kontribusi siswa (sumbangan pemikiran dari siswa),
sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya siswa
memproduksi sendiri dan menkonstruk sendiri (yang mungkin berupa algoritma, atau strategi
penyelesaian siswa), sehingga dapat membimbing para siswa dari level matematika
informal menuju matematika formal; (4) menggunakan metode interaktif dalam belajar
matematika dan (5) mengaitkan sesama topik dalam matematika .
Perlu diingat bahwa konteks tidak perlu harus selalu berupa situasi nyata dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi dapat juga berupa situasi fantasi. Yang lebih penting di sini
adalah agar siswa dapat menempatkan dirinya di dalam konteks, dan konteks itu sendiri dapat
diorganisir secara matematis.

D. Keterkaitan Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif


Terdapat keterkaitan antara berpikir kreatif dan pemecahan masalah. Keterkaitan itu dapat
dilihat dari beberapa definisi kemampuan berpikir kreatif. Misalnya, Hwang et al (2007)
mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif sebagaiketerampilan kognitif untuk memberikan
solusi terhadap suatu masalah ataumembuat sesuatu yang bermanfaat atau sesuatu yang baru
dari hal yang biasa. Menurut Shapiro (Nakin, 2003), kemampuan berpikir kreatif sebagai
proses asosiasidan sintesis berbagai konsep yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah.Sedangkan Krutetski (Park, 2004) memandang berpikir kreatif sebagai suatu
pendekatan untuk menemukan solusi masalah dengan cara yang mudah dan fleksibel.
Tampak bahwa ketiga definisi di atas memandang berpikir kreatif sebagai kemampuan
pemecahan masalah. Bahkan secara lebih tegas Nakin (2003) memandang berpikir kreatif
sebagai proses pemecahan masalah.
Keterkaitan lebih jelas antara berpikir kreatif dan pemecahan masalah dikemukakan
Treffinger (Alexander, 2007) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
diperlukan untuk memecahankan masalah, khususnya masalah kompleks. Hal demikian dapat
dipahami karena menurut Wheeler et al (Alexander,2007) tanpa kemampuan berpikir kreatif,
individu sulit mengembangkan kemampuan imajinatifnya sehingga kurang mampu melihat
berbagai alternatif solusi masalah. Hal ini menggambarkan bahwa keterampilan berpikir
kreatif memungkinkan seorang individu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif
sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi kreatif dari masalah yang
akandiselesaikan.
Pentingnya kemampuan berpikir kreatif dalam aktivitas pemecahan masalahditunjukkan
oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hwang et al (2004). Berdasarkan penelitiannya
yang berjudul Multiple Representation Skills and Creativity Effects on Mathematical Problem
Solving Using a MultimediaWhiteboard, mereka menyimpulkan bahwa kemampuan
elaborasi, yang merupakan salah satu komponen berpikir kreatif, merupakan faktor kunci
yang menstimulasi siswa untuk mengkreasi pengetahuan mereka dalam aktivitas pemecahan
masalah. Kemampuan berpikir kreatif mendukung kinerja individu dalam aktivitas
pemecahan masalah.
Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif sangat berperan dalam
mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi berbagai metode, dan mengeksplorasi alternatif
solusi. Berbagai alternatif metode atau solusi tersebut harus dianalisis dan dievaluasi untuk
selanjutnya diimplementasikan. Solusi yang diperoleh juga perlu diverifikasi kesesuainnya
dengan masalah yang diketahui. Proses demikian merupakan karakteristik proses berpikir
kritis. Dengan demikian, selain kemampuan berpikir kreatif, aktivitas keberhasilan
pemecahan masalah juga mempersyaratkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Harris
(1998), kemampuan berpikir kreatif dan berpikir kritis merupakan kemampuan esensial
dalam aktivitas pemecahan masalah. Bahkan lebih jauh ia menyatakan bahwa kedua
kemampuan ini juga merupakan kemampuan esensial untuk sukses dalam dunia atau
kehidupan kerja.
Menurut Harris (1998), berpikir kritis memfokuskan pada kreasi argumen logis,
mengeliminasi alternatif-alternatif yang kurang relevan, dan memfokuskan pada jawaban
yang paling tepat. Sedangkan berpikir kreatif memfokuskan pada eksplorasi 10 berbagai ide,
memperhatikan kemungkinan-kemungkinan, menghasilkan berbagai alternatif jawaban dari
pada hanya memfokuskan pada satu jawaban. Berpikir kritisdan berpikir kreatif merupakan
dua kemampuan berpikir yang saling berkaitan, melengkapi, dan saling bergantian perannya
dalam aktivitas pemecahan masalah. Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan
berpikir kreatif diperlukan ketika menganalisis atau mengidentikasi masalah, memandang
masalah dari berbagai perspektif, mengeksplorasi ide-ide atau metode penyelesaian masalah,
dan mengidentifikasi berbagai kemungkinan solusi dari masalah tersebut. Sedangkan
kemampuan berpikir kritis berperan ketika menganalisis, menginterpretasikan, dan memilih
di antara berbagai ide-ide tersebut yang paling sesuai atau relevan untuk selanjutnya di
implementasikan, dan akhirnya mengevaluasi efektivitas solusi tersebut.
Sebagaimana dikemukakan di depan, kemampuan berpikir kreatif tidak berkembang
dalam ruang hampa, melainkan memerlukan daya dukung lingkungan. Daya dukung
lingkungan tersebut menurut Isaksen (Alexander, 2007) dapat berupakonteks, tempat, situasi,
iklim, atau faktor sosial. Salah satu konteks yang mendukung tumbuhnya kemampuan
berpikir kreatif adalah aktivitas pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat
McIntosh (2000) bahwa pemecahan masalah dapat dipandang atau berperan sebagai konteks.
Pentingnya pemecahan masalah dalam pengembangan kemampuan berpikir kreatif juga
dikemukakan Robinson (McGregor, 2001) bahwa pengembangan kemampuan berpikir
kreatif memerlukan aktivitas (doing something). Salah satu aktivitas tersebut adalah aktivitas
pemecahan masalah. Menurut Alexander (2007), aktivitas pemecahan masalah yang
dirancang dengan baik akan memberikan kesempatan bagi tumbuhnya berbagai keterampilan
berpikir, termasuk berpikir kreatif. Hal ini juga ditegaska noleh Pehnoken (1997) bahwa
aktivitas pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan kognitif umum yang dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
Pemecahan masalah yang melibatkan proses kreatif disebut pemecahan masalah kreatif
(Creative Problem Solving). Proses pemecahan masalah kreatif (CPS) dikembangkan oleh
Isaksen, Dorval, dan Treffinger (Hwang et al, 2007) yang terdiri atas 4 langkah, yaitu :
1. memahami masalah, yang mempunyai tiga tahapan, yaitu:
a. mengekspresikan atau mengidentifikasi masalah,
b. mengeksplorasi data, yaitu menginvestigasi latar belakang masalah; dan
c. membuat kerangka masalah, yaitu mengidentifikasi masalah secara eksplisit,
2. membangun atau menghasilkan ide-ide, yaitu mengumpulkan dan mengembangkan berbagai
ide yang relevan;
3. mempersiapkan tindakan atau aksi, yaitu mengembangkan penerimaan ataudukungan, yaitu
mengidentifiksi secara detail langkah-langkah solusi; dan
4. merencanakan pendekatan mempunyai dua tahapan, yaitu penilaian atau penaksiran tugas,
yaitu menilai kesesuaian metode dan mendesain proses, yaitu menyempurnakan metode
solusi secara detail. Osborn (Hwang et al, 2007) juga memberikan 4 panduan bagi guru
terkait kegiatan pemecahan masalah kreatif, yaitu mendorong munculnya banyak ide,
menerima ide-ide yang tampak asing, mengembangkan ide-ide, tetapi tidak secara langsung
mengkritisinya ketika siswa mempresentasikannya.
Meskipun aktivitas pemecahan masalah berfungsi sebagai konteks dan wahana bagi
tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif, tetapi kelancaran pemecahan masalah belum tentu
mencerminkan kemampuan berpikir kreatif. Menurut Haylock (Mann,2005), dengan
menerapkan strategi atau metode yang telah diketahui, individu dapat secara sistematis
menyelesaikan masalah, tetapi ia belum tentu kreatif karena tidak mengeksplorasi dan
mengelaborasi pemahamannya.
Meskipun aktivitas pemecahan masalah berperan sebagai sarana untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif, tetapi tidak semua jenis masalah mempunyai potensi demikian.
Menurut Hashimoto (1997), jenis masalah yang mempunyai potensi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif siswa adalah masalah atau soal terbuka (open ended). Masalah
terbuka memicu siswa untuk secara kreatif mengeksplorasi berbagai cara atau solusi dari
masalah tersebut. Berikut diberikan beberapa contoh masalah terbuka yang dapat
dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif sekaligus
kemampuan pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press
Suriasumantri (ed), 1983. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.andragogi.com.
Senin, 4 Agustus 2008 Suryabarata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada Wagito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi
Offset. Whiterington. 1982. Psikologi Pendidikan
Gani Sabariah, 2006. Psikologi Keperawatan, Makassar
Walgito Bimo, 1980. Pengantar Psikologi Umum, Andi Offset: Yogyakarta
Http://lettre-de-raphael.blogspot.com

Bab II
Pembahasan

A. Berpikir
Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide untuk membantu seseorang.
Macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut:
1. Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain.
Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi
ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif:
a. Asosiasi bebas: Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya.
Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran dapur, nasi
atau anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya.
b. Asosiasi terkontrol: Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-
batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang
harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide
tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering
meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan sebagainya.
c. Melamun: yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal
yang tidak realistis.
d. Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur.
Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih
dapat diingat.
e. Berpikir artistik: yaitu proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat
dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar.
Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan
pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir
terarah, yaitu:
a. Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan.
b. Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru antara
berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru,
menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.
Dalam berpkir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal
dalam alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah simbol uang mewakili benda yang
terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf. Di samping kata-
kata, bentuk-bentuk simbol antara laibn angka-angka dan simbol matematika, simbol simbol
yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya.
Telah dikatakan di atas, bahwa berpikir terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan-
persoalan. Untuk mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih
dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam memecahkan
persoalan:
1. Strategi menyeluruh: di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan
dipecahkan untuk keseluruhan itu.
2. Strategi detailistis: di sini persoalan di bagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan
bagian demi bagian.
Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh:
1. Set: pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan pada
persoalan-persoalan yang berikutnya (timbul: set). Padahal belum tentu persoalan berikut itu
dapat dipecahkan dengan cara yang sama. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan
terutama kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah dirinya.
2. Sempitnya pandangan: sering dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu
kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang
tersebut akan mencobanya terus, karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia
akan mengalami kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya padangan orang
tersebut. Sehingga tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan keluar.

B. Ketrampilan Berpikir
Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan berpikir, yang sebenarnya cukup
berbeda; yaitu berpikir tingkat tinggi (high level thinking), berpikir kompleks (complex
thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Berpikir tingkat tinggi adalah operasi
kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang terjadi dalam short-term
memory. Jika dikaitkan dengan taksonomi Bloom, berpikir tingkat tinggi meliputi evaluasi,
sintesis, dan analisis. Berpikir kompleks adalah proses kognitif yang melibatkan banyak
tahapan atau bagian-bagian. Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang
konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Lawan dari berpikir kritis adalah berpikir kreatif, yaitu
jenis berpikir divergen, yang bersifat menyebar dari suatu titik.
Salah satu kecakapan hidup ( life skill ) yang perlu dikembangkan melalui proses
pendidikan adalah ketrampilan berpikir (Depdiknas, 2003). Kemampuan seseorang untuk
dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh ketrampilan berpikirnya,
terutama dalam upaya memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Di
samping pengembangan fitrah bertuhan, pembentukan fitrah moral dan budipekerti, inkuiri
dan berpikir kritis disarankan sebagai tujuan utama pendidikan sains dan merupakan dua hal
yang bersifat sangat berkaitan satu sama lain (Ennis, 1985; Garrison & Archer, 2004).

Dimensi berpikir sebagai proses yang bersifat pribadi dan internal yang dapat berawal
dan berakhir pada dunia luar atau lingkungan seseorang. Dimensi kedua ialah persepsi dan
konsepsi sebagai perantara dari pengalaman langsung dan konsep abstrak dalam pikiran.
merefleksikan siklus umum inkuiri yang bermula dari kegiatan mendefinisikan masalah,
melakukan eksplorasi, mengintegrasikan gagasan dan berakhir pada pengambilan keputusan
dan mengaplikasikan gagasan. Dari gambar tersebut terlihat bahwa inkuiri sebagai strategi
pembelajaran dan berpikir kritis sebagai proses belajar untuk membangun makna dan
mengkonfirmasikan pemahaman mengenai sesuatu materi pelajaran memberikan penekanan
pada pentingnya keterlibatan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran di sekolah berperan dalam membantu siswa untuk berkembang menjadi
pemikir yang kritis dan kreatif terutama jika guru dapat memfasilitasinya melalui kegiatan
belajar yang efektif.

Johnson (2000), mengemukakan keterampilan berpikir dapat dibedakan menjadi


berpikir kritis dan berpikir kreatif. Kedua jenis berpikir ini disebut juga sebagai keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Liliasari, 2002). Berpikir kritis merupakan proses mental yang
terorganisasi dengan baik dan berperan dalam proses mengambil keputusan untuk
memecahkan masalah dengan menganalisis dan menginterpretasi data dalam kegiatan inkuiri
ilmiah. Sedangkan berpikir kreatif adalah proses berpikir yang menghasilkan gagasan asli
atau orisinal, konstruktif, dan menekankan pada aspek intuitif dan rasional (Johnson, 2000).
Pemahaman umum mengenai berpikir kritis, sebenarnya adalah pencerminan dari apa yang
digagas oleh John Dewey sejak tahun 1916 sebagai inkuiri ilmiah dan merupakan suatu cara
untuk membangun pengetahuan.

Robert Ennis (1985) dalam Morgan (1999) memberikan definisi berpikir kritis adalah
berpikir reflektif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa yang harus
diyakini dan harus dilakukan. Berdasarkan definisi tersebut, maka kemampuan berpikir kritis
menurut Ennis terdiri atas duabelas komponen yaitu: (1) merumuskan masalah, (2)
menganalisis argumen, (3) menanyakan dan menjawab pertanyaan, (4) menilai kredibilitas
sumber informasi, (5) melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi, (6) membuat
deduksi dan menilai deduksi, (7) membuat induksi dan menilai induksi, (8) mengevaluasi, (9)
mendefinisikan dan menilai definisi, (10) mengidentifikasi asumsi, (11) memutuskan dan
melaksanakan, (12) berinteraksi dengan orang lain. Dressel & Mayhew (1954) dalam Morgan
(1999) mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis
Antar-Universitas ( Intercollege Committee on Critical Thinking ) yang terdiri atas: (1)
kemampuan mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menyeleksi informasi untuk
pemecahan masalah, (3) kemampuan mengenali asumsi-asumsi, (4) kemampuan merumuskan
hipotesis, dan (5) kemampuan menarik kesimpulan.

Indikator Berpikir Kritis


Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
(1) kegiatan merumuskan pertanyaan,
(2) membatasi permasalahan,
(3) menguji data-data,
(4) menganalisis berbagai pendapat,
(5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
(6) menghindari penyederhanaan berlebihan,
(7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan
(8) mentoleransi ambiguitas.

Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12-15)
secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
a. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat
terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek
terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan
berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.

b. Kriteria (criteria) .
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah
sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah
argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria
yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada
relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas
dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.

c. Argumen (argument)
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data Keterampilan
berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

d. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning).


Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya
akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.

e. Sudut pandang (point of view)


Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan
konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena
dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)


Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan
meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan
mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.

Orlich, et al (1998) menyatakan bahwa kemampuan yang berasosiasi dengan berpikir


kritis yang efektif meliputi: (1) mengobservasi; (2) mengidentifikasi pola, hubungan,
hubungan sebab-akibat, asumsi-kesalahan alasan, kesalahan logika dan bias; (3) membangun
kriteria dan mengklasisfikasi; (4) membandingkan dan membedakan, (5)
menginterpretasikan; (6) meringkas; (7) menganalisis, mensintesis dan menggeneralisasi;
mengemukakan hipotesis; (8) membedakan data yang relevan dengan yang tidak relevan,
data yang dapat diverifikasi dan yang tidak, membedakan masalah dengan pernyataan yang
tidak relevan. Sehubungan dengan itu, Zeidler, et al (1992) menyatakan ciri-ciri orang yang
mampu berpikir kritis adalah: (a) memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan
untuk mendekati gagasannya, dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan
masalah, (b) bersikap skeptis yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan kecuali dia sudah
dapat membuktikan kebenarannya. Berdasarkan uraian seperti di atas, maka kemampuan
berpikir kritis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah proses mental yang mencakup
kemampuan merumuskan masalah, memberikan dan menganalisis argumen, melakukan
observasi, menyusun hipotesis, melakukan deduksi dan induksi, mengevaluasi, dan
mengambil keputusan serta melaksanakan tindakan. Adapun komponen dan indikator-
indikator dari setiap komponen berpikir kritis dapat disajikan seperti dalam tabel 5 .

Tabel 5. Indikator-indikator dari kemampuan berpikir kritis .

Kemampuan Berpikir Kritis Indikator-indikator

Memformulasikan pertanyaan yang


Merumuskan masalah
mengarahkan investigasi
Argumen sesuai dengan kebutuhan
Memberikan argument Menunjukkan persamaan dan
perbedaan
Mendeduksi secara logis
Melakukan deduksi
Menginterpretasi secara tepat

Menganalisis data

Melakukan induksi Membuat generalisasi

Menarik kesimpulan

Mengevaluasi berdasarkan fakta


Melakukan evaluasi
Memberikan alternatif lain

Menentukan jalan keluar


Mengambil keputusan dan tindakan Memilih kemungkinan yang akan
dilaksanakan

Sumber: Modifikasi dari Ennis (1985) dalam Arnyana (2004)

Ketrampilan berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar atau modal intelektual
yang sangat penting bagi setiap orang (Galbreath,1999; Liliasari, 2002; Depdiknas, 2003;
Trilling & Hood, 1999; Kubow, 2000) dan merupakan bagian yang fundamental dari
kematangan manusia (Penner 1995 dalam Liliasari, 2000). Oleh karena itu, pengembangan
Ketrampilan berpikir kritis menjadi sangat penting bagi siswa di setiap jenjang pendidikan.
Ketrampilan berpikir kritis menggunakan dasar berpikir menganalisis argumen dan
memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap interpretasi untuk mengembangkan pola penalaran
yang kohesif dan logis, kemampuan memahami asumsi, memformulasi masalah, melakukan
deduksi dan induksi serta mengambil keputusan yang tepat. Ketrampilan berpikir kritis
adalah potensi intelektual yang dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. Setiap
manusia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi pemikir yang kritis karena
sesungguhnya kegiatan berpikir memiliki hubungan dengan pola pengelolaan diri ( self
organization ) yang ada pada setiap mahluk di alam termasuk manusia sendiri (Liliasari,
2001; Johnson, 2000).
Morgan (1999) mengutip pendapat Marzano (1992) memberikan kerangka tentang
pentingnya pembelajaran berpikir yaitu: (1) berpikir diperlukan untuk mengembangkan sikap
dan persepsi yang mendukung terciptanya kondisi kelas yang positif, (2) berpikir perlu untuk
memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan, (3) perlu untuk memperluas wawasan
pengetahuan, (4) perlu untuk mengaktualisasikan kebermaknaan pengetahuan, (5) perlu untuk
mengembangkan perilaku berpikir yang menguntungkan. Berpikir kritis merupakan suatu
kompetensi yang harus dilatihkan pada peserta didik, karena kemampuan ini sangat
diperlukan dalam kehidupan sekarang (Schafersman, 1999 dalam Arnyana, 2004). Guru perlu
membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui strategi, dan
metode pembelajaran yang mendukung siswa untuk belajar secara aktif. Inkuiri yang
dipadukan dengan strategi kooperatif merupakan salah satu cara untuk itu. Dengan kegiatan
inkuiri, siswa dapat belajar secara aktif untuk merumuskan masalah, melakukan
penyelidikan, menganalisis dan menginterpretasikan data, serta mengambil keputusan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Perpaduan kegiatan inkuiri dengan strategi
kooperatif dapat melatih siswa untuk bekerjasama dengan teman sebayanya.

Dalam makalahnya Andrew P. Jhonson (The Educational Resources Information


Center (ERIC), 2002) memberikan contoh 10 keterampilan berpikir kritis dan 8 keterampilan
berpikir kreatif beserta kerangka berpikirnya. Yang dimaksud dengan kerangka berpikir
adalah suatu representasi dari proses kognitif tertentu yang dipecah ke dalam langkah-
langkah spesifik dan digunakan untuk mendukung proses berpikir. Kerangka berpikir tersebut
digunakan sebagai petunjuk berpikir bagi siswa ketika mereka mempelajari suatu
keterampilan berpikir. Dalam praktiknya, kerangka berpikir tersebut dapat dibuat dalam
bentuk poster yang ditempatkan di dalam ruang kelas untuk membantu proses belajar
mengajar.

C. Mengajarkan Keterampilan Berpikir.


Jika pengajaran keterampilan berpikir kepada siswa belum sampai pada tahap siswa dapat
mengerti dan belajar menggunakannya, maka keterampilan berpikir tidak akan banyak
bermanfaat. Pembelajaran yang efektif dari suatu keterampilan memiliki empat komponen,
yaitu: identifikasi komponen-komponen prosedural, instruksi dan pemodelan langsung,
latihan terbimbing, dan latihan bebas.

Pada dasarnya pembelajaran keterampilan berpikir dapat dengan mudah dilakukan.


Sayangnya, kondisi pembelajaran yang ada di kebanyakan sekolah di Indonesia belum begitu
mendukung untuk terlaksananya pembelajaran ketrampilan berpikir yang efektif. Beberapa
kendalanya antara lain pembelajaran di sekolah masih terfokus pada guru, belum student
centered; dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat menghafal/pengetahuan
faktual. Keterampilan berpikir sebenarnya merupakan suatu keterampilan yang dapat
dipelajari dan diajarkan, baik di sekolah maupun melalui belajar mandiri. Yang perlu
diperhatikan dalam pengajaran keterampilan berpikir ini adalah bahwa keterampilan tersebut
harus dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak.
Tahapan tersebut adalah:

1. Identifikasi komponen-komponen procedural.


Siswa diperkenalkan pada keterampilan dan langkah-langkah khusus yang diperlukan dalam
keterampilan tersebut. Ketika mengajarkan keterampilan berpikir, siswa diperkenalkan pada
kerangka berpikir yang digunakan untuk menuntun pemikiran siswa.

2. Instruksi dan pemodelan langsung


Selanjutnya, guru memberikan instruksi dan pemodelan secara eksplisit, misalnya tentang
kapan keterampilan tersebut dapat digunakan. Instruksi dan pemodelan ini dimaksudkan
supaya siswa memiliki gambaran singkat tentang keterampilan yang sedang dipelajari,
sehingga instruksi dan pemodelan ini harus relatif ringkas.

3. Latihan terbimbing

Latihan terbimbing seringkali dianggap sebagai instruksi bertingkat seperti sebuah tangga.
Tujuan dari latihan terbimbing adalah memberikan bantuan kepada anak agar nantinya bisa
menggunakan keterampilan tersebut secara mandiri. Dalam tahapan ini guru memegang
kendali atas kelas dan melakukan pengulangan-pengulangan.

4. Latihan bebas

Guru mendesain aktivitas sedemikian rupa sehingga siswa dapat melatih keterampilannya
secara mandiri, misalnya berupa pekerjaan rumah. Jika ketiga langkah pertama telah
diajarkan secara efektif, maka diharapkan siswa akan mampu menyelesaikan tugas atau
aktivitas ini 95% 100%. Latihan mandiri tidak berarti sesuatu yang menantang, melainkan
sesuatu yang dapat melatih keterampilan yang telah diajarkan.

Bagaimana dengan di indonesia


Jika kita kembalikan kepada dunia pendidikan di Indonesia, yang menjadi masalah adalah
bagaimana cara mengajarkan keterampilan berpikir tersebut di sekolah sehingga ia bisa
menjadi sesuatu yang dapat memperbaiki belajar siswa. Ada dua cara yang bisa dilakukan
untuk melakukan hal ini, yaitu keterampilan berpikir dijadikan terpadu dengan bidang studi
yang diajarkan atau keterampilan berpikir diajarkan secara terpisah. Di beberapa wilayah di
Jerman, sekolah mengajarkan pelajaran Logika kepada para siswanya.

Di Indonesia, pengajaran keterampilan berpikir memiliki beberapa kendala. Salah satunya


adalah terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau sumber ilmu,
sehingga siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh guru.
Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik namun memang sulit dipecahkan, adalah
sistem penilaian prestasi siswa yang lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya
menguji kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap sebagai siswa yang pintar
atau sukses adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang sampai sekarang
masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang sudah mulai diterapkan di Indonesia sebenarnya cukup kondusif
bagi pengembangan pengajaran keterampilan berpikir, karena mensyaratkan siswa sebagai
pusat belajar. Namun demikian, bentuk penilaian yang dilakukan terhadap kinerja siswa
masih cenderung mengikuti pola lama, yaitu model soal-soal pilihan ganda yang lebih banyak
memerlukan kemampuan siswa untuk menghafal.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pengajaran keterampilan berpikir di sekolah


antara lain adalah sebagai berikut:

1. keterampilan berpikir tidak otomatis dimiliki siswa

2. keterampilan berpikir bukan merupakan hasil langsung dari pengajaran suatu bidang studi
3. pada kenyataannya siswa jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini,
sehingga perlu adanya latihan terbimbing

4. pengajaran keterampilan berpikir memerlukan model pembelajaran yang berpusat kepada


siswa (student-centered).

Selain beberapa prinsip di atas, satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam
pengajaran keterampilan berpikir adalah perlunya latihan-latihan yang intensif. Seperti halnya
keterampilan yang lain, dalam keterampilan berpikir siswa perlu mengulang untuk
melatihnya walaupun sebenarnya keterampilan ini sudah menjadi bagian dari cara
berpikirnya. Latihan rutin yang dilakukan siswa akan berdampak pada efisiensi dan
otomatisasi keterampilan berpikir yang telah dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran di
kelas, guru harus selalu menambahkan keterampilan berpikir yang baru dan
mengaplikasikannya dalam pelajaran lain sehingga jumlah atau macam keterampilan berpikir
siswa bertambah banyak.
Bab III
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil penelitian kami yang telah diuraikan pada bab pembahasan masalah dapatlah
disimpulkan hal-hal berikut:
1. Berpikir adalah seseorang yang berpikir bukan saja dengan otaknya tetapi berpengaruh
juga dengan keseluruhan anggota tubuhnya.
2. Berpikir selalu berdampingan dalam mengingat suatu peristiwa/ kejadian masa lampau,
yang telah terjadi pada diri kita sendiri maupun orang lain.
3. Berpikir yang bermanfaat maka akan menghasilakn hal yang sangat baik (positif) apabila
berpikir dan mengingat yang tidak bermanfaat maka akan menghasilkan hal yang buruk
(negatif)
4. Berpikir dan mengingat juga mempunyai perbedaan

Saran
1. Berpikir dan mengingat merupakan cara yang baik dalam proses belajar. Oleh karena itu
sebagai kaum pelajar kita harus mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pelajar adalah masyarakan yang terpelajar. Yang dianggap sebagai kaum pelajar, karena
mereka telah mengetahui apa itu berpikir dan mengingat.
Bab IV
Daftar Pustaka
Arnyana, I. B. P. 2004. Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
di Pandu Strategi Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya terhadap Kemamampuan
Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi. PPs
Universitas Mulawarman

Depdiknas. 2003. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Direktorat


Pendidikan Menengah Umum.

Ennis. R.H. 1985. Goals for A Critical Thinking I Curriculum. Developing Minds A
Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Association for Suopervisions and
Curriculum Development (ASCD) pp. 54-57.

Galbreath J.1999. Preparing the 21th Century Worker: The Link Between Computer Based
Technology and Future Skills Sets Educational Technology. Desember 1999 pp. 14-22

Johnson. E.B. (2000). Contextual Teaching and Learning . California: Corwin Press, Inc.

Liliasari. 2001. Model Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir


Tingkat Tinggi Calon Guru sebagai Kecenderungan Baru pada Era Globalisasi. Jurnal
Pengajaran MIPA 2 (1). Juni 2001. hal 55 56.

Trilling & Hood, 1999. Learning, Technology and Education Reform in The Knowledge Age.
Educational Technology , Juni-Mei pp 5-18.

Anda mungkin juga menyukai