Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan proses
mental. Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih muda atau remaja. Sebab, pada
awalnya psikologi merupakan bagian dari ilmu filsafat tentang jiwa manusia. Menurut
plato, psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa
manusia (psyche = jiwa ; logos = ilmu pengetahuan). Pada pokoknya, psikologi itu
menyibukkan diri dengan masalah kegiatan psikis, seperti berpikir, belajar, menanggapi,
mencinta, membenci dan lain-lain. Macam-macam kegiatan psikis pada umumnya dibagi
menjadi 4 kategori, yaitu: 1) pengenalan atau kognisi, 2) perasaan atau emosi, 3)
kemauan atau konasi, 4) gejala campuran.
Seperti yang kita ketahui, setiap orang, kelompok, dan organisasi pasti selalu
dihadapkan pada masalah-masalah baik untuk perbaikan, peningkatan kinerja atau
mencari peluang baru. Masalah yang sama sering kali diselesaikan dengan solusi yang
berbeda karena situasi yang semakin dinamis.
Hal ini membutuhkan kreativitas dalam menemukan solusi pemecahan masalah
yang tepat. Kunci utama dari kreativitas adalah kemampuan dalam menggali ide-ide,
metode lain dan pendekatan alternatif untuk mencapai pemecahan masalah yang efektif
dan efisien.
Proses berpikir adalah kecakapan menjalankan akal menjalankan proses
pemikiran/kemahiran berpikir. Pemecahan masalah secara kreatif artinya dapat mengatasi
problema daengan mendayagunakan akalnya secara benar. Secara umum dapat
dikemukakan bahwa problem itu timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara
keadaan satu dengan keadaan yang lain dalam rangka mencapai tujuan
Rumusan masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan berpikir?
b. Apa saja jenis-jenis dalam proses berpikir?
c. Apa saja langkah-langkah dalam proses berpikir?
d. Apa yang dimaksud dengan pemecahan masalah?
e. Apa saja strategi yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah?
f. Bagaimana proses dalam pemecahan masalah?
g. Bagaimana proses berpikir dan pemecahan masalah secara kreatif?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Berfikir
Berfikir adalah proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari
makna an pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan
atau penyelesaian masalah.
Masalah
Masalah adalah suatu kondisi yang memilioki potensi untuk
menimbulkan kerugian atau menghasilkan keuntungan yang luar biasa.
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah tindakan memberi respon terhadap masalah
untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang.
Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan
diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua
macam berpikir terarah, yaitu:
o Berfikir analitis
Berpikir Analitis yaitu
Berpikir Konvergen (cenderung menyempit dan menuju jawaban yang tunggal.
o Berfikr kreatif
Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan
baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal,
menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya untuk
memperoleh lebih dari satu jawaban.
Dalam berpkir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat
mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah
simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang
dijilid dan tertulis huruf-huruf.
Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara laibn angka-angka
dan simbol matematika, simbol simbol yang dipergunakan dalam peraturan lalu
lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya.
1. Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga
tingkatan, sebagai berikut:
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita
perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk
pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa
ciri-ciri misalnya :
o Strategi Menyeluruh
Di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dipecahkan untuk
keseluruhan itu.
o Strategi Detailistis
Di sini persoalan di bagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan bagian demi
bagian.
E. BEBERAPA STRATEGI
PEMECAHAN MASALAH YANG SERING DIGUNAKAN
1. Trial and Error
Salah satu kemungkinan strategi pemecahan masalah adalah trial and error
sederhana. Akan tetapi strategi ini biasanya akan menghabiskan waktu lama
sampai kemudian muncul pemecahan masalahnya. Dengan cara ini banyak
masalah dapat pula justru tidak terpecahkan secara sempurna.
Untuk memecahkan masalah-masalah yang sulit, perlu untuk memiliki
beberapa strategi selain trial and error. Strategi yang ada seharusnya dijadikan
pijakan pada pengkategorian dan penggambaran yang akurat dari suatu masalah.
Tetapi hal ini juga harus melalui perhitungan batas ingatan jangka pendek. Kita
harus dapat menyelamatkan informasi dan pekerjaan kita tanpa harus dibatasi
oleh ruang kerja yang terlalu sumpek dengan ingatan jangka pendek. Dengan
cara ini kita akan dapat menggunakan strategi lain selain trial and error.
2. Informational Retrieval
Dalam beberapa kasus, pemecahan terhadap suatu masalah dapat menjadi
sederhana seperti mengingat kembali informasi (Informational Retrieval) dari
ingatan jangka panjang. Informational Retrieval adalah suatu pilihan penting
ketika suatu pemecahan masalah harus ditemukan dengan cepat. Sebagai contoh
seorang pilot dapat mengingat dengan cepat yang dibutuhkan untuk
menerbangkan maupun mendaratkan pesawat. Ketika seorang pilot
membutuhkan informasi, maka ia tidak punya cukup waktu untuk duduk dan
menghitung jawaban benar karena waktu adalah hal yang esensial. Oleh karena
itu ia gunakan ingatan jangka panjang untuk suatu jawaban segera. Cara ygn
digunakan inilah merupakan suatu informational retrieval.
3. Algoritma
Makin kompleks suatu masalah tentu membutuhkan metode yang makin
kompleks pula. Dalam beberapa kasus kita dapat menggunakan algoritma.
Algoritma adalah metode pemecahan masalah yang menjamin suatu pemecahan
masalah jika tersedia kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkannya.
Sebagai contohnya adalah algoritma untuk memecahkan anagram, yaitu suatu
kelompok huruf-huruf yang dapat diatur kembali menjadi suatu bentuk suatu
kata. Katakanlah kita diberi huruf a, l, dan t. Lalu kita coba alt, atl, lta, tla, tal,
dan akhirnya kita temukan lat (terlambat) sehingga masalahnya terpecahkan.
Contoh lain adalah untuk memindahkan suhu Fahrenheit ke Celcius maka kita
dapat menggunakan rumus = 5/9 x (F-32). Formula ini sebagaimana halnya
formula yang lain merupakan suatu algoritma.
4. Heuristic
Banyak masalah yang dapat kita temukan sehari-hari yang tidak dapat
begitu saja dapat dipecahkan dengan algoritma. Pada bagian ini kita akan
belajar menggunakan strategi lain yang disebut dengan heuristic. Heuristic
adalah suatu hukum yang terutama membantu kita untuk menyederhanakan
masalah. Metode ini meski tidak menjamin suatu pemecahan masalah, tetapi
akan mencoba atau berusaha untuk mencapainya. Suatu metode heuristic
mungkin hanya dapat bekerja dengan baik untuk situasi tertentu, sementara
metode yang lain mungkin hanya digunakan untuk tujuan-tujuan khusus. Akan
tetapi metode heuristic secara umum dapat digunakan untuk masalah-masalah
manusia yang lebih luas.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan kami diatas, dapat kami simpulkan bahwa berfikir
adalah proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari makna an
pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau
penyelesaian masalah.
Pemecahan masalah adalah tindakan memberi respon terhadap masalah
untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang. Macam macam
berfikir tebagi menjadi dua yaitu berfikr asosiatif dan berfikir terarah. Langkah
langkah proses berfikir yaitu pembentukan pengertian, pembentukan
pendapat, dan penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan. Ada dua
strategi dalam pemecahan masalah yaitu strategi menyeluruh dan strategi
detailistis. Selain itu ada beberapa strategi pemecahan masalah yang sering
digunakan yaitu Trial and error, Informational Retrieval,Algoritma, dan
Heuristic. Proses pemecahan masalah jaga terbagi menjadi 2 yaitu penafsiran
masalah dan strategi pemecahan masalah.
DAFTAR REFERENSI
http://www.psb-psma.org/content/blog/proses-berpikir
http://www.tugaskuliah.info/2009/06/makalah-psikologi-umum-berpikir-
dan.html
http://www.psikologizone.com/pengertian-ilmu-psikologi/0651110
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berpikir merupakan aktivitas kognitif yang berwujud mengelolah atau memanipulasi
informasi dari lingkungan dengan simbol-simbol atau materi-materi yang disimpan dalam
ingatan khususnya yang ada dalam long term memory. Sudut pandang behaviorisme
khususnya fungsional memandang berpikir itu sebagai penguat antara stimulus dan respons.
Demikian juga sudut pandang kaum asosiasionis memandang berpikir hanya sebagai asosiasi
antara tanggapan atau bayangan satu dengan yang lainnya yang saling kait mengait.
Intelegensi berasal dari kata latin intelligere yang berarti mengorganisasikan,
menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain (to organize, to relate, to bind
together). Intelegensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk
beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Sudut pandang dari evolutionary
perspective, intelegensi adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah yang
berhubungan dengan adaptasi. Sudut pandang dari behavior perspective, intelegensi adalah
suatu kapasitas untuk mencapai tujuan dalam berperilaku. Dan sudut pandang dari cognitive
perspective, intelegensi adalah suatu proses nalar yang diterapkan untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan.
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian proses berpikir dan intelegensi
b. Untuk mengetahui macam-macam proses berpikir dan intelegensi
c. Untuk mengetahui langkah-langkah proses berpikir dan intelegensi
d. Untuk mengetahui hambatan dalam proses berpikir dan intelegensi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Proses Berpikir dan Intelegensi
Berfikir adalah proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari makna
pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau penyelesaian
masalah. Berfikir merupakan aktifitas kognitif manusia yang cukup kompleks. Seseorang
berfikir biasanya karena ada suatu masalah yang sedang menimpanya, misalnya: ketika
seseorang sedang kehilangan uang, maka dia akan berfikir, membuka memorinya untuk
menemukan uang yang hilang tersebut.
Pengertian proses berpikir menurut para ahli, yaitu:
a. Psikologi Gestalt mengatakan bahwa berfikir merupakan keaktifan psikis yang absrak, yang
prosesnya tidak dapat kita amati dengan alat indera kita.
b. Solso (1988) mengatakan bahwa berfikir merupakan proses yang menghasilkan representasi
mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi yang kompleks
antara berbagai proses mental, seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan
pemecahan masalah
inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara
rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir
rasional.
Pengertian intelegensi menurut para ahli, yaitu:
a. William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk
menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang
sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar
tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh
kepada intelegensi seseorang
b. Thorndike (lin. Skinner, 1959) sebagai seorang tokoh koneksionisme mengemukakan
pendapat bahwa intelligence is demonstrable in ability of the individual to make good
responses from the stand point of truth or fact (kecerdasan dibuktikan dalam kemampuan
individu untuk membuat tanggapan yang baik dari titik berdiri kebenaran atau fakta)
2.2 Macam-macam Proses Berpikir dan Intelegensi
A. Macam-macam Proses Berfikir
1. Berfikir asosiatif
Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide
lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan
sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif:
2. Berfikir terarah
Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan
diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan.
B. Macam-macam Intelegensi
Howard Gardner seorang psikolog USA ini menemukan tujuh macam intelegensi
yang terdapat dalam diri anak (1983), di antaranya adalah:
1. Linguistik Intelligence/Kecerdasan linguistik, berkaitan dengan kemampuan bahasa dan
penggunaannya. Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main dengan
bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti dan narasi. Mereka
seringkali pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal, tempat dan nama.
2. Logical-Mathematical Intelligence/Kecerdasan logis-matematis, berhubunngan dengan pola,
rumus-rumus, angka-angka dan logika. Orang-orang ini cenderung pintar dalam teka-teki,
gambar, aritmatika, dan memecahkan masalah matematika; mereka sering kali menyukai
komputer dan pemrogaman.
3. Musical Intelligence/Kecerdasan musikal, berkaitan denagn musik, melodi ritme dan nada.
Orang-orang ini pintar membuat musik sendiri dan juga sensitif terhadap musik dan melodi.
Sebagian bisa berkonsentrasi lebih baik jika musik diperdengarkan; banyak dari mereka
seringkali menyanyi atau bersenandung sendiri atau menciptakan lagu serta musik.
4. Bodily-Kinesthetic Intelligence/Kecerdasan tubuh-kinestetik, berhubungan dengan
pergerakan dan keterampilan aolh tubuh. Orang-orang ini adalah para penari dan actor, dan
atlet. Mereka memiliki bakat mekanik tubuh dan pintar meniru mimic serta sulit untuk diam.
5. Spatial Intelligence/Kecerdasan Spasial, berhubungandengan bentuk, lokasi dan
membayangkan hubungan diantaranya. Orang-orang ini biasanya menyukai perancangan dan
bangunan, disamping pintar membaca peta, diagram dan daftar. Dalam sebuah pengalaman,
para murid yang sedang belajar menciptakan karya seni mereka sendiri, mereka mengedit dan
memodifikasi karya mereka bersamaan dengan eksplorasi mereka bersamaan dengan cara
mereka sendiri.
6. Intrapersonal Intelligence/Kecerdasan intrapersonal, berhubungan dengan mengerti diri
sendiri. Orang-orang ini seringkali mandiridan senang menekuni aktifitas sendirian. Mereka
cenderung percaya diri dan punya pendapat, memilih pekerjaan dimana mereka bisa memiliki
kendali terhadap cara mereka menghabiskan waktu.
7. Interpersonal intelegence/Kecerdasan interpersonal, berhubungan dengan mengerti sendiri.
Orang-orang ini seringkali mandiri dan senang menekuni aktifitas sendirian. Mereka
cenderung percaya diri dan punya pendapat, dan memilih pekerjaan dimana mereka bisa
memiliki kendali terhadap cara menghabiskan waktu.
Penelitian selanjutnya Howard Gardner (1996) menambahkan tiga macam intelegensi, yaitu:
1. Naturalist intelegence kecerdasan ini memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan
lingkungan. Mengombinasikan banyak nilai-nilai budaya.
2. Spritual Intelegence memungkinkan anak mengetahui dan memahami penghayatan bahwa
dirinya diberi begitu banyak anugrah oleh Tuhan.
3. Existential intelligence/Inteligensi eksistensial. Kecerdasan ini muncul ketika seseorang
mulai mempertanyakan siapa dirinya? Mengapa ia hidup? Apa tujuan hidup manusia? Sebuah
imajinasi tentang keberadaan dirinya di dunia.
2.3 Langkah-langkah Proses Berpikir dan Intelegensi
A. langkah-langkah Proses Berpikir
a. Pembentukan pengertian
pengertian dibentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut :
1. Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.
2. Membandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak
sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada.
3. Mengabstrasikan.
b. Pembentukan pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih.
Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
1. Pendapat afirmatif atau positif adalah pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu.
2. Pendapat negatif adalah pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan
tentang adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal.
3. Pendapat modalitas atau kebarangkalian adalah pendapat yang menerangkan
keberangkalian, kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal.
c. Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan
Keputusan ialah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan adalah sebagai berikut :
1. Keputusan induktif
Adalah keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju kesatu
pendapat yang umum.
2. Keputusan deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, jadi berlawanan
dengan keputusan induktif.
3. Keputusan analogis
Adalah keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan
dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.
B. Langkah-langkah Intelegensi
Menurut Amstrong dalam Robinson (2004) Strategi pembelajaran berbasis multipel
intelegensi untuk mengoptimalkan berbagai intelegensi yang dimiliki setiap siswa agar
mencapai kompetensi tertentu yang dituntut dalam kurikulum. Langkah-langkah yang dapat
digunakan dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi antara lain:
1. Perbedaan materi yang diterima atau karena perbedaan dalam proses belajar
2. Peran dari pembawaan kepribadian dan lingkungan dapat mempengaruri proses dalam
memecahkan suatu masalah atau intelegensi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan berpikir adalah mencari pemecahan masalah yang dihadapi. Dengan cara
berpikir seseorang akan menemukan sesuatu yang baru, yang sebelumnya mungkin belum
terdapat. Di setiap individu memiliki intelegensi yang berbeda. Individu satu dengan individu
yang lain tidak sama kemampuannya dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
3.2 Saran
Untuk meningkatkan kemampuan intelegensi dalam menyelesaikan atau memecahkan
suatu masalah, kita harus sering berpikir agar masalah cepat terselesaikan. Karena dengan
berpikir dapat menemukan sesuatu yang baru, yang dapat membuat diri kita lebih kreatif.
Daftar Pustaka
PEMBAHASAN
1. BERPIKIR
A. Proses Berpikir
Proses selalu berhubungan dengan masalah-masalah baik masalah yang timbul dari situasi
masa kini. masa lampau dan mungkin masalah-masalah yang belum terjadi. proses
pemecahan itu disebut proses berpikir. dalam memecahkan tiap masalah timbul dalam jiwa
kita berbagai kegiatan lain .
Kegiatan berpikir dalam memecahkan masalah :
Mengetahui apa masalahnya
Bagaimana memecahkan
Hal-hal yang dapat membantu pemecahkan masalah tersebut
Apa tujuan untuk memecahkan masalah itu
B. Pengertian Berpikir
Berpikir adalah suatu tindakan manipulasi aktif terhadap informasi, berasal dari input
sensorik dan memori.
Berpikir merupakan suatu cara membuat kesimpulan terhadap fenomena yang sedang
berlangsung didunia, berhubungan dengan pengamat atau pemikir, membuat tindakan yang
akan datang berdasarkan pada apa yang ditemukan.
Berpikir dapat diungkapan secara verbal, visual atau model konsep lain.
C. Jenis, Tipe Dan Pola Berfikir
Ada berbagai jenis dan tipe berpikir. Menurut Morgan dkk (1986, dalam Khodijah, 2006:
118) membagi dua jenis berpikir, yaitu berpikir autistic dan berpikir langsung. Berpikir
autistic yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan symbol-simbol dengan maksa
yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Berpikir langsung yaitu berpikir untuk memecahkan
masalah.
Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006: 118) ada enam pola berpikir, yaitu :
1) Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu dan tempat tertentu.
2) Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab dapat dibesarkan atau
disempurnakan keluasannya.
3) Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir mengenai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-
kelas tingkat tertentu.
4) Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar
kemiripannya.
5) Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih
kompleks disertai pembuktian-pembuktian.
6) Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal, dan
seringkali tidak logis.
Sedangkan menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006: 119) mengemukan dua tipe
berpikir, yaitu berpikir vertical dan berpikir lateral. Berpikir vertical adalah tipe berpikir
tradisional dan generative yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan
menggunakan informasi yang relevan. Berpikir lateral yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif
yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil
dan menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan
untuk mencapai pemecahan yang tepat.
D. Berpikir Kreatif
Seperti telah dipaparkan di depan dalam problem solving seseorang atau organisme
mencari pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Namun dalam masalah berpikir orang
akan dapat menemukan sesuatu yang baru, yang sebelumnya mungkin belum terdapat. hal ini
dapat dijumpai misalnya dalam diri seorang menulis ceritera, ataupun pada seorang ilmuwan,
ataupun pada bidang-bidang lain. Ini sering berkaitan dengan berpikir kreatif (creative
thinking). dengan berpikir kreatif orang menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau
munculnya hal baru tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight. Sebenarnya
apa yang dipikirkan itu telah berlangsung, namun belum memperoleh sesuatu pemecahan,
dan masalah itu tidak hilang sama sekali, tetapi terus berlangsung dalam jiwa seseorang, yang
pada suatu waktu memperoleh pemecahannya.
Bab II
Pembahasan
A. Berpikir
Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide untuk membantu seseorang.
Macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut:
1. Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain.
Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi
ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif:
a. Asosiasi bebas: Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya.
Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran dapur, nasi
atau anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya.
b. Asosiasi terkontrol: Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-
batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang
harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide
tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering
meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan sebagainya.
c. Melamun: yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal
yang tidak realistis.
d. Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur.
Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih
dapat diingat.
e. Berpikir artistik: yaitu proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat
dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar.
Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan
pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir
terarah, yaitu:
a. Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan.
b. Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru antara
berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru,
menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.
Dalam berpkir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal
dalam alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah simbol uang mewakili benda yang
terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf. Di samping kata-
kata, bentuk-bentuk simbol antara laibn angka-angka dan simbol matematika, simbol simbol
yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya.
Telah dikatakan di atas, bahwa berpikir terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan-
persoalan. Untuk mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih
dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam memecahkan
persoalan:
1. Strategi menyeluruh: di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan
dipecahkan untuk keseluruhan itu.
2. Strategi detailistis: di sini persoalan di bagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan
bagian demi bagian.
Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh:
1. Set: pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan pada
persoalan-persoalan yang berikutnya (timbul: set). Padahal belum tentu persoalan berikut itu
dapat dipecahkan dengan cara yang sama. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan
terutama kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah dirinya.
2. Sempitnya pandangan: sering dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu
kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang
tersebut akan mencobanya terus, karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia
akan mengalami kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya padangan orang
tersebut. Sehingga tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan keluar.
B. Ketrampilan Berpikir
Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan berpikir, yang sebenarnya cukup
berbeda; yaitu berpikir tingkat tinggi (high level thinking), berpikir kompleks (complex
thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Berpikir tingkat tinggi adalah operasi
kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang terjadi dalam short-term
memory. Jika dikaitkan dengan taksonomi Bloom, berpikir tingkat tinggi meliputi evaluasi,
sintesis, dan analisis. Berpikir kompleks adalah proses kognitif yang melibatkan banyak
tahapan atau bagian-bagian. Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang
konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Lawan dari berpikir kritis adalah berpikir kreatif, yaitu
jenis berpikir divergen, yang bersifat menyebar dari suatu titik.
Salah satu kecakapan hidup ( life skill ) yang perlu dikembangkan melalui proses
pendidikan adalah ketrampilan berpikir (Depdiknas, 2003). Kemampuan seseorang untuk
dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh ketrampilan berpikirnya,
terutama dalam upaya memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Di
samping pengembangan fitrah bertuhan, pembentukan fitrah moral dan budipekerti, inkuiri
dan berpikir kritis disarankan sebagai tujuan utama pendidikan sains dan merupakan dua hal
yang bersifat sangat berkaitan satu sama lain (Ennis, 1985; Garrison & Archer, 2004).
Dimensi berpikir sebagai proses yang bersifat pribadi dan internal yang dapat berawal
dan berakhir pada dunia luar atau lingkungan seseorang. Dimensi kedua ialah persepsi dan
konsepsi sebagai perantara dari pengalaman langsung dan konsep abstrak dalam pikiran.
merefleksikan siklus umum inkuiri yang bermula dari kegiatan mendefinisikan masalah,
melakukan eksplorasi, mengintegrasikan gagasan dan berakhir pada pengambilan keputusan
dan mengaplikasikan gagasan. Dari gambar tersebut terlihat bahwa inkuiri sebagai strategi
pembelajaran dan berpikir kritis sebagai proses belajar untuk membangun makna dan
mengkonfirmasikan pemahaman mengenai sesuatu materi pelajaran memberikan penekanan
pada pentingnya keterlibatan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran di sekolah berperan dalam membantu siswa untuk berkembang menjadi
pemikir yang kritis dan kreatif terutama jika guru dapat memfasilitasinya melalui kegiatan
belajar yang efektif.
Robert Ennis (1985) dalam Morgan (1999) memberikan definisi berpikir kritis adalah
berpikir reflektif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa yang harus
diyakini dan harus dilakukan. Berdasarkan definisi tersebut, maka kemampuan berpikir kritis
menurut Ennis terdiri atas duabelas komponen yaitu: (1) merumuskan masalah, (2)
menganalisis argumen, (3) menanyakan dan menjawab pertanyaan, (4) menilai kredibilitas
sumber informasi, (5) melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi, (6) membuat
deduksi dan menilai deduksi, (7) membuat induksi dan menilai induksi, (8) mengevaluasi, (9)
mendefinisikan dan menilai definisi, (10) mengidentifikasi asumsi, (11) memutuskan dan
melaksanakan, (12) berinteraksi dengan orang lain. Dressel & Mayhew (1954) dalam Morgan
(1999) mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis
Antar-Universitas ( Intercollege Committee on Critical Thinking ) yang terdiri atas: (1)
kemampuan mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menyeleksi informasi untuk
pemecahan masalah, (3) kemampuan mengenali asumsi-asumsi, (4) kemampuan merumuskan
hipotesis, dan (5) kemampuan menarik kesimpulan.
Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12-15)
secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
a. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat
terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek
terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan
berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
b. Kriteria (criteria) .
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah
sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah
argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria
yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada
relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas
dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
c. Argumen (argument)
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data Keterampilan
berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
Menganalisis data
Menarik kesimpulan
Ketrampilan berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar atau modal intelektual
yang sangat penting bagi setiap orang (Galbreath,1999; Liliasari, 2002; Depdiknas, 2003;
Trilling & Hood, 1999; Kubow, 2000) dan merupakan bagian yang fundamental dari
kematangan manusia (Penner 1995 dalam Liliasari, 2000). Oleh karena itu, pengembangan
Ketrampilan berpikir kritis menjadi sangat penting bagi siswa di setiap jenjang pendidikan.
Ketrampilan berpikir kritis menggunakan dasar berpikir menganalisis argumen dan
memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap interpretasi untuk mengembangkan pola penalaran
yang kohesif dan logis, kemampuan memahami asumsi, memformulasi masalah, melakukan
deduksi dan induksi serta mengambil keputusan yang tepat. Ketrampilan berpikir kritis
adalah potensi intelektual yang dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. Setiap
manusia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi pemikir yang kritis karena
sesungguhnya kegiatan berpikir memiliki hubungan dengan pola pengelolaan diri ( self
organization ) yang ada pada setiap mahluk di alam termasuk manusia sendiri (Liliasari,
2001; Johnson, 2000).
Morgan (1999) mengutip pendapat Marzano (1992) memberikan kerangka tentang
pentingnya pembelajaran berpikir yaitu: (1) berpikir diperlukan untuk mengembangkan sikap
dan persepsi yang mendukung terciptanya kondisi kelas yang positif, (2) berpikir perlu untuk
memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan, (3) perlu untuk memperluas wawasan
pengetahuan, (4) perlu untuk mengaktualisasikan kebermaknaan pengetahuan, (5) perlu untuk
mengembangkan perilaku berpikir yang menguntungkan. Berpikir kritis merupakan suatu
kompetensi yang harus dilatihkan pada peserta didik, karena kemampuan ini sangat
diperlukan dalam kehidupan sekarang (Schafersman, 1999 dalam Arnyana, 2004). Guru perlu
membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui strategi, dan
metode pembelajaran yang mendukung siswa untuk belajar secara aktif. Inkuiri yang
dipadukan dengan strategi kooperatif merupakan salah satu cara untuk itu. Dengan kegiatan
inkuiri, siswa dapat belajar secara aktif untuk merumuskan masalah, melakukan
penyelidikan, menganalisis dan menginterpretasikan data, serta mengambil keputusan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Perpaduan kegiatan inkuiri dengan strategi
kooperatif dapat melatih siswa untuk bekerjasama dengan teman sebayanya.
3. Latihan terbimbing
Latihan terbimbing seringkali dianggap sebagai instruksi bertingkat seperti sebuah tangga.
Tujuan dari latihan terbimbing adalah memberikan bantuan kepada anak agar nantinya bisa
menggunakan keterampilan tersebut secara mandiri. Dalam tahapan ini guru memegang
kendali atas kelas dan melakukan pengulangan-pengulangan.
4. Latihan bebas
Guru mendesain aktivitas sedemikian rupa sehingga siswa dapat melatih keterampilannya
secara mandiri, misalnya berupa pekerjaan rumah. Jika ketiga langkah pertama telah
diajarkan secara efektif, maka diharapkan siswa akan mampu menyelesaikan tugas atau
aktivitas ini 95% 100%. Latihan mandiri tidak berarti sesuatu yang menantang, melainkan
sesuatu yang dapat melatih keterampilan yang telah diajarkan.
2. keterampilan berpikir bukan merupakan hasil langsung dari pengajaran suatu bidang studi
3. pada kenyataannya siswa jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini,
sehingga perlu adanya latihan terbimbing
Selain beberapa prinsip di atas, satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam
pengajaran keterampilan berpikir adalah perlunya latihan-latihan yang intensif. Seperti halnya
keterampilan yang lain, dalam keterampilan berpikir siswa perlu mengulang untuk
melatihnya walaupun sebenarnya keterampilan ini sudah menjadi bagian dari cara
berpikirnya. Latihan rutin yang dilakukan siswa akan berdampak pada efisiensi dan
otomatisasi keterampilan berpikir yang telah dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran di
kelas, guru harus selalu menambahkan keterampilan berpikir yang baru dan
mengaplikasikannya dalam pelajaran lain sehingga jumlah atau macam keterampilan berpikir
siswa bertambah banyak.
Bab III
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil penelitian kami yang telah diuraikan pada bab pembahasan masalah dapatlah
disimpulkan hal-hal berikut:
1. Berpikir adalah seseorang yang berpikir bukan saja dengan otaknya tetapi berpengaruh
juga dengan keseluruhan anggota tubuhnya.
2. Berpikir selalu berdampingan dalam mengingat suatu peristiwa/ kejadian masa lampau,
yang telah terjadi pada diri kita sendiri maupun orang lain.
3. Berpikir yang bermanfaat maka akan menghasilakn hal yang sangat baik (positif) apabila
berpikir dan mengingat yang tidak bermanfaat maka akan menghasilkan hal yang buruk
(negatif)
4. Berpikir dan mengingat juga mempunyai perbedaan
Saran
1. Berpikir dan mengingat merupakan cara yang baik dalam proses belajar. Oleh karena itu
sebagai kaum pelajar kita harus mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pelajar adalah masyarakan yang terpelajar. Yang dianggap sebagai kaum pelajar, karena
mereka telah mengetahui apa itu berpikir dan mengingat.
Bab IV
Daftar Pustaka
Arnyana, I. B. P. 2004. Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
di Pandu Strategi Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya terhadap Kemamampuan
Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi. PPs
Universitas Mulawarman
Ennis. R.H. 1985. Goals for A Critical Thinking I Curriculum. Developing Minds A
Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Association for Suopervisions and
Curriculum Development (ASCD) pp. 54-57.
Galbreath J.1999. Preparing the 21th Century Worker: The Link Between Computer Based
Technology and Future Skills Sets Educational Technology. Desember 1999 pp. 14-22
Johnson. E.B. (2000). Contextual Teaching and Learning . California: Corwin Press, Inc.
Trilling & Hood, 1999. Learning, Technology and Education Reform in The Knowledge Age.
Educational Technology , Juni-Mei pp 5-18.