Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan adalah nama yang umum digunakan untuk
menggambarkan kehilangan darah. Hal ini dapat merujuk pada kehilangan
darah dalam tubuh (perdarahan internal) atau kehilangan darah di luar tubuh
(perdarahan eksternal). Kehilangan darah dapat terjadi di hampir semua
daerah tubuh. Biasanya, perdarahan internal terjadi ketika darah bocor keluar
melalui kerusakan pembuluh darah atau organ. Perdarahan eksternal terjadi
baik ketika keluar darah melalui istirahat di kulit, atau saat keluar darah
melalui lubang alami di dalam tubuh, seperti mulut, vagina atau rectum
(Nurfanida, 2014).
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat
kerusakan (robekan) pembuluh darah. Kehilangan darah bisa disebabkan
perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan internal lebih sulit
diidentifikasi. Jika pembuluh darah terluka maka akan segera terjadi kontriksi
dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. Platelet
mulai menempel pada tepi yang kasar sampai terbentuk sumbatan.
Pendarahan/ bleeding, secara teknis dikenal sebagai haemorrhaging atau
haemorrhaging yang adalah berarti kehilangan darah atau keluarnya darah
dari sistem sirkulasi karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan.
Kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya
pembuluh darah yang tersumbat.
Penyakit tertentu atau kondisi medis tertentu, seperti haemophilia dan
kekurangan jumlah platelet (trombositopenia), dapat meningkatkan resiko
pendarahan atau memungkinkan sebaliknya saat berdarah kecil dapat
mengganggu kesehatan atau bahkan mengancam nyawa. Obat – obatan
antikoagulan seperti warfarin bisa meniru efek dari hemofilia, mencegah
pembekuan dan memungkinkan aliran darah bebas.
Pendarahan umumnya dapat menjadi berbahaya, atau bahkan fatal
ketika sampai menyebabkan hipovolemia(volume darahrendah) atau
hipotensi (tekanan darahr endah). Dalam keadaan ini, berbagai mekanisme

1
ikut bermain untuk menjaga tubuh homeostasis. Mengingat perdarahan dalam
berbahaya dan tidak terlihat (tersamar), maka penolong harus melakukan
penilaian dari pemeriksaan fisik lengkap termasuk wawancara dan analisa
mekanisme kejadiannya. Lebih baik kita menganggap korban mengalami
perdarahan dalam dari pada tidak, karena penatalaksanaan perdarahan dalam
tidakakan memperburuk keadaan korban yang ternyata tidak mengalaminya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat kami paparkan, beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan perdarahan?
2. Bagaimana klasifikasi perdarahan berdasarkan sumber perdarahan?
3. Apa saja jenis dari perdarahan?
4. Apa saja penyebab dari perdarahan?
5. Bagaimana penanganan dari perdarahan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perdarahan.
2. Untuk mengetahui klasifikasi perdarahan berdasarkan sumber
perdarahan.
3. Untuk mengetahui jenis dari perdarahan.
4. Untuk mengetahui penyebab dari perdarahan.
5. Untuk mengetahui penanganan dari perdarahan.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat disampaikan adalah dapat memberikan informasi
dan wawasan yang luas tentang perdarahan, klasifikasi perdarahan
berdasarkan sumber perdarahan, jenis dari perdarahan, penyebab dari
perdarahan serta penanganan dari perdarahan yang dapat dilakukan oleh
penolong.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perdarahan


Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat
kerusakan (robekan) pembuluh darah. Kehilangan darah bisa disebabkan

2
perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan internal lebih sulit
diidentifikasi. Jika pembuluh darah terluka maka akan segera terjadi kontriksi
dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. Platelet
mulai menempel pada tepi yang kasar sampai terbentuk sumbatan.
Perdarahan adalah nama yang umum digunakan untuk
menggambarkan kehilangan darah. Hal ini dapat merujuk pada kehilangan
darah dalam tubuh (perdarahan internal) atau kehilangan darah di luar tubuh
(perdarahan eksternal). Kehilangan darah dapat terjadi di hampir semua
daerah tubuh. Biasanya, perdarahan internal terjadi ketika darah bocor keluar
melalui kerusakan pembuluh darah atau organ. Perdarahan eksternal terjadi
baik ketika keluar darah melalui istirahat di kulit, atau saat keluar darah
melalui lubang alami di dalam tubuh, seperti mulut, vagina atau rectum
(Nurfanida, 2014).
Perdarahan adalah penyebab syok yang paling sering terjadi pada
penderitatrauma. Respon penderita trauma terhadap kehilangan darah menjadi
lebih rumitkarena pergeseran cairan di antara kompartemen cairan di dalam
tubuh (khususnya didalam kompartemen cairan ekstraseluler). Definisi dari
perdarahan adalah kehilangan akut volume peredaran darah (ATLS, 2004).

2.2 Klasifikasi Sumber Perdarahan


Kelas Rata-rata Tanda- Volume Tanda dan Gejala Umum Kebutuhan
Kehilangan tanda Darah Resusitasi
Darah (ml) Vital (%)
I <750 Nadi<100 <15 Tidak ada perubahan Tidak ada
Respirasi denyut jantung, pernafasan
14-20 dan tekanan darah
Tekanan

3
Darah
Normal
II 750 ± 1500 Nadi>100 15±30 Takikardi dan takipnea, Biasanya larutan
Respirasi tekanan darah sistolik krsitaloid tunggal,
20-30 mungkin hanya menurun namun beberapa
Tekanan sedikit, pengurangan pasien mungkin
Darah output urine 20-30 ml/jam membutuhkan
Normal transfuse darah
III 1500±2000 Nadi>120 30±40 Takikardi dan takipnea Seringnya
Respirasi yang jelas, ekstremitas membutuhkan
30-40 dingin dengan pengisian- tranfusi darah
Tekanan kembali kapiler terlambat
Darah secara signifikan,
Menurun menurunnya tekanan darah
sistolik, menurunnya status
mental, menurunnya output
urine 5-15 ml/jam
IV >2000 Nadi> 140 >40 Takikardi jelas, tekanan Perdarahan yang
Respirasi darah sistolik menurun membahayakan
> 35 signifikan, kulit dingin dan jiwa,
Tekanan pucat, mental status membutuhkan
Darah menurun dengan hebat, transfuse daerah
Menurun output urine yang tidak
berarti
Perdarahan kelas 1, didefinisikan sebagai kehilangan darah <15% dari tota
lvolume darah, mendorong pada tidak adanya perubahan terukur pada kecepatan
jantung atau pernafasan, tekanan darah, atau tekanan nadi dan membutuhkan
sedikit atau tidak adanya perawatan sama sekali (ATLS, 2004).
Perdarahan kelas 2 didefinisikan sebagai kehilangan darah 15-30% volume
darah (750-1500ml), dengan tanda-tanda klinis termasuk takikardia dan takipnoe.
Tekanan darah sistolik mungkin hanya sedikit menurun, khususnya ketika pasien
berada pada posisi supinasi, akan tetapi tekanan nadi menyempit. Urin output
hanya menurun sedikit (yaitu, 20-30 ml/jam). Pasien dengan perdarahan kelas 2

4
biasanya dapat diresusitasi dengan larutan kristaloid saja, namun beberapa pasien
mungkin membutuhkan transfusi darah (ATLS, 2004).
Perdarahan kelas 3 didefinisikan sebagai kehilangan 30-40% (1500-2000
ml) volume darah. Perfusi yang tidak adekuat pada pasien dengan perdarahan
kelas 3 mengakibatkan tanda takikardia dan takipnoe, ekstremitas dingin dengan
pengisian kembali kapiler yang terhambat secara signifikan, hipotensi, dan
perubahan negatif status mental yang signifikan. Perdarahan kelas 3
menampakkan volume kehilangan darah terkecil yang secara konsisten
menghasilkan penurunan pada tekanan darah sistemik. Resusitasi pada pasien ini
seringnya membutuhkan transfusi darah sebagai tambahan terhadap pemberian
larutan kristaloid (ATLS, 2004).
Perdarahan kelas 4 didefinisikan sebagai kehilangan darah > 40% volume
darah (> 2000 ml) mewakili perdarahan yang mengancam jiwa. Tanda-tandanya
termasuk takikardia, tekanan darah sistolik yang tertekan secara signifikan, dan
tekanan nadi yang menyempit atau tekanan darah diastolik yang tidak dapat
diperoleh. Kulit menjadi dingin dan pucat, dan status mental sangat tertekan. Urin
output sedikit. Pasien-pasien ini membutuhkan transfusi segera untuk resusitasi
dan seringkali membutuhkan intervensi bedah segera (ATLS, 2004).

2.3 Jenis Perdarahan


A. Berdasarkan waktu terjadinya pendarahan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Pendarahan primer, ialah pendarahan yang terjadi pada waktu
terputusnya pembuluh darah karena kecelakaan atau operasi. Di dalam
pendarahan primer darah tidak berhenti setelah 4 -5 menit sesudah operasi
selesai.
2. Pendarahan intermediet, terjadi dalam waktu 24 jam setelah
kecelakaan atau setalah operasi. Selama operasi tekanan darah pasien
mungkin akan turun karena semisyok. Dan ketika tekanan darah kembali

5
normal, sejalan dengan membaiknya pasien, inilah yang disebut
pendarahan intermediet atau rekuren.
3. Pendarahan sekunder, pendarahan yang terjadi setelah 24 jam
atau beberapa hari setelah kecelakaan atau operasi. Ini yang biasanya
menyebabkan pembekuan darah terbongkar diikuti infeksi.
B. Berdasarkan letak keluarnya darah:
1. Perdarahan Luar
Ada 3 macam perdarahan :
a. Perdarahan dari pembuluh rambut (kapiler)
Tanda-tandanya :
 Perdarahan tidak hebat
 Keluar perlahan – lahan berupa rembesan
 Biasanya perdarahan berhenti sendiri walaupun tidak
diobati
 Mudah untuk menghentikan dengan perawatan luka biasa
b. Perdarahan dari pembuluh darah balik (vena)
Tanda-tandanya :
 Warna darah merah tua
 Pancaran darah tidak begitu hebat dibanding perdarahan
arteri
 Perdarahan mudah untuk dihentikan dengan cara menekan
dan meninggikan anggota badan yang luka lebih tinggi dari
jantung.
c. Perdarahan dari pembuluh nadi (arteri)
Tanda-tandanya :
 Warna darah merah muda
 Keluar secara memancar sesuai irama jantung
 Biasanya perdarahan sukar untuk dihentikan
2. Perdarahan Dalam
Perdarahan dalam adalah perdarahan yang terjadi di dalam rongga dada,
rongga tengkorak dan rongga perut. Biasanya tidak tampak darah mengalir

6
keluar, tapiterkadang dapat juga darah keluar melalui lubang hidung,
telinga, dan mulut.
Penyebab perdarahan dalam:
a. Pukulan keras, terbentur hebat
b. Luka tusuk
c. Luka tembak
d. Pecahnya pembuluh darah karena suatu penyakit
e. Robeknya pembuluh darah akibat terkena ujung tulang yang patah.
Gejala perdarahan dalam :
Tergantung jenis pembuluh darah yang terkena, tetapi pada tiap
perdarahan dalam terjadi gangguan umum (shock/ pingsan)
a. Perdarahan Dalam Rongga Kepala
Karena pecahnya pembuluh darah akibat benturan, hipertensi. Gejala –
gejala sama dengan gegar otak berat
b. Perdarahan Dalam Rongga Perut
Karena pecahnya hati atau limpa atau ginjal akibat trauma
Gejala :
 Riwayat trauma pada bagian perut/ pinggang
 Tampak kesakitan pada bagian perut
 Banyak keringat dingin, pucat
 Suhu badan naik
 Kesadaran menurun sampai pingsan/ koma
 Perut tegang seperti papan

2.4 Penyebab Perdarahan


Pendarahana dalah gejala yang sangat umum yang dapat disebabkan
oleh berbagai kejadian atau kondisi (Nurfanida, 2014). Kemungkinan
penyebab termasuk:

7
1. Perdarahan traumatik disebabkan oleh cedera. Cedera dapat
bervariasi dalam tingkat keparahan, tetapi sebagian besarakan
menyebabkan perdarahan untuk beberapa derajat. Luka trauma meliputi:
 Lecet tidak menembus di bawah kulit;
 hematoma atau memar;
 laserasi atau sayatan;
 luka tusukan dari barang-barang seperti jarum atau pisau;
 cedera menghancurkan;
 luka tembak (yang disebabkan oleh senjata seperti pistol).
2. Ada juga beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan
perdarahan. Ini umumnya jarang dari perdarahan traumatis tapi masih bisa
terjadi pada berbagai derajat. Kondisi yang dapat menyebabkan
pendarahan meliputi:
 Penyakit darah;
 Leukemia;
 Penyakit hati;
 Kelainan haid;
 Penyakit von willebrand;
 Kekurangan vitamin k;
 Trauma otak;
 Obstruksiusus;
 Gagal jantung;
 Kanker paru.
3. Beberapa obat dapat memungkinkan terjadi perdarahan atau
bahkan menyebabkan pendarahan. Obat-obatan yang mungkin
bertanggungjawab untuk perdarahan meliputi:
 Obat pengencer darah;
 Antibiotik, bila digunakan secara jangka panjang;
 Terapi radiasi.

2.5 Penanganan Perdarahan


A. Teknik mengontrol perdarahan luar dikendalikan dengan metode
DEPP dan lainnya, yaitu:

8
1. Direct Pressure adalah Menekan langsung sumber perdarahan.
Teknik ini merupakan penanganan awal saat terjadinya perdarahan
yang efektif, idealnya teknik penekanan langsung dapat menggunakan
balutan steril untuk menghindari infeksi. Apabila tidak terdapat balutan
yang steril dapat menggunakan kain yang bersih. Caranya yaitu tekan
bagian yang berdarah tepat diatas luka. Jangan buang waktu untuk mencari
penutup luka. Umumnya perdarahan akan terhenti sekitar 5 – 15 menit
kemudian. Beri penutup yang tebal pada akan terhenti sekitar 5 – 15 menit
kemudian. Beri penutup yang tebal pada tempat perdarahan. Bila belum
berhenti dapat ditambah penutup lain, tanpa melepas penutup pertama.
Khusus pada alat gerak, setelah melakukan penekanan perlu dilakukan
pemeriksaan nadi distal untuk memastika aliran darah tidak terganggu.
Bila nadi hilang maka penekanan perlu diperbaiki.
2. Elevation (Dilakukan bersamaan dengan Tekanan Langsung)
Setelah dilakukan penekanan langsung, maka tinggikan area
perdarahan lebih tinggi dari pada jantung untuk mengurangi volume darah
yang mengalir ke areal luka yang menyebabkan perdarahan. Teknik elevasi
ini dilakukan dengan catatan tidak terjadi fracture (Patah Tulang), karena
apabila sebelum fracture tersebut di Imobilisasi, dapat mengakibatkan
perdarahan yang lebih banyak lagi, dikarenakan dapat merusak jaringan
disekitar fracture karena terlalu banyak digerakkan.
3. Pressure Point (Titik Tekan).
Apabila perdarahan sulit untuk dikontrol dengan teknik direct
pressure (Penekanan langsung pada sumber perdarahan), lakukanlah
teknik ini dengan menekan arteri besar yang mengarah ke areal sumber
perdarahan. cara mencari titik arteri dengan meraba (Palpasi) dan yang
lebih mudah dilakukan adalah meraba daerah pangkal, karena letak arteri
tidak dalam, sehingga lebih mudah dicari dan lebih cepat. Ada beberapa
titik tekan, yaitu :
a. Arteri Temporalis
Terletak di pangkal atas (di atas) telinga kiri dan telinga kanan kita.
b. Arteri Karotis
Berada di sebelah kiri dan kanan (Berjarak sekitar 2 jari) dari jakun
kita.
c. Arteri Brakhialis

9
Berada di sendi siku ( Bagian dalam) tangan kiri dan tangan kanan
kita.
d. Arteri Radialis
Berada di sendi antara lengan bagian bawah dengan telapak tangan
kanan dan kiri kita.
e. Arteri Femoralis
Berada di bagian selangkangan atas kiri dan kanan kita.
4. Pressure Bandage.
Cara lain menghentikan perdarahan yaitu imobilisasi dengan
atau tanpa pembidaian. Pressure Bandage (Penakanan dengan
menggunakan Bebatan), fungsinya akan memudahkan apabila kita
melakukan sendiri pertolongan perdarahan dengan lebih dari satu
sumber perdarahan. Tekniknya adalah menekan langsung sumber
perdarahan dengan menggunakan kain/ balutan steril dan di bebat
(dapat menggunakan tencocreepe atau elastic bandage). Selain itu juga
dilakukan dengan torniket dan kompres dingin. (Darwis Allan, 2001 :
58-59).
5. Immobilisasi
Immobilisasi bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota
tubuh yang luka. Dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah
ke bagian yang luka tersebut menurun.
6. Tekanan dengan torniket (torniquet)
Torniket ialah balutan yang menjepit sehingga aliran darah di
bawahnya terhenti sama sekali. Sehelai pita kain yang lebar, pembalut
segi tiga yang dilipat-lipat, atau sepotong karet ban sepeda dapat
dipergunakan untuk keperluan ini. Panjang torniket haruslah cukup
untuk dua kali melilit bagian yang hendak dibalut.Tempat yang terbaik
untuk memasang torniket ialah lima jari di bawah ketiak (untuk
perdarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk
perdarahan di kaki).
B. Penanganan Internal Bleeding menggunakan teknik RICE:
1. Tindakan Rest artinya pasien harus mengistirahatkan dan
melindungi wilayah otot yang cedera. Jika terasa sakit saat menahan
beban, gunakanlah penopang, dan jika terasa sakit untuk menggerakan
bagian yang cedera, lindungi dengan splint atau kayu belat.
2. Tindakan Ice artinya kompres bagian cedera dengan es atau
sesuatu yang dingin. Pendinginan dapat mengurangi reduce

10
pembengkakan dan rasa sakit di bagian cedera. Langkah ini sebaiknya
dilakukan sesegera mungkin. Tempelkan kain dingin atau es yang dibalut
pada bagian cedera selama 20 menit tiga kali sehari dalam 24 jam pertama.
3. Tindakan Compress artinya tekan bagian yang mengalami cedera
dengan menggunakan perban khusus (ace bandage). Kompres ini dapat
mengurangi pembengkakan di sekitar cedera. Meskipun balutan ini harus
rapi, pastikan bahwa perban ini tidak terlalu ketat karena dapat
menimbulkan mati rasa, geli atau bahkan menambah rasa sakit.
4. Pada tindakan Elevation, pasien sebisa mungkin harus mengangkat
bagian cedera lebih tinggi di atas jantung. Misalnya jika yang cedera
pergelangan kaki, upayakan pasien dalam posisi tidur kemudian
pergelangan kaki diangkat atau ditopang dengan alat supaya posisinya
lebih tinggi dari jantung. Teknik ini mengacu pada prinsip bejana
berhubungan dan berguna untuk mengurangi pembengkakan pada bagian
cedera.
 Resusitasi cairan
Pengganti yang terbaik adalah darah dari golongan yang sama.
Kalau tidak ada maka untuk sementara dapat dipakai cairan pengganti
untuk mencegah terjadinya syok dan memanfaatkan golden time yang ada.
Beberapa jenis cairan pengganti yang dapat dipakai yaitu :
o Plasma
o Plasma nate
o Fresh frozen plasma (mengandung semua factor pembekuan,
kecuali trombosit)
o Ringer laktat
o NaCl.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

11
1. Perdarahan adalah nama yang umum digunakan untuk
menggambarkan kehilangan darah. Perdarahan adalah keluarnya darah
dari pembuluh darah akibat kerusakan (robekan) pembuluh darah. Hal ini
dapat merujuk pada kehilangan darah dalam tubuh (perdarahan internal)
atau kehilangan darah di luar tubuh (perdarahan eksternal).
2. Klasifikasi sumber perdarahan dibedakan menjadi 4 kelas, dapat
dilihat dari rata-rata kehilangan darah(ml), tanda-tanda vital, volume
darah(%), tanda dan gejala umum serta kebutuhan resusitasi.
3. Berdasarkan waktu terjadinya pendarahan dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu: pendarahan primer, intermediet dan sekunder.
4. Berdasarkan letak keluarnya darah sebagai berikut
a. Perdarahan Luar
Ada 3 macam perdarahan :
1) Perdarahan dari pembuluh rambut (kapiler)
2) Perdarahan dari pembuluh darah balik (vena)
3) Perdarahan dari pembuluh nadi (arteri)
b. Perdarahan Dalam
1) Perdarahan Dalam Rongga Kepala
2) Perdarahan Dalam Rongga Perut
5. Pendarahana dalah gejala yang sangat umum yang dapat
disebabkan oleh berbagai kejadian atau kondisi. Kemungkinan penyebab
termasuk: perdarahan traumatik disebabkan oleh cedera, kondisi medis
dan beberapa obat dapat memungkinkan terjadi perdarahan atau bahkan
menyebabkan pendarahan.
6. Teknik mengontrol perdarahan luar dikendalikan dengan metode,
yaitu :
o Direct Pressure adalah Menekan langsung sumber
perdarahan.
o Elevation (Dilakukan bersamaan dengan Tekanan
Langsung)
o Pressure Point (Titik Tekan).
o Pressure Bandage.
o Immobilisasi
o Tekanan dengan torniket (torniquet)
7. Penanganan Internal Bleeding menggunakan teknik RICE:

12
o Tindakan Rest artinya pasien harus mengistirahatkan dan
melindungi wilayah otot yang cedera.
o Tindakan Ice artinya kompres bagian cedera dengan es atau sesuatu
yang dingin.
o Tindakan Compress artinya tekan bagian yang mengalami cedera
dengan menggunakan perban khusus (ace bandage).
o Pada tindakan Elevation, pasien sebisa mungkin harus mengangkat
bagian cedera lebih tinggi di atas jantung.

3.2 Saran
Dengan penyusunan makalah ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Penyusun berharap agar para
pembaca dapat lebih memahami mengenai perdarahan sehingga ilmu yang
didapatkan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeon. 2004. ATLS, Advanced Trauma Life Support


Program for Doctors. American College of Surgeon diakses di-
https://dokumen.tips/documents/klasifikasi-perdarahan-pada-trauma.html
pada tanggal 06 Maret 2018

Bruner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah,Ed. 8 Vol. 1. Jakarta:


EGC

Darwis, Allan. 2001. Jenis Perdarahan dan Ciri-ciri. Di akses di-


https://kupdf.com_jenis-perdarahan-dan-ciri.pdf pada tanggal 06 Maret
2018

Hudak, Carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis-Pendekatan holistic, Ed.6 Vol. 2.


Jakarta: EGC

13
Nurfanida. 2014. Perdarahan. Termuat dalam: http://www.kerjanya.net/faq/4918-
perdarahan.html. Diakses pada tanggal 06 Maret 2018

14

Anda mungkin juga menyukai