Anda di halaman 1dari 27

THICK FACE, BLACK HEART

Mental Baja, Pantang Menyerah.


Jalan Menuju Kemakmuran, Kemenangan, Dan Kesuksesan

Edisi Indonesia
Chin-Ning Chu, Presiden Dirtektur Asian Marketing Consultants,Inc, Direktur Eksekutif RIM Master Group

Seri Buku Wajib, Dunia : Sosial & Politik, Ekonomi, Manajemen, Bisnis, Marketing, Investasi, Finansial, Perbankan,
Kepemimpinan, MOTIVASI & PENGEMBANGAN DIRI, Komunikasi &Negosiasi, PSIKOLOGI,
Kedokteran&Keperawatan, Komputer&Teknologi , dan Agama,

“Menyadarkan kembali komitmen kita untuk kerja keras, kegigihan kita tak tergoyahkan dalam mengatasi penderitaan,
dan keberanian kita tetap setia pada keyakinan kita sendiri. Inspirasi gemilang bagi semua manajer dan wirausaha . ”
(Kenneth Blanchard, Ph.D, Penulis Buku Bestseller The One Minute Manager)

“Chin-Ning Chu telah menulis pelajaran yang mengilhami pembinaan potensi batiniah. Cengkeraman kisah dan prinsip-
prinsip dasarnya mampu menjangkau kedalaman kabut dari sejarah Cina hingga dunia usahawan Amerika saat ini.
Mistis sekaligus praktis, buku ini akan menyegarkan alam pikiran Anda dan mengobarkan kembali semangat Anda ”
(Duncan Anderson, editor Success magazine)

“Menyajikan pelajaran untuk membina kekuatan batin yang diperlukan sebagai sarana menopang diri sendiri serta
untuk meraih kejayaan dalam kehidupan. Seandainya kehidupan memiliki buku pedoman pribadi, Thick Face, Black
Heart adalah bukunnya ”
(Michael C. Sekora, mantan CEO Project Socrates, Defense Intelligance Agency)

Baru-baru ini, dari benua Asia muncul rahasia yang menggegerkan. Padahal sebenarnya itu sudah dimiliki oleh semua
orang sukses. Para pionir Amerika memilikinya. Para usahawan Asia memanfaatkannya. Pakar dunia terkemuka
mengenai jiwa bisnis orang Asia, Chin-Ning Chu telah menunjukan kepada para audiennya di seluruh dunia cara untuk
memerdekakan potensi maha dahsyat yang tersembunyi di dalam diri kita masing-masing serta melepaskan
kekuatannya yang mencengangkan.

Kini, dalam buku pedoman yang bahkan melampaui Art of War karya Sun Tzu, ia menunjukan kepada Anda bagaimana
carannya :
• Menemukan pendekar di dalam batin Anda, dan menaklukan semuannya dalam lika-liku kehidupan Anda
• Menuntut hak Anda yang paling hakiki untuk menciptakan kesejahtraan materi yang berlimpah
• Menyadari sepenuhnya gairah hidup Anda yang membara melalui seni hidup tanpa terpengaruh orang lain yang
menyejukan dan membawa damai di hati
• Melepaskan belenggu naluri “pembunuh” Anda yang primitif demi tujuan hidup yang lebih utama
• Mempraktikan tipu muslihat tanpa rasa bersalah guna memenangkan transaski impian Anda
• Bertekad untuk meraih sukses dengan menanamkan kesiapan mental untuk gagal
• Mengubah kualitas-kualitas negatif dalam diri Anda menjadi manfaat yang berguna

Chin-Ning Chu, adalah Presiden Dirtektur Asian Marketing Consultants,Inc, Direktur Eksekutif RIM Master Group, dan
salah seorang pendiri dan anggota dewan FLAGS Foudation, sebuah lembaga pendidikan nirlaba bagi konsumen. Ia
juga seorang penceramah internasional, pelatih perusahaan, konsultan, dan penulis buku-buku bestseller seperti The
Asian Mind Game, The Chinese Mind. Hasil karya Chin-Ning Chu memperoleh penghargaan tinggi dari berbagai media
berpengaruh di dunia seperti The Finacial Times of London, USA Today, Success Magazine, Seatle Times, Orange
County Register, CNN dan banyak penerbit Asia lainnya.

Edi Purwowibowo
Buku ini dikarang oleh Chin-Ning Chu seorang ahli strategi bisnis China. Buku Thick Face, Black Heart adalah hukum rahasia

alam yang mengatur perilaku sukses dalam setiap aspek dari kehidupan. Buku ini sangat realistis berdasarkan kehidupan kita

sehari hari yang dia rangkum menjadi suatu strategi.

Buku ini merangkum kejadian-kejadian, dimana kita sering ingat dengan apa yang membuat kita merasa senang atau baik dan

lupa apa yang membuat kita merasa besar. Memahami bagaimana mengatasi rasa sakit, keraguan, dan kegagalan merupakan
aspek penting dari kemenangan di kehidupan ini.

Pada bab-bab awal Thick Face, Black Heart seolah olah diajarkan kekejaman yang destruktif dan benar benar kejam. Akan

tetapi selanjutnya kita akan dijelaskan mengenai kekejaman yg tidak merusak (non-destruktif), sehingga kita mendapatkan

energy untuk bertindak dan mencapai kesuksesan di dalam hidup dan ini sebenarnya merupakan tugas mulia (ingat Pendawa

dan Kurawa).

Bahwa karakter kita bukan tumbuh dari sinar matahari atau mawar. Tetapi karakter kita itu terbentuk seperti baja yaitu ditempa

dalam api diantara palu dan lantai.

Kesuksesan adalah salah satu hasil dari pengertian dan usaha pengejaran atas diri kita sendiri bukan pemberian dari orang

lain.

Disini juga dirangkumkan kekuatan-kekuatan diri yang selama ini tidak kita sadari untuk mencapai kesuksesan. Misalkan

mengabaikan kritik, ejekan, cemoohan untuk senjata kita mencapai sukses juga.

Kebijaksanaan spiritualitas adalah akar dari kehidupan kita. Kemampuan kita untuk menentukan hal baik dari yang jahat

adalah penting. Bila kita telah berhasil menaklukkan diri sendiri, dunia akan berada di tangan kita.

Pelajaran selanjutnmya dari buku Thick Face, Black Heart Warrior adalah meningkatkan keberanian untuk melawan meskipun

takut, untuk dapat melepaskan diri dari emosi yang berhubungan dengan kekalahan sehingga kita bisa merasa bebas.

Pada akhirnya kita dapat memadukan dunia spiritual dan material. Kita dapat mempersatukannya antara dunia spiritual dan

dunia kejam yang seolah saling bertentangan menjadi alat yang penting untuk menaklukkan kehidupan kita sehari-hari.

Pelajaran dari buku ini adalah kita dapat membuat keputusan yang sangat handal, Pemimpin sejati, Pelaksanaan Eksekusi

harus dilaksanakan jika sudah menjadi keputusan, Seolah tampak Lemah justru saat kita kuat atau sebaliknya, Menjadikan

kekurangan kita itu senjata serta menjadikan kejadian kejadian di dunia ini menjadi perilaku kehidupan kita sehari-hari.

Terakhir selalu ditegaskan bahwa manusia ini hanya ciptaan Tuhan.

Ketika seseorang telah berlaku universal dan bertindak untuk kebaikan dan manfaat semua pihak, tidak melakukan pekerjaan

hanya untuk mendapatkan pujian serta mampu berubah dalam setiap tindakannya maka Orang tersebut adalah Praktisi Mental

Baja Pantang Menyerah (Thick Face, Black Heart)

Pendapat Pribadi:

Buku ini tidak mudah untuk langsung dimengerti karena merupakan terjemahan yang kadang kadang sulit di terjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia, perlu pengulangan untuk mengerti isinya. Isinya sebenarnya sangat realistis di negara negera Asia,
akan tetapi kurang di Negara barat. Satu kritikan, buku ini menjadi anti klimaks pada bab 16, mungkin bab ini adalah tambahan

pada saat cetakan ulang. Sebaiknya bab 16 dimasukkan di antar bab-bab di dalamnya

Diposkan oleh PT SURI TANI PEMUKA

0 komentar:

Post a Comment

Newer PostOlder PostHome

SEARCH

Free Clock

Blog Archive

 2011 (1)

 2010 (23)

o October (1)

o September (22)

 Subianto Abet

 Edi Purwowibowo

 Budi Hermawan

 Yuti Surya

 Khusnut Taufiq

 M. Muljadi

 Ana Sumiati

 Hendra Widjaya

 Rachmad Trijono

 R. Freddy Adinata

 Sadar Iwan Setiawan

 Nono Yupiter Ngindra

 Maria M Ratnawulan

 AA. Ngr. Mayun Ekanegara

 Edy Setiawan

 Sudarsono
 Happy J Nusatia

 Widijono Wiharjo

 Paula Nangoi

 Budi Istanta

 Michael Sanjaya

 David Kurniawan
Beberapa buku yang harus di baca :
Buku-buku Entrepreneurship:
1. Robert T. Kiyosaki: Rich Dad, Poor Dad
Buku ini mengupas tentang Melek Finansial, dimana dibahas perbedaan antara orang miskin, orang kelas menengah dan orang kaya, apa yang
membedakannya dan bagaimana bisa terjadi perbedaan itu.

2. Robert T. Kiyosaki: The Cashflow Quadrant


Buku ini merupakan lanjutan dari Rich Dad, Poor Dad, dimana dibahas tentang empat kuadran sumber-sumber pendapatan seseorang, dengan
penjelasan masing-masing kuadran. Dengan mempelajari 4 kuadran itu kita jadi mengerti mengapa ada orang yang sampai usia pensiun masih
disibukkan oleh mencari penghasilan, sementara yang lain bisa kaya raya dalam usia yang relatif lebih muda.

3. Robert T. Kiyosaki: Guide To Investing


Dalam buku ini dibahas tentang cara memasuki kuadran I. Dijelaskan juga jenis-jenis investor yang ada di sekitar kita.

4. Robert T. Kiyosaki: Retire Young Retire Rich


Dalam buku ini dibahas bagaimana cara pensiun dengan lebih cepat, dengan menggunakan kekuatan daya ungkit (leverage).

5. Napoleon Hill: Berpikir dan Menjadi Kaya


Buku ini termasuk buku klasik yang membahas tentang kekayaan, dimana penulisnya mencoba mengumpulkan faktor-faktor penentu
keberhasilan dari orang-orang yang sudah kaya raya pada saat itu. Dalam buku ini dibahas 14 faktor penentu yang dimiliki oleh orang-orang
kaya. Buku ini juga menjadi inspirasi bagi Robert T. Kiyosaki.
6. George S. Clason: The Richest Man in Babylon
Buku ini juga merupkan buku klasik yang membahas tentang pentingnya pengendalian pengeluaran (hukum 80/20). Buku ini juga menjadi
inspirasi bagi Robert T. Kiyosaki.

7. Purdi E. Chandra: Menjadi Entrepreneur Sukses


Buku ini merupakan kumpulan tulisan lepas dari penulisnya yang merupakan hasil dari pengalamannya dalam berbisnis (Primagama Group).
Buku ini menjadi buku bajaan wajib para mahasiswa EU.

8. Tung Desem Waringin: Financial Revolution


Buku ini mengupas tentang faktor-faktor mengapa orang menjadi miskin dan susah untuk kaya, kemudian dibahas secara gamblang bagaimana
cara mengantisipasi faktor-faktor tersebut sehingga dapat memperoleh kekayaan dengan dasyat.

9. H.M Ambalay Djuardi: Kiat Sukses Mencari dan Mendapatkan Banyak Uang
Buku ini juga merupakan tulisan hasil pengalaman penulisnya dalam mencari, memulai, menjalankan dan membesarkan usahanya (Kursus
”Juliana Jaya”).

10. Masfuk: Orang Jawa Miskin Orang Jawa Kaya


Buku ini juga merupakan tulisan hasil pengalaman dan pengamatan penulisnya dalam menjalankan usaha yang dimulainya dari nol (bahkan
minus) sampai berhasil menjadi pengusaha besar (terakhir bahkan terpilih menjadi Bupati). Buku ini begitu sarat dengan nuansa spiritual bisnis.

11. Chin- Ning Chu: Perjalanan Menuju Kota Kemakmuran


Buku ini mengungkap tentang 10 rahasia hukum alam tentang uang. Meskipun tipis dan berbentuk cerita fiksi, tapi begitu aplikatif dan
inspirasional.

Buku-buku Pengembangan Diri:


1. Adam Khoo: Master Your Mind Design Your Destinity
Buku ini merupakan aplikasi dari ilmu NLP berisi formula untuk sukses versi NLP, dengan membahas faktor-faktor pendukungnya.

2. Antony Robbins: Unlimited Power


Buku ini juga merupakan buku aplikasi ilmu NLP versi Anthony Robbins, dimana dibahas tentang potensi manusia yang sangat luar biasa (yang
sayangnya jarang disadari dan digunakan oleh sebagian besar di antara kita)

3. Antony Robbins: Awake to Giant Within


Buku ini juga merupakan buku aplikasi ilmu NLP versi Anthony Robbins, dimana dibahas bagaimana membangkitkan potensi diri melalui kendali
mental, fisik dan emosi.

4. David J. Schwartz: Berpikir dan Berjiwa Besar


Buku ini membahas tentang kekuatan pikiran seseorang yang bisa menentukan hasil yang akan diperoleh orang tersebut melalui kebiasaan
berpikir besar.

5. David J. Schwartz: Berpikir dan Menjadi Sukses


Buku ini melengkapi buku yang di atas, dimana membahas kekuatan impian dan teknik-teknik menuju kesuksesan.

6. Sandy MacGregor: Piece of Mind


Buku ini berisi tentang salah satu potensi manusia terbesar, yaitu pikiran bawah sadar, dimana dibahas bagaimana prinsip kerjanya, cara
mengaktifkannya serta cara-cara mengoptimalkannya dalam kehidupan sehari-hari (terutama dalam proses pencapaian tujuan).

7. Billi P.S Lim: Berani Gagal


Dalam buku ini kita akan disadarkan tentang tidak perlunya kita putus asa ketika menghadapi kegagalan, karena kegagalan itu bagian dari
kehidupan setiap orang.

8. Billi P.S Lim: Berani gagal : Hikmah Kegagalan


Sama dengan buku yang di atas, di sini dibahas tentang kekuatan mental seseorang dalam menghadapi kegagalan sehingga dapat menemukan
rahasia hikmah dibaliknya

9. James J. Mapes: Quantum Leap Thinking


Buku ini mengupas tentang proses/langkah-langkah menuju kesuksesan hidup, dimana di dalamnya dibahas kombinasi dari berbagai teori
pengembangan diri.

10. Paul Hana: Believe and Achieve !


Buku ini secara gambalang bercerita tentang kekuatan keyakinan dalam pencapaian sesuatu tujuan.

11. Stephen R. Covey: 7 Habit of Highly Efective People

12. Paul G. Stoltz: Adversity Quotient


Melengkapi berbagai jenis kecerdasan yang ada, penulisnya memperkenalkan sebuah jenis kecerdasan lain, yaitu kecerdasan dalam
menghadapi kesulitan/rintangan, dimana dikelompokkan ada 3 jenis, yaitu; Quitters, Campers & Climbers.

13. Andrew Ho: Higway To Success


Seperti buku-buku pengembangan diri yang lain, buku ini membahas tentang faktor-faktor keberhasilan seseorang dalam kehidupannya.

14. Viktor E. Frankl: Man‟s Search for Meaning


Buku ini begitu menggugah, karena diawali dengan pemaparan pengalaman penulisnya selama dalam kamp konsentrasi NAZI, sehingga
melahirkan sebuah teori logoterapi.

15. Chin- Ning Chu: Thick Face, Black Heart


Buku ini mengupas tentang filosofi Cina tentang kekuatan mental baja, pantang menyerah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan kekejaman
hidup dalam menuju kemakmuran, kemenangan dan kesuksesan. Buku ini cocok dibaca ketika kita dilanda sebuah kesulitan atau permasalahan
hidup yang menghimpit.

Musti beli n dibaca, soalnya kadang pas beli sih semangat '45 pas bacanya kadang diserang ngantuk mulu.Hehehehe

KETERANGAN UNTUK ARIEF NASUTION.


(03.06.98) Oleh: Lion.
Keterangan ini dibuat untuk menanggapi pernyataan dari Dr.Arief Nasution MA di harian Waspada
(01.06.98).

Tak ada bosan-bosannya orang terus-menerus menekan WNI Keturunan


Cina(WNIKC). Tidak perduli bagaimana sedang tertekannya jiwa WNIKC
sekarang ini. Diteror, dijarah, dianiaya, diinjak-injak HAM-nya. Seolah-olah
itu belum cukup masih saja terus ditekan.
Mereka (orang-orang pribumi tertentu) bertindak dan berkata-kata seolah-
olah mereka itu orang-orang suci yang berhak menghukum orang-orang
pendosa, tanpa mau bercermin lebih dulu.

Kalau penekanan, teror dan penganiayaan secara fisik biasa dilakukan


oleh rakyat pribumi "kebanyakan." Maka penekanan dan teror secara
mental lewat berbagai media dilakukan oleh sebagian pribumi yang
mengaku dirinya sebagai kaum intelektual yang sayangnya cara
berpikirnya jauh dari pikiran intelektual. Salah satu contohnya adalah orang
yang bernama dan bergelar Dr. Arief Nasution MA. Sayangnya cara
berpikirnya juga tidak arief.

Pernyataan-pernyataan berbau anti Cina dari berbagai pihak itu tidak bisa
dikatakan berasal dari kalangan ekonomi lemah, seperti Arief Nasution ini.
Kemudian dari konglomerat Probosutedjo, Gubernur DKI Sutiyoso,
Jenderal Feisal Tanjung, Gus Dur, anggota MPR Usman Lubis, Gubernur
Sulsel Z.B. Palaguna (pernah berkomentar bahwa kerusuhan anti Cina di
Ujung Pandang September 1997 merupakan solidaritas spontan-simpatik
masyarakat) dan lain-lain. Membuktikan bahwa teori kesenjangan sosial
bukan merupakan inti penyebab dari kerusuhan demi kerusuhan anti Cina
seperti yang biasanya dikemukakan beberapa pakar.

Seperti yang pernah saya katakan di manakah di dunia ini yang tidak ada
kesenjangan sosial? Dalam satu keluarga pun ada kesenjangan sosial.
Yang terpenting di sini adalah tingkat moralitas dan wawasan berpikir
seseorang dalam menghadapi keberhasilan orang atau pihak lain.

Dalam pikiran seseorang yang kalah dalam persaingan, atau melihat orang
lain lebih sukses daripadanya timbulnya rasa cemburu mungkin merupakan
sesuatu yang alamiah. Tetapi orang tersebut adalah orang yang bijaksana
jika bisa menggunakan sisi positif dari rasa cemburu itu. Yakni mengakui
kelebihan orang lain itu dan/atau mau belajar dari orang tersebut. Atau
bertekad bersaing secara jujur untuk bisa menyamai atau melebihinya.
Bukan sebaliknya, menuruti nafsu jahat dari rasa cemburu itu untuk
menyudutkan, atau menjatuhkan orang tersebut dengan menghalalkan
berbagai cara.

Entah mengapa pula di tengah-tengah suasana seperti ini Harian Waspada


begitu rajin menurunkan artikel-artikel yang berbau rasialis semacam ini.
Bahkan acara seminar yang memunculkan pernyataan Arief Nasution yang
rasialis ini diselenggarakan oleh Waspada. Apakah koran ini juga diam-
diam sebagai media "pendukung" anti Cina? Saya tidak tahu. Karena saya
belum lama menyimak koran ini.

Tetapi media yang mempunyai semangat anti Cina bukannya tidak ada.
Sebagai contoh mungkin bisa kita curigai majalah Forum Keadilan. Dalam
sebuah surat pembaca, Redaksi Forum pernah ditanyakan mengenai hal
ini. Si penulis surat pembaca bertanya, mengapa Forum setiap kali menulis
artikel tentang berbagai kejahatan di mana WNIKC terlibat, atau sebagai
pelakunya. Tidak cukup menulis nama pelaku saja. Tetapi selalu ada
embel-embelnya: "Warga Negara Keturunan Cina." Jawaban dari Redaksi
itu dimaksud sebagai keterangan saja. Sebuah jawaban yang menurut
saya asal jawab saja. Sekenanya saja. Untuk apa ras pelaku ikut disebut-
sebutkan? Untuk keterangan? Apa keterangan semacam itu begitu penting
sampai terus diulang-ulang? Kalau memang sebagai keterangan saja,
mengapa kalau WNIKC yang berprestasi tidak diembel-embel dengan
kalimat: "Warga Negara Keturunan Cina" juga? Seperti yang ditanya juga
dalam surat pembaca itu, yang tidak dijawab Forum. Saya juga mempunyai
sebuah contoh untuk majalah Forum.

Sewaktu bank Danamon ramai-ramai terkena rush. Sempat beredar isu


bahwa pemilik bank swasta itu, Usman Admadjaja, seorang WNIKC,
melarikan diri ke luar negeri. Isu tersebut sempat santer diberitakan di
televisi. Tetapi beberapa hari kemudian di-clear-kan bahwa tidak benar
Usman melarikan diri.
Beberapa hari kemudian Forum terbit dengan sampul yang mencolok mata
memuat gambar Usman dengan judul cover besar-besar: "SETELAH
UANG RAKYAT AMBLAS, BENARKAH USMAN (BOS DANAMON) LARI?"
Terkesan Forum mempunyai maksud tersembunyi di dalamnya. Bukankah
sebelum Forum terbit, isu Usman melarikan diri ternyata terbukti tidak
benar? Mengapa tetap terbit dengan sampul demikian? Isinya tentang
Usman itu pun hanya sedikit, tidak sampai satu halaman, yang juga
memuat bahwa isu itu tidak benar. Mungkin Forum bisa membela diri
dengan mengatakan bahwa itu hanya taktik bisnis untuk menarik calon
pembaca. Tetapi tetap akan menjadi pertanyaan patutkah hal itu dilakukan
sementara pribadi orang lain tersudut?.

Saya menilai selama ini baru ada satu majalah yang bisa berpikir obyektif
dalam menilai masalah SARA di Indonesia ini, yakni majalah D&R. Dalam
sebuah artikel Perspektif-nya tentang kerusuhan anti Cina di Medan (D&R
No. 39, Mei 1998).

Kembali kepada artikel berita Harian Waspada :


Keinginan Arief Nasution untuk melahirkan suatu Politik Minority sangat
kental dengan semangat rasialisme yang sudah ketinggalan zaman.
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa semangat anti Cina Arief ini mirip
dengan Hitler! Lihat saja dengan terang-terangan dia berkata bahwa
diskriminasi harus dilakukan karena memang ras kuning itu sangat
berbahaya! Entah apa yang dimaksud dengan "sangat berbahaya" itu?
Saya melihat itu hanya disebabkan karena begitu takutnya Arief untuk
bersaing secara jujur dengan WNIKC. Dia merasa tidak mempunyai
kemampuan untuk itu. Maka satu-satunya jalan adalah dengan melakukan
diskriminasi ras!.
Sebagai seorang intelektual, seharusnya Arief bisa berpikir panjang.
Apabila diskriminasi ras (Politik Minoritas) sudah bukan zamannya lagi.
Jika ini benar-benar diadopsi dan dilegalisir sebagai kebijakan pemerintah
RI di tengah-tengah penilaian Dunia Internasional yang begitu negatif
terhadap perilaku bangsa ini terhadap WNIKC selama ini, banyak negara
akan menjauhi Indonesia. Pada waktu kerusuhan Anti Cina terjadi di
Jakarta saja sudah membuat banyak negara dan investor asing merasa
ketakutan melihat kebiadaban orang-orang Indonesia itu, sehingga
membuat mereka urung atau membatalkan niat/perjanjiannya untuk
investasi di Indonesia. Bahkan Presiden Bill Clinton lewat mantan Wapres
di masa Jimmy Carter, Walter Frederick Mondale, sempat memperingatkan
pemerintah RI agar jangan lagi ada kerusuhan-kerusuhan rasialisme di
Indonesia.
Juga apakah Arief Nasutuion itu, tidak berpikir siapa itu tetangga-tetangga
Indonesia? Negara-negara yang sudah tergolong kaya/maju, atau
setidaknya jauh lebih maju daripada Indonesia hampir semuanya ras
kuning. Apa tidak sinting di tengah "kepungan" ras kuning itu mau
memberlakukan politik anti ras kuning?! Sebut saja Singapore, Jepang,
Korea Selatan, Taiwan, dan RRT sendiri yang semakin kuat dengan
masuknya Hongkong pada Juli 1997 lalu, dan Macau nanti di tahun 1999.
Untuk bersaing dengan Singapore yang mini itu saja Indonesia tidak
mampu. Apalagi dengan Jepang. Lebih gila lagi kalau mau bersaing
dengan gabungan dari negara-negara ras kuning itu! Ini bukan mau bilang
apa, tetapi sesuatu yang realistis dan rasional. Negara Super Power
seperti AS saja harus berpikir berkali-kali untuk mau bersaing secara
terbuka ("perang ekonomi") dengan mereka. Dengan Jepang saja AS
beberapa kali keok. Kemudian dengan RRT pun AS mengalami beberapa
kali defisit perdagangan.

Ataukah mungkin orang Indonesia itu sering berpikir tidak rasional? Coba
saja, dalam kasus Mobil Timor yang kontroversial. Kok bisa-bisanya mau
menantang frontal seluruh negara industri mobil yang sudah maju dan
merajai dunia permobilan (Jepang, AS, dan negara-negara Eropa) di WTO.
Memperindag, Tunky Ariwibowo, bahkan sempat dengan pongahnya
mengatakan Indonesia punya Kartu As untuk mengalahkan mereka.
Ternyata apa yang dimaksud dengan kartu As itu, adalah kartu dalam arti
sebenarnya. Maksud saya dengan mudah disobek.

Arief Nasution yang katanya juga dosen di perguruan tinggi di Malaysia,


mengatakan bahwa terbukti Malaysia yang melakukan politik minoritas itu
berhasil mengangkat kaum pribumi menguasai ekonominya.
Tetapi menurut data FEER yang bersumber dari pemerintah Malaysia
sendiri, yang dimuat dalam FEER edisi 19.02.1998, halaman 17.

Pada tahun 1970 pemilikan perusahaan di Malaysia adalah sebagai


berikut :
- Investor Asing :63,3 persen;
- Nonpribumi : 34,3 persen, dan
- Pribumi (bumiputera): 2,4 persen.
Pada tahun 1995 :
- Investor Asing : 27,7 persen;
- Nonpribumi : 43,4 persen;
- Pribumi (bumiputera): 20,6 persen;
- Belum teralokasi (calon perusahaan): 8,3 persen.

Memang pada tahun 1971 s.d. 1991 Malaysia sempat memberlakukan


Kebijakan Ekonomi Baru (New Economic Policy) yang rasialis, yakni
melarang warga negara Malaysia Keturunan Cina untuk berusaha di sektor
strategis semacam perbankan, jasa keuangan, telekomunikasi, dan
transportasi.
Tetapi pada waktu mengalami krisis, Malaysia yang tidak meminta sesen
pun pinjaman dari IMF, membentuk apa yang disebut Dewan Aksi Ekonomi
Nasional (National Economic Action Council) dengan Ketua PM Mahatir
Muhammad. Mahatir kemudian menunjuk Dr. Daim Zaenudin untuk
membuka sektor ekonomi strategis bagi pengusaha keturunan Cina.
Halmana bertentangan dengan kebijakan ekonomi rasialis yang dianut itu.
Dengan kata lain Malaysia sendiri sebenarnya sudah melepas kebijakan
itu. Ini kok si Arief malah minta kita harus menerapkannya?.

Dengan kebijakan baru ini terbukti Malaysia berangsur-angsur keluar dari


krisis ekonominya meninggalkan Indonesia sendirian yang semakin
terpuruk. Keberhasilan Daim itu antara lain juga karena komitmennya yang
begitu tinggi untuk tidak menganakemaskan pengusaha pribumi. Sekalipun
itu temannya. Misalnya seorang bankir Alex Lee, dan Syed Kechik,
seorang pengusaha besar dari Sabah. Daim berprinsip: "Kalau Engkau
menolong mereka, maka mereka tidak pernah belajar!".

Malaysia bisa maju dan bisa cepat keluar dari krisis (tanpa bantuan IMF
lagi!) berkat persatuan antara sesama warga negaranya, terutama pribumi
dan nonpribuminya (khususnya Keturunan Cina). Hak-hak semua warga
negara, tanpa kecuali benar-benar dihormati dan sama di semua bidang.
Bukan seperti di Indonesia yang elok di teori saja. Yang terpenting lagi
pemerintahnya yang relatif bersih dan dipercaya rakyatnya.

Seorang teman saya pernah bercerita ketika dia naik Taksi di Kuala
Lumpur. Sopir taksi bertanya dia berasal dari mana. Ketika dijawab dari
Indonesia, si sopir bilang betapa bodohnya orang Indonesia memusuhi
orang Keturunan Cina! Pantas tidak pernah bisa maju!.

Saya sangat meragukan pernyataan Arief baru di AS dan negara-negara


Eropa juga menerapkan UU Diskriminasi terhadap ras kuning dalam dunia
usahanya. Yang rasanya lebih tepat adalah karena orang Eropa, atau AS
sendiri punya otak, punyak kemauan dan punya kemampuan untuk
bersaing dengan Keturunan Cina di sana. Sehingga mereka bukannya
mengimbangi, tetapi melebihi kemampuan Keturunan Cina di negara
mereka masing-masing.
Yang penting juga adalah bahwa di AS dan negara-negara Eropa yang
disebutkan oleh Arief itu kalau negaranya terjadi krisis tidak begitu
bodoh/piciknya sampai memandang para pedagang kelontong Keturunan
Cina seperti Pasar Baru dan Mangga Dua, atau pedagang elektronik di
Harco dan Glodok di Jakarta, sebagai orang-orang kaya yang patut
dicemburui, atau dijadikan kambing hitam sebagai penyebabnya.
Sebagaimana lazim di Indonesia.

Di AS meskipun tidak sangat menonjol peranan Keturunan Cinanya tidak


bisa dipandang sebelah mata. Industri komputer WANG misalnya,
pemiliknya adalah Orang Cina. Ada juga Jerry Yang sebagai salah satu
pendiri dan pemilik Yahoo! yang sangat dikenal penggemar internet
sedunia. Ada juga Feng Hsiung Hsu sebagai pencipta Komputer Catur:
Deep Blue, yang dipakai untuk melawan dan berhasil mengalahkan Garry
Kasparov, Chung Jen Tan (Senior Manager dari IBM Deep Blue
Development), Lee Yuan Tseh (Penerima Nobel 1996 di bidang Kimia),
Steven Chu (Penerima Nobel 1997 di bidang Fisika), Chay-Lin Tien
(Chancellor of the University of California di Berkeley), We Shyy (professor
& Chairman of Mechanical Engineering University of Florida), dan lain-lain.
Menyadari potensi pasar Hollywood pun meraih para selebritis Keturunan
Cina untuk ikut membesarkan industri filmnya dan terbukti sukses besar.
Sebut saja sutradara semacam John Woo, Stanley Tong, Terence Chang,
dan Tsui Hark, atau aktor semacam Bruce Lee, Chow Yun-Fat (sempat
menjadi cover story majalah Time), Michelle Yeoh (pasangan James Bond
dalam "Tomorrow Never Dies"), Jacky Chen, Joan Chen, Jet Li, dan lain-
lain. Ini 'kan namanya bukan takut "bahaya kuning", tetapi sebaliknya
"memanfaatkan" potensi kuning!.

Pemerintah Muang Thai malah sempat merayu WNIKC untuk pindah ke


negaranya guna berinvestasi.
Negara-negara maju seperti AS, bukannya menghindar ras kuning. Tetapi
sebaliknya malah mereka sangat tertarik dengan ras kuning. Berbagai segi
dari ras ini mereka pelajari. Termasuk dari segi nilai-nilai dan etika
bisnisnya. Itulah sebabnya misalnya buku-buku semacam "The Asian Mind
Game", "Thick Face, Black Heart" karya Chin-Ning Chu tercatat sebagai
buku-buku "Best Seller" di sana. Sebaliknya dengan di Indonesia,
bukannya dirangkul, bukannya "dimanfaatkan", malah dimusuhi, diteror,
dianiaya, dijadikan sumber kebencian tanpa dasar, dan sumber kambing
hitam.

Saya juga melihat ada yang tidak logis dari pernyataan Arief yang berkata
bahwa Singapore juga menganut paham yang berbau rasialis semacam
itu. Yakni pada komposisi pemukiman seperti yang disebut di atas.
Padahal kita semua tahu mayoritas orang-orang pemerintah Singapore
adalah Keturunan Cina. Juga penduduknya mayoritas keturunan Cina (75
persen). Bagaimana bisa negara ini disebut juga "takut ras kuning."?.

Selain itu siapa yang bilang bahwa di Indonesia berlaku semacam


ketentuan bahwa suatu pemukiman semua terdiri dari WNIKC? Sampai
detik ini tidak pernah ada larangan orang pribumi untuk tinggal di
pemukiman yang mayoritas WNIKC, atau sebaliknya. Semuanya itu terjadi
secara spontan saja.

Mengadakan kewajiban perbandingan komposisi ras dalam suatu


pemukiman penduduk terlalu mengada-ada dan sangat sulit dilakukan.
Masalah tempat tinggal 'kan masalah selera juga. Masa Anda mau
mengatur: orang ini harus tinggal di sini, atau orang itu harus tinggal di
sana. Lain halnya kalau Anda berbicara tentang perbandingan kelas
rumah. Misalnya rumah mewah:menengah:sederhana.

Tentang pernyataan Arief diawal tulisan bahwa keamanan pun bisa


diperjualbelikan oleh WNIKC dengan aparat keamanan (yang dinilainya
sebagai "bahaya kuning" -- maksudnya tentu "main beking"). Saya tidak
tahu berdasar apa kesimpulan ini diambil. Yang jelas kesimpulan ini juga
sebagai pernyataan yang merendahkan aparat.

Kesimpulan tersebut terlalu naif. Memangnya sudah didata berapa orang


WNIKC di Indonesia yang berperilaku seperti yang digambarkan itu?
Memangnya WNIKC pasti atau semua, atau rata-rata berperilaku
demikian? Ironis sekali seorang doktor dan Master, sekaligus dosen dan
dekan sebuah perguruan tinggi bisa berpikiran dangkal dengan cara
menggeneralisasi semacam ini.
Memangnya orang pribumi kaya juga tidak suka main beking-bekingan
seperti itu? Kenapa sih selalu melihat satu sisi saja?! Bukan rahasia lagi.
Kalau banyak pejabat dan anak pejabat selalu main beking dalam
mengelola usahanya. Bekingnya itu biasanya dari aparat juga. Semakin
tinggi jabatannya semakin tinggi pangkat bekingnya.

Seorang Walikota, misalnya punya beking-beking aparat perwira. Selain


menggeneralisasi, Anda pun hanya melihat satu sisi saja. Kenapa Anda
juga tidak mengambil kesimpulan generalisasi bahwa orang pribumi kalau
menjadi aparat mentalnya bobrok (tukang beking) seperti yang Anda
katakan sendiri. Kalau jadi hakim, jaksa, polisi, atau pejabat apa saja,
orang pribumi itu suka bikin "Mafia Peradilan", pasti menjadi tukang terima
suap, tukang korupsi, tukang manipulasi, kolusi, nepotisme, dan
sebagainya? Kalau melihat banyak penjahat pribumi, kenapa Anda tidak
bilang pribumi adalah orang-orang jahat? Orang-orang pribumi punya
perilaku sebagai penjarah? Dan sebagainya.
Lihat pula bagaimana bobroknya orang pribumi semacam Keluarga
Cendana mengurus negara seakan-akan negara ini miliknya. Bagaimana
orang pribumi mengurus BUMN sampai-sampai hampir semua BUMN
dalamnya keropos digerogoti pejabat sendiri. Sampai-sampai investor
asing yang ditawari BUMN-BUMN itu ketika melakukan audit, langsung
mundur teratur. Kenapa dari kasus-kasus yang demikian banyaknya Anda
tidak menggeneralisasi untuk mengambil kesimpulan bahwa ternyata orang
pribumi itu begini begitu?.

Saya berkali-kali berkata: Nilailah orang itu dari perbuatannya masing-masing.


Bukan dari ras, atau dari mana dia berasal!.
Christianto Wibisono menulis di Suara Pembaruan, Senin, 01 Juni 1998 yang antara
lain intinya berkata bahwa apabila individu tertentu dari WNIKC melakukan
pelanggaran hukum, maka hukumlah dia sesuai dengan hukum yang berlaku. Bukan
lantas semua Cina dibakar! Kalau ada anggota ABRI yang melanggar hukumlah dia.
Bukan membubarkan ABRI!***

Orang Terkaya
<< < (2/3) > >>
Ruliyanto Pribadi (25 September 2007, 12:35:44):
menarik.
saya juga melihat trend yang sama. dimana-mana orang memberikan seminar tentang
cara cepat menjadi kaya. semuanya menjual impian. walau saya sendiri belum pernah
mengikutinya, saya rasa sebagian dari seminar itu hanyalah menjual impian belaka.
bahkan mereka tidak memberikan pengetahuan yang cukup untuk menjalankan
bisnis. lebih banyak bersifat motivasi : pantang menyerah, berani gagal, sabar, dll.
hal-hal yang sebenarnya secara normatif kita juga tahu tanpa perlu ikut seminar
tersebut. Yang mungkin dibutuhkan oleh orang-orang yang memulai wirausaha
adalah langkah riil dan pengetahuan teknis/abstrak-nya. Dan saya lihat, seminar-
seminar tersebut nampaknya tidak memberikan hal tersebut. Dalam beberapa hal,
malah bisa jadi menyesatkan. Semisal pernyataan "orang gajian tidak bisa kaya".
Siapa bilang?? Sebagian orang bergaji yang saya kenal, pendapatannya jauh lebih
besar dari para wirausahawan.

lebih baik, menurut saya, kita memilih berwirausaha karena kesadaran akan
kenyataan dan kemampuan diri kita sendiri.

Hmm, ternyata menjadi pejabat negara dan politis menguntungkan juga yah?? Pantas
saja, semuanya pada berlomba-lomba untuk pemilu 2009. Ck ck ck. Ini
memprihatinkan sekali buat saya pribadi.

wallahualam
misterayahara (25 September 2007, 14:25:53):
jadi usahawan memang bisa punya gaji besar.
tapi juga punya tanggung jawab besar. karena bertanggung jawab atas semua urusan
perusahaan

kalau karyawan, hanya bertanggung jawab pada tugas2nya saja


rsauqi (26 September 2007, 09:03:24):
Seminar2 gimana jadi kaya sebenarnya sama saja dgn buku2 motivasi gimana jadi
kaya. Mereka hanya memberikan motivasi dan membuka pintu pertama untuk
berwirausaha. Pilihan selanjutnya tentu terserah masing2, mau lanjut ato mundur.
Tentunya dgn segala konsekuensinya.
Tanpa bermaksud sombong :D (halah), saya termasuk orang yang terkena virus
motivasi berwirausaha dan berani melangkah. Alhmd setelah beberapa tahun,
sekarang sudah bisa 'dilepas' dan punya 'pasif income ' n banyak waktu luaaang yang
sampe sekarang masih bingung mau diisi apa (niatnya mau coba usaha yg lain tapi
masih menjajaki).
Jadi, buat yg mau wirausaha, kuncinya ya berani melangkah dan fokus, kalau nanti
ada masalah, ya gimana nanti saja. Jangan takut memulai usaha. Insya Allah
pahitgetirpedih-nya terbayar jika nanti berhasil.
ilalang (29 September 2007, 23:17:53):
buku yang paling menarik yang pernah saya baca menurut saya tentang cara berfikir
adalah Thick Face, Black Heart dari Chin-Ning Chu, disana orang tidak perlu berfikir
positif dulu untuk menjadi berhasil...

yang paling penting adalah mental baja, dan pantang menyerah....


sanudin (03 Oktober 2007, 01:13:44):
menurut saya kita tidak harus menjadi kaya. toh kita diciptakan memang bukan untuk
itu.coba kita baca lagi alqur,an buat apa kita diciptakan. kalaupun memang kita dalam
perjalanan hidup mendapatkan kekayaan, kepada siapakah kita harus bersukur?
bukankah Allah akan memberikan rizki yang banyak kepada siapa saja yang dia
kehendaki dari sumber mana saja yang tidak kita ketahui. jalanin aja kehidupan ini
sesuai dengan aturan agama kita. tentu sambil berusaha dan ikhlas. Allah akan
menentukan yang terbaik buat kita. Amiin.

anya GusDur Jawa Modern yang tak Rasis meminta


Lee Kuan Yew, mantan PM Singapura, untuk
bersedia menjadi penasihat ekonomi Pemerintah RI.

[ Follow Ups ] [ Post Followup ] [ Indonesia News Forum ] [ FAQ ]

Posted by
User: justice department
From: nas-21-55.la.navinet.net
On: November 10, 1999 at 16:40:52

Sugeng Rawuh Mr Lee

DARI sebelum menjadi presiden, KH Abdurrahman Wahid yang lebih senang dipanggil Gus Dur
memang sosok yang penuh kejutan-kejutan.

Kejutan terakhirnya setelah dia dilantik sebagai presiden RI, yaitu permintaannya terhadap Lee Kuan
Yew, mantan PM Singapura, untuk bersedia menjadi penasihat ekonomi Pemerintah RI.

Permintaan ini tiba-tiba meng-ingatkan kita terhadap sosok Steve Hanke, ekonom Amerika Serikat
yang paling getol memperjuangkan Currency Board System (CBS), yang pada awal tahun 1998
diminta oleh Presiden Soeharto menjadi penasihat ekonomi Pemerintah. Kita tahu, Hanke saat itu
ditolak oleh Dana Moneter Internasional (IMF).

Padahal, Hanke berjanji, jika Pemerintah RI mengikuti sarannya, yaitu mematok nilai mata uang
rupiah terhadap dolar di tengah-tengah ketidakpastian kurs, setiap orang Indonesia akan bertambah
kaya. Katanya, ''The poor would benefit more because they store most of their wealth in cash(Yang
miskin akan lebih beruntung, karena mereka menyimpan kekayaan dalam bentuk uang tunai)."

Tidak sulit menebak. Dengan manuver yang dilakukan Gus Dur atas kepercayaannya terhadap Mr
Lee sebagai penasihat ekonomi RI, hal itu semata-mata dia sedang berusaha keras menarik kembali
kepercayaan masyarakat bisnis. Terutama masyarakat bisnis keturunan Cina, agar mereka bersedia
kembali berinvestasi di Indonesia.
Gus Dur menyadari betul, jaringan bisnis warga keturunan Cina di Asia Tenggara merupakan
kekuatan ekonomi yang cukup dahsyat.

Kekuatan ekonomi yang berada di tangan masyarakat bisnis keturunan Cina di Asia Tenggara,
meskipun sebagian besar oleh Kunio Yoshihara dipandang sebagai kekuatan ''kapitalis semu'',
tetaplah merupakan kekuatan besar yang sama sekali tak bisa diabaikan.

Kapitalis semu atau apa pun namanya, fakta menunjukkan kekuatan ekonomi Cina di Asia
Tenggaralah yang mampu mengimbangi dominasi kiprah organisasi dan pemodal raksasa dari
Amerika, Eropa, dan Jepang.

Dengan langkah-langkah yang diambilnya, Gus Dur juga ingin meyakinkan bahwa masyarakat
keturunan Cina di Indonesia sekarang tidak lagi diperlakukan secara diskriminatif, yaitu berperan
sebagai ''sapi perahan'' pada saat kita damai, dan menjadi ''kambing hitam'' pada saat-saat kritis.

Meskipun angkanya secara persis tidak pernah bisa dipastikan, sejak krisis ekonomi tahun 1997 dana
yang lari dari Indonesia diperkirakan 80 miliar dolar AS. Besar dana ini sekitar dua kali lipat dari
seluruh paket bantuan multilateral yang dikoordinasi IMF untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia.

Jika saja sebagian besar modal yang lari itu diinvestasikan kembali, efek pengganda yang diciptakan
di dalam negeri memang akan sangat besar. Dalam jangka pendek, harapan perbaikan ekonomi
memang paling mungkin, jika ada investasi baru yang masuk.

Utang luar negeri tidak bisa terus kita andalkan. Malah sebaliknya, kita harus mulai menekan utang
luar negeri. Ekspor nonmigas juga belum bisa digenjot secara tiba-tiba.

Privatisasi BUMN membutuhkan waktu cukup lama. Sumber devisa lain seperti turisme, transfer dana
dari tenaga kerja Indonesia di luar negeri, dana-dana hibah kepada LSM, jumlahnya tidak mencukupi.
Jadi, masuknya investasi baru dari luar memang sangat diperlukan.

Ibarat orang yang lumpuh, ekonomi Indonesia membutuhkan operasi penyembuhan berskala besar.
Gus Dur memahami benar fenomena tersebut. Dana-dana dari mana pun asalnya, tidak peduli
apakah dari Cina atau Yahudi, perlu kita manfaatkan untuk kepentingan bangsa.Namun, di balik
semua itu, akan mudah percayakah para investor asing ''dirayu'' oleh Gus Dur?

Sebab, sekarang sebagian besar dari mereka tetap akan mengambil sikap wait and see policy
(kebijakan tunggu dan lihat).Mengapa? Sebab, pekerjaan rumah yang harus digarap Pemerintah
Indonesia masih sangat banyak!

Contohnya, kita masih membenahi persoalan stabilitas politik. Kemudian memperbaiki persoalan
birokrasi yang ruwet. Lalu, bagaimana persoalan hukum benar-benar bisa menjadi equality before the
law, serta sejumlah PR lainnya.

Di mata investor, kita ini telanjur berpredikat sebagai negara paling korup dan memiliki risiko usaha
(country risk) yang tinggi.Untuk menarik modal masuk, termasuk dari masyarakat Cina di kawasan
Asia Tenggara, Presiden Gus Dur tahu secara persis prinsip orang Cina. Seperti yang ditulis Chin-
Ning Chu yaitu ''thick face, black heart'' (mental baja dan pantang menyerah). Karena itulah, tak
berlebihan bila kita ucapkan ''Sugeng Rawuh Mr Lee''.(50t)

Apa yang sesungguhnya membedakan seorang yang sukses dengan orang rata-rata? Bukan karena kepandaian, kekuatan, ataupun kekayaan yang
dimilikinya, tetapi yang membuat seseorang sungguh-sungguh hebat adalah karena mereka mengetahui bagaimana caranya menanggung penderitaan
yang tak terperikan dan bagaimana menahan yang tak tertanggungkan.

Sepanjang sejarah umat manusia, telah tertulis berbagai kisah manusia hebat yang mencapai tingkatan tertinggi dalam sejarah masyarakat dunia, seperti
misalnya: Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Soekarno, dan masih banyak kisah mereka yang berjuang dalam penderitaan yang luar biasa tetapi akhirnya
keluar sebagai pemenang.

Seorang penulis buku terkenal John Gray pernah menulis: ”Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh. ” Jadi sebenarnya
kesulitan hidup bukanlah akhir dari segalanya, melainkan justru permulaan bagi kita untuk naik ke taraf kehidupan yang lebih baik. Adalah kesempatan kita untuk
tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang lebih baik.

Sesungguhnya Tuhan menganugerahkan kepada kita semua kemampuan dan kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan yang sering
kali sampai pada batas-batas daya tahan kita sebagai manusia. Namun jika kita tetap bisa bertahan dan memiliki keyakinan yang kuat, kita pasti dapat menahan
penderitaan itu.

Kekuatan dalam Menghadapi Penderitaan


Kisah yang luar biasa yang menggambarkan betapa manusia memiliki kekuatan bertahan (the power of survival) yang luar biasa adalah kisah tentang ahli jiwa
terkenal, Victor Frankl.
Frankl adalah seorang psikolog keturunan Yahudi. Ia dipenjara dalam kamp konsentrasi maut Nazi Jerman, tempat ia mengalami penderitaan akibat penyiksaan
yang di luar batas-batas kemanusiaan. Orang tuanya, saudara laki-lakinya, dan juga isterinya meninggal di kamp konsentrasi tersebut atau dikirim untuk dibunuh di
kamar gas.

Selain seorang saudara perempuannya, seluruh keluarganya telah terbunuh dalam insiden sejarah gelap umat manusia. Dia sendiri mengalami penderitaan akibat
siksaan dan penghinaan yang tak terperikan, tanpa pernah tahu dari satu hari ke hari yang lainnya apakah ia akan berakhir di kamar gas atau di kuburan massal di
depan algojo tembak tentara Nazi. Atau akankah dia berada di antara mereka yang selamat yang akan menyingkirkan mayat-mayat atau menyerok keluar abu
mereka yang sudah menemui ajalnya.
Untuk dapat membayangkan penderitaan Victor Frankl, saya sarankan Anda menonton film garapan sutradara Steven Spielberg yang berjudul Schindler’s List atau
film Itali yang berjudul Life is Beautiful.

Kedua film itu sangat menyentuh perasaan kemanusiaan saya, tetapi sekaligus menyadarkan kepada kita bahwa kebebasan maupun kebahagiaan itu tidak dapat
direnggut oleh siapa pun asalkan kita tetap bertahan dan memiliki keyakinan. Inilah yang disebut oleh Frankl sebagai ”the last of the human freedom” atau
kebebasan yang terakhir yang dimiliki oleh manusia, yaitu kebebasan untuk memilih dan menciptakan realitas yang kita inginkan dalam hidup ini.

Kekuatan Pikiran untuk Bertahan Hidup


Dikisahkan lebih lanjut bahwa di tengah penderitaannya di Kamp Konsentrasi Nazi, Frankl kemudian memvisualisasikan dirinya pada keadaan-keadaan yang
berbeda, misalnya sedang memberikan kuliah pada para mahasiswanya sesudah dilepaskan dari kamp maut tersebut. Di dalam pikirannya, ia menggambarkan
dirinya berada di dalam ruang kuliah dan memberikan pelajaran tentang apa yang ia pelajari selama menjalani siksaan.

Melalui serangkaian kedisiplinan diri secara mental dan emosional ia melatih dirinya dengan menggunakan visualisasi membuahi pikirannya sehingga tercipta embrio
kebebasan di dalam pikiran bawah sadarnya. Kemudian dengan disiplin dia menumbuhkembangkan embrio kebebasan itu menjadi lebih besar daripada orang-orang
Nazi yang menangkapnya.

Meskipun para sipir penjara itu secara fisik adalah manusia merdeka, tetapi secara mental Frankl memiliki kebebasan yang lebih besar. Ia memiliki kekuatan batin
yang lebih besar dan menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya, bahkan bagi beberapa sipir penjara. Ia menolong orang lain menemukan arti
penderitaan dan martabat mereka dalam keberadaan mereka di kamp konsentrasi dan diperlakukan lebih rendah dari seekor binatang.

Di tengah keadaan yang paling hina tersebut, Frankl menggunakan anugerah Tuhan berupa kekuatan untuk bertahan (the power of survival) melalui kekuatan
pikirannya (the power of mind) dan kekuatan impian dan keyakinannya (the power of dreams) dengan senantiasa fokus (the power of focus) pada impiannya
tersebut.
Ia selanjutnya melatih dirinya dalam penciptaan realitas yang diimpikannya melalui serangkaian kedisiplinan diri (the power of self-discipline) sehingga dia dapat
mempelajari secara lebih jauh keberadaan dirinya dan kekuatan yang dimilikinya (the power of learning).

Puncak dari itu semua adalah kekuatan kasih yang dimilikinya (the power of love) yang memungkinkan dia memiliki kedamaian diri dan kerinduan untuk membantu
dan memberi semangat serta inspirasi bagi orang-orang di sekelilingnya untuk dapat bertahan dan menemukan kembali martabat kemanusiaan mereka yang
terhempas akibat perlakuan yang tidak berperikemanusiaan dari tentara Nazi.

Seberat apa pun beban penderitaan yang kita alami, selama kita memilih untuk tetap bertahan dan fokus kepada impian-impian kita, tidak ada satu pun penderitaan
atau kesulitan yang dapat menghalangi kita mencapai hal-hal terbaik yang kita impikan dalam kehidupan ini.

Tetaplah Bergerak dan Lakukan Sesuatu


Kita tidak boleh mempunyai pikiran sedikit pun bahwa jika kita mengalami penderitaan yang sedemikian berat dan menekan, maka dunia kita akan berakhir. Dunia
kita akan sungguh-sungguh berakhir jika kita menyerah dan diam dalam keputusasaan.

Berikut ada suatu ilustrasi menarik yang saya ceritakan dalam buku saya yang berjudul Create Your Own Cheese yang dapat menggambarkan hal ini. Kisah ini
adalah tentang seorang pendaki puncak Everest di pegunungan Himalaya, puncak tertinggi di dunia.

Dalam dunia pendaki gunung, mendaki dalam kondisi buruk merupakan ujian paling hebat bagi seorang manusia. Tanpa semangat juang tinggi, setiap pendaki akan
merasa seakan mati sedikit demi sedikit saat berjuang dengan sia-sia melawan keganasan alam.

Seorang pendaki bernama Beck Weathers berjuang sendirian menghadapi badai ganas yang berhembus dengan kecepatan 100 mil per jam dengan angin sedingin
ratusan derajat Fahrenheit di bawah nol.
Banyak alasan yang bisa membawa Weathers untuk menyerah. Dia telah menghadapi gunung itu dan kalah. Dia kekurangan bekal, kehilangan timnya, tidak punya
tempat berteduh, dan tidak ada kemungkinan untuk bertahan hidup. Namun karena dihadapkan pada kematian, sesuatu dari dalam dirinya terus memicu untuk terus
mengalahkan gunung yang jauh lebih besar daripada gunung yang pernah dia daki sebelumnya.
Dengan tubuh beku, lelah, sendirian, dan setengah hidup, Weathers merasa harus terus bergerak, berdiri, dan menempuh kembali perjalanan yang berbahaya
menuju base camp. Sebuah perasaan yang sangat mendalam menggugahnya untuk bertindak.

Saat terlentang di salju itu, katanya, ”saya bisa melihat wajah istri dan anak-anak saya dengan sangat jelas. Saya membayangkan bahwa saya masih punya tiga atau
empat jam lagi untuk hidup, sehingga saya mulai berjalan.” Bagi Weathers, beberapa jam berikutnya terasa seperti berabad-abad. Dia mengetahui bahwa beristirahat
berarti mati, diapun terus berjalan.

Dia terus berjalan sampai akhirnya jatuh pingsan di salju. Malam harinya, sekelompok regu penyelamat menemukan Weathers dan membawanya ke tenda dan
menempelkan botol berisi air panas di dadanya. Beberapa saat kemudian jauh di dalam dirinya, Weathers merasakan sesuatu yang kemudian membangkitkan
dirinya dari ujung kematian.

Inilah prinsip yang perlu kita ketahui pada saat mendaki gunung. Jika menghadapi badai (hujan atau salju) kita tidak boleh beristirahat karena diam atau beristirahat
berarti mati. Kita harus tetap berjalan agar tetap bertahan hidup. Demikian pula dalam badai kehidupan, jika kita menyerah berarti mati. Kita harus tetap bergerak
meskipun dalam keputusasaan.

Chin – Ning Chu, dalam bukunya Thick Face, Black Heart menuliskan bahwa semangat bertahan adalah sifat yang harus ada dalam penjelajahan pertumbuhan
pribadi. Semangat ini dimulai oleh para perintis dan pendiri negara Amerika Serikat.

Melalui daya tahan dalam setiap krisis itulah bangsa Amerika dilahirkan dan menjadi besar. Bertahan dengan daya tahan, memahami kesulitan, bertahan dari
kesukaran, dan tabah menghadapi siksaan merupakan kunci sukses bagi setiap orang.

Apa yang menjadikan seseorang benar-benar hebat adalah mengetahui bagaimana cara menanggung penderitaan yang tak terperi dan menahan yang tak tertahan.
Semua orang pasti tahu bagaimana bisa tumbuh dan berkembang dalam saat-saat tidak ada kesukaran. Namun masa ujian itulah yang justru dapat membedakan
mana orang yang benar-benar berisi dan mana orang-orang yang hanya memiliki citra.
Tetap Percaya dan Mengucap Syukur

Apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini, Tuhan senantiasa turut bekerja untuk melepaskan saya dalam setiap kesulitan dan penderitaan. Sehingga dengan
keyakinan tersebut saya bisa selalu mengucap syukur atas segala perkara yang terjadi dalam kehidupan saya.

Keyakinan atau iman inilah yang membuat saya terus bergerak, selangkah demi selangkah meskipun saya tidak bisa melihat ke mana jalan hidup saya menuju.
Keyakinan akan pernyataan Tuhan memberi saya kekuatan untuk bergerak. Janji-Nya bahwa segala sesuatu adalah untuk mendatangkan kebaikan memberi saya
harapan bahwa setiap langkah saya — sekecil apa pun – semakin mendekatkan diri saya pada rencanaNya yang terbaik untuk saya.

Kesulitan dan penderitaan janganlah membuat kita berhenti dan menyerah, karena jika kita berhenti maka berarti kematian.

Saya terus berusaha maju selangkah demi selangkah. Saya menyadari berhenti berarti kematian bagi saya (ingat bahwa putus asa dan menyerah sama dengan
kematian secara mental!). Dengan kombinasi antara prinsip terus bergerak (kalau tidak berarti mati) dan keyakinan akan pernyataan Tuhan dan janji kebaikan bagi
kita saya terus melangkah satu per satu sampai akhirnya saya menemukan tempat atau kebaikan yang dijanjikanNya.

Krisis dan Peluang


Karakter bahasa Cina untuk kata ”krisis” dibentuk dengan menggabungkan dua karakter dasar, yaitu ”kesulitan” dan ”peluang”. Kaum bijak Cina menyadari sifat sejati
dari krisis yang sesungguhnya memiliki sisi peluang yang tersamar, seperti halnya pepatah yang mengatakan, ”If God close the door, He will open the windows.”

Jika Tuhan menutup pintu, Ia akan membuka jendela. Bahkan dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Tuhan tidak akan menguji manusia di luar kekuatan yang dapat
ditanggungnya, sehingga Dia akan memberikan kita jalan keluar sehingga kita bisa mengatasi setiap kesulitan dan penderitaan kita.

Di sini Tuhan tidak saja menghentikan penderitaan atau kesulitan hidup kita, tetapi Dia memberikan jalan keluar atau peluang yang tersamar sehingga kita bisa
keluar dari penderitaan kita.
Saya ingin menutup tulisan ini dengan kutipan dari salah satu tokoh idola saya, yaitu Mahatma Gandhi sebagai berikut: Bimbingan Tuhan sering muncul saat
cakrawala dalam keadaan paling gelap.
Kembali dari masa depan. Bagaimana mungkin? Apakah ini judul sebuah film science fiction sejenis Star Trek atau Star Wars?
Bukan. Atau sebuah slogan iklan jalan-jalan ke luar angkasa? Juga bukan. Ini adalah strategi jitu meraih sukses yang diusulkan
oleh Brian Tracy dalam bukunya The 21 Success Secrets of Self-Made Millionaires. Ingin tahu rahasianya? Silahkan gali yang
berikut ini.

PERGI KE MASA DEPAN

Semua kesuksesan dipicu dari dua hal saja: Masalah dan Solusi. Tidak ada orang yang ingin terlilit masalah. Semua ingin keluar dari masalah. Semua mencari
solusi. Dari kedua hal ini, orang memetakan masa depan yang bebas masalah, dan yang menawarkan solusi.
Lalu, bagaimana caranya pergi ke masa depan? Untuk pergi ke masa depan, kita tidak perlu mesin waktu, juga tidak perlu jasa ”paranormal”. Semua orang bisa
melakukannya. Kita tinggal menentukan saja masa depan seperti yang kita inginkan. Semakin jelas gambaran kita akan masa depan yang ingin kita raih semakin
mudah kita menentukan langkah-langkah yang tepat untuk mencapainya.
Mimpikan Impian Besar. Banyak orang berakhir dengan karier yang biasa-biasa saja, karena tidak berani memiliki mimpi besar. Seperti seorang anak elang yang
dipelihara oleh seekor induk ayam, anak elang ini, yang terpengaruh lingkungan keluarga ”ayam”nya, tidak berani memimpikan untuk menjadi burung yang gagah
perkasa yang membentang sayap dengan perkasa terbang melintas alam. Sepanjang hidupnya sang anak elang hanya bisa mengais makanan di darat, dan
mengagumi kegagahan elang, tanpa punya keinginan dan keberanian untuk melakukan hal-hal yang besar seperti sang elang. Intinya, kemampuan seseorang
sebenarnya tidak berbatas. Yang membatasi hanyalah pikiran orang tersebut.
Semua keputusan dan tindakan yang kita lakukan, ditentukan oleh apa yang kita pikirkan. Jika kita pikir kita tidak bisa, maka kita pasti tidak bisa. Dengan pikiran
seperti ini, kita tidak akan berusaha mengembangkan diri, kita tidak lagi punya keinginan untuk mencoba, untuk mengambil langkah awal untuk memulai
merealisasikan mimpi (karena kita pikir kita tidak bisa). Akibatnya, semua usaha akan berhenti pada saat kita pikir kita tidak bisa. Sebaliknya, jika kita punya mimpi
besar, dan kita yakin pasti kita bisa melakukannya, harapan akan muncul. Jika mimpi ini terus-menerus kita pikirkan (setiap hari, setiap saat), dan kita bicarakan
dengan orang-orang sekitar kita dengan penuh semangat, maka segala pintu kesempatan akan terbuka lebar. Kita bisa mendapat dukungan orang-orang sekitar.
Kita bisa lebih bersemangat untuk meningkatkan diri, mencari alternatif solusi terhadap semua masalah yang menjadi hambatan (masalah keuangan, masalah
fasilitas, masalah pengetahuan dan keterampilan yang kurang). Kita akan mulai membaca buku yang terkait dengan upaya meraih mimpi, menghadiri seminar,
berdiskusi dengan para pakar di bidang yang kita minati, serta mengembangkan network pertemanan yang bisa membantu kita meraih mimpi. Setiap hari kita
memutuskan untuk melakukan tindakan yang dapat mendekatkan kita pada realisasi mimpi besar kita tersebut. Tanpa kita sadari, dengan berjalannya waktu, kita
pun semakin dekat dengan mimpi kita. Jadi, jangan takut untuk bermimpi besar.
Pilih yang Kita Suka. Lalu, mimpi besar apa yang harus kita bidik? Sebenarnya tak ada batasan. Bidiklah yang kita suka. Dengan demikian, kita akan lebih mampu
bertahan dalam menghadapi tantangan. kita akan lebih tekun berusaha dalam menghadapi masalah. Kita akan lebih giat bekerja, dalam menyelesaikan segala
upaya untuk meraih target yang ditetapkan.
Thomas Alva Edison yang sudah ”jatuh cinta” pada bidang kelistrikan, tetap bersemangat walaupun ratusan percobaannya untuk menemukan bola lampu pada
awalnya harus gagal. Tetapi, ketekunannya yang didasarkan rasa cinta pada pekerjaannya ini akhirnya membuahkan penemuan bola lampu yang mengubah sejarah
kehidupan manusia, serta menjadi cikal bakal berdirinya salah satu perusahaan elektronik terbesar di dunia: General Electric.
Demikian juga dengan George Lucas yang membidani film legendaris Star Wars. Kecintaannya pada dunia film dan science fiction, membuatnya mampu bertahan
ketika ide-ide pembuatan filmnya mengalami banyak kendala karena selalu ”melawan arus”. Akhirnya, sejarah membuktikan bahwa film-film Lucas mampu menjadi
film-film box office yang membukukan keuntungan yang luar biasa. Bayangkan jika Edison dan Lucas tidak punya kecintaan luar biasa pada pekerjaan dan mimpi
mereka. Barangkali sekarang kita tidak akan pernah mendengar nama mereka.
Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. ”Ah, dalam bisnis, kita tidak perlu jujurlah. Tipu muslihat sah-sah saja untuk dilakukan demi bisnis. Semua pebisnis juga
tidak jujur.” Mungkin inilah kalimat-kalimat berbahaya yang sering kita dengar atau kita lihat dipraktikkan banyak orang di dunia bisnis. Tetapi, jika kita teliti lebih
lanjut, bisnis yang tidak dilakukan atas dasar kejujuran, pasti tidak akan mampu bertahan lama. Mungkin saja para pebisnis yang menggunakan tipu muslihat bisa
meraih kesuksesan besar sesaat, tetapi kemudian setelah ketidak jujuran mereka terbongkar, tak ada lagi yang mau berbisnis dengan orang-orang ini. Pada
prinsipnya, sebuah bisnis terjadi karena ada rasa percaya pada orang-orang yang terlibat dalam bisnis tersebut. Dengan kejujuran pada diri sendiri dan orang lain,
kita bisa membangun integritas, modal penting untuk suskes di bidang apa pun.
Kesuksesan kita akan ditentukan oleh berapa banyak orang yang percaya untuk melakukan bisnis dengan kita. Kesuksesan kita dalam meraih mimpi ditentukan oleh
berapa banyak orang yang percaya akan kredibilitas kita sehingga mereka rela mendukung kita untuk meraih mimpi besar kita tersebut: bekerja untuk kita, memberi
dana untuk bisnis kita, membeli produk dan jasa kita, serta membantu kita ketika kita sedang dilanda masalah. Jika kita sudah kehilangan kepercayaan banyak
orang, hilang juga kesempatan kita untuk meraih impian, karena impian bisa dicapai dengan bantuan orang-orang yang tepat di sekitar kita. Kunci integritas adalah
kejujuran pada diri sendiri dan pada orang-orang di sekitar kita.
Menurut Brian Tracy kejujuran dan integritas dapat dilihat dari kesetiaan kita untuk senantiasa melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain. Hal ini akan
terpancar dari ucapan dan tindakan kita yang tulus untuk melakukan yang terbaik, juga pada kualitas pekerjaan kita yang selalu prima. Dengan demikian, orang tidak
akan segan-segan untuk membantu kita, memberi fasilitas pada kita, bekerja sama dengan kita, membeli ide kita, serta produk dan jasa yang kita tawarkan. Jadi, jika
rajin pangkal kaya, maka jujur pangkal sukses.
Galang dukungan orang sekitar. Seorang pebisnis tidak akan sukses jika tidak ada yang mau berbisnis dengannya. Untuk mengembangkan bisnis, seorang pebisnis
perlu menggalang dukungan karyawan, supplier, partner, dan pelanggan serta calon pelanggan. Intinya, kita tidak ada artinya jika tidak didukung oleh orang-orang
sekitar kita.
Menurut Brian Tracy, 85% dari kesuksesan dan kebahagiaan hidup ditentukan oleh kualitas hubungan yang kita kembangkan dalam kegiatan pribadi dan bisnis.
Semakin banyak orang kita kenal dan mengenal kita dengan citra yang positif, semakin banyak kesempatan yang terbuka bagi kita untuk mendapat dukungan
mereka, dan semakin rela mereka untuk mendorong kita meraih sukses. Coba perhatikan orang-orang sukses di sekitar kita: orang tua, saudara, teman, ataupun
atasan di kantor. Jika kita perhatikan dengan cermat, kita akan mendapatkan bahwa mereka punya dan senantiasa memelihara jaringan hubungan berkualitas tinggi
dengan banyak orang, sehingga mereka bisa menyelesaikan pekerjaan lebih banyak dibandingkan orang yang hanya mengurung diri dari pergaulan. Tentu saja,
untuk membina hubungan, perlu ada komunikasi dua arah. Artinya, kita tidak boleh hanya mengharapkan bantuan tanpa kepedulian untuk memberikan bantuan.
Dalam hal ini, kita perlu berinvestasi dalam waktu, perhatian, dan ketulusan untuk terlebih dahulu menawarkan kesediaan untuk memberi pertolongan dan dukungan
(yang tulus dan cuma-cuma) bagi orang lain.

KEMBALI DARI MASA DEPAN


Keempat prinsip yang baru saja kita bahas, akan sangat membantu kita dalam menyusun strategi ”kembali dari masa depan”. Ada tujuh langkah ”pamungkas” yang
bisa kita terapkan dalam strategi kembali dari masa depan.
Tentukan Masa Depan. Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah pergi ke masa depan (agar kita bisa kembali lagi ke masa sekarang). Setelah kita tiba di
masa depan (misalnya 5 tahun dari sekarang, yaitu di tahun 2009), kita perlu melihat apa yang kita inginkan untuk terjadi pada diri kita tahun tersebut. Di mana kita
berada? Apa yang sedang kita kerjakan? Bisnis apa yang sedang kita tekuni? Berapa penghasilan yang kita dapatkan sebulan? Siapa orang-orang yang sedang
bekerja sama dengan kita: siapa mitra bisnis kita, apakah kita punya karyawan, siapa mereka, siapa pelanggan kita, solusi apa yang kita tawarkan pada mereka?
Makin jelas bayangan kita akan masa depan yang akan kita raih, makin baik.
Tuliskan dan bicarakan. Apa pun yang telah kita bayangkan akan terjadi pada kita lima tahun ke depan, tuliskanlah pada secarik kertas. Jika kita memiliki banyak hal
yang akan kita petakan di masa depan, lingkarilah satu yang paling kita inginkan, atau yang paling memiliki dampak positif terbesar bagi diri kita. Dengan cara
menuliskan masa depan, kita juga dipacu untuk berpikir kritis dan sistematis untuk menentukan, apakah memang ini yang benar-benar kita inginkan. Setelah kita
menuliskannya untuk diri sendiri, cobalah bicarakan juga apa yang sudah kita tuliskan pada orang lain, terutama orang-orang yang bisa kita percaya.
Dengan membicarakannya dengan orang lain, kita bisa semakin menyempurnakan detail masa depan yang ingin kita raih. Melalui kegiatan ini, kita akan
mendapatkan banyak ide, energi, semangat yang kita perlukan untuk semakin hari semakin mendekatkan kita pada masa depan yang ingin kita capai tersebut.
Lakukanlah kegiatan ini setiap hari sampai kita merasa telah mendapat gambaran yang lengkap dan jelas atas masa depan yang akan kita raih.
Kembali ke masa sekarang. Setelah gambaran masa depan sudah kita dapatkan, kita perlu kembali ke masa sekarang. Pelajari kondisi kita saat ini secara jujur untuk
mendapatkan peta yang lengkap akan kekuatan, kelemahan, ancaman dan kesempatan-kesempatan sukses yang terbuka bagi kita. Apakah kita perlu meningkatkan
keterampilan dan kemampuan kita terlebih dahulu melalui pendidikan formal, atau cukup dengan magang dan mengikuti beberapa pelatihan? Atau mungkin
”menyewa dan meminjam” keterampilan dan pengetahuan orang lain yang memang sudah ahli di bidang yang kita bidik? Berapa banyak dana yang kita perlukan
untuk memulai langkah meraih mimpi? Sumber-sumber apa yang mungkin kita gali untuk mendapatkan dana tersebut: tabungan pribadi, penghematan di beberapa
pos pengeluaran, penjualan beberapa barang berharga yang menjadi investasi kita, pinjaman dari orang tua/ kakak/adik, atau pinjaman dari bank, atau mungkin
mencari investor yang mau mendanai usaha kita?
Tetapkan strategi. Setelah upaya memetakan kekuatan dan kelemahan kita di masa sekarang kita dapatkan dengan lengkap, langkah selanjutnya adalah
menetapkan strategi yang tepat untuk melaju ke masa depan. Tetapkan semua kegiatan yang perlu kita lakukan untuk melangkah ke masa depan. Tentukan semua
yang kita perlukan untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan tersebut. Buat rencana aksi untuk melakukan kegiatan yang diperlukan, sarana yang dibutuhkan, dan
dukungan yang perlu digalang. Dari sekian banyak kegiatan, kita perlu menyusun prioritas. Semua strategi ini bisa kita susun dengan sistematis: dari yang terpenting
ke yang kurang penting, dari yang termudah sampai yang tersulit, dari yang paling dekat sampai yang paling jauh, dari yang sedikit sampai yang paling banyak, dari
yang terdepan sampai yang paling belakang, dari yang terendah ke yang paling tinggi, ataupun sebaliknya. Apa pun itu, kita perlu tentukan strateginya dalam sebuah
rencana yang komprehensif. Rencana ini bertindak seperti sebuah peta rute perjalanan yang harus kita lewati untuk mencapai tujuan kita.
Tetapkan batas waktu. Tentu saja segala rencana tindakan dan kegiatan perlu dipecah-pecah menjadi unit-unit yang mampu kita laksanakan. Rencana per unit ini
juga perlu diberi batas waktu. Jadi susunlah rencana aksi dari setiap kegiatan yang telah kita pilih, dan tetapkan batas waktu untuk tiap kegiatan tersebut.
Menentukan target-target per tahun, atau per semester akan memudahkan kita untuk mengukur kemajuan kita. Batas waktu dan target ini juga bisa kita gunakan
sebagai alat evaluasi untuk melihat sejauh mana kita sudah melaju menuju masa depan yang telah kita petakan. Batas waktupun dapat memberikan kepada kita
”sense of achievement” yang akan memompakan energi, semangat, dan motivasi untuk terus berusaha, walaupun badai kendala menghadang.
Ambil Tindakan. Gambaran masa depan, rencana aksi, strategi dan batas waktu tidak akan ada artinya jika kita tidak berani mengambil tindakan untuk memulai.
Mimpi akan tinggal menjadi mimpi, ide tinggal menjadi ide, rencana akan tinggal rencana, tanpa adanya tindakan. Jadi yang terpenting di sini adalah keberanian kita
untuk mengambil tindakan. Banyak orang gagal sebelum bertanding. Banyak orang mundur sebelum bertarung. Banyak orang hanya berhenti pada ide-ide yang
brilian, mimpi-mimpi besar, dan rencana-rencana hebat, tetapi mereka tidak punya keberanian untuk bertindak. Merekalah orang-orang yang termalang di dunia.
Mereka akan menyesal kemudian ketika ide dan mimpi mereka ”dicuri” orang lain yang akhirnya sukses merealisasikan mimpi dan ide tersebut. Tentu saja kita tidak
mau menjadi orang-orang malang seperti ini. Caranya gampang saja. Ambil tindakan untuk merealisasikan masa depan yang sudah kita gambarkan, rencana yang
sudah kita buat, strategi yang sudah kita susun, dan batas waktu yang sudah kita tetapkan. Jangan lupa untuk melibatkan Yang Maha Kuasa untuk memberi kita
kemampuan, semangat, dan keberanian mengambil tindakan merealisasikan mimpi kita.
Lakukan setiap hari. Tindakan yang hanya dilakukan dengan semangat berapi-api beberapa bulan pertama lalu padam, tidak akan membawa kita pada kesuksesan.
Jadi, langkah yang terakhir ini juga adalah langkah yang terpenting: melakukan sesuatu yang berarti bagi realisasi mimpi kita ”setiap hari.” Pastikan bahwa tiap hari
kita melakukan sesuatu yang dapat mendekatkan kita ke mimpi besar kita. Dengan melakukan sesuatu setiap hari, kita kan semakin dekat dan semakin cepat meraih
mimpi. Tindakan ini perlu didukung dengan ketekunan dan disiplin diri yang tinggi. Tanpa keduanya, upaya kita akan kandas di tengah jalan, mimpi kita akan layu
sebelum berkembang. Intinya: lakukan setiap hari, dan lakukan mulai sekarang.
Jika kita ingin mengubah nasib menjadi lebih baik, ingin meraih sukses di masa depan, jangan takut untuk bertindak. Apa pun keinginan kita, pasti bisa kita raih.
Yang perlu kita lakukan adalah petakan masa depan dengan jelas, bicarakan dan pikirkan impian kita setiap hari, kembali ke masa kini untuk mengevaluasi apa yang
masih diperlukan dan dilakukan, susun strategi dan rencana aksi, tetapkan batas waktu, ambil tindakan dan pastikan bahwa setiap hari kita melakukan sesuatu untuk
makin mendekatkan diri ke masa depan yang sudah diimpikan. Selamat meraih mimpi! Sukses untuk kita semua!
www.pembelajar.com

CARA “GILA” DAN CARA „TIDAK GILA” MENJADI


PENGUSAHA

10 Jurus Terlarang (Kok Masih Mau Bisnis Cara Biasa?)


Untuk maju dalam bisnis atau kegiatan apa pun, tidak jarang kita membutuhkan ide-ide
sekaligus tindakan „gila.‟ Kegilaan yang lepas dari standar baku sebuah proses usaha. Tak
jarang kemajuan diperoleh dari cara-cara yang tidak biasa. Nah, dalam bukunya berjudul 10
Jurus Terlarang (Kok Masih Mau Bisnis Cara Biasa?), Ippho Santosa mengajak para
pebisnis berani mengeksplorasi jalan-jalan bisnis alternatif yang tidak monoton alias biasa-
biasa saja.10 jurus yang Ippho tawarkan dalam buku ini menjadi semacam reminder bagi
mereka yang mau dan sedang menjalani bisnis. Dengan cara bertutur yang sangat personal,
bahasa yang renyah dibaca, nukilan-nukilan para maestro bisnis, Ippho menyajikan satu
bacaan yang enak sekaligus kental gizinya. Banyak orang berbisnis dengan berbekal
ragam teori. Tapi, tanpa kreativitas dari pebisnis, bisnisnya tidak bakal berkembang.
Apalagi dunia kontemporer menyuguhkan kejutan-kejutan baru dan ketidakpastian. Oleh
karenanya, diperlukan inovasi, kreativitas, dan terobosan-terobosan baru dalam memutar
roda bisnis bila tidak ingin bisnisnya berakhir dengan kehancuran atau pailit.

Jurus pertama, memulai dengan yang kanan. Ippho mengajak pembaca mengoptimalkan
peran otak kanan. Pakar psikologi Daniel Goleman hemisfer otak kanan merupakan otak
emosional. Ini terkait dengan kecerdasan emosional (EQ) dan dekat dengan daya intuitif,
kreatif, dan ekstensif. Sementara, otak kiri merupakan otak rasional yang memuat daya
analisis, kalkulasi, dan perincian. Mayoritas orang kuat otak kirinya. Sementara, mereka
yang kuat otak kanannya boleh dibilang minoritas. Justru di dalam suatu yang tidak
mengikuti arus besar (mainstream) inilah „kegilaan‟ itu berada. Seorang pebisnis yang
visioner berani menggunakan intuisinya. Sering terjadi petunjuk-petunjuk bisnis di pasar
tidak komplit. Intuisi sangat berperan di sini. Selain itu, kreativitas menjadi penting. Guru
pemasaran Philip Kotler mengakui ampuhnya kreativitas dalam marketing jeniusnya.
Terakhir, satu kemampuan otak kanan adalah berpikir meluas. Seorang pebisnis butuh
gambaran meluas tentang bisnisnya, impiannya, dan visinya.

Jurus kedua, keberanian memiliki impian dan mengeksekusinya dalam tindakan. Ippho
memaparkan beberapa teladan bisnis-bisnis maupun penemuan besar yang lahir dari
sebuah impian. Sebut saja Walt Disney dengan Disneyland, Einstein dengan Teori
Relativitasnya, Wright bersaudara dengan khayalan pesawat terbangnya. Tapi, impian akan
tinggal impian bila tidak ada aksi. Untuk itu, Ippho membuat rumusan DNA, dream and
action.

Jurus ketiga, terjun seperti rollercoaster. Ippho mengajak orang menyiasati kegagalan.
Pebisnis tidak akan maju jika tidak berani gagal. Kegagalan itu bumbu dalam bisnis. Donald
Thrump dan Robert Kiyosaki pernah pailit. Tapi, mereka cukup „keras kepala‟ untuk meratapi
kegagalan. Layaknya rollercoaster, bisnis mereka harus kembali naik.

Jurus keempat, berdamai dengan badai. Sering kali orang menemukan kelemahan dalam
bisnisnya dan ia cenderung memilih meratapi ketimbang bangkit. John Foppe, seorang yang
dilahirkan dalam keadaan tidak berlengan mampu mengatasi kelemahannya. Ia mampu
mengendarai mobil pada usia 16 tahun. Kini, ia populer sebagai motivator kawakan di Zig
Ziglar Corporation. Kuncinya tak lain adalah passion.

Jurus kelima, duduk sama rendah. Semangat kebersamaan dan kerjasama tim jadi penting
dalam bisnis. Ippho menyebutnya dengan team in love. Cinta (love) di sini diurai
berdasarkan opini Sigmund Freud yang membagi cinta dalam 4 unsur, yakni hormat
(respect), perhatian (care), tanggung jawab (responsibility), dan pengetahuan (knowledge).
Empat unsur ini penting dimiliki oleh seorang pebisnis.

Jurus keenam, gantilah gelar dan jabatan. Personal branding sangat penting dalam
membuka relasi bisnis. Caranya bisa sangat nyentrik. Ippho memberi tips cara gila membuat
gelar. Termasuk cara gila memanfaatkan dan menebar kartu nama untuk membangun
jejaring bisnis. Tom Peters berpendapat kartu nama itu tak ubahnya seperti kemasan.
Sedikit banyak dapat menentukan apakah produk layak dipercaya atau tidak. Satu lagi,
Ippho mengajak bagaimana secara gila menyapa pelanggan agar bisa „terbuai‟ pada tujuan
bisnis kita.

Jurus ketujuh, masuk surga paling dulu. Dengan judul lucu ini, Ippho mau mengajak orang
bermental pengusaha maupun pemimpin. Seorang pengusaha akan membuka peluang
kerja. Seorang pemimpin yang bijak akan menciptakan pemimpin di bawahnya. Dengan
begitu, pondasi bisnis akan semakin kokoh. Ippho juga menawarkan satu cara gila
bagaimana pembeli bisa mengejar-ngejar penjual. Sebuah cara gila yang membuat rejeki
datang menghampiri kita dan bukan kita yang susah payah mencari rejeki.

Jurus kedelapan, membiarkan kudeta. Dalam jurus ini, Ippho memberi cara gila membuat
merek punya nilai komersial. Bahkan, pada taraf tertentu, membiarkan konsumen sendirilah
yang „membajak‟ merek tersebut. Menyitir gagasan kontroversial Alex Wipperfurth
dalam Brand Hijack: Marketing without Marketing. Baginya, merek adalah kanvas kosong.
Konsumen dibiarkan mewarnainya. Bahkan, „membajak‟ merek tersebut (brand hijack).
Aplikasinya, bagaiman para pelanggan loyal membentuk sebuah komunitas merek dan
mereka merekrut semakin banyak anggota lagi.

Jurus kesembilan, mewaspadai zaman Edan. Ippho menekankan pentingnya pandangan


positif pada zaman yang berubah dengan cepat. Ia menangkap ada 5 tren bisnis
kontemporer, yaknipursuit spirituality, social marketing, people power, pursuit of
simplicity, dan positivity insurection. Pada saat ini, pebisnis pun mulai menggali inspirasi
bisnis dari sumber-sumber spiritual. Pebisnis juga mulai memperhatikan isu-isu ekologi dan
sosial kemasyarakatan dalam kebijakan bisnisnya. Konsumen punya daya pengaruh kuat.
Konsumen menginginkan produk-produk yang mengusung kepraktisan. Para pebisnis mulai
berfokus pada apa yang bisa dikendalikan di tengah dunia serba krisis ini.

Jurus kesepuluh, mati dengan tenang. Bisnis tidak hanya perkara mengeruk keuntungan.
Ippho mengajak pebisnis untuk membuka diri pada kepedulian sosial
dengan passion dan compassion. Intinya, bagaimana para pebisnis juga memerhatikan etika
dalam bisnis. Berbisnis dengan hati (conscience) sekaligus berbisnis dengan hati-hati
(cautiousness).

Nah, ide-ide yang tersebar di buku Ippho ini mungkin boleh dibilang tidak baru. Tapi, satu
kelebihan Ippho adalah mampu menyajikan ide-ide kreatif dan bahkan kontroversial dalam
satu lanskap yang memudahkan pembaca mampu membaca ide-ide itu dalam satu
rangkaian utuh. Apalagi Ippho mampu memberi contoh kasus yang kontekstual dengan
persoalan lokal. Gaya penuturan yang amat personal membuat pembaca seperti
berbincang-bincang dengan Ippho sendiri. Bagi pebisnis, buku ini seperti sebuah „camilan‟
bergizi yang layak dikonsumsi. Renyah dan menyehatkan.

Sigit Kurniawan adalah seorang redaktur Majalah Marketing dan pengasuh Meja Baca,
sebuah weblog penggiat budaya membaca.

Sumber :
Resensi Buku 10 Jurus Terlarang (Kok Masih Mau Bisnis Cara Biasa?)
Pengarang : Ippho Santosa
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun : 2007
Tebal : xii + 145

Oleh : Sigit Kurniawan


http://mukhlisukses.wordpress.com/2008/04/26/cara-gila-menjadi-pengusaha/

29 Juni 2009

Cara “Gila” Jadi Pengusaha


Buku Cara Gila Jadi Pengusaha yang ditulis Purdi E. Chandra, seorang pengusaha sukses di bidang pendidikan luar sekolah – sangat menarik
untuk dibaca. Mampu menularkan virus kewirausahaan sesuai dengan sub judulnya Virus Entrepreneur Jadi Pengusaha Sukses. Cover depan
buku ini sangat menarik sehingga peresensi tergugah untuk membeli dan membaca. Ternyata pembahasannya nyaris sama dengan buku Purdi
yang berjudul Menjadi Entrepreneur Sukses (Grasindo, Jakarta, cetakan ke-enam, April 2005). Hanya beberapa sub bagian saja yang mengalami
perubahan. Plus mendapatkan bonus DVD seminar Cara Gila Jadi Pengusaha.
Selain itu, yang mengalami perubahan adalah foto Purdi pada desain cover depan. Purdi. Pada buku terdahulu, Purdi mengenakan setelan jas
lengkap dengan dasi.. Struktur buku terdiri dari 80 sub bagian yang dikelompokan menjadi 7 bagian. Pada cover buku yang sekarang, foto Purdi
nampak lebih muda mengenakan kemeja batik lengan pendek bermotif bunga-bunga kecil yang peresensi tidak tahu nama bunganya. Struktur
buku terdiri dari 76 sub bagian yang dikelompokan menjadi 8 bagian.

Sebagai bahan perbandingan, pada buku terdahulu bagian-bagianya yaitu ;

1. Berani Modal Awal Entrepreneur

2. Menjadi Entrepreneur Bagaimana?

3. Pentingnya Kecerdasan Emosi

4. Gaya Kepemimpinan Entrepreneur

5. Intuisi Itu Perlu

6. Mempelajari Pengalaman Entrepreneur Lain


7. Entrepreneur University

Sedangkan pada buku yang sekarang bagiannya terdiri dari;

1. Modal Jadi Entrepreneur Itu Cuma Berani dan Mimpi

2. Ini Caranya Jadi Entrepreneur!

3. Kecerdasan Emosional Penting Penting bagi Entrepreneur

4. Gaya Memimpin Seorang Entrepreneur

5. Jalur Cepat Jadi Entrepreneur Sukses

6. Hati Nurani dan Intuisi sang Entrepreneur

7. Apa yang Kita Pelajari dari Mereka?

8. Entrepreneur adalah Soko Guru Perekonomian

Niat Purdi menerbitkan buku Cara Gila Jadi Pengusaha ini sangat mulya dan patut diacungkan dua jempol. Seperti yang ditulis dalam kata
pengantar yang diberi judul Entrepreneur; Virus Maut, Cepat Menular, Bikin Pengidapnya “Gila”. Waspadalah!, sebuah kata pengantar yang
sangat kontraversial tapi bernilai jual. Penulisnya memang piawai dalam membaca tren perbukuan, dan potensi pasar pembaca yang cenderung
memilih buku dengan judul kontraversial.

Menurut Purdi, selain keberanian seorang entrepreneur modalnya adalah mimpi. Hal itu tertuang pada bagian satu yang berjudul Modal
entrepreneur itu cuma berani dan mimpi! Keberanian seorang entrepreneur memang melekat pada diri penulis buku ini. Berani menjual produk
lama dengan tampilan kemasan baru yang didesain sedemikian rupa sehingga memiliki daya pikat yang dahsyat. Menghilangkan enam sub
bagian berikut; Jadi Pengusaha Tanpa Gelar, Tanpa Ujian Tanpa Nilai, Diwisuda setelah Jadi Pengusaha, Praktek Mancing Praktik Bisnis, Dari
Pengusaha Sampai Raja Tempe, dan sub bagian Bisnis Belum Dianggap Bekerja.

Plus hanya menambah dua komponen pembahasan baru diantaranya pada; sub bagian 64- Dengan Otak Kanan Mengubah Musibah Jadi
Barokah, dan sub bagian 76 - Yuk Menjual Perusahaan! Meraih Mimpi Bersama-Berkali-kali. Peresensi punya keyakinan “virus” ini-demikian
Purdi memberikan istilah pada ilmu entrepreneurnya, akan menjadi buku best seller.

Kaum perempuan boleh berbangga hati bila membaca halaman 61 yang membahas, entrepreneur wanita memiliki banyak kelebihan karena
„kewanitaannya‟. Lebih luwes dan fleksibel, dan intuisi bisnisnya lebih peka. Penulis buku ini menyebutkan contoh wanita entrepreneur sukses
seperti; Dr. Martha Tilaar, Moeryati Soedibyo, Poppy Dharsono, Dewi Motik, dan Nyonya Suharti. Apalagi dipertegas dengan pendapat Candida
G. Brush, seorang professor assistant dari Management Police of Boston University,”entrepreneur wanita lebih kooperatif, informal, dan lebih
mudah membangun kesepakatan dengan pihak lain. Sebaliknya entrepreneur laki-laki cenderung lebih kompetitif, lebih terkesan formal, dan lebih
suka terkesan sistematik”.

Sebagai seorang entrepreneur, pertimbangan intuisi dalam mengambil keputusan juga


sangat penting. Purdi mencontohkan saat akan membuka cabang perusahaannya di Solo,
mobil yang mengangkut perlengkapan menabrak pohon. Beberapa rekan menyarankan
untuk menunda pembukaan cabang di Solo dengan pertimbangan belum mulai usaha sudah
mendapatkan musibah. Tetapi Purdi memiliki pertimbangan lain untuk melanjutkan,
merubah mind set tahayaul yang sudah mendarah daging menjadikannya hikmah. Mungkin
peristiwa ini sebagai tebusan yang mahal untuk kemajuan perusahaan. Terbukti kemudian,
cabang Solo memiliki 10 outlet dengan siswa bimbingan belajar paling banyak. Lihat sub
bagian 64- Dengan Otak Kanan Mengubah Musibah Jadi barokah (halaman 188-190).

Pada bagian lain di halaman 177, dalam kondisi perekonomian yang tidak menentu Purdi
menyarankan untuk melakukan Jamming. Seperti kutipan pendapat Tom Peter, “perubahan
yang serba cepat dan cenderung kacau itu pertanda zaman edan.” Jadi sangatlah wajar
manakala buku ini diberi judul Cara Gila Jadi Pengusaha. Dengan begitu kita sebagai
entrepreneur akan lebih siap menghadapi perubahan, dan akan lebih siap lagi mengatasi
krisis, jika kita berhasil melakukan Jamming, tulisnya. Jamming itu identik dengan
improvisasi yang dapat memunculkan ide-ide bisnis yang kratif dan inovatif.

Pada sub bagian terakhir dari halaman 228 – 231, Purdi mengajak pembaca untuk menjual
perusahaan . “Yuk! Menjual Perusahaan! Meraih Mimpi Bersama, Berkali-kali,” demikian sub
bagian akhir diberinya judul. Ooops…nanti dulu, yang dimaksud menjual perusahaan
menurut Purdi, menjual perusahaan secara franchise. “Ini yang disebut menjual perusahaan
berkali-kali,”tulisnnya. Seperti yang dilakukannya menjual Primagama secara franchise yang
kini sudah menggurita menjadi 600 cabang.
Di lembaran terakhir terdapat brosur Entrepreneur University, sekolah bagi semua yang
ingin menjadi pengusaha. Sekali dayung – berkali-kali pulau terlampaui. He…he…he..!!!

Good Luck…… Mr. Purdi!


Sumber :
Hadi Hartono (Peresensi)
http://kolumnis.com/2008/07/02/resensi-buku-cara-gila-jadi-pengusaha/
29 Juni 2009

Cara “Gila” Jadi Pengusaha (2)


Beberapa hari yang lalu, saya membaca email di milis EU-2002 yang menawarkan DVD “Cara Gila Menjadi Pengusaha”. Karena saya adalah
orang yang selalu tertarik dengan media-media yang membawakan berbagai content baru, saya coba order DVD tersebut melalui pesanan on-
line. Ternyata, dalam waktu 48 jam, DVD sudah saya terima, sehingga pada malam harinya, ketika sudah agak santai, saya bisa mencoba untuk
memutarnya di komputer saya.

Tokoh sentral dalam rekaman itu sudah tentu Purdi E. Chandra, pemilik lembaga pendidikan “Primagama” sekaligus pencetus ide “Cara Gila Jadi
Pengusaha”. Pada pemunculannya di menit-menit pertama, saya terkesan bahwa penampilan Purdi “biasa-biasa” saja. Malah saya berfikir,
tampaknya tokoh kita ini bukan tipe seorang presenter sebagaimana yang kita lihat dalam diri Kris Biantoro atau Farhan, lebih-lebih bukan juga
tipe orator, seperti Bung Karno atau Fidel Castro misalnya. Maka, alih-alih dari melihat action beliau, saya coba untuk “hanya” mendengarkan
materi pembicaraannya saja.

Lucu juga apa yang terjadi kemudian. Awalnya, saya sangat santai, bahkan terlalu santai ketika menyimak tanpa melihat ke layar, sambil
mencoret-coret di atas kertas untuk keperluan kantor esok pagi. Namun tak lama, ibarat mesin diesel yang memerlukan beberapa waktu untuk
menjadi panas, begitu pulalah perkembangan perhatian saya pada tayangan DVD tersebut. Lewat sepuluh menit sejak pembukaan, pembahasan
Purdi makin menarik. Saya mulai meletakkan pena dan menoleh ke layar monitor. Lewat 30 menit, posisi duduk saya sudah sedemikian dekat
dengan layar kaca, dan ketika bos Primagama ini mulai mengupas hal-hal yang berbau spiritual, saya sudah sangat terpaku menyimak penuh
konsentrasi.

Tahukah Anda, bahwa akhirnya saya menghabiskan waktu menyaksikan DVD yang berdurasi lebih dari 3 jam itu, sampai pukul 1 lewat tengah
malam? Dan non stop pula?

Banyak hal yang bisa saya tangkap dari tayangan DVD “Cara Gila..”, terutama sekali dari figur Purdi E. Chandra sendiri. Dan dari banyak hal
tersebut, beberapa di antaranya saya kira perlu dicermati:

1) Purdi yang kita kenal sebagai sosok praktisi kewirausahaan, ternyata tidak saja memahami secara utuh tentang seluk beluk dunia bisnis dari
segi teknis-praktis, namun lebih dari itu, ia juga mengerti dengan baik soal-soal yang menyangkut aspek spiritual. Di antaranya, ia mengatakan
bahwa kalau seseorang ingin berhasil dalam berwirausaha, maka orang itu juga harus memperhatikan bahwa diperlukan aktivitas beramal,
bersedekah atau kegiatan apa saja yang sifatnya memberi. Jangan sekali-kali berfikir ingin untung sendiri, hanya menerima tanpa pernah
memberi pada orang lain. Sebab, alam selalu memerlukan perimbangan, kalau ada sesuatu yang masuk, maka seharusnya juga ada yang keluar
Kalau ada yang tercurah ke bawah, maka seharusnya juga ada yang menguap ke atas. Sebagaimana alam mengatur air hujan yang turun ke
bumi, mengisi sungai dan laut, menguap karena terkena panas matahari, berubah menjadi awan, untuk kemudian terjadi kondensasi dan
akhirnya turun menjadi air hujan kembali. Dengan begitu, siklus alam ini berjalan dengan baik, tidak ada yang tersumbat. Siklus yang secara
fisika kita sebut dengan “ecosystem”, suatu sistem universal yang mengatur perimbangan interaksi berbagai unsur yang terdapat di alam ini.
Purdi sangat yakin bahwa sistem yang sama berlaku pula dalam dunia tak kasat mata, bahwa sebuah “spiritual ecosystem” juga berjalan secara
harmonis. Sebuah sistem yang memberi pengaruh kuat atas segala fenomena yang terjadi di muka bumi, tidak terkecuali di dunia usaha. Chin
Ning Chu, pimpinan perusahaan Asian Marketing Consultant, dalam karyanya “Thick Face Black Heart” (Muka Tebal Hati Hitam) menulis tentang
hal yang sejalan dengan keyakinan Purdi. Chin menamakan fenomena spiritual itu dengan “darma”, yaitu sebuah hukum perimbangan yang
mutlak terjadi menurut ketentuan-ketentuan alam. Siapa yang menanam, dia akan menuai. Sebaliknya, siapa ingin menuai, maka ia harus
menanam terlebih dahulu. Demikian seterusnya. Lebih jauh, pendiri Primagama ini juga berusaha menyadarkan audiens bahwa semua sistem
keseimbangan alam itu berasal hanya dari satu sumber saja, yaitu Sang Maha Sistem, Sang Penguasa Alam Semesta yang kita sebut dengan
Tuhan. Maka, Purdi mengajak semua pendengarnya untuk meningkatkan spiritualisme terhadap Tuhan dengan berzikir, memuji kebesaran Allah
sebanyak-banyaknya, kapan saja dan di mana saja. Ini luar biasa, sebab hampir semua wirausahawan top di dunia ini adalah orang-orang yang
menjunjung tinggi spiritualisme. Ambil contoh, DR. An Wang (Wang Computers) dan Stan Shih (Acer) adalah penganut-penganut konfusianisme
yang kental. Ternyata, Purdi mengerti itu!
2) Seminar tersebut dinamakan “Cara Gila Menjadi Pengusaha”, oleh karenanya tidak heran kalau pembicaranya juga menyebut-nyebut soal
kegilaan dalam memulai usaha. Kalau tidak hati-hati, orang bisa saja menerjemahkan “gila” itu sebagai “gila-gilaan”, yang berkonotasi sebuah
kenekatan tanpa perhitungan, kesemberonoan atau sebuah tindakan berjibaku tanpa mempedulikan lagi akibat-akibatnya. Apakah demikian?
Entah karena memang sulit, atau karena yakin bahwa pendengarnya adalah orang-orang yang cerdas semua, saya tidak melihat Purdi E.
Chandra menjabarkan lebih jauh tentang makna kegilaannya itu secara eksplisit. Ini tentu cukup riskan. Sebab, salah-salah, sebagian orang akan
benar-benar mengartikan kegilaan itu sebagai tindakan pasukan jibaku-tai, tindakan bertaruh nyawa secara untung-untungan tanpa mikir! Meski
demikian, saya kagum dengan cara tokoh ini mengistilahkan kata-kata simpel “gila”. Saya yakin, bahwa itulah cara Purdi untuk mensimplifikasi
sebuah konsep kreativitas, yang oleh Edward De Bono diistilahkan dengan kata-kata “lateral thinking”. Coba perhatikan apa yang dikatakan oleh
Edward: “…we have not yet paid serious attention to creativity. The first and most powerful reason is that every valuable creativity idea must
always be logical in hindsight. If not logical in hindsight, then it would simply be a crazy idea..” Kita belum memberikan perhatian serius atas
kreativitas. Penyebab utamanya adalah kita selalu beranggapan bahwa ide yang kreatif itu harus masuk akal, jika tidak masuk akal, maka itu
hanyalah sebuah ide gila..! Edward De Bono memang pakar kreativitas. Ia mengerti sekali, bahwa kreativitas yang paling berharga itu hanya
berjarak tipis terhadap kegilaan. Dan kegilaan Edward telah ia buktikan sendiri ketika ia mencetuskan ide untuk memasang lift di bagian luar
gedung, bukan di dalam, demi menjawab tantangan penghematan ruang. Terbukti sekarang kita lihat berbagai gedung perkantoran, mal dan
pusat perbelanjaan memasang liftnya di bagian luar gedung. Dengan kegilaan yang sama, UNITED COLORS OF BENETTON mendirikan
banyak sekali gerai-gerai kecil dengan paduan warna-warni yang memikat hati. Dengan kegilaan yang sama, Pepsi menggelar pertunjukan super
kolosal sang maha bintang Michael Jackson demi mengangkat citra produk minumannya. Dan dengan kegilaan yang sama pula, Purdi E.
Chandra mengembangkan franchising Primagama ke seluruh Indonesia.
3) Bagaimana pula dengan istilah “kaya” dan “malas”? Intuisi saya mengatakan bahwa kalau orang sekaliber Purdi mengatakan “kaya”, maka
yang dikatakannya itu adalah “kaya” (dengan tanda kutip) bukan kaya (tanpa tanda kutip). Apa artinya? “Kaya” artinya sejahtera bersama, paling
tidak mereka yang memiliki kelebihan mau berbagi dengan mereka yang kekurangan. Sedangkan kaya berarti mereka yang ingin makmur
sendiri, hanya menerima tanpa mau memberi, egois, hura-hura sendiri, plesir sendiri dan akhirnya mati sendiri pula. Demikian juga dengan
perbedaan antara “malas” dengan malas. “Malas” artinya bekerja dengan ide dan gagasan, dengan otak bukan dengan otot, smart work, efektif
dan efisien. Sedangkan malas adalah kemalasan ala si Kabayan, tidur sepanjang hari dari pagi sampai ke pagi lagi, tanpa pernah menggunakan
baik otot mau pun otaknya.

Kesimpulan final yang dapat saya tarik dari DVD “Cara Gila Menjadi Pengusaha” adalah tidak terbatas dari sekadar mengatakan bahwa figur
Purdi E. Chandra itu sebagai figur yang hebat dan monumental, tapi lebih dari itu saya ingin menyampaikan bahwa berbahagialah bangsa
Indonesia ini yang masih diberi kesempatan untuk memiliki sosok wirausahawan seperti dia. Sosok yang dalam kesuksesannya, masih mau
berbagi dengan sesama, agar banyak orang juga berkesempatan meraih sukses serupa. Dibutuhkan lebih banyak lagi Purdi-Purdi lain, agar
bangsa tercinta ini dapat segera bangkit dari keterpurukan yang sudah berlarut-larut. Saya juga ingin menyampaikan selamat kepada warga EU,
yang sudah dikaruniai Tuhan untuk bertemu dan belajar tentang sukses dari orang sukses seperti Purdi. Semoga akan segera muncul Purdi-
Purdi junior yang akan menyusul jejak sang “Mbah” menggalang kekuatan ekonomi bangsa melalui kewirausahaan.

Akhirul kata perkenankan saya mengucapkan kalimat dalam bahasa Mandarin :

“ZHU NIMEN DOU KUAI‟ LE”


“Semoga Anda semua berbahagia”

Sumber :
Rusman Hakim ( Pengamat Kewirausahaan)
http://rusmanhakim.blogspot.com/2006/05/cara-gila-menjadi-pengusaha.html
29 Juni 2009

7 Cara Tidak Gila Jadi Pengusaha

Begawan entrepreneur, pemilik usaha Kemchicks Supermarket, Bob Sadino dikatakan “Gila” manakala menyampaikan cara berpikirnya,
bagaimana bersikap dan bertindak untuk menjadi entrepreneur sejati pada berbagai kesempatan, baik wawancara ataupun seminar.
Adapula entrepreneur senior yang mengarang buku “Cara Gila menjadi pengusaha” yakni Purdi E Chandra, pemilik usaha Primagama dengan
konsep BODOL (Berani Optimis Duit Orang Lain), BOTOL (Berani Optimis Tenaga Orang Lain) dan BOBOL (Berani Optimis Bisnis Orang Lain).
Kali ini resensi buku Mastermind TDA Jaksel mengulas buku “7 Cara Tidak Gila Jadi Pengusaha” karangan Bambang Suharno, pendiri dan
Direktur Indonesian Entrepreneur Society (IES) yang juga pendiri PT Gallus Indonesia Utama.
Buku ini menyampaikan bahwa tidak semua orang mau dan bisa segila para entrepreneur yang bisa melakukan aksi-aksi gila saat memulai
usahanya. Gila, nekat dan berani pasti bukan hal yang mudah bagi kebanyakan orang, apalagi bagi karyawan yang sudah berkeluarga. Menjadi
Gila dan nekad bukanlah satu-satunya cara untuk menjadi seorang entrepreneur sukses.
Ada 5 mitos mengenai entrepreneur yang dibahas :
1. Entrepreneur terlahir, bukan dibentuk oleh lingkungan. Padahal sesungguhnya kesuksesan dalam bisnis tidak dipengaruhi ras atau bakat bawaan
lahir, tetapi karena faktor didikan, persepsi dan lingkungan yang membentuknya
2. Bisnis semata-mata demi mengejar uang agar menjadi kaya raya. Padahal uang bukanlah tujuan bisnis, melainkan, uang adalah reward atas jerih
payah dan ketekunan berusaha.
3. Berani mengambil jalan pintas dan tidak patut. Padahal kesuksesan dibangun atas dasar manfaat yang kita berikan bukan jalan pintas yang
memberikan keuntungan sesaat
4. Sukses membutuhkan kenekatan, padahal berani mengambil risiko bukan berarti nekat tanpa perhitungan , tetapi didorong intuisi berdasarkan
pengalaman sebelumnya.
5. Pengusaha merongrong harta kekayaan negara, padahal cara yang jelek akan menghasilkan sesuatu yang jelek, cara baik akan menghasilkan
sesuatu yang baik. Jadi di dunia manapun ada yang menggunakan cara yang jelek dan cara yang baik, tergantung dari orangnya, apapun
profesinya.
Adapun mental utama yang dibutuhkan untuk menjadi entrepreneur sukses adalah mental uang produktif, mental pemberdaya dan mental tangan
di atas. Bambang Suharno mengingatkan bahwa kegiatan bisnis adalah kegiatan spiritual karena berbisnis tidak melulu mengenai materi,
melainkan juga mengenai seberapa banyak manfaat bagi banyak orang.
Anda ingin tau bocoran 7 Jurus Tidak Gila Menjadi Pengusaha itu? Inilah caranya :
Jurus 1 : Bersedekah
Jurus 2 : Menabung
Jurus 3 : Carilah Peluang Usaha
Jurus 4 : Carilah Mitra Kerja
Jurus 5 : Kembangkan Usaha
Jurus 6 : Ikhlas Menerima Hasil
Jurus 7 : Bergaul dengan entrepreneur, menjadi anggota komunitas
Penjelasan ketujuh jurus itu dalam buku dengan 137 halaman ini sangat mudah dicerna, dengan gaya bahasa seorang jurnalis kawakan.
Buku ini membuat kita sadar bahwa menjadi entrepreneur masih bisa dilakukan dengan cara waras. Tidak ada rumus atau formula pasti untuk
menjadi entrepreneur sukses, semuanya tergantung dari masing-masing individu. Ada yang cocok dengan cara gila, ada pula yang berhasil
dengan cara waras. Apapun pilihan Anda, yang terpenting adalah tindakan nyata, karena berbisnis itu adalah dilakukan bukan direncanakan.
Segeralah bertindak.
Keep Moving Forward Action

Sumber :
Bambang Suharno (Penulis). Bangkit Publishing (Penerbit)
Tjarli Suhendra (Peresensi)
http://www.pixethic.com
dalam :

Anda mungkin juga menyukai