Edisi Indonesia
Chin-Ning Chu, Presiden Dirtektur Asian Marketing Consultants,Inc, Direktur Eksekutif RIM Master Group
Seri Buku Wajib, Dunia : Sosial & Politik, Ekonomi, Manajemen, Bisnis, Marketing, Investasi, Finansial, Perbankan,
Kepemimpinan, MOTIVASI & PENGEMBANGAN DIRI, Komunikasi &Negosiasi, PSIKOLOGI,
Kedokteran&Keperawatan, Komputer&Teknologi , dan Agama,
“Menyadarkan kembali komitmen kita untuk kerja keras, kegigihan kita tak tergoyahkan dalam mengatasi penderitaan,
dan keberanian kita tetap setia pada keyakinan kita sendiri. Inspirasi gemilang bagi semua manajer dan wirausaha . ”
(Kenneth Blanchard, Ph.D, Penulis Buku Bestseller The One Minute Manager)
“Chin-Ning Chu telah menulis pelajaran yang mengilhami pembinaan potensi batiniah. Cengkeraman kisah dan prinsip-
prinsip dasarnya mampu menjangkau kedalaman kabut dari sejarah Cina hingga dunia usahawan Amerika saat ini.
Mistis sekaligus praktis, buku ini akan menyegarkan alam pikiran Anda dan mengobarkan kembali semangat Anda ”
(Duncan Anderson, editor Success magazine)
“Menyajikan pelajaran untuk membina kekuatan batin yang diperlukan sebagai sarana menopang diri sendiri serta
untuk meraih kejayaan dalam kehidupan. Seandainya kehidupan memiliki buku pedoman pribadi, Thick Face, Black
Heart adalah bukunnya ”
(Michael C. Sekora, mantan CEO Project Socrates, Defense Intelligance Agency)
Baru-baru ini, dari benua Asia muncul rahasia yang menggegerkan. Padahal sebenarnya itu sudah dimiliki oleh semua
orang sukses. Para pionir Amerika memilikinya. Para usahawan Asia memanfaatkannya. Pakar dunia terkemuka
mengenai jiwa bisnis orang Asia, Chin-Ning Chu telah menunjukan kepada para audiennya di seluruh dunia cara untuk
memerdekakan potensi maha dahsyat yang tersembunyi di dalam diri kita masing-masing serta melepaskan
kekuatannya yang mencengangkan.
Kini, dalam buku pedoman yang bahkan melampaui Art of War karya Sun Tzu, ia menunjukan kepada Anda bagaimana
carannya :
• Menemukan pendekar di dalam batin Anda, dan menaklukan semuannya dalam lika-liku kehidupan Anda
• Menuntut hak Anda yang paling hakiki untuk menciptakan kesejahtraan materi yang berlimpah
• Menyadari sepenuhnya gairah hidup Anda yang membara melalui seni hidup tanpa terpengaruh orang lain yang
menyejukan dan membawa damai di hati
• Melepaskan belenggu naluri “pembunuh” Anda yang primitif demi tujuan hidup yang lebih utama
• Mempraktikan tipu muslihat tanpa rasa bersalah guna memenangkan transaski impian Anda
• Bertekad untuk meraih sukses dengan menanamkan kesiapan mental untuk gagal
• Mengubah kualitas-kualitas negatif dalam diri Anda menjadi manfaat yang berguna
Chin-Ning Chu, adalah Presiden Dirtektur Asian Marketing Consultants,Inc, Direktur Eksekutif RIM Master Group, dan
salah seorang pendiri dan anggota dewan FLAGS Foudation, sebuah lembaga pendidikan nirlaba bagi konsumen. Ia
juga seorang penceramah internasional, pelatih perusahaan, konsultan, dan penulis buku-buku bestseller seperti The
Asian Mind Game, The Chinese Mind. Hasil karya Chin-Ning Chu memperoleh penghargaan tinggi dari berbagai media
berpengaruh di dunia seperti The Finacial Times of London, USA Today, Success Magazine, Seatle Times, Orange
County Register, CNN dan banyak penerbit Asia lainnya.
Edi Purwowibowo
Buku ini dikarang oleh Chin-Ning Chu seorang ahli strategi bisnis China. Buku Thick Face, Black Heart adalah hukum rahasia
alam yang mengatur perilaku sukses dalam setiap aspek dari kehidupan. Buku ini sangat realistis berdasarkan kehidupan kita
Buku ini merangkum kejadian-kejadian, dimana kita sering ingat dengan apa yang membuat kita merasa senang atau baik dan
lupa apa yang membuat kita merasa besar. Memahami bagaimana mengatasi rasa sakit, keraguan, dan kegagalan merupakan
aspek penting dari kemenangan di kehidupan ini.
Pada bab-bab awal Thick Face, Black Heart seolah olah diajarkan kekejaman yang destruktif dan benar benar kejam. Akan
tetapi selanjutnya kita akan dijelaskan mengenai kekejaman yg tidak merusak (non-destruktif), sehingga kita mendapatkan
energy untuk bertindak dan mencapai kesuksesan di dalam hidup dan ini sebenarnya merupakan tugas mulia (ingat Pendawa
dan Kurawa).
Bahwa karakter kita bukan tumbuh dari sinar matahari atau mawar. Tetapi karakter kita itu terbentuk seperti baja yaitu ditempa
Kesuksesan adalah salah satu hasil dari pengertian dan usaha pengejaran atas diri kita sendiri bukan pemberian dari orang
lain.
Disini juga dirangkumkan kekuatan-kekuatan diri yang selama ini tidak kita sadari untuk mencapai kesuksesan. Misalkan
mengabaikan kritik, ejekan, cemoohan untuk senjata kita mencapai sukses juga.
Kebijaksanaan spiritualitas adalah akar dari kehidupan kita. Kemampuan kita untuk menentukan hal baik dari yang jahat
adalah penting. Bila kita telah berhasil menaklukkan diri sendiri, dunia akan berada di tangan kita.
Pelajaran selanjutnmya dari buku Thick Face, Black Heart Warrior adalah meningkatkan keberanian untuk melawan meskipun
takut, untuk dapat melepaskan diri dari emosi yang berhubungan dengan kekalahan sehingga kita bisa merasa bebas.
Pada akhirnya kita dapat memadukan dunia spiritual dan material. Kita dapat mempersatukannya antara dunia spiritual dan
dunia kejam yang seolah saling bertentangan menjadi alat yang penting untuk menaklukkan kehidupan kita sehari-hari.
Pelajaran dari buku ini adalah kita dapat membuat keputusan yang sangat handal, Pemimpin sejati, Pelaksanaan Eksekusi
harus dilaksanakan jika sudah menjadi keputusan, Seolah tampak Lemah justru saat kita kuat atau sebaliknya, Menjadikan
kekurangan kita itu senjata serta menjadikan kejadian kejadian di dunia ini menjadi perilaku kehidupan kita sehari-hari.
Ketika seseorang telah berlaku universal dan bertindak untuk kebaikan dan manfaat semua pihak, tidak melakukan pekerjaan
hanya untuk mendapatkan pujian serta mampu berubah dalam setiap tindakannya maka Orang tersebut adalah Praktisi Mental
Pendapat Pribadi:
Buku ini tidak mudah untuk langsung dimengerti karena merupakan terjemahan yang kadang kadang sulit di terjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia, perlu pengulangan untuk mengerti isinya. Isinya sebenarnya sangat realistis di negara negera Asia,
akan tetapi kurang di Negara barat. Satu kritikan, buku ini menjadi anti klimaks pada bab 16, mungkin bab ini adalah tambahan
pada saat cetakan ulang. Sebaiknya bab 16 dimasukkan di antar bab-bab di dalamnya
0 komentar:
Post a Comment
SEARCH
Free Clock
Blog Archive
2011 (1)
2010 (23)
o October (1)
o September (22)
Subianto Abet
Edi Purwowibowo
Budi Hermawan
Yuti Surya
Khusnut Taufiq
M. Muljadi
Ana Sumiati
Hendra Widjaya
Rachmad Trijono
R. Freddy Adinata
Maria M Ratnawulan
Edy Setiawan
Sudarsono
Happy J Nusatia
Widijono Wiharjo
Paula Nangoi
Budi Istanta
Michael Sanjaya
David Kurniawan
Beberapa buku yang harus di baca :
Buku-buku Entrepreneurship:
1. Robert T. Kiyosaki: Rich Dad, Poor Dad
Buku ini mengupas tentang Melek Finansial, dimana dibahas perbedaan antara orang miskin, orang kelas menengah dan orang kaya, apa yang
membedakannya dan bagaimana bisa terjadi perbedaan itu.
9. H.M Ambalay Djuardi: Kiat Sukses Mencari dan Mendapatkan Banyak Uang
Buku ini juga merupakan tulisan hasil pengalaman penulisnya dalam mencari, memulai, menjalankan dan membesarkan usahanya (Kursus
”Juliana Jaya”).
Musti beli n dibaca, soalnya kadang pas beli sih semangat '45 pas bacanya kadang diserang ngantuk mulu.Hehehehe
Pernyataan-pernyataan berbau anti Cina dari berbagai pihak itu tidak bisa
dikatakan berasal dari kalangan ekonomi lemah, seperti Arief Nasution ini.
Kemudian dari konglomerat Probosutedjo, Gubernur DKI Sutiyoso,
Jenderal Feisal Tanjung, Gus Dur, anggota MPR Usman Lubis, Gubernur
Sulsel Z.B. Palaguna (pernah berkomentar bahwa kerusuhan anti Cina di
Ujung Pandang September 1997 merupakan solidaritas spontan-simpatik
masyarakat) dan lain-lain. Membuktikan bahwa teori kesenjangan sosial
bukan merupakan inti penyebab dari kerusuhan demi kerusuhan anti Cina
seperti yang biasanya dikemukakan beberapa pakar.
Seperti yang pernah saya katakan di manakah di dunia ini yang tidak ada
kesenjangan sosial? Dalam satu keluarga pun ada kesenjangan sosial.
Yang terpenting di sini adalah tingkat moralitas dan wawasan berpikir
seseorang dalam menghadapi keberhasilan orang atau pihak lain.
Dalam pikiran seseorang yang kalah dalam persaingan, atau melihat orang
lain lebih sukses daripadanya timbulnya rasa cemburu mungkin merupakan
sesuatu yang alamiah. Tetapi orang tersebut adalah orang yang bijaksana
jika bisa menggunakan sisi positif dari rasa cemburu itu. Yakni mengakui
kelebihan orang lain itu dan/atau mau belajar dari orang tersebut. Atau
bertekad bersaing secara jujur untuk bisa menyamai atau melebihinya.
Bukan sebaliknya, menuruti nafsu jahat dari rasa cemburu itu untuk
menyudutkan, atau menjatuhkan orang tersebut dengan menghalalkan
berbagai cara.
Tetapi media yang mempunyai semangat anti Cina bukannya tidak ada.
Sebagai contoh mungkin bisa kita curigai majalah Forum Keadilan. Dalam
sebuah surat pembaca, Redaksi Forum pernah ditanyakan mengenai hal
ini. Si penulis surat pembaca bertanya, mengapa Forum setiap kali menulis
artikel tentang berbagai kejahatan di mana WNIKC terlibat, atau sebagai
pelakunya. Tidak cukup menulis nama pelaku saja. Tetapi selalu ada
embel-embelnya: "Warga Negara Keturunan Cina." Jawaban dari Redaksi
itu dimaksud sebagai keterangan saja. Sebuah jawaban yang menurut
saya asal jawab saja. Sekenanya saja. Untuk apa ras pelaku ikut disebut-
sebutkan? Untuk keterangan? Apa keterangan semacam itu begitu penting
sampai terus diulang-ulang? Kalau memang sebagai keterangan saja,
mengapa kalau WNIKC yang berprestasi tidak diembel-embel dengan
kalimat: "Warga Negara Keturunan Cina" juga? Seperti yang ditanya juga
dalam surat pembaca itu, yang tidak dijawab Forum. Saya juga mempunyai
sebuah contoh untuk majalah Forum.
Saya menilai selama ini baru ada satu majalah yang bisa berpikir obyektif
dalam menilai masalah SARA di Indonesia ini, yakni majalah D&R. Dalam
sebuah artikel Perspektif-nya tentang kerusuhan anti Cina di Medan (D&R
No. 39, Mei 1998).
Ataukah mungkin orang Indonesia itu sering berpikir tidak rasional? Coba
saja, dalam kasus Mobil Timor yang kontroversial. Kok bisa-bisanya mau
menantang frontal seluruh negara industri mobil yang sudah maju dan
merajai dunia permobilan (Jepang, AS, dan negara-negara Eropa) di WTO.
Memperindag, Tunky Ariwibowo, bahkan sempat dengan pongahnya
mengatakan Indonesia punya Kartu As untuk mengalahkan mereka.
Ternyata apa yang dimaksud dengan kartu As itu, adalah kartu dalam arti
sebenarnya. Maksud saya dengan mudah disobek.
Malaysia bisa maju dan bisa cepat keluar dari krisis (tanpa bantuan IMF
lagi!) berkat persatuan antara sesama warga negaranya, terutama pribumi
dan nonpribuminya (khususnya Keturunan Cina). Hak-hak semua warga
negara, tanpa kecuali benar-benar dihormati dan sama di semua bidang.
Bukan seperti di Indonesia yang elok di teori saja. Yang terpenting lagi
pemerintahnya yang relatif bersih dan dipercaya rakyatnya.
Seorang teman saya pernah bercerita ketika dia naik Taksi di Kuala
Lumpur. Sopir taksi bertanya dia berasal dari mana. Ketika dijawab dari
Indonesia, si sopir bilang betapa bodohnya orang Indonesia memusuhi
orang Keturunan Cina! Pantas tidak pernah bisa maju!.
Saya juga melihat ada yang tidak logis dari pernyataan Arief yang berkata
bahwa Singapore juga menganut paham yang berbau rasialis semacam
itu. Yakni pada komposisi pemukiman seperti yang disebut di atas.
Padahal kita semua tahu mayoritas orang-orang pemerintah Singapore
adalah Keturunan Cina. Juga penduduknya mayoritas keturunan Cina (75
persen). Bagaimana bisa negara ini disebut juga "takut ras kuning."?.
Orang Terkaya
<< < (2/3) > >>
Ruliyanto Pribadi (25 September 2007, 12:35:44):
menarik.
saya juga melihat trend yang sama. dimana-mana orang memberikan seminar tentang
cara cepat menjadi kaya. semuanya menjual impian. walau saya sendiri belum pernah
mengikutinya, saya rasa sebagian dari seminar itu hanyalah menjual impian belaka.
bahkan mereka tidak memberikan pengetahuan yang cukup untuk menjalankan
bisnis. lebih banyak bersifat motivasi : pantang menyerah, berani gagal, sabar, dll.
hal-hal yang sebenarnya secara normatif kita juga tahu tanpa perlu ikut seminar
tersebut. Yang mungkin dibutuhkan oleh orang-orang yang memulai wirausaha
adalah langkah riil dan pengetahuan teknis/abstrak-nya. Dan saya lihat, seminar-
seminar tersebut nampaknya tidak memberikan hal tersebut. Dalam beberapa hal,
malah bisa jadi menyesatkan. Semisal pernyataan "orang gajian tidak bisa kaya".
Siapa bilang?? Sebagian orang bergaji yang saya kenal, pendapatannya jauh lebih
besar dari para wirausahawan.
lebih baik, menurut saya, kita memilih berwirausaha karena kesadaran akan
kenyataan dan kemampuan diri kita sendiri.
Hmm, ternyata menjadi pejabat negara dan politis menguntungkan juga yah?? Pantas
saja, semuanya pada berlomba-lomba untuk pemilu 2009. Ck ck ck. Ini
memprihatinkan sekali buat saya pribadi.
wallahualam
misterayahara (25 September 2007, 14:25:53):
jadi usahawan memang bisa punya gaji besar.
tapi juga punya tanggung jawab besar. karena bertanggung jawab atas semua urusan
perusahaan
Posted by
User: justice department
From: nas-21-55.la.navinet.net
On: November 10, 1999 at 16:40:52
DARI sebelum menjadi presiden, KH Abdurrahman Wahid yang lebih senang dipanggil Gus Dur
memang sosok yang penuh kejutan-kejutan.
Kejutan terakhirnya setelah dia dilantik sebagai presiden RI, yaitu permintaannya terhadap Lee Kuan
Yew, mantan PM Singapura, untuk bersedia menjadi penasihat ekonomi Pemerintah RI.
Permintaan ini tiba-tiba meng-ingatkan kita terhadap sosok Steve Hanke, ekonom Amerika Serikat
yang paling getol memperjuangkan Currency Board System (CBS), yang pada awal tahun 1998
diminta oleh Presiden Soeharto menjadi penasihat ekonomi Pemerintah. Kita tahu, Hanke saat itu
ditolak oleh Dana Moneter Internasional (IMF).
Padahal, Hanke berjanji, jika Pemerintah RI mengikuti sarannya, yaitu mematok nilai mata uang
rupiah terhadap dolar di tengah-tengah ketidakpastian kurs, setiap orang Indonesia akan bertambah
kaya. Katanya, ''The poor would benefit more because they store most of their wealth in cash(Yang
miskin akan lebih beruntung, karena mereka menyimpan kekayaan dalam bentuk uang tunai)."
Tidak sulit menebak. Dengan manuver yang dilakukan Gus Dur atas kepercayaannya terhadap Mr
Lee sebagai penasihat ekonomi RI, hal itu semata-mata dia sedang berusaha keras menarik kembali
kepercayaan masyarakat bisnis. Terutama masyarakat bisnis keturunan Cina, agar mereka bersedia
kembali berinvestasi di Indonesia.
Gus Dur menyadari betul, jaringan bisnis warga keturunan Cina di Asia Tenggara merupakan
kekuatan ekonomi yang cukup dahsyat.
Kekuatan ekonomi yang berada di tangan masyarakat bisnis keturunan Cina di Asia Tenggara,
meskipun sebagian besar oleh Kunio Yoshihara dipandang sebagai kekuatan ''kapitalis semu'',
tetaplah merupakan kekuatan besar yang sama sekali tak bisa diabaikan.
Kapitalis semu atau apa pun namanya, fakta menunjukkan kekuatan ekonomi Cina di Asia
Tenggaralah yang mampu mengimbangi dominasi kiprah organisasi dan pemodal raksasa dari
Amerika, Eropa, dan Jepang.
Dengan langkah-langkah yang diambilnya, Gus Dur juga ingin meyakinkan bahwa masyarakat
keturunan Cina di Indonesia sekarang tidak lagi diperlakukan secara diskriminatif, yaitu berperan
sebagai ''sapi perahan'' pada saat kita damai, dan menjadi ''kambing hitam'' pada saat-saat kritis.
Meskipun angkanya secara persis tidak pernah bisa dipastikan, sejak krisis ekonomi tahun 1997 dana
yang lari dari Indonesia diperkirakan 80 miliar dolar AS. Besar dana ini sekitar dua kali lipat dari
seluruh paket bantuan multilateral yang dikoordinasi IMF untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia.
Jika saja sebagian besar modal yang lari itu diinvestasikan kembali, efek pengganda yang diciptakan
di dalam negeri memang akan sangat besar. Dalam jangka pendek, harapan perbaikan ekonomi
memang paling mungkin, jika ada investasi baru yang masuk.
Utang luar negeri tidak bisa terus kita andalkan. Malah sebaliknya, kita harus mulai menekan utang
luar negeri. Ekspor nonmigas juga belum bisa digenjot secara tiba-tiba.
Privatisasi BUMN membutuhkan waktu cukup lama. Sumber devisa lain seperti turisme, transfer dana
dari tenaga kerja Indonesia di luar negeri, dana-dana hibah kepada LSM, jumlahnya tidak mencukupi.
Jadi, masuknya investasi baru dari luar memang sangat diperlukan.
Ibarat orang yang lumpuh, ekonomi Indonesia membutuhkan operasi penyembuhan berskala besar.
Gus Dur memahami benar fenomena tersebut. Dana-dana dari mana pun asalnya, tidak peduli
apakah dari Cina atau Yahudi, perlu kita manfaatkan untuk kepentingan bangsa.Namun, di balik
semua itu, akan mudah percayakah para investor asing ''dirayu'' oleh Gus Dur?
Sebab, sekarang sebagian besar dari mereka tetap akan mengambil sikap wait and see policy
(kebijakan tunggu dan lihat).Mengapa? Sebab, pekerjaan rumah yang harus digarap Pemerintah
Indonesia masih sangat banyak!
Contohnya, kita masih membenahi persoalan stabilitas politik. Kemudian memperbaiki persoalan
birokrasi yang ruwet. Lalu, bagaimana persoalan hukum benar-benar bisa menjadi equality before the
law, serta sejumlah PR lainnya.
Di mata investor, kita ini telanjur berpredikat sebagai negara paling korup dan memiliki risiko usaha
(country risk) yang tinggi.Untuk menarik modal masuk, termasuk dari masyarakat Cina di kawasan
Asia Tenggara, Presiden Gus Dur tahu secara persis prinsip orang Cina. Seperti yang ditulis Chin-
Ning Chu yaitu ''thick face, black heart'' (mental baja dan pantang menyerah). Karena itulah, tak
berlebihan bila kita ucapkan ''Sugeng Rawuh Mr Lee''.(50t)
Apa yang sesungguhnya membedakan seorang yang sukses dengan orang rata-rata? Bukan karena kepandaian, kekuatan, ataupun kekayaan yang
dimilikinya, tetapi yang membuat seseorang sungguh-sungguh hebat adalah karena mereka mengetahui bagaimana caranya menanggung penderitaan
yang tak terperikan dan bagaimana menahan yang tak tertanggungkan.
Sepanjang sejarah umat manusia, telah tertulis berbagai kisah manusia hebat yang mencapai tingkatan tertinggi dalam sejarah masyarakat dunia, seperti
misalnya: Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Soekarno, dan masih banyak kisah mereka yang berjuang dalam penderitaan yang luar biasa tetapi akhirnya
keluar sebagai pemenang.
Seorang penulis buku terkenal John Gray pernah menulis: ”Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh. ” Jadi sebenarnya
kesulitan hidup bukanlah akhir dari segalanya, melainkan justru permulaan bagi kita untuk naik ke taraf kehidupan yang lebih baik. Adalah kesempatan kita untuk
tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang lebih baik.
Sesungguhnya Tuhan menganugerahkan kepada kita semua kemampuan dan kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan yang sering
kali sampai pada batas-batas daya tahan kita sebagai manusia. Namun jika kita tetap bisa bertahan dan memiliki keyakinan yang kuat, kita pasti dapat menahan
penderitaan itu.
Selain seorang saudara perempuannya, seluruh keluarganya telah terbunuh dalam insiden sejarah gelap umat manusia. Dia sendiri mengalami penderitaan akibat
siksaan dan penghinaan yang tak terperikan, tanpa pernah tahu dari satu hari ke hari yang lainnya apakah ia akan berakhir di kamar gas atau di kuburan massal di
depan algojo tembak tentara Nazi. Atau akankah dia berada di antara mereka yang selamat yang akan menyingkirkan mayat-mayat atau menyerok keluar abu
mereka yang sudah menemui ajalnya.
Untuk dapat membayangkan penderitaan Victor Frankl, saya sarankan Anda menonton film garapan sutradara Steven Spielberg yang berjudul Schindler’s List atau
film Itali yang berjudul Life is Beautiful.
Kedua film itu sangat menyentuh perasaan kemanusiaan saya, tetapi sekaligus menyadarkan kepada kita bahwa kebebasan maupun kebahagiaan itu tidak dapat
direnggut oleh siapa pun asalkan kita tetap bertahan dan memiliki keyakinan. Inilah yang disebut oleh Frankl sebagai ”the last of the human freedom” atau
kebebasan yang terakhir yang dimiliki oleh manusia, yaitu kebebasan untuk memilih dan menciptakan realitas yang kita inginkan dalam hidup ini.
Melalui serangkaian kedisiplinan diri secara mental dan emosional ia melatih dirinya dengan menggunakan visualisasi membuahi pikirannya sehingga tercipta embrio
kebebasan di dalam pikiran bawah sadarnya. Kemudian dengan disiplin dia menumbuhkembangkan embrio kebebasan itu menjadi lebih besar daripada orang-orang
Nazi yang menangkapnya.
Meskipun para sipir penjara itu secara fisik adalah manusia merdeka, tetapi secara mental Frankl memiliki kebebasan yang lebih besar. Ia memiliki kekuatan batin
yang lebih besar dan menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya, bahkan bagi beberapa sipir penjara. Ia menolong orang lain menemukan arti
penderitaan dan martabat mereka dalam keberadaan mereka di kamp konsentrasi dan diperlakukan lebih rendah dari seekor binatang.
Di tengah keadaan yang paling hina tersebut, Frankl menggunakan anugerah Tuhan berupa kekuatan untuk bertahan (the power of survival) melalui kekuatan
pikirannya (the power of mind) dan kekuatan impian dan keyakinannya (the power of dreams) dengan senantiasa fokus (the power of focus) pada impiannya
tersebut.
Ia selanjutnya melatih dirinya dalam penciptaan realitas yang diimpikannya melalui serangkaian kedisiplinan diri (the power of self-discipline) sehingga dia dapat
mempelajari secara lebih jauh keberadaan dirinya dan kekuatan yang dimilikinya (the power of learning).
Puncak dari itu semua adalah kekuatan kasih yang dimilikinya (the power of love) yang memungkinkan dia memiliki kedamaian diri dan kerinduan untuk membantu
dan memberi semangat serta inspirasi bagi orang-orang di sekelilingnya untuk dapat bertahan dan menemukan kembali martabat kemanusiaan mereka yang
terhempas akibat perlakuan yang tidak berperikemanusiaan dari tentara Nazi.
Seberat apa pun beban penderitaan yang kita alami, selama kita memilih untuk tetap bertahan dan fokus kepada impian-impian kita, tidak ada satu pun penderitaan
atau kesulitan yang dapat menghalangi kita mencapai hal-hal terbaik yang kita impikan dalam kehidupan ini.
Berikut ada suatu ilustrasi menarik yang saya ceritakan dalam buku saya yang berjudul Create Your Own Cheese yang dapat menggambarkan hal ini. Kisah ini
adalah tentang seorang pendaki puncak Everest di pegunungan Himalaya, puncak tertinggi di dunia.
Dalam dunia pendaki gunung, mendaki dalam kondisi buruk merupakan ujian paling hebat bagi seorang manusia. Tanpa semangat juang tinggi, setiap pendaki akan
merasa seakan mati sedikit demi sedikit saat berjuang dengan sia-sia melawan keganasan alam.
Seorang pendaki bernama Beck Weathers berjuang sendirian menghadapi badai ganas yang berhembus dengan kecepatan 100 mil per jam dengan angin sedingin
ratusan derajat Fahrenheit di bawah nol.
Banyak alasan yang bisa membawa Weathers untuk menyerah. Dia telah menghadapi gunung itu dan kalah. Dia kekurangan bekal, kehilangan timnya, tidak punya
tempat berteduh, dan tidak ada kemungkinan untuk bertahan hidup. Namun karena dihadapkan pada kematian, sesuatu dari dalam dirinya terus memicu untuk terus
mengalahkan gunung yang jauh lebih besar daripada gunung yang pernah dia daki sebelumnya.
Dengan tubuh beku, lelah, sendirian, dan setengah hidup, Weathers merasa harus terus bergerak, berdiri, dan menempuh kembali perjalanan yang berbahaya
menuju base camp. Sebuah perasaan yang sangat mendalam menggugahnya untuk bertindak.
Saat terlentang di salju itu, katanya, ”saya bisa melihat wajah istri dan anak-anak saya dengan sangat jelas. Saya membayangkan bahwa saya masih punya tiga atau
empat jam lagi untuk hidup, sehingga saya mulai berjalan.” Bagi Weathers, beberapa jam berikutnya terasa seperti berabad-abad. Dia mengetahui bahwa beristirahat
berarti mati, diapun terus berjalan.
Dia terus berjalan sampai akhirnya jatuh pingsan di salju. Malam harinya, sekelompok regu penyelamat menemukan Weathers dan membawanya ke tenda dan
menempelkan botol berisi air panas di dadanya. Beberapa saat kemudian jauh di dalam dirinya, Weathers merasakan sesuatu yang kemudian membangkitkan
dirinya dari ujung kematian.
Inilah prinsip yang perlu kita ketahui pada saat mendaki gunung. Jika menghadapi badai (hujan atau salju) kita tidak boleh beristirahat karena diam atau beristirahat
berarti mati. Kita harus tetap berjalan agar tetap bertahan hidup. Demikian pula dalam badai kehidupan, jika kita menyerah berarti mati. Kita harus tetap bergerak
meskipun dalam keputusasaan.
Chin – Ning Chu, dalam bukunya Thick Face, Black Heart menuliskan bahwa semangat bertahan adalah sifat yang harus ada dalam penjelajahan pertumbuhan
pribadi. Semangat ini dimulai oleh para perintis dan pendiri negara Amerika Serikat.
Melalui daya tahan dalam setiap krisis itulah bangsa Amerika dilahirkan dan menjadi besar. Bertahan dengan daya tahan, memahami kesulitan, bertahan dari
kesukaran, dan tabah menghadapi siksaan merupakan kunci sukses bagi setiap orang.
Apa yang menjadikan seseorang benar-benar hebat adalah mengetahui bagaimana cara menanggung penderitaan yang tak terperi dan menahan yang tak tertahan.
Semua orang pasti tahu bagaimana bisa tumbuh dan berkembang dalam saat-saat tidak ada kesukaran. Namun masa ujian itulah yang justru dapat membedakan
mana orang yang benar-benar berisi dan mana orang-orang yang hanya memiliki citra.
Tetap Percaya dan Mengucap Syukur
Apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini, Tuhan senantiasa turut bekerja untuk melepaskan saya dalam setiap kesulitan dan penderitaan. Sehingga dengan
keyakinan tersebut saya bisa selalu mengucap syukur atas segala perkara yang terjadi dalam kehidupan saya.
Keyakinan atau iman inilah yang membuat saya terus bergerak, selangkah demi selangkah meskipun saya tidak bisa melihat ke mana jalan hidup saya menuju.
Keyakinan akan pernyataan Tuhan memberi saya kekuatan untuk bergerak. Janji-Nya bahwa segala sesuatu adalah untuk mendatangkan kebaikan memberi saya
harapan bahwa setiap langkah saya — sekecil apa pun – semakin mendekatkan diri saya pada rencanaNya yang terbaik untuk saya.
Kesulitan dan penderitaan janganlah membuat kita berhenti dan menyerah, karena jika kita berhenti maka berarti kematian.
Saya terus berusaha maju selangkah demi selangkah. Saya menyadari berhenti berarti kematian bagi saya (ingat bahwa putus asa dan menyerah sama dengan
kematian secara mental!). Dengan kombinasi antara prinsip terus bergerak (kalau tidak berarti mati) dan keyakinan akan pernyataan Tuhan dan janji kebaikan bagi
kita saya terus melangkah satu per satu sampai akhirnya saya menemukan tempat atau kebaikan yang dijanjikanNya.
Jika Tuhan menutup pintu, Ia akan membuka jendela. Bahkan dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Tuhan tidak akan menguji manusia di luar kekuatan yang dapat
ditanggungnya, sehingga Dia akan memberikan kita jalan keluar sehingga kita bisa mengatasi setiap kesulitan dan penderitaan kita.
Di sini Tuhan tidak saja menghentikan penderitaan atau kesulitan hidup kita, tetapi Dia memberikan jalan keluar atau peluang yang tersamar sehingga kita bisa
keluar dari penderitaan kita.
Saya ingin menutup tulisan ini dengan kutipan dari salah satu tokoh idola saya, yaitu Mahatma Gandhi sebagai berikut: Bimbingan Tuhan sering muncul saat
cakrawala dalam keadaan paling gelap.
Kembali dari masa depan. Bagaimana mungkin? Apakah ini judul sebuah film science fiction sejenis Star Trek atau Star Wars?
Bukan. Atau sebuah slogan iklan jalan-jalan ke luar angkasa? Juga bukan. Ini adalah strategi jitu meraih sukses yang diusulkan
oleh Brian Tracy dalam bukunya The 21 Success Secrets of Self-Made Millionaires. Ingin tahu rahasianya? Silahkan gali yang
berikut ini.
Semua kesuksesan dipicu dari dua hal saja: Masalah dan Solusi. Tidak ada orang yang ingin terlilit masalah. Semua ingin keluar dari masalah. Semua mencari
solusi. Dari kedua hal ini, orang memetakan masa depan yang bebas masalah, dan yang menawarkan solusi.
Lalu, bagaimana caranya pergi ke masa depan? Untuk pergi ke masa depan, kita tidak perlu mesin waktu, juga tidak perlu jasa ”paranormal”. Semua orang bisa
melakukannya. Kita tinggal menentukan saja masa depan seperti yang kita inginkan. Semakin jelas gambaran kita akan masa depan yang ingin kita raih semakin
mudah kita menentukan langkah-langkah yang tepat untuk mencapainya.
Mimpikan Impian Besar. Banyak orang berakhir dengan karier yang biasa-biasa saja, karena tidak berani memiliki mimpi besar. Seperti seorang anak elang yang
dipelihara oleh seekor induk ayam, anak elang ini, yang terpengaruh lingkungan keluarga ”ayam”nya, tidak berani memimpikan untuk menjadi burung yang gagah
perkasa yang membentang sayap dengan perkasa terbang melintas alam. Sepanjang hidupnya sang anak elang hanya bisa mengais makanan di darat, dan
mengagumi kegagahan elang, tanpa punya keinginan dan keberanian untuk melakukan hal-hal yang besar seperti sang elang. Intinya, kemampuan seseorang
sebenarnya tidak berbatas. Yang membatasi hanyalah pikiran orang tersebut.
Semua keputusan dan tindakan yang kita lakukan, ditentukan oleh apa yang kita pikirkan. Jika kita pikir kita tidak bisa, maka kita pasti tidak bisa. Dengan pikiran
seperti ini, kita tidak akan berusaha mengembangkan diri, kita tidak lagi punya keinginan untuk mencoba, untuk mengambil langkah awal untuk memulai
merealisasikan mimpi (karena kita pikir kita tidak bisa). Akibatnya, semua usaha akan berhenti pada saat kita pikir kita tidak bisa. Sebaliknya, jika kita punya mimpi
besar, dan kita yakin pasti kita bisa melakukannya, harapan akan muncul. Jika mimpi ini terus-menerus kita pikirkan (setiap hari, setiap saat), dan kita bicarakan
dengan orang-orang sekitar kita dengan penuh semangat, maka segala pintu kesempatan akan terbuka lebar. Kita bisa mendapat dukungan orang-orang sekitar.
Kita bisa lebih bersemangat untuk meningkatkan diri, mencari alternatif solusi terhadap semua masalah yang menjadi hambatan (masalah keuangan, masalah
fasilitas, masalah pengetahuan dan keterampilan yang kurang). Kita akan mulai membaca buku yang terkait dengan upaya meraih mimpi, menghadiri seminar,
berdiskusi dengan para pakar di bidang yang kita minati, serta mengembangkan network pertemanan yang bisa membantu kita meraih mimpi. Setiap hari kita
memutuskan untuk melakukan tindakan yang dapat mendekatkan kita pada realisasi mimpi besar kita tersebut. Tanpa kita sadari, dengan berjalannya waktu, kita
pun semakin dekat dengan mimpi kita. Jadi, jangan takut untuk bermimpi besar.
Pilih yang Kita Suka. Lalu, mimpi besar apa yang harus kita bidik? Sebenarnya tak ada batasan. Bidiklah yang kita suka. Dengan demikian, kita akan lebih mampu
bertahan dalam menghadapi tantangan. kita akan lebih tekun berusaha dalam menghadapi masalah. Kita akan lebih giat bekerja, dalam menyelesaikan segala
upaya untuk meraih target yang ditetapkan.
Thomas Alva Edison yang sudah ”jatuh cinta” pada bidang kelistrikan, tetap bersemangat walaupun ratusan percobaannya untuk menemukan bola lampu pada
awalnya harus gagal. Tetapi, ketekunannya yang didasarkan rasa cinta pada pekerjaannya ini akhirnya membuahkan penemuan bola lampu yang mengubah sejarah
kehidupan manusia, serta menjadi cikal bakal berdirinya salah satu perusahaan elektronik terbesar di dunia: General Electric.
Demikian juga dengan George Lucas yang membidani film legendaris Star Wars. Kecintaannya pada dunia film dan science fiction, membuatnya mampu bertahan
ketika ide-ide pembuatan filmnya mengalami banyak kendala karena selalu ”melawan arus”. Akhirnya, sejarah membuktikan bahwa film-film Lucas mampu menjadi
film-film box office yang membukukan keuntungan yang luar biasa. Bayangkan jika Edison dan Lucas tidak punya kecintaan luar biasa pada pekerjaan dan mimpi
mereka. Barangkali sekarang kita tidak akan pernah mendengar nama mereka.
Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. ”Ah, dalam bisnis, kita tidak perlu jujurlah. Tipu muslihat sah-sah saja untuk dilakukan demi bisnis. Semua pebisnis juga
tidak jujur.” Mungkin inilah kalimat-kalimat berbahaya yang sering kita dengar atau kita lihat dipraktikkan banyak orang di dunia bisnis. Tetapi, jika kita teliti lebih
lanjut, bisnis yang tidak dilakukan atas dasar kejujuran, pasti tidak akan mampu bertahan lama. Mungkin saja para pebisnis yang menggunakan tipu muslihat bisa
meraih kesuksesan besar sesaat, tetapi kemudian setelah ketidak jujuran mereka terbongkar, tak ada lagi yang mau berbisnis dengan orang-orang ini. Pada
prinsipnya, sebuah bisnis terjadi karena ada rasa percaya pada orang-orang yang terlibat dalam bisnis tersebut. Dengan kejujuran pada diri sendiri dan orang lain,
kita bisa membangun integritas, modal penting untuk suskes di bidang apa pun.
Kesuksesan kita akan ditentukan oleh berapa banyak orang yang percaya untuk melakukan bisnis dengan kita. Kesuksesan kita dalam meraih mimpi ditentukan oleh
berapa banyak orang yang percaya akan kredibilitas kita sehingga mereka rela mendukung kita untuk meraih mimpi besar kita tersebut: bekerja untuk kita, memberi
dana untuk bisnis kita, membeli produk dan jasa kita, serta membantu kita ketika kita sedang dilanda masalah. Jika kita sudah kehilangan kepercayaan banyak
orang, hilang juga kesempatan kita untuk meraih impian, karena impian bisa dicapai dengan bantuan orang-orang yang tepat di sekitar kita. Kunci integritas adalah
kejujuran pada diri sendiri dan pada orang-orang di sekitar kita.
Menurut Brian Tracy kejujuran dan integritas dapat dilihat dari kesetiaan kita untuk senantiasa melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain. Hal ini akan
terpancar dari ucapan dan tindakan kita yang tulus untuk melakukan yang terbaik, juga pada kualitas pekerjaan kita yang selalu prima. Dengan demikian, orang tidak
akan segan-segan untuk membantu kita, memberi fasilitas pada kita, bekerja sama dengan kita, membeli ide kita, serta produk dan jasa yang kita tawarkan. Jadi, jika
rajin pangkal kaya, maka jujur pangkal sukses.
Galang dukungan orang sekitar. Seorang pebisnis tidak akan sukses jika tidak ada yang mau berbisnis dengannya. Untuk mengembangkan bisnis, seorang pebisnis
perlu menggalang dukungan karyawan, supplier, partner, dan pelanggan serta calon pelanggan. Intinya, kita tidak ada artinya jika tidak didukung oleh orang-orang
sekitar kita.
Menurut Brian Tracy, 85% dari kesuksesan dan kebahagiaan hidup ditentukan oleh kualitas hubungan yang kita kembangkan dalam kegiatan pribadi dan bisnis.
Semakin banyak orang kita kenal dan mengenal kita dengan citra yang positif, semakin banyak kesempatan yang terbuka bagi kita untuk mendapat dukungan
mereka, dan semakin rela mereka untuk mendorong kita meraih sukses. Coba perhatikan orang-orang sukses di sekitar kita: orang tua, saudara, teman, ataupun
atasan di kantor. Jika kita perhatikan dengan cermat, kita akan mendapatkan bahwa mereka punya dan senantiasa memelihara jaringan hubungan berkualitas tinggi
dengan banyak orang, sehingga mereka bisa menyelesaikan pekerjaan lebih banyak dibandingkan orang yang hanya mengurung diri dari pergaulan. Tentu saja,
untuk membina hubungan, perlu ada komunikasi dua arah. Artinya, kita tidak boleh hanya mengharapkan bantuan tanpa kepedulian untuk memberikan bantuan.
Dalam hal ini, kita perlu berinvestasi dalam waktu, perhatian, dan ketulusan untuk terlebih dahulu menawarkan kesediaan untuk memberi pertolongan dan dukungan
(yang tulus dan cuma-cuma) bagi orang lain.
Jurus pertama, memulai dengan yang kanan. Ippho mengajak pembaca mengoptimalkan
peran otak kanan. Pakar psikologi Daniel Goleman hemisfer otak kanan merupakan otak
emosional. Ini terkait dengan kecerdasan emosional (EQ) dan dekat dengan daya intuitif,
kreatif, dan ekstensif. Sementara, otak kiri merupakan otak rasional yang memuat daya
analisis, kalkulasi, dan perincian. Mayoritas orang kuat otak kirinya. Sementara, mereka
yang kuat otak kanannya boleh dibilang minoritas. Justru di dalam suatu yang tidak
mengikuti arus besar (mainstream) inilah „kegilaan‟ itu berada. Seorang pebisnis yang
visioner berani menggunakan intuisinya. Sering terjadi petunjuk-petunjuk bisnis di pasar
tidak komplit. Intuisi sangat berperan di sini. Selain itu, kreativitas menjadi penting. Guru
pemasaran Philip Kotler mengakui ampuhnya kreativitas dalam marketing jeniusnya.
Terakhir, satu kemampuan otak kanan adalah berpikir meluas. Seorang pebisnis butuh
gambaran meluas tentang bisnisnya, impiannya, dan visinya.
Jurus kedua, keberanian memiliki impian dan mengeksekusinya dalam tindakan. Ippho
memaparkan beberapa teladan bisnis-bisnis maupun penemuan besar yang lahir dari
sebuah impian. Sebut saja Walt Disney dengan Disneyland, Einstein dengan Teori
Relativitasnya, Wright bersaudara dengan khayalan pesawat terbangnya. Tapi, impian akan
tinggal impian bila tidak ada aksi. Untuk itu, Ippho membuat rumusan DNA, dream and
action.
Jurus ketiga, terjun seperti rollercoaster. Ippho mengajak orang menyiasati kegagalan.
Pebisnis tidak akan maju jika tidak berani gagal. Kegagalan itu bumbu dalam bisnis. Donald
Thrump dan Robert Kiyosaki pernah pailit. Tapi, mereka cukup „keras kepala‟ untuk meratapi
kegagalan. Layaknya rollercoaster, bisnis mereka harus kembali naik.
Jurus keempat, berdamai dengan badai. Sering kali orang menemukan kelemahan dalam
bisnisnya dan ia cenderung memilih meratapi ketimbang bangkit. John Foppe, seorang yang
dilahirkan dalam keadaan tidak berlengan mampu mengatasi kelemahannya. Ia mampu
mengendarai mobil pada usia 16 tahun. Kini, ia populer sebagai motivator kawakan di Zig
Ziglar Corporation. Kuncinya tak lain adalah passion.
Jurus kelima, duduk sama rendah. Semangat kebersamaan dan kerjasama tim jadi penting
dalam bisnis. Ippho menyebutnya dengan team in love. Cinta (love) di sini diurai
berdasarkan opini Sigmund Freud yang membagi cinta dalam 4 unsur, yakni hormat
(respect), perhatian (care), tanggung jawab (responsibility), dan pengetahuan (knowledge).
Empat unsur ini penting dimiliki oleh seorang pebisnis.
Jurus keenam, gantilah gelar dan jabatan. Personal branding sangat penting dalam
membuka relasi bisnis. Caranya bisa sangat nyentrik. Ippho memberi tips cara gila membuat
gelar. Termasuk cara gila memanfaatkan dan menebar kartu nama untuk membangun
jejaring bisnis. Tom Peters berpendapat kartu nama itu tak ubahnya seperti kemasan.
Sedikit banyak dapat menentukan apakah produk layak dipercaya atau tidak. Satu lagi,
Ippho mengajak bagaimana secara gila menyapa pelanggan agar bisa „terbuai‟ pada tujuan
bisnis kita.
Jurus ketujuh, masuk surga paling dulu. Dengan judul lucu ini, Ippho mau mengajak orang
bermental pengusaha maupun pemimpin. Seorang pengusaha akan membuka peluang
kerja. Seorang pemimpin yang bijak akan menciptakan pemimpin di bawahnya. Dengan
begitu, pondasi bisnis akan semakin kokoh. Ippho juga menawarkan satu cara gila
bagaimana pembeli bisa mengejar-ngejar penjual. Sebuah cara gila yang membuat rejeki
datang menghampiri kita dan bukan kita yang susah payah mencari rejeki.
Jurus kedelapan, membiarkan kudeta. Dalam jurus ini, Ippho memberi cara gila membuat
merek punya nilai komersial. Bahkan, pada taraf tertentu, membiarkan konsumen sendirilah
yang „membajak‟ merek tersebut. Menyitir gagasan kontroversial Alex Wipperfurth
dalam Brand Hijack: Marketing without Marketing. Baginya, merek adalah kanvas kosong.
Konsumen dibiarkan mewarnainya. Bahkan, „membajak‟ merek tersebut (brand hijack).
Aplikasinya, bagaiman para pelanggan loyal membentuk sebuah komunitas merek dan
mereka merekrut semakin banyak anggota lagi.
Jurus kesepuluh, mati dengan tenang. Bisnis tidak hanya perkara mengeruk keuntungan.
Ippho mengajak pebisnis untuk membuka diri pada kepedulian sosial
dengan passion dan compassion. Intinya, bagaimana para pebisnis juga memerhatikan etika
dalam bisnis. Berbisnis dengan hati (conscience) sekaligus berbisnis dengan hati-hati
(cautiousness).
Nah, ide-ide yang tersebar di buku Ippho ini mungkin boleh dibilang tidak baru. Tapi, satu
kelebihan Ippho adalah mampu menyajikan ide-ide kreatif dan bahkan kontroversial dalam
satu lanskap yang memudahkan pembaca mampu membaca ide-ide itu dalam satu
rangkaian utuh. Apalagi Ippho mampu memberi contoh kasus yang kontekstual dengan
persoalan lokal. Gaya penuturan yang amat personal membuat pembaca seperti
berbincang-bincang dengan Ippho sendiri. Bagi pebisnis, buku ini seperti sebuah „camilan‟
bergizi yang layak dikonsumsi. Renyah dan menyehatkan.
Sigit Kurniawan adalah seorang redaktur Majalah Marketing dan pengasuh Meja Baca,
sebuah weblog penggiat budaya membaca.
Sumber :
Resensi Buku 10 Jurus Terlarang (Kok Masih Mau Bisnis Cara Biasa?)
Pengarang : Ippho Santosa
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun : 2007
Tebal : xii + 145
29 Juni 2009
Niat Purdi menerbitkan buku Cara Gila Jadi Pengusaha ini sangat mulya dan patut diacungkan dua jempol. Seperti yang ditulis dalam kata
pengantar yang diberi judul Entrepreneur; Virus Maut, Cepat Menular, Bikin Pengidapnya “Gila”. Waspadalah!, sebuah kata pengantar yang
sangat kontraversial tapi bernilai jual. Penulisnya memang piawai dalam membaca tren perbukuan, dan potensi pasar pembaca yang cenderung
memilih buku dengan judul kontraversial.
Menurut Purdi, selain keberanian seorang entrepreneur modalnya adalah mimpi. Hal itu tertuang pada bagian satu yang berjudul Modal
entrepreneur itu cuma berani dan mimpi! Keberanian seorang entrepreneur memang melekat pada diri penulis buku ini. Berani menjual produk
lama dengan tampilan kemasan baru yang didesain sedemikian rupa sehingga memiliki daya pikat yang dahsyat. Menghilangkan enam sub
bagian berikut; Jadi Pengusaha Tanpa Gelar, Tanpa Ujian Tanpa Nilai, Diwisuda setelah Jadi Pengusaha, Praktek Mancing Praktik Bisnis, Dari
Pengusaha Sampai Raja Tempe, dan sub bagian Bisnis Belum Dianggap Bekerja.
Plus hanya menambah dua komponen pembahasan baru diantaranya pada; sub bagian 64- Dengan Otak Kanan Mengubah Musibah Jadi
Barokah, dan sub bagian 76 - Yuk Menjual Perusahaan! Meraih Mimpi Bersama-Berkali-kali. Peresensi punya keyakinan “virus” ini-demikian
Purdi memberikan istilah pada ilmu entrepreneurnya, akan menjadi buku best seller.
Kaum perempuan boleh berbangga hati bila membaca halaman 61 yang membahas, entrepreneur wanita memiliki banyak kelebihan karena
„kewanitaannya‟. Lebih luwes dan fleksibel, dan intuisi bisnisnya lebih peka. Penulis buku ini menyebutkan contoh wanita entrepreneur sukses
seperti; Dr. Martha Tilaar, Moeryati Soedibyo, Poppy Dharsono, Dewi Motik, dan Nyonya Suharti. Apalagi dipertegas dengan pendapat Candida
G. Brush, seorang professor assistant dari Management Police of Boston University,”entrepreneur wanita lebih kooperatif, informal, dan lebih
mudah membangun kesepakatan dengan pihak lain. Sebaliknya entrepreneur laki-laki cenderung lebih kompetitif, lebih terkesan formal, dan lebih
suka terkesan sistematik”.
Pada bagian lain di halaman 177, dalam kondisi perekonomian yang tidak menentu Purdi
menyarankan untuk melakukan Jamming. Seperti kutipan pendapat Tom Peter, “perubahan
yang serba cepat dan cenderung kacau itu pertanda zaman edan.” Jadi sangatlah wajar
manakala buku ini diberi judul Cara Gila Jadi Pengusaha. Dengan begitu kita sebagai
entrepreneur akan lebih siap menghadapi perubahan, dan akan lebih siap lagi mengatasi
krisis, jika kita berhasil melakukan Jamming, tulisnya. Jamming itu identik dengan
improvisasi yang dapat memunculkan ide-ide bisnis yang kratif dan inovatif.
Pada sub bagian terakhir dari halaman 228 – 231, Purdi mengajak pembaca untuk menjual
perusahaan . “Yuk! Menjual Perusahaan! Meraih Mimpi Bersama, Berkali-kali,” demikian sub
bagian akhir diberinya judul. Ooops…nanti dulu, yang dimaksud menjual perusahaan
menurut Purdi, menjual perusahaan secara franchise. “Ini yang disebut menjual perusahaan
berkali-kali,”tulisnnya. Seperti yang dilakukannya menjual Primagama secara franchise yang
kini sudah menggurita menjadi 600 cabang.
Di lembaran terakhir terdapat brosur Entrepreneur University, sekolah bagi semua yang
ingin menjadi pengusaha. Sekali dayung – berkali-kali pulau terlampaui. He…he…he..!!!
Tokoh sentral dalam rekaman itu sudah tentu Purdi E. Chandra, pemilik lembaga pendidikan “Primagama” sekaligus pencetus ide “Cara Gila Jadi
Pengusaha”. Pada pemunculannya di menit-menit pertama, saya terkesan bahwa penampilan Purdi “biasa-biasa” saja. Malah saya berfikir,
tampaknya tokoh kita ini bukan tipe seorang presenter sebagaimana yang kita lihat dalam diri Kris Biantoro atau Farhan, lebih-lebih bukan juga
tipe orator, seperti Bung Karno atau Fidel Castro misalnya. Maka, alih-alih dari melihat action beliau, saya coba untuk “hanya” mendengarkan
materi pembicaraannya saja.
Lucu juga apa yang terjadi kemudian. Awalnya, saya sangat santai, bahkan terlalu santai ketika menyimak tanpa melihat ke layar, sambil
mencoret-coret di atas kertas untuk keperluan kantor esok pagi. Namun tak lama, ibarat mesin diesel yang memerlukan beberapa waktu untuk
menjadi panas, begitu pulalah perkembangan perhatian saya pada tayangan DVD tersebut. Lewat sepuluh menit sejak pembukaan, pembahasan
Purdi makin menarik. Saya mulai meletakkan pena dan menoleh ke layar monitor. Lewat 30 menit, posisi duduk saya sudah sedemikian dekat
dengan layar kaca, dan ketika bos Primagama ini mulai mengupas hal-hal yang berbau spiritual, saya sudah sangat terpaku menyimak penuh
konsentrasi.
Tahukah Anda, bahwa akhirnya saya menghabiskan waktu menyaksikan DVD yang berdurasi lebih dari 3 jam itu, sampai pukul 1 lewat tengah
malam? Dan non stop pula?
Banyak hal yang bisa saya tangkap dari tayangan DVD “Cara Gila..”, terutama sekali dari figur Purdi E. Chandra sendiri. Dan dari banyak hal
tersebut, beberapa di antaranya saya kira perlu dicermati:
1) Purdi yang kita kenal sebagai sosok praktisi kewirausahaan, ternyata tidak saja memahami secara utuh tentang seluk beluk dunia bisnis dari
segi teknis-praktis, namun lebih dari itu, ia juga mengerti dengan baik soal-soal yang menyangkut aspek spiritual. Di antaranya, ia mengatakan
bahwa kalau seseorang ingin berhasil dalam berwirausaha, maka orang itu juga harus memperhatikan bahwa diperlukan aktivitas beramal,
bersedekah atau kegiatan apa saja yang sifatnya memberi. Jangan sekali-kali berfikir ingin untung sendiri, hanya menerima tanpa pernah
memberi pada orang lain. Sebab, alam selalu memerlukan perimbangan, kalau ada sesuatu yang masuk, maka seharusnya juga ada yang keluar
Kalau ada yang tercurah ke bawah, maka seharusnya juga ada yang menguap ke atas. Sebagaimana alam mengatur air hujan yang turun ke
bumi, mengisi sungai dan laut, menguap karena terkena panas matahari, berubah menjadi awan, untuk kemudian terjadi kondensasi dan
akhirnya turun menjadi air hujan kembali. Dengan begitu, siklus alam ini berjalan dengan baik, tidak ada yang tersumbat. Siklus yang secara
fisika kita sebut dengan “ecosystem”, suatu sistem universal yang mengatur perimbangan interaksi berbagai unsur yang terdapat di alam ini.
Purdi sangat yakin bahwa sistem yang sama berlaku pula dalam dunia tak kasat mata, bahwa sebuah “spiritual ecosystem” juga berjalan secara
harmonis. Sebuah sistem yang memberi pengaruh kuat atas segala fenomena yang terjadi di muka bumi, tidak terkecuali di dunia usaha. Chin
Ning Chu, pimpinan perusahaan Asian Marketing Consultant, dalam karyanya “Thick Face Black Heart” (Muka Tebal Hati Hitam) menulis tentang
hal yang sejalan dengan keyakinan Purdi. Chin menamakan fenomena spiritual itu dengan “darma”, yaitu sebuah hukum perimbangan yang
mutlak terjadi menurut ketentuan-ketentuan alam. Siapa yang menanam, dia akan menuai. Sebaliknya, siapa ingin menuai, maka ia harus
menanam terlebih dahulu. Demikian seterusnya. Lebih jauh, pendiri Primagama ini juga berusaha menyadarkan audiens bahwa semua sistem
keseimbangan alam itu berasal hanya dari satu sumber saja, yaitu Sang Maha Sistem, Sang Penguasa Alam Semesta yang kita sebut dengan
Tuhan. Maka, Purdi mengajak semua pendengarnya untuk meningkatkan spiritualisme terhadap Tuhan dengan berzikir, memuji kebesaran Allah
sebanyak-banyaknya, kapan saja dan di mana saja. Ini luar biasa, sebab hampir semua wirausahawan top di dunia ini adalah orang-orang yang
menjunjung tinggi spiritualisme. Ambil contoh, DR. An Wang (Wang Computers) dan Stan Shih (Acer) adalah penganut-penganut konfusianisme
yang kental. Ternyata, Purdi mengerti itu!
2) Seminar tersebut dinamakan “Cara Gila Menjadi Pengusaha”, oleh karenanya tidak heran kalau pembicaranya juga menyebut-nyebut soal
kegilaan dalam memulai usaha. Kalau tidak hati-hati, orang bisa saja menerjemahkan “gila” itu sebagai “gila-gilaan”, yang berkonotasi sebuah
kenekatan tanpa perhitungan, kesemberonoan atau sebuah tindakan berjibaku tanpa mempedulikan lagi akibat-akibatnya. Apakah demikian?
Entah karena memang sulit, atau karena yakin bahwa pendengarnya adalah orang-orang yang cerdas semua, saya tidak melihat Purdi E.
Chandra menjabarkan lebih jauh tentang makna kegilaannya itu secara eksplisit. Ini tentu cukup riskan. Sebab, salah-salah, sebagian orang akan
benar-benar mengartikan kegilaan itu sebagai tindakan pasukan jibaku-tai, tindakan bertaruh nyawa secara untung-untungan tanpa mikir! Meski
demikian, saya kagum dengan cara tokoh ini mengistilahkan kata-kata simpel “gila”. Saya yakin, bahwa itulah cara Purdi untuk mensimplifikasi
sebuah konsep kreativitas, yang oleh Edward De Bono diistilahkan dengan kata-kata “lateral thinking”. Coba perhatikan apa yang dikatakan oleh
Edward: “…we have not yet paid serious attention to creativity. The first and most powerful reason is that every valuable creativity idea must
always be logical in hindsight. If not logical in hindsight, then it would simply be a crazy idea..” Kita belum memberikan perhatian serius atas
kreativitas. Penyebab utamanya adalah kita selalu beranggapan bahwa ide yang kreatif itu harus masuk akal, jika tidak masuk akal, maka itu
hanyalah sebuah ide gila..! Edward De Bono memang pakar kreativitas. Ia mengerti sekali, bahwa kreativitas yang paling berharga itu hanya
berjarak tipis terhadap kegilaan. Dan kegilaan Edward telah ia buktikan sendiri ketika ia mencetuskan ide untuk memasang lift di bagian luar
gedung, bukan di dalam, demi menjawab tantangan penghematan ruang. Terbukti sekarang kita lihat berbagai gedung perkantoran, mal dan
pusat perbelanjaan memasang liftnya di bagian luar gedung. Dengan kegilaan yang sama, UNITED COLORS OF BENETTON mendirikan
banyak sekali gerai-gerai kecil dengan paduan warna-warni yang memikat hati. Dengan kegilaan yang sama, Pepsi menggelar pertunjukan super
kolosal sang maha bintang Michael Jackson demi mengangkat citra produk minumannya. Dan dengan kegilaan yang sama pula, Purdi E.
Chandra mengembangkan franchising Primagama ke seluruh Indonesia.
3) Bagaimana pula dengan istilah “kaya” dan “malas”? Intuisi saya mengatakan bahwa kalau orang sekaliber Purdi mengatakan “kaya”, maka
yang dikatakannya itu adalah “kaya” (dengan tanda kutip) bukan kaya (tanpa tanda kutip). Apa artinya? “Kaya” artinya sejahtera bersama, paling
tidak mereka yang memiliki kelebihan mau berbagi dengan mereka yang kekurangan. Sedangkan kaya berarti mereka yang ingin makmur
sendiri, hanya menerima tanpa mau memberi, egois, hura-hura sendiri, plesir sendiri dan akhirnya mati sendiri pula. Demikian juga dengan
perbedaan antara “malas” dengan malas. “Malas” artinya bekerja dengan ide dan gagasan, dengan otak bukan dengan otot, smart work, efektif
dan efisien. Sedangkan malas adalah kemalasan ala si Kabayan, tidur sepanjang hari dari pagi sampai ke pagi lagi, tanpa pernah menggunakan
baik otot mau pun otaknya.
Kesimpulan final yang dapat saya tarik dari DVD “Cara Gila Menjadi Pengusaha” adalah tidak terbatas dari sekadar mengatakan bahwa figur
Purdi E. Chandra itu sebagai figur yang hebat dan monumental, tapi lebih dari itu saya ingin menyampaikan bahwa berbahagialah bangsa
Indonesia ini yang masih diberi kesempatan untuk memiliki sosok wirausahawan seperti dia. Sosok yang dalam kesuksesannya, masih mau
berbagi dengan sesama, agar banyak orang juga berkesempatan meraih sukses serupa. Dibutuhkan lebih banyak lagi Purdi-Purdi lain, agar
bangsa tercinta ini dapat segera bangkit dari keterpurukan yang sudah berlarut-larut. Saya juga ingin menyampaikan selamat kepada warga EU,
yang sudah dikaruniai Tuhan untuk bertemu dan belajar tentang sukses dari orang sukses seperti Purdi. Semoga akan segera muncul Purdi-
Purdi junior yang akan menyusul jejak sang “Mbah” menggalang kekuatan ekonomi bangsa melalui kewirausahaan.
Sumber :
Rusman Hakim ( Pengamat Kewirausahaan)
http://rusmanhakim.blogspot.com/2006/05/cara-gila-menjadi-pengusaha.html
29 Juni 2009
Begawan entrepreneur, pemilik usaha Kemchicks Supermarket, Bob Sadino dikatakan “Gila” manakala menyampaikan cara berpikirnya,
bagaimana bersikap dan bertindak untuk menjadi entrepreneur sejati pada berbagai kesempatan, baik wawancara ataupun seminar.
Adapula entrepreneur senior yang mengarang buku “Cara Gila menjadi pengusaha” yakni Purdi E Chandra, pemilik usaha Primagama dengan
konsep BODOL (Berani Optimis Duit Orang Lain), BOTOL (Berani Optimis Tenaga Orang Lain) dan BOBOL (Berani Optimis Bisnis Orang Lain).
Kali ini resensi buku Mastermind TDA Jaksel mengulas buku “7 Cara Tidak Gila Jadi Pengusaha” karangan Bambang Suharno, pendiri dan
Direktur Indonesian Entrepreneur Society (IES) yang juga pendiri PT Gallus Indonesia Utama.
Buku ini menyampaikan bahwa tidak semua orang mau dan bisa segila para entrepreneur yang bisa melakukan aksi-aksi gila saat memulai
usahanya. Gila, nekat dan berani pasti bukan hal yang mudah bagi kebanyakan orang, apalagi bagi karyawan yang sudah berkeluarga. Menjadi
Gila dan nekad bukanlah satu-satunya cara untuk menjadi seorang entrepreneur sukses.
Ada 5 mitos mengenai entrepreneur yang dibahas :
1. Entrepreneur terlahir, bukan dibentuk oleh lingkungan. Padahal sesungguhnya kesuksesan dalam bisnis tidak dipengaruhi ras atau bakat bawaan
lahir, tetapi karena faktor didikan, persepsi dan lingkungan yang membentuknya
2. Bisnis semata-mata demi mengejar uang agar menjadi kaya raya. Padahal uang bukanlah tujuan bisnis, melainkan, uang adalah reward atas jerih
payah dan ketekunan berusaha.
3. Berani mengambil jalan pintas dan tidak patut. Padahal kesuksesan dibangun atas dasar manfaat yang kita berikan bukan jalan pintas yang
memberikan keuntungan sesaat
4. Sukses membutuhkan kenekatan, padahal berani mengambil risiko bukan berarti nekat tanpa perhitungan , tetapi didorong intuisi berdasarkan
pengalaman sebelumnya.
5. Pengusaha merongrong harta kekayaan negara, padahal cara yang jelek akan menghasilkan sesuatu yang jelek, cara baik akan menghasilkan
sesuatu yang baik. Jadi di dunia manapun ada yang menggunakan cara yang jelek dan cara yang baik, tergantung dari orangnya, apapun
profesinya.
Adapun mental utama yang dibutuhkan untuk menjadi entrepreneur sukses adalah mental uang produktif, mental pemberdaya dan mental tangan
di atas. Bambang Suharno mengingatkan bahwa kegiatan bisnis adalah kegiatan spiritual karena berbisnis tidak melulu mengenai materi,
melainkan juga mengenai seberapa banyak manfaat bagi banyak orang.
Anda ingin tau bocoran 7 Jurus Tidak Gila Menjadi Pengusaha itu? Inilah caranya :
Jurus 1 : Bersedekah
Jurus 2 : Menabung
Jurus 3 : Carilah Peluang Usaha
Jurus 4 : Carilah Mitra Kerja
Jurus 5 : Kembangkan Usaha
Jurus 6 : Ikhlas Menerima Hasil
Jurus 7 : Bergaul dengan entrepreneur, menjadi anggota komunitas
Penjelasan ketujuh jurus itu dalam buku dengan 137 halaman ini sangat mudah dicerna, dengan gaya bahasa seorang jurnalis kawakan.
Buku ini membuat kita sadar bahwa menjadi entrepreneur masih bisa dilakukan dengan cara waras. Tidak ada rumus atau formula pasti untuk
menjadi entrepreneur sukses, semuanya tergantung dari masing-masing individu. Ada yang cocok dengan cara gila, ada pula yang berhasil
dengan cara waras. Apapun pilihan Anda, yang terpenting adalah tindakan nyata, karena berbisnis itu adalah dilakukan bukan direncanakan.
Segeralah bertindak.
Keep Moving Forward Action
Sumber :
Bambang Suharno (Penulis). Bangkit Publishing (Penerbit)
Tjarli Suhendra (Peresensi)
http://www.pixethic.com
dalam :