SOCRATES
(Sarapan dengan Socrates)
Robert Rowland Smith
Bayangkan Anda bangun pagi, Sigmund Freud duduk di sebelah tempat tidur
Anda dan menjelaskan mengapa Anda bersusah payah bersiap-siap berangkat
kerja. Di tengah perjalanan dengan kereta commuter ke kantor, Karl Marx
akan memberi tahu apa yang salah dengan pergi berangkat kerja naik kereta
commuter. Pulang kerja, Buddha mengajak Anda berdamai dengan dunia
dengan cara bercerita sementara Anda mandi.
Disiplin ilmu ini mungkin justru paling praktis untuk diterapkan. Filsafat tidak
hanya soal bertanya “Apa arti hidup?” atau “Apakah Tuhan itu nyata?”, tetapi
filsafat juga tentang menjawab “Haruskah saya membeli barang ini karena
mereka sedang didiskon?” dan “Apakah pergi ke kantor lebih baik dengan
berjalan kaki?”
Filosofi telah membawa manusia agar dapat bijak dalam melihat dunia
sebagaimana aslinya – objektif, rasional, dan apa adanya – dan karenanya
dapat secara akurat merefleksikan apa yang sedang terjadi. Menanyakan
pertanyaan-pertanyaan yang tepat membawa mereka untuk membuat
keputusan-keputusan yang lebih baik.
Sigmund Freud mendefinisikan dua kekuatan yang sering terjadi seperti pada
kasus-kasus di atas yang tentunya berlawanan dan telah ada dalam pikiran
kita sejak awal abad ke-20. Ia menamakannya ego dan superego.
Ego adalah otak reptil Anda yang hidupnya hanya ingin nyaman, tanpa stres
atau kejutan. Kemudian superego datang memberitahu Anda untuk
melakukan apa yang diharapkan dan dibutuhkan masyarakat dari Anda.
Secara alami, dua kecenderungan ini berbenturan, dan siapapun yang menang
menentukan perkembangan dan hasil pagi Anda itu sendiri.
Misal, ketika Anda tiba di tempat kerja 10 menit lebih awal dari batas jam
masuk yang diputuskan, dan itu melebihi dari harapan bos Anda, itu juga
merupakan kemenangan superego atas kekuatan ego yang menjalar di kepala
kita.
Biasanya, ketika Anda membuat ego Anda menyerah pada superego sehingga
Anda menunda kepuasan (delay gratification), maka hal-hal baik terjadi.
Pelajaran III:
Anda bisa mengetahui seberapa
bahagianya Anda dengan bertanya
pada diri sendiri: “Apakah saya
ingin menjalani lagi tiap momennya
persis sama?”
Setiap hal yang kita pikirkan tentu berbeda dengan isi pikiran milik orang lain.
Hal tersebut juga terjadi manakala seseorang sudah berada dalam titik jenuh
sedalam-dalamnya, sementara pihak lainnya merasa berbahagia dan puas atas
hal yang telah kita lakukan dan berikan kepada pihak tersebut.
Tentu, ini adalah momentum terpahit bagi setiap yang berada dalam jurang
kejenuhan sehingga pikiran liar pun meluap dari kepala kita, “Jika aku harus
menjalani hidup ini lagi, apakah aku akan tahan?”
Friedrich Nietzsche menciptakan doktrin dua dunia. Doktrin ini menyatakan bahwa di
samping dunia nyata, kita semua menciptakan dunia fantasi dalam pikiran kita untuk
melarikan diri dari kebosanan dan depresi akibat kehidupan nyata kita. Namun
menurutnya, halusinasi masif berupa pasangan yang lebih baik, pekerjaan yang lebih baik,
lebih banyak uang, dan kehidupan yang lebih mewah adalah tanda-tanda kelemahan.
Maka dari itu, untuk meninggalkan hidup seperti ekspektasi orang banyak dan hidup
dengan cara kita sendiri, kita harus membuang fantasi. Ini satu-satunya cara untuk melihat
dunia apa adanya, menguasai takdir kita, dan mulai mewujudkannya.
Instagram : pemimpin.indonesia
Alamat : Jl. Melawai X No.9, Melawai, Jakarta Selatan
Sumber:
● Breakfast with Socrates (Robert Rowland Smith)
● https://fourminutebooks.com/breakfast-with-socrates-summary/
Segala informasi yang terdapat dalam dokumen ini merupakan properti dari penulis dan penerbit dari masing-masing sumber. Pembuatan slide ini
dimaksudkan untuk kegiatan sosial dan tidak dapat diperjualbelikan.
Naufal Rizqullah Al Banjari | Islamic Economics Enthusisast
Naufal adalah seorang mahasiswa di sebuah kampus yang bernama
Institut TAZKIA Bogor yang mengambil prodi ilmu Akuntansi Syariah.
Memiliki pengalaman di berbagai organisasi lebih dari 4 tahun di bidang
hubungan masyarakat dan pengembangan manusia, Naufal aktif sebagai
aktivis di berbagai organisasi seperti KSEI Progres Institut TAZKIA,
YOULEAD Club Indonesia, dan Karang Taruna di wilayah tempat
tinggal