Anda di halaman 1dari 4

MEMBACA ADALAH MENCIPTA

OLEH:

SUBUR

Pendahuluan
Meranjak dari ketidaktahuan menjadi tahu. Bagaimana caranya? Sungguh orang-orang pintar nan
cerdas pun tidak semendadak itu untuk menjadi seorang yang cerdas. Tentu mudah untuk menjawab
sebuah pertanyaan tersebut. Apa jawaban itu? Ya, tentu dengan membaca. Betul sekali, membaca
adalah sebuah metode belajar yang sangat efektif untuk mencerdaskan otak manusia. Selain membaca
manusia pun bisa belajar dengan cara mendengarkan seseorang saat berdiskusi. Akan tetapi dengan kita
mendengarkan tanpa membaca akan menjadi guncangan dalam diri manusia. Mungkin perkataan itu
beranjak dari “katanya” atau barangkali “mungkin.” Sebenarnya tidak menjadi permasalahan dari kedua
metode belajar tersebut. Lebih-lebih kita mengunakan kedua metode itu untuk melatih stimulus
rangsangan diri kita terhadap fenomena yang terjadi atau lebih dari pada itu kita menganalisis
permasalahan tersebut. Itu lebih baik lagi, sehingga otak kita terlatih untuk berpikir kritis. Jika kita ingin
pintar maka berpikirlah, jika kalian ingin tahu maka bacalah. Sesederhana itu untuk kita menjadi
seorang yang pintar akan pengetahuan di bumi ini. Tuhan menciptakan kita bukan soal bertemu pagi,
siang, malam akan tetapi lebih dari pada itu bagaimana kita memanfaatkan waktu kita untuk sebentar
saja membaca, mendengar atau yang lebih kerasnya lagi adalah bekerja. Menjadi sebuah kebutuhan
mendasar hidup di dunia dengan kata “berusaha” pada dasarnya manusia hanyalah mengusahakan
selebihnya Tuhan yang menentukan takdir manusia yang sesungguhnya.

Dari sebuah pembicaraan diatas mengambil point inti dimana kita sebagai manusia sebenarnya dituntut
untuk menyukai sesuatu walaupun kita tidak menyukainya. Banyak orang yang tidak suka membaca
buku tetapi dia suka baca cerita atau berita. Begitupun sebaliknya. Menjadi sebuah hal yang wajar di
kalangan mahasiswa apalagi seorang aktivis. Seorang aktivis bukan hanya berbicara ikut organisasi lalu
dia bergerak, terus bergerak, lebih dari pada itu. Bisa saja orang tersebut tidak ikut organisasi. Saking
luasnya permaknaan menjadi seorang aktivis sangat banyak sekali. Ada aktivis yang akademisi, ada
juga aktivis pergerakan. Dalam artian ada yang tidak suka ikut berdemo dan lain sebagainya. Tidak
menjadi permasalahan, kita harus menerima perbedaan tersebut yang nantinya akan menjadi warna,
membagi peran penting dalam organisasi yang ditempati. Jangan tolak dan bantah perbedaan itu,
menjadi seorang aktivis bukan hanya berbicara tentang harus ikut berdemo, harus berorasi, harus
melawan pemerintah. Tidak sesempit itu, aktivis bisa meluas kemana-mana, bisa saja dia adalah seorang
aktivis yang doyan berdagang, menulis, membantu sesama, memberi setiap harinya. Jadi, seorang
aktivis bukan berbicara bagaimana caranya meruntuhkan rezim yang sekarang. Untuk itu dengan cara
mengetahui isi dunia yaitu tentu dengan membaca.
Ruang Literasi

Membahas pokok dari apa yang kita mau tuju yaitu Ruang Literasi. Apa itu ruang literasi? Sedikit
menjelaskan bahwa ruang literasi merupakan suatu ruangan yang dipenuhi oleh beberapa orang atau
banyak untuk membaca, berdiskusi dan menulis. Bagaimana ruang literasi itu bisa berjalan? Tentu
ruang literasi bisa berjalan karena ada kesadaran dari segelintir orang untuk selalu menggelorakan
membaca, meresensi dan menulis. Kemudian apa goals dari ruang literasi? Goalsnya adalah
menciptakan karya tulis dari si pembaca buku yang telah di pahami untuk bisa di olah bahan bacaan
tersebut menjadi suatu kerangka tulisan dalam otak. Apakah bisa menciptakan suatu kerangka tulisan
dari sebuah bacaan buku? Jelas bisa, pada intinya kita harus membangun pola pikir kita terlebih dahulu,
menciptakan suatu tema yang tepat untuk keadaan yang sedang di alami. Artinya kita atau seseorang
tersebut harus melihat apa yang kurang dari lingkungan sekitar kita. Contoh halnya adalah
“Dilingkungan rumahku kurangnya kesadaran dalam membaca” maka tema yang kita buat adalah “Mari
Membaca” misalkan. Kemudian tema tersebut kita uraikan menjadi suatu tulisan, keluarkan pendapat
kita akan tema tersebut. Barulah dari pendapat kita kemudian sambungkan dengan bahan bacaan yang
telah kita baca tadi. Tetapi ingat! Buku yang kalian baca harus sesuai dengan keadaan yang terjadi
supaya lebih mudah berimajinasinya. Mudah bukan? Tinggal bagaimana kitanya untuk menimbulkan
rasa kesadaran untuk menulis. Tidak ada yang tidak mungkin selama masih hidup di dunia.

Lebih lanjut, saya akan mejelaskan terkait pelaksanaan Ruang Literasi ini. Perlu di pahami oleh kawan-
kawan supaya saat ikut kegiatan tidak bingung lagi untuk pelaksanaanya. Simak baik-baik, yang
pertama adalah sebagai berikut:

Pasal

1. Setiap orang harus memegang buku sesuai dengan kebutuhannya masing-masing yang benar-
benar baik untuk pergerakan dakwah maupun non dakwah.

Pasal

2. Setelah sudah memegang buku yang cocok, partisipan harus membaca buku tersebut selama 30
menit.

Pasal

3. Sembari membaca para partisipan harus menulis point-point penting yang ada dalam buku yang
dibaca.

Pasal

4. Kemudian resensikan kepada teman-teman lainnya terkait buku tersebut selama 30 menit
(untuk tiga orang peresensi).
Pasal

5. Setelah selesai meresensikannya kepada teman-teman terkait buku yang di baca, lalu partisipan
menentukan tema untuk menciptakan karya tulis ilmiah dari bahan yang sudah di dapat di buku
tersebut.

Pasal

6. Mulailah menulis selama 1 jam (menulis wajib diteruskan dirumah masing-masing)

Pasal

7. Dan dijelaskan kembali tulisan yang sudah dibuat di minggu berikutnya untuk memperkuat dan
menambah ide-ide baru untuk tulisan.

Demikian itulah point-perpointnya yang sudah dijelaskan diatas, diharapkan para teman-teman bisa
memahaminya untuk bisa berkelanjutan menciptakan suatu karya untuk dibaca oleh orang lain.

Membaca Adalah Bentuk Perlawanan

Dari membaca kita bisa melawan para orang-orang yang menyimpang ataupun sebaliknya kita bisa
melawan kepada orang-orang penjajah yang ingin menguasai tempat kita. Jika berkaca kepada zaman
penjajahan Imperialisme Belanda pada masa itu, dimana Belanda mengambil seluruh rempah-rempah
yang dimiliki Indonesia untuk bisa dibawa pulang ke Negeri Kincir Angin. Pada saat itu rakyat
Indonesia terkhususnya rakyat bumi putra yang menjadi budak kapitalis untuk bisa menjalankan mesin
roda-roda penggerak mereka. Untuk menghidupkan dan memberi masukan makanan kantong untuk
para kapital. Para pekerja yaitu rakyat Indonesia sendiri yang di hukum kerja paksa untuk
menghidupkan Imperialisme Belanda. Dengan uang yang tak seberapa upahnya dan kerasnya bekerja
para rakyat bumi putra kehilangan hak-haknya, dimana menjadi kerugian tanah-tanah milik rakyat
dirampas habis dengan peraturan-peraturan yang mengencet untuk kepentingan pemerintah. Van
Vollenhoven berkata bahwa sebidang tanah itu milik bumi putra telah dikuasasi dengan pemerintah
yang selalu memberi dusta dan penipuan atas hak tanahnya diatas kertas supaya bumi putra tidak bisa
mempergunakannya sehingga kaum Belanda bisa mempermainkan rakyat Indonesia dan menurut
Undang-Undang, tanah itu tidak boleh diambil kecuali jika untuk keperluan pemerintah sendiri.

Kelaliman yang didapatkan oleh kaum bumi putra sangat miris dan kasihan. Para tokoh termasuknya
Tan Malaka pernah berpendapat bahwa kurangnya rakyat Indonesia cakap dalam membaca sehingga
para kapital yang bengis bisa mempermainkan dengan mudah, sehingga tenaga-tenaga kerja rakyat
Indonesia selalu dipakai untuk menjalankan roda kapitalis. Sangat miris jika sampai sekarangpun rakyat
Indonesia kurangnya cakap dalam hal membaca, mungkin saja para kapital jahat yang maruk akan
kekuasaan akan bergelimut dan menempati tempat-tempat strategis Indonesia saat ini, kembali kepada
masa lampau dimana rakyat Indonesia sebagai budak pesuru, budak pelayan para kompeni-kompeni
Belanda.

Mari kita getarkan terus giat membaca kaum muda penerus bangsa yaitu anak-anak muda, dengan
membaca pengetahuan kita akan merasakan suatu keadaan yang lebih luas. Baca saja dulu, dari
membaca kita bisa memberikan efek yang baik kepada sekeliling kita. Memberi perubahan, memberi
dampak positif untuk lingkungan sekitar. Dan jangan lupa setelah membaca adalah menulis. Dari
menulis kita bisa mengungkapkan pikiran kita. Serta ada orang yang mengungkapakannya itu dengan
didiskusikan kepada orang lain. Tergantung kemampuan masing-masing orang, kita tidak bisa memaksa
untuk hal tersebut. Yang terpenting adalah membaca.

Anda mungkin juga menyukai