Anda di halaman 1dari 1

Adhirajasa Wicaksana

112011133059
My Motivation Letter to Indonesia
Nama saya Adhirajasa Wicaksana, lahir di Bandung, pada tanggal 21 Januari 2002. Saya lahir
dari keluarga sederhana, dari pasangan Bapak Ardijoso dan Ibu Wahyuni Dian. Saya adalah
Mahasiswa Baru dari Universitas Airlangga Fakultas Psikologi Jurusan S1 Psikologi. Saya
merupakan anak terakhir dari 6 bersaudara. Keluarga saya sering mengedepankan nilai-nilai
nasionalisme dan patriotisme melalui percakapan yang terjadi di antara kami. Saya merasa keluarga
saya cukup terbuka dan terbiasa untuk membahas mengenai bagaimana bangsa ini di esok hari.
Saya merasa bahwa bahwa perhatian kita terlalu fokus hanya kepada masalah ekonomi dan
masalah keyakinan saja. Padahal, bangsa yasng maju adalah bangsa yang cerdas. Mengintip negara
maju di luar sana, seperti jepang, mereka lebih mengutamakan pendidikan dan kesehatan dari pada
aspek-aspek penting lainnya. Mereka adalah negara yang suka belajar; mau belajar. Dibandingkan
dengan minat baca Indonesia yang minim, kita sudah tertinggal banyak dari negara-negara lainnya
yang sudah maju. Oleh karena itu, saya memiliki pandangan yang menurut saya dapat merubah
Indonesia secara signifikan agar Indonesia menjadi negara yang lebih baik, yaitu dengan
membiasakan budaya literasi atau budaya membaca.
Mengapa budaya literiasi? Karena menurut saya, dengan membaca sedikit saja, kita sudah
mendapat banyak sekali informasi-informasi yang dapat mengisi ruang kosong ketidaktahuan kita.
Sekarang media membaca sudah tersebar dimana-mana dan sangat mudah juga untuk diakses. Namun
dari kitanya saja yang terkadang malas untuk membaca, padahal dengan malas membaca kita sudah
kehilangan banyak sekali kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih berwawasan. Dengan mau
membaca, kita akan lebih terbiasa mengolah informasi-informasi yang masuk. Dampaknya kita
menjadi lebih teliti dan lebih bisa membedakan mana informasi yang penting mana yang palsu. Kita
terhindar dari miskomunikasi yang dapat menyebabkan perpecahan juga. Selain itu, secara mental
kita juga menjadi lebih bijaksana. Ibarat pepatah “seperti padi, kian berisi kian merunduk”, kita
menjadi lebih rendah hati dan tidak berbicara asal-asalan.
Lantas bagaimana cara kita dapat membiasakan budaya membaca ini? Tidak masuk akal jika
kita hanya berteriak-teriak “ayo membaca!”, lalu sekejap kita semua menjadi rajin membaca. Yang
pertama harus kita lakukan adalah menumbuhkan minta baca mereka terlebih dahulu. Kita harus
melakukannya secara perlahan, dari diri kita sendiri, lalu perlahan merambat ke orang-orang di sekitar
kita, hingga pada akhirnya tanpa disadari kita sudah terbiasa membaca. Saya percaya bahwa kita
hidup dengan mengimitasi cara hidup orang lain. Pepatah “buat jatuh tak jauh dari pohonnya” juga
terasa lebih masuk akal jika kita membayangkan bahwa anak mengimitasi apa yang orang tua mereka
lakukan. Tidak hanya, anak kecil, tanpa mengenal umur pun banyak kasus dimana seseorang
mengimitasi orang lainnya.
Sedikit bercerita, saya pernah membiasakan membaca novel di ruang kelas. Pada mulanya,
kawan-kawan saya hanya penasaran dan bertanya apa yang saya baca. Tapi perlahan-lahan semua
kawan dekat saya juga menjadi tertarik terhadap novel. Selain mengimitasi, faktor pendorong lainnya
adalah karena minat. Kita harus menumbuhkan minat membaca orang-orang terlebih dahulu. Kita
harus membiarkan mereka membaca apa yang mereka suka, lalu ketika ketika mereka sudah serin-
sering membaca, maka saya yakin seterusnya mereka akan terbiasa membaca segala macam tulisan.
Dari beberapa pemikiran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, saya dapat merubah
Indonesia ke arah yang lebih baik dengan cara menyebarkan kebiasaan membaca ke orang-orang di
sekitar saya. Cara tersebut tentu tidak terjadi secara instan; membutuhkan waktu yang sangat lama.
Akan tetapi saya cukup yakin bahwa hasilnya akan sangat signifikan.

Anda mungkin juga menyukai