Anda di halaman 1dari 9

Pidato : Bertemakan Meningkatkan Minat

Baca Siswa
0

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Yang saya hormati
bapak/ibu dewan guru dan yang saya sayangi teman-teman sekalian. Pertama-tama marilah kita
panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan dan keselamatan
sehingga kita dapat hadir

Buku adalah jendela dunia, dengan membaca kita bisa menjelajah dunia. Namun sayangnya, semboyan
tersebut hanya dipergunakan sebagai penghias semata. Pada kenyataannya, minat baca pada kalangan
anak masih memiliki tingkat kesadaran yang rendah. Tetapi, sebenarnya membaca memiliki banyak
sekali manfaat. Ada 10 keuntungan dari membaca, Pertama, kita terhindar dari kebodohan. Kedua, kita
bisa meningkatkan konsentrasi. Ketiga, kita bisa menjadi tahu akan sesuatu hal yang semula belum tahu
sama sekali. Keempat, kita dapat mengembangkan kefasihan bertutur kata., kita bisa menghilangkan
stress. Dari keuntungan keuntungan tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca itu penting, karena
dengan membaca kita dapat memperoleh informasi atau ilmu pengetahuan yang tidak hanya bermanfaat
bagi kita namun bagi orang lain pula.

Hadirin yang berbahagia. Setelah mengetahui pentingnya membaca, alangkah baik apabila kita
meningkatkan minat kita terhadap kegiatan tersebut. Namun ketertarikan terhadap membaca bukanlah
hal yang dapat timbul secara tiba-tiba. Tetapi membutuhkan waktu dan latihan secara terus-menerus.
Oleh karena itu minat membaca ini harus diawali sejak dini, agar kita terbiasa dan tentu saja memperoleh
manfaat yang besar pula.

Para hadirin yang saya hormati. Banyak cara untuk meningkatkan minat membaca bagi kita.

Pertama, ciptakan suasana yang nyaman saat membaca. Yang perlu diperhatikan suasana kenyamanan
membaca ialah mengatur jarak membaca minimal 30 cm, tidak dalam posisi tidur, dan carilah tempat
membaca dengan sumber penerangan yang baik.

Kedua lakukan secara bertahap. Misalnya dari selembar artikel, bertahap ke buku yang tipis hingga buku
yang tebal.

Selanjutnya cermati apa yang kita baca agar dapat diterima ilmunya secara maksimal.

Dan yang terakhir, sampaikan apa yang kita baca kepada orang lain agar lebih bermanfaat. Namun kita
harus tahu waktu dan tempat serta situasi agar orang yang kita ajak bicara tidak tersinggung.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan membaca sebagai sebuah rutinitas dan menyebabkan membaca
menjadi sebuah kebiasaan atau bahkan kebutuhan. Maka kita akan merasakan manfaat-manfaat yang
besar, yang timbul karena kegiatan membaca tersebut.

Hadirin yang berbahagia. Demikianlah pidato dari saya. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Dan tak
lupa pula saya mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati anda. Saya akhiri
dengan Wassalamualaikum Wr. Wb

Assalamualaikum wr.wb

Yang terhormat Bapak/Ibu Guru penguji, tidak lupa teman teman yang saya sayangi. Terlebih
dahulu marilah kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita , sehingga kita dapat berkumpul ditempat ini.

PENTINGNYA PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN KELUARGA

Assalamualaikum wr wb.

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita.

Yang terhormat kepala smp negeri 3, Ibu Budiastuti Sumaryanti, yang saya hormati para guru
dan staf karyawan smp negeri 3, serta para wali murid yang saya hormati pula. Marilah kita panjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada hari ini
kita dapat berkumpul bersama di aula smp negeri 3 dalam keadaan sehat walafiat.

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang pentingnya pendidikan anak dilikungan
keluarga.

Meningkatkan Kegemaran Membaca, yang berjudul Let's Read for Our Future.

Pada awalnya, banyak orang mengatakan bahwa membaca merupakan hal yang
diremehkan. Namun pada kenyataannya membaca memiliki banyak sekali manfaat.
Satu diantaranya adalah, dengan membaca kita dapat memperoleh informasi atau
ilmu pengetahuan yang tidak hanya bermanfaat bagi kita namun bagi orang lain pula.
Membaca sangatlah penting untuk semua orang. Akibat yang timbul jika orang tidak
suka membaca adalah dia akan menjadi kurang memiliki cukup wawasan, dll.

Para hadirin sekalian


Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan minat membaca. Saya
mempunyai 4 tips bagaimana cara menumbuhkan minat membaca bagi kita semua.

Pertama, mendisiplinkan diri, yaitu : jadikan membaca sebagai sebuah kebiasaan.


Sebagaimana halnya kebiasaan yang lain, membaca membutuhkan keadaan yang
berlangsung secara rutin dan terus menerus. Kunci Utamanya adalah :
mendisiplinkan diri kita untuk membaca.

Kedua, membawa buku bersama dengan kita pada saat kita bepergian. Karena
demikian, pada waktu kita senggang (misalnya saja pada saat kita duduk menunggu
seseorang) kita dapat mengisinya dengan membaca buku yang kita bawa.

Ketiga, membiasakan diri untuk menetapkan target membaca. Seorang pakar,


bernama : John C. Maxwell pernah menyarankan untuk menetapkan sebuah target
dalam hal berapa banyak buku yang akan kita baca dalam suatu periode waktu
tertentu. Misalnya, bila kita bisa menetapkan target minimal 12 buku dalam setahun,
maka kita bisa memprediksi bahwa kita akan menyelesaikan setidaknya 1 buku dalam
sebulan.

Keempat, jangan membaca hanya semata-mata karena kewajiban & suatu


keterpaksaan. Kebanyakan orang, membaca hanya semata-mata karena kewajiban
& suatu keterpaksaan untuk mengerjakan tugas atau mempersiapkan suatu ujian. Hal
itu tidak baik untuk dilakukan karena percuma kita membaca tapi bacaan yang kita
baca tidak masuk ke otak.

Para hadirin sekalian,


Dari kita membaca, banyak manfaat yang kita dapat. Pertama, dengan membaca kita
terhindar dari kebodohan. Kedua, dengan membaca kita terhindar dari sifat
malas. Ketiga, dengan membaca kita dapat mengembangkan kefasihan bertutur kata.
Keempat, dengan membaca kita dapat mengungkapkan sesuatu secara lisan dengan
mudah. Kelima, dengan membaca kita dapat mengeksplorasi dan mengembangkan
materi yang ingin kita ungkapkan. Dan yang paling penting, dengan membaca kita
dapat memperoleh informasi atau ilmu pengetahuan yang tidak hanya bermanfaat
bagi kita semua.

Para hadirin sekalian,


Membaca merupakan hal yang sangat penting bagi kita semua, karena dengan
membaca kita bisa memperoleh banyak manfaat. Apabila hal-hal tersebut telah
menjadi sebuah rutinitas dan menyebabkan membaca menjadi sebuah kebiasaan
atau bahkan kebutuhan. Maka kita akan merasakan manfaat-manfaat yang besar,
yang timbul karena kegiatan membaca tersebut.
Saya berharap para siswa-siswi SMP N 1 Singaraja, akan meningkatkan gemar
membaca dan juga dengan para siswa mulai untuk menumbuhkan minat membaca,
saya yakin SMP 1 Singaraja akan terus menjadi sekolah nomor satu.
Marilah mulai saat ini kita tumbuhkan minat membaca, untuk menambah
wawasan kita mengenai dunia maupun lingkungan sekitar.
Let's read for our future!

PERBANDINGAN BUDAYA MEMBACA

ANTARA INDONESIA DAN JEPANG

ABSTRAK

Sumber daya manusia merupakan ukuran maju atau tidaknya suatu bangsa. Tanpa sumber daya yang
berkualitas, suatu bangsa tidak akan dapat bersaing dengan bangsa lain dalam era globalisasi. Budaya
membaca menjadi pondasi dasar bagi pendidikan suatu bangsa. adalah sebuah kegagalan dari sebuah
sistem pendidikan jika tidak berhasil mencuptakan sebuah generasi yang memiliki budaya membaca.
Jepang sebagai negara dengan tingkat baca tertinggi di dunia, berhasil membuktikan bahwa budaya
membaca mampu mendorong kemajuan perekonomian dan ilmu. Tingginya budaya membaca, maka
akan membuat seseorang lebih memahami, menguasai dan menghargai ilmu pengetahuan sehingga
dapat meningkatkan daya saing bangsa. Seperti kita ketahui bangsa yang hebat terdiri dari individu-
individu yang luar biasa. Salah satu cara membuat individu luar biasa adalah dengan memulai dari
peningkatan pengetahuan dan ilmu, dan cara sederhana meningkatkan ilmu pengetahuan adalah
dengan membaca.

Kata Kunci : budaya membaca, Jepang, Indonesia

Pendahuluan

Potensi bangsa Indonesia sangat besar apabila ditinjau dari jumlah penduduknya yang terdiri dari
berbagai suku, yang memiliki beraneka ragam budaya yang perlu dikembangkan dan dilestarikan
keberadaannya. Namun demikian, potensi yang begitu besar secara kuantitas itu perlu diimbangi
dengan kualitas yang dimiliki. United Nations Development Program pada tahun 2000melaporkan
bahwa Human Development Index Indonesia berada pada peringkat 109 dari 174 negara1 dan kondisi
ini lebih parah lagi pada tahun 2003, Human Development Index Indonesia berada pada peringkat 112
dari 175 negara. Hal ini berarti kualitas sumber daya manusia masih rendah dan mengalami proses
penurunan dari tahun ke tahun. Salah satu faktor penyebab rendahnya Indeks Pembangunan Manusia di
Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan, yang juga berpengaruh langsung pada sektor ekonomi
dan kesehatan. Keadaan tersebut lebih diperburuk dengan masih dominannya budaya tutur (lisan)
daripada budaya baca. Budaya ini menjadi kendala utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya
masyarakat yang seharusnya mampu mengembangkan diri dalam menambah ilmu pengetahuannya
secara mandiri melalui membaca (Tilaar, 2002). Pemerintah pada saat sekarang ini memberikan
perhatian yang besar terhadap dunia pendidikan.

Minat membaca berbanding lurus dengan tingkat kemajuan pendidikan suatu bangsa. Kegiatan
membaca merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Parameter kualitas suatu
bangsa dapat dilihat dari kondisi pendidikannya. Pendidikan selalu berkaitan dengan kegiatan belajar
(Harjasujana, 1997). Belajar selalu identik dengan kegiatan membaca karena dengan membaca akan
bertambahnya pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang. Pendidikan tanpa membaca bagaikan
raga tanpa ruh. Fenomena pengangguran intelektual tidak akan terjadi apabila masyarakat memiliki
semangat membaca yang membara.

Budaya Membaca di Indonesia

Pada tahun 2011, UNESCO merilis hasil survei budaya membaca terhadap penduduk di negara-negara
ASEAN. Faktanya sungguh membuat kita miris. Budaya membaca Indonesia berada pada peringkat
paling rendah dengan nilai 0,001. Artinya, dari sekitar seribu penduduk Indonesia, hanya satu yang
masih memiliki budaya membaca tinggi. Indonesia masih terdapat fenomena pengganguran intelektual
karena minat membaca masyarakatnya masih dikatakan rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh
International Education Achievement (IEA) pada awal tahun 2000 menunjukkan bahwa kualitas
membaca anak-anak Indonesia menduduki urutan ke 29 dari 31 negara yang diteliti di Asia, Afrika, Eropa
dan Amerika.Dengan demikian tidaklah mengherankan bila Indeks kualitas sumber daya manusia
(Human Development Index/HDI) di Indonesia juga rendah. Hal ini sesuai dengan survei yang
dilakukan oleh UNDP pada tahun 2005 bahwa HDI Indonesia menempati peringkat 117 dari 175 negara
(Library Perbanas).

Indonesia sebagai negara berkembang, belum memiliki budaya membaca seperti halnya Jepang.
Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik berkenaan dengan perilaku sosial budaya di dalam
masyarakat diketahui persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang membaca surat kabar atau
majalah sebesar 18.94% pada tahun 2009 atau turun dari angka sebelumnya sebesar 23.46% pada tahun
2006. Tentu saja ini merupakan berita yang menyedihkan bagi Negara berkembang yang ingin maju.
Indonesia temasuk salah satu Negara yang paling sedikit peminat membacanya.

Faktor Rendahnya Minat Membaca di Indonesia

Rendahnya budaya membaca di Indonesia sangat mempengaruhi kualitas bangsa Indonesia, sebab
dengan rendahnya budaya membaca, tidak bisa mengetahui dan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan informasi di dunia, di mana pada ahirnya akan berdampak pada ketertinggalan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, untuk dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh Jepang, perlu kita
kaji apa yang menjadikan mereka lebih maju. Ternyata meraka lebih unggul di sumber daya manusianya.
Budaya membaca mereka telah mendarah daging dan sudah menjadi kebutuhan mutlak dalam
kehidupan sehari harinya. Untuk mengikuti jejak mereka dalam menumbuhkan budaya membaca sejak
dini perlu kita tiru dan kita terapakan pada masyarakat kita, terutama pada tunas-tunas bangsa yang
kelak akan mewarisi negeri ini.
Rendahnya budaya membaca di Indonesia disebabkan karena beberapa faktor. Diantaranya yaitu :

1. Warisan Budaya Bercerita

Budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang. Kita hanya terbiasa mendengar
berbagai dongeng, kisah, adat-istiadat secara verbal atau lisan yang diceritakan oleh orang tua, nenek,
dan tokoh masyarakat. Sehingga tidak ada pembelajaran secara tertulis yang dapat menimbulkan
kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca dipengaruhi oleh faktor determinisme genetic, yakni warisan
orangtua. Seseorang yang gemar membaca dibesarkan dari lingkungan yang cinta membaca.
Lingkungan terdekatnya inilah yang akan mempengaruhi seseorang untuk mendekatkan diri pada
bacaan, jadi seseorang tidak suka membaca karena memang sejak kecil dibesarkan oleh orangtua yang
tidak pernah mendekatkan dirinya pada bacaan (Hernowo, 2002).

2. Sistem pembelajaran di Indonesia

Sistem pembelajaran di Indonesia telah membuat siswa cenderung pasif dan hanya mendengarkan guru
mengajar di kelas daripada mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di sekolah
dengan membaca buku sebanyak-banyaknya.

3. Teknologi dan berbagai tempat hiburan

Munculnya permainan (game) yang makin canggih dan variatif serta tayangan televisi yang semakin
menarik, telah mengalihkan perhatian anak dari buku. Tempat hiburan yang makin banyak didirikan
juga membuat anak-anak lebih banyak meluangkan waktu ke tempat hiburan daripada membaca buku.

4. Minimnya sarana untuk memperoleh bacaan

Masih minimnya sarana untuk memperoleh bacaan juga menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya
budaya membaca masyarakat Indonesia. Andaipun harus membeli, harga buku yang ada di pasaran
relatif mahal. Hal ini menyebabkan orang tua tidak membelikan buku bacaan tambahan selain
mengutamakan buku-buku yang diwajibkan oleh sekolah. Apalagi kondisi ekonomi masyarakat yang
kurang mampu, jangankan terpikir untuk membeli buku bacaan, untuk memiliki ongkos pergi ke sekolah
pun terkadang menjadi hambatan bagi mereka.

5. Sifat malas yang merajalela

Di Amerika Serikat dan Jepang, setiap individu memiliki waktu baca khusus dalam sehari. Rata-rata
kebiasaan mereka menghabiskan waktu untuk membaca mencapai delapan jam sehari. Sementara di
negara berkembang, termasuk Indonesia, hanya dua jam setiap harinya. Mereka cenderung memilih
untuk bersantai main game, bermalas-malasan menonton televisi atau pergi jalan-jalan ke mall atau
tempat hiburan lainnya.

Budaya Membaca di Jepang

Negara maju seperti Jepang kegiatan membaca menjadi sebuah budaya positif, membaca adalah suatu
kebiasaan yang telah menjadi kebutuhan bagi masyarakatnya. Dimulai sejak lebih dari seabad yang lalu
saat restorasi Meiji, para pemimpin saat itu mulai menerjemahkan buku-buku asing dari seluruh dunia
terutama Amerika dan Eropa. Tidak peduli di manapun mereka berada, mulai dari anak-anak, remaja
hingga orang dewasa akan terlihat sedang membaca buku di dalam kereta, stasiun maupun airport. Hal
ini tentu menjadi identitas masyarakat jepang di mata dunia selain sebagai masyarakat pekerja keras.

Meski sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bekerja, tetapi orang Jepang pantang untuk tidak
melakukan apa-apa ketika ada waktu longgar. Ketika ada waktu longgar, negara yang pernah hancur
lebur pada Perang Dunia kedua itu memanfaatkannya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat,
seperti membaca. Budaya membaca sudah mendarah daging bagi masyarakat Jepang. Para orangtua
sudah mengajarkan membaca kepada anak-anaknya sejak dini. Hasilnya, membaca bukan lagi kegiatan
yang dipaksakan tetapi sudah menjadi hobi (Harjasujana, 2000).

Orang-orang Jepang memang terkenal sebagai masyarakat yang kutu buku dalam cerita-cerita yang
berkembang di dunia internasional yang mana dibuktikan dengan fakta bahwa tiap tahun lebih dari 1
miliar buku dicetak di Jepang. Menurut Yoshiko Shimbun, kebiasaan membaca di Jepang diawali dari
sekolah. Para guru mewajibkan siswa-siswanya untuk membaca selama 10 menit sebelum melakukan
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kebijakan ini telah berlangsung selama 30 tahun. Para ahli
pendidikan Jepang mengakui bahwa pola kebiasaan yang diterapkan ini terlalu bersifat behavioristik, di
mana terdapat reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) dalam pelaksanaan aturan tersebut.
Namun, pembiasaan yang dilakukan dari tingkat sekolah dasar dinilai cukup efektif, karena dilakukan
pada anak-anak sejak usia dini.

Awalnya, seperti yang disebutkan harian tersebut, pelaksanaan regulasi tersebut memang sulit
dilakukan, mengingat para murid memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda.
Namun, karena pola pendidikan di Jepang didesain sedemikian sehingga berkesinambungan dengan
pola pendidikan di rumah, sehingga dalam pelaksanaannya, orangtua juga proaktif mengembangkan
kebiasaan baca di sekolah.

Budaya membaca yang tinggi pada masyarakat Jepang jika dibandingkan dengan negara lain tidak
tumbuh begitu saja, tapi by design salah satu contohnya kurikulum sekolah di Jepang di buat sedemikian
rupa sehingga pada usia dini anak TK sudah diajar membaca, dengan memaksa untuk menyukai buku,
dengan membuat permainan lebih banyak pada bagaimana mengenal huruf, hingga mengundang
mahasiswa internasional untuk berinteraksi dengan mengenalkan mereka huruf. Disamping usaha
sekolah, orang tua sangat berperan bagaimana meningkatkan minat anak membaca, salah satunya
dengan memberikan hadiah berupa buku bacaan atau komik, dan menjadikan perpustakaan daerah
sebagai tujuan wisata di akhir pekan. Perpustakaan daerah yang dikelola pemerintah sangat menarik
minat para pengunjung, karena tidak hanya mengoleksi buku bacaan, tapi juga koleksi kaset rekaman
film, piringan hitam musik hingga lukisan yang tentu saja semuanya dapat di pinjam oleh pengunjung.

Tachiyomi di Jepang

Di Jepang, ada kebiasaan yang berkembang luas di masyarakat, yaitu Tachiyomi yang merupakan
kabiasaan masyarakat Jepang baik anak muda maupun usia lanjut untuk memanfaatkan waktu luang
mereka untuk membaca, biasanya membaca sambil berdiri di depan toko buku. Buku yang dibaca
bermacam-macam mulai dari majalah, komik (manga) buku pelajaran atau buku yang lainnya. Dengan
tingginya pola baca masyarakat jepang, maka toko buku, toko buku cafe hingga convenience store
menyediakan khusus buku atau komik populer bagi pembaca yg hanya ingin membaca, membaca
buku/komik tersebut sebelum memutuskan membacanya atau hanya sekedar membaca gratis.

Perbedaan budaya tersebut yang membedakan Jepang dan Indonesia, budaya membaca orang-orang
jepang tidak dipungkiri mampu membawa Jepang menjadi negara yang jauh lebih maju dibanding
Indonesia. Tingkat kemajuan membaca masyarakat Indonesia sangat rendah dibanding dengan Negara-
negara lainnya,ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia
lebih memilih menggunakan waktu luangnya untuk pergi berbelanja ke mall, dan lain sebagainya
dibanding dengan mengisi waktu luang mereka untuk membaca buku di perpustakaan,sedangkan
masyarakat Jepang menggunakan waktu luang mereka untuk membaca buku. Masyarakat Jepang tidak
hanya membaca buku diperpustakaan tetapi juga mereka terbiasa membaca buku di kendaraan
umum,kebiasaan yang sungguh jauh berbeda dengan masyarakat Indonesia.

Penutup

Peradaban suatu bangsa ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuannya, sedangkan kecerdasan dan
pengetahuan di hasilkan oleh seberapa ilmu pengetahuan yang di dapat, sedangkan ilmu pengetahuan
di dapat dari informasi yang diperoleh dari lisan maupun tulisan. Semakin banyak penduduk suatu
wilayah yang haus akan ilmu pengetahuan semakin tinggi peradabannya.

Budaya suatu bangsa biasanya berjalan seiring dengan budaya literasi, faktor kebudayaan dan
peradaban dipengaruhi oleh membaca yang dihasilkan dari temuan-temuan para kaum cerdik pandai
yang terekam dalam tulisan yang menjadikan warisan literasi informasi yang sangat berguna bagi proses
kehidupan social yang dinamis.

Rendahnya budaya membaca masyarakat kita sangat mempengaruhi kualitas bangsa Indonesia, sebab
dengan rendahnya budaya membaca, tidak bisa mengetahui dan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan informasi di dunia, di mana pada akhirnya akan berdampak pada ketertinggalan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, untuk dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh negara-
negara tetangga, perlu menumbuh kan budaya membaca sejak dini.

Daftar Pustaka

Tilaar, H. A. R. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Adler, M. J. dan Van Doren, C. Penyadur : Budi Prayitno. 1989. Cara Membaca Buku dan Memahaminya.
Jakarta: PT Pancaca Simpati.

Harjasujana, A.S. & Damaianti, V.S. 2003. Membaca dalam Teori danPraktik. bandung: Mutiara.

Harjasujana, A.S. & Mulyati, Y. 1997. Membaca 2, Modul Universitas Terbuka. Jakarta: Depdikbud.
Hernowo (Edt).2003. Quantum Reading: Cara cepat dan Bermanfaat Untuk Merangsang Munculya
Potensi Membaca. Bandung: MLC.

- See more at: http://miy90.blogspot.co.id/2015/02/analisis-perbandingan-budaya-


membaca.html#sthash.XuIAFo6T.dpuf

Anda mungkin juga menyukai