Penulis
PENDAHULUAN
Pertanyaan 1
Q : Bagaimana hukumnya apabila kita
kecipratan genangan air hujan?
Àpakah itu termasuk najis?
A: Intinya dia tetap suci, sekalipun warnanya coklat
pekat, bercampur tanah. Air yang berubah warna dinilai
najis, jika perubahan warna itu disebabkan benda najis.
Selama kita tidak tahu, apakah dalam genangan air tadi
ada najisnya ataukah tidak, maka status air itu suci.
Penjelasan lebih lanjut:
Pertanyaan 2
Q: Apa hukumnya air yang berubah
sifatnya dikarenakan oleh kondisi
tempatnya?
A: Pada intinya
Didalam fiqih selalunya ada pengecualian dari kaidah
umum yg berlaku, begitupun dalam permasalahan air
yg berubah salah satu sifatnya ini.
Berikut ini kami sebutkan beberapa air yg berubah
tapi masih suci mensucikan:
1. Air yg berubah karena lama tergenang
2. Air yg berubah karena sebab debu
3. Air yg berubah karena sebab garam laut
4. Air yg berubah karena sebab tanah, lumut, daun-
daun pepohonan dan segala sesuatu yg sulit dihindari
dari air termasuk halnya jika berubah karena cucian
kaki orang2 yg berwudhu didalam kolam wudhu
5. Air yg berubah karena disebabkan wadah tempat
air itu mengalir, seperti berbau besi atau berbau
paralon dll
6. Air yg berubah karena disebabkan wadah tempat
air itu menetap, seperti berbau semen karena
kolamnya yg baru dibuat
7. Air yg berubah karena sesuatu yg tdk bercampur
dg air yg disebut dg mujawir seperti minyak, kayu
gahru, kayu pohon dll.
Namun, ada penjelasan lebih lanjut
• PERTAMA
() َما ُء السَّمآ ِء
(Air dari langit)
َو ُي َن ِّز ُل َع َل ْي ُكم م َِّن ال َّس َما ِء َما ًء لِّي َُطه َِّر ُكم ِب ِه
"Dan Dia menurunkan kepada kalian air dari langit, agar
kalian bersuci dengannya."
• KEDUA
َّ َو
ال ِح ُّل ميت ُت ُه، ُالطهُو ُر ماُؤ ه
"Bahwasanya air laut tersebut adalah suci airnya dan
halal bangkainya."
Yaitu hewan air laut apabila menjadi bangkai, maka
halal.
• KETIGA
()وماء النهر
(Air sungai)
• KELIMA
KEENAM
• KETUJUH
Dalilnya:
Hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang
do'a istiftah, ketika Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam
berdo'a:
Pertanyaan 3
Q : Apakah tetap dapat suci dan
menyucikan apabila air yang sudah
berubah warna dan rasanya namun
setelah diberi kaporit atau obat2an lain
sejenisnya, sifatnya menjadi asli.. spt
air PAM misalnya..?
A: Tetap suci dan mensucikan karena
kembali ke bentuk semula
Berikut ini keterangan para ulama mengenai ini, yakni sebagai
berikut :
1. Imam Syafi’i mengatakan :
َوِإ َذا َو َق َع فِي ْال َما ِء َشيْ ٌء َحالَ ٌل َف َغي ََّر َل ُه ِريحً ا
سَ َأ ْو َطعْ مًا َو َل ْم َي ُك ِن ْال َما ُء مُسْ َت ْه َل ًكا فِي ِه َفالَ َبْأ
ضَأ ِب ِه َو َذل َِك َأنْ َي َق َع فِي ِه ْال َبانُ َأ ْو َّ َأنْ َي َت َو
ْال َقطِ َرانُ َف َي ْظ َه ُر ِري ُح ُه َأ ْو َما َأ ْش َب َه ُه َوِإنْ ُأخ َِذ
ارَ ص َ ْق َأ ْو َع َس ٌل َف ٌ يب ِب ِه َل َبنٌ َأ ْو َس ِوي َ َِما ٌء َفش
ضْأ ِب ِه ِالنَّ ْال َما َء َّ ْال َما ُء مُسْ َت ْه َل ًكا فِي ِه َل ْم ُي َت َو
ٍ ك فِي ِه إ َّن َما ُي َقا ُل لِ َه َذا َما ُء َس ِوي
ْق َو َل َب ٍن ٌ مُسْ َت ْه َل
ٌش ْوب ُ َو َع َس ٍل َم
“Apabila jatuh dalam air sesuatu benda yang halal yang
dapat merubah air, bau atau rasanya. Sedangkan air itu
tidak larut dalam benda tersebut, maka tidak mengapa
berwudhu’ dengannya. Yang demikian adalah seperti
jatuh dalam air pohon kayu atau pelangkin, maka
muncullah baunya atau yang serupa dengan itu. Dan
seandainya diambil air dicampur dengan dengan susu,
tepung atau madu, maka air itu kemudian larut
dalamnya, maka tidak boleh berwudhu’ dengannya.
Karena air larut dalamnya, sehingga dikatakan bagi ini
air tepung, air susu atau air madu bercampur.”
Pertanyaan 4
Q: Kalau mencuci baju dengan mesin
cuci itu bagaimana? apa termasuk suci
mensucikan? kalau engga baiknya
mencuci baju nya seperti apa?
A: Tetap suci mensucikan selama najis
ainiyahnya hilang kemudian kalau
disiram air lagi (dibilas) sebagai
penghilang najis hukmiyahnya.
Pertanyaan 5
Q: Kalau untuk mengepel lantai agar
suci untuk tempat ibadah bagaimana
caranya yang benar?
A: Dihilangkan najis ainiyah nya dulu
sehingga hilang rasa, bau dan warna
lalu dibiarkan kering kemudian
disiram untuk menghilangkan najis
hukmiyah. Penejelasan lebih lanjut
Cara mengepel lantai yang benar adalah dengan melihat najis yang
ada pada lantai tersebut terlebih dahulu:
Tapi yang lebih mudah, lebih baik kita menjadikan najis tersebut
sebagai najis hukumiyyah terlebih dahulu, yaitu dengan
membersihkan benda dan sifat-sifat najis dari lantai terlebih dahulu
dengan semisal kain kering, sampai lantai itu kering dan tidak ada
benda najis dan sifatnya, barulah kemudian kita menyucikan lantai
tersebut seperti cara menyucikan najis hukmiyyah, yaitu dengan
meratakan air mutlak padanya meskipun hanya sekali dan tidak
mengalir.
Pertanyaan 6
Q: Mau nanya, tadon air kan ada yg
terbuat dr stainless steel, kl siang kan
kena matahari trus airnya jadi
hangat..apakah airnya masih suci
mensucikan?
A: Tetap suci mensucikn akn ttapi
makruh bila dpkai dl keadaan pnas
karna akan menimbulkan penyakit.
Jika pns hilang mk tdk makruh lgi.
Penjelasan lebih lanjut
Bentuk air suci, namun makruh untuk bersuci adalah air
musyammas. Musyammas [arab: ]الـمشمسdari kata
syamsun [arab: ]شمسyang artinya matahari. Disebut air
musyammas karena air ini terkena terik matahari.
Pertanyaan 7
Q: Jika bersuci dengan selain air,
misalnya debu maka debu suci seperti
apakah yg dimaksud?
A: Debu yg tidak terkena najis, tidak
tercampur pasir, tepung, kapur dan
bukan debu musta’mal (sudah
digunakan). Penjelasan lebih lanjut
Dalam buku terjemah Fathul Qarib , debu yang
digunakan untuk bertayamum adalah debu yang suci,
tidak basah, debu Yang didapat secara ghasab, dan debu
atau tanah kuburan yang belum digali. Dalam matan
kitab taqrib juga ditambahkan tentang syarat tayamum
yaitu tanah yang berdebu tanpa kapur atau pasir, kalau
debu itu bercampur dengan pasir maka tidak bisa
digunakan untuk tayamum, Sesuai dengan Fatwa Imam
Nawawi yang dimuat dalm KItab Al-Muhadzab dan At-
Tashih.
Berbeda dengan syarat tayamum yang dimuat
dalm Ar-Raudhah dan Al-Fatawa, yang membolehkan
debu bercampur dengan kapur atau pasir untuk
bertayamum. Sah juga mengunkan pasir yang berdebu ,
penyusun menyebutkan:”At-Turab” mengecualikan
selain debu misalnya kapur dan batu merah (semen
merah).Juga menyebutkan suci (bith-Tahir),
mengecualikan debu yang najis, demikian pula
denganmenggunakn debu yang sudah dipakai
(musta’mal) maka itu tidak sah.
Tentang tayamum disebutkan dalam firman Allah
Surah Almaidah ayat 6:
فلم.... وان يأيها كنتم جنبا فاطهروا
تجدوا ماء فتيمموا صعيدا طيبا
“ (ketika berhadast besat atau kecil ) lalu kamu
tidak memperoleh air , maka bertayamumlah dengan
tanah (debu) yang bersih, sapulah muka dan tanganmu
dengan tanah tersebut… (QS. Al-Maidah: 6)
Pertanyaan 8
Q: Kalau misalnya terkena bencana
banjir, lalu sulit menemukan air bersih,
baiknya bertayamum saja atau
menggunakan air banjir tsb
A: Jika tidak membahayakan
pengguna dan jelas tidak ada najisnya
maka sebaiknya mengunakan air
tersebut. Penjelasan lebih lanjut
Air banjir masih bisa digunakan utuk bersuci, baik mandi atau
wudhu’. Maka dalam masalah ini ia tidak boleh bertayammum sebab
disini masih ada air.
Pertanyaan 9
Q: Apa itu najis ainiyah dan najis
hukmiyah?
A: Najis ainiyah adalah najis yang
masih terdapat warna, bau dan rasa.
Misalnya air kencing yang masih
basah di lantai
Najis hukmiyah adalah najis yang
sudah hilang bau rasa warna tapi
belum disucikan. Misal air kencing
yang telah kering di lantai
Pertanyaan 10
Q: Di tempat saya airnya itu suka mati
atau aliran airnya kecil sekali, maka
terkadang untuk wudhu/mandi besar
saya suka bingung. Karena air di bak
mandi belum 2 kolah. Apa sebaiknya
yg harus saya lakukan, apakah itu
termasuk keadaan darurat? Bisakah
saya mensucikan diri dengan memakai
air yg di bak mandi itu saja?
A: Bisa menggunakan air tersebut
dengan cara seperti ini:
Cara mengambil air: alat yg digunakan
harus dipastikan suci, sehingga air
dalam bak tidak mutanajis kemudian
baru dipakai mandi.
Intinya jangan sampai air tersebut
terkena najis dan bisa digunakan
mandi merata ke seluruh tubuh yang
menjadi syarat sah mandi. Cara
mandinya disiramkan ke tubuh, bukan
tubuhnya yang direndam kayak di
bathup.
Pertanyaan 11
Q: air yang di basahkan dalam tisu
apakah
bisa digunakan.untuk mensucikan….?
A: Bisa, jika airnya sekiranya masih
menetes. Kayak air dalam mangkuk
terus tisue nya dicelupin terus buat
sesuci. Penjelasan lebih lanjut :
Pertama, disyaratkan air untuk menghilangkan
najis. Tidak sah menghilangkannya dengan
selainnya, kecuali berdasarkan dalil. Hal
didasarkan pada sifat air yang telah Allah tetapkan
sebagai benda suci lagi menyucikan.
1. Allah Ta'ala berfirman:
Terbaca di atas bahwa waktu yang disebutkan oleh ayat itu ada
tiga, yakni sesudah matahari tergelincir, gelapnya malam, dan
waktu fajar atau subuh. Yang dimaksudkan dengan "sesudah
matahari tergelincir" adalah waktu Zuhur dan waktu Asar;
"gelapnya malam" adalah waktu Maghrib dan Isya; "fajar" atau
subuh adalah waktu salat Subuh.
ف الْ َماَل ِئ َكةُ ِعْن َد َرهِّبِ ْم َج َّل َو َعَّز ُّ صُ َص ُّفو َن َك َما تُ ََأاَل ت
ف الْ َماَل ِئ َكةُ ِعْن َد َرهِّبِ ْم
ُّ ص ُ َف تَ ُق ْلنَا َو َكْي
ف َّ اصو َن يِف
ِّ الص ُّ َّمةَ َو َيَتَر
َ وف الْ ُم َقد ُّ ال يُتِ ُّمو َن
َ الص ُف َ َق
“Tidakkah kalian berbaris sebagaimana berbarisnya para malaikat
(dengan rapih) di hadapan Rabb mereka?” Maka kami bertanya: ”Ya
Rasulullah, bagaimanakah berbarisnya para malaikat di hadapan Rabb
mereka?” Beliau bersabda: “Mereka menyempurnakan shaf-shaf pertama
dan merapatkan shaf.” (HR Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah dan
Ahmad)
Pada kesempatan lain Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam pernah
memperingatkan para sahabat agar menutup celah-celah di antara
shaf sholat berjamaah mereka dengan saling berdekatan satu sama
lain antara mereka. Sebab bilamana celah-celah tersebut dibiarkan
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam dapat melihat –dengan izin
Allah- syetan menyelinap di dalam barisan orang-orang yang sholat
berjamaah laksana anak-anak kambing!
ِ َاَأْلعن
اق ْ ِم َوقَا ِربُوا َبْيَن َها َو َحاذُوا بHْ ص ُفوفَ ُك
ُ صوا
ُّ ُر
َأَلرى الشَّْيطَا َن ِ ِ ِ ِ ِإ ِ َّ
َ َن ْفسي بيَده يِّنHَف َوالذي
فُ ف َكَأنَّ َها احْلَ َذ َّ يَ ْد ُخ ُل ِم ْن َخلَ ِل
ِّ الص
“Rapatkanlah shaf-shaf kalian, saling berdekatanlah, dan luruskanlah
dengan leher-leher (kalian), karena demi Dzat yang jiwaku berada di
dalam genggamannya, sesungguhnya aku melihat setan masuk dari celah-
celah shaf seakan-akan dia adalah kambing kecil.” (HR Abu Dawud)
َوَأقِ ِم الصَّاَل َة ِإ َّن الصَّاَل َة َتْن َهى َع ِن الْ َف ْح َش ِاء َوالْ ُمْن َك ِر
”… dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS Al-Ankabut ayat 45)
Kadang kita malah menjumpai kenyataan dimana saat kita
berkeinginan untuk merapatkan shaf dengan mendekatkan diri
kepada tetangga sholat kita, malah saudara kita itu malah
menjauhkan badannya dari kita. Sehingga shaf tidak kunjung rapat,
selalu saja ada celah-celah di antara orang-orang yang sholat.
Memang ini semua memerlukan edukasi ummat secara massif agar
kita semua dapat benar-benar meraih sholat yang berbuah akhlaqul
karimah. Inilah yang dikhawatirkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa
sallam dalam salah satu hadits beliau. Bilamana seseorang
memutuskan shaf sholat, maka sama saja ia mengundang
diputusnya rahmat Allah atas dirinya.Sebaliknya bila seseorang
menyambung shaf sholat yang tadinya terputus justeru dia akan
memperoleh sambungan rahmat Allah atas dirinya.
هِ --ه عَ لَ ْي ُ َّلَّى الل--ص َ ه ِ َّول الل ِ --س ُ ف َر-- َ خ ْل َ ُك َّنا
ِ َّول الل
ه ُ -س ُ َرَأ َر-ق َ فَ ،ر ِ -َجْ اَل ِة ا ْلف- ص َ م فِي َ َّل- س َ َو
ه ا ْل ِق َرا َء ُة ِ ت عَ لَ ْي ْ َ ف َث ُقل، مَ َ َّسلَ ه َو ِ علَ ْي
َ ه ُ َّصلَّى الل َ
ف---
َ خ ْل َ َ َر ُءون---ْم تَق ْ كُ َّعلَ َ ( ل: ل َ ا---ق َ غَ َر---ف َ ما َّ َفل َ ،
اَل: ل َ ا--ق َ .ه ِ َّل الل َ سو ُ يَا َر، َم ْ نَع: م ! ُق ْل َنا ْ ك ُ م ِ ما َ ِإ
ن ْ م َ
َ ِ ة ل- ص اَل َ اَل َّه َ
ُ فِإن، ِاب--ة الكِ َت ْ ِ ح اَّل
َ ِتَ ْفعلُوا ِإ بِفَات َ
ها َ ِم يَ ْق َرْأ ب ْ َل
“Dahulu kami shalat dibelakang Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dalam shalat fajar.
Maka Rasulullah sallalalhu alaihi wa sallam membacanya sehingga berat bagi beliau (ada)
bacaan (lain). Ketika selesai, beliau bersabda, “Kayaknya anda semua membaca di
belakang imam. Kami menjawab, “Ya wahai Rasulullah. Beliau bersabda, “Jangan lakukan
kecuali Fatihatul Kitab (surat Al-Fatihah) karena tidak ada shalat bagi orang yang tidak
membacanya.
Karena itu, dalam posisi sebagai makmum, apapun keadaannya, seseorang harus
mengikuti semua gerakan imam, meskipun bisa jadi, dia belum menyelesaikan
bacaannya. Kecuali, jika imam melakukan pembatal shalat dan makmum mengetahuinya.
Misalnya: Imam kentut dan didengar makmum, atau imam tidak thumakninah
(gerakannya terlalu cepat), sehingga ruas-ruas tulang belum menempati posisi yang
sempurna untuk masing-masing rukun. Dalam kondisi semacam ini, makmum
disyariatkan untuk mufaraqah (memisahkan diri dari jamaah), kemudian shalat sendiri.
Sementara, untuk kasus yang dialami Penanya, hal tersebut bukan termasuk pembatal
shalat, karena bisa jadi, bacaan imam benar, hanya saja lebih cepat dibandingkan bacaan
makmumnya. Meskipun demikian, makmum wajib mengikuti imam dan makmum tidak
boleh menyelesaikan bacaannya, karena itu akan menyebabkan makmum tertinggal dari
gerakan imam, sehingga makmum tidak dianggap mengikuti imam
صالَ ِة ُ َْبي َْن الرَّ ج ُِل َو َبي َْن ال ِّشرْ كِ َو ْال ُك ْف ِر َتر
َّ ك ال
“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim
no. 257)
Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata, ”Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Namun, kalau bangun di pagi hari ketika matahari terbit tidak menjadi kebiasaan, maka dia harus
mengerjakan shalat tersebut ketika dia ingat atau ketika dia bangun dari tidurnya.
Kita dapat melihat hal ini dalam hadits dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sumber : https://rumaysho.com/487-bagaimana-jika-telat-shalat-shubuh.html
ىف تعليق الفرا َأنَّهُ يَُز ُال الْو ْشم بِالْعِاَل ِج فَِإ ْن مَلْ مُيْ ِك ْن إاَّل
ُ َ
بِاجْلُْر ِح اَل جُيَْر ُح َواَل إمْثَ َعلَْي ِه بعد التوبة
Dalil Kedua:
Dari Aisyah d bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mencium sebagian istrinya kemudian keluar menuju shalat dan tidak
berwudhu lagi. Saya (Urwah) berkata: Tidaklah dia kecuali anda kan? Lalu
Aisyah tertawa. (Shahih. Riwayat Tirmidzi: 86, Abu Dawud: 178,
Nasa’i: 170, Ibnu Majah: 502 dan dishahihkan Al-Albani dalam Al-
Misykah: 323. Lihat pembelaan hadits ini secara luas dalam At-
Tamhid 8/504 Ibnu Abdil Barr dan Syarh Tirmidzi 1/135-138
Syaikh Ahmad Syakir).
Hadits ini menunjukkan bahwa menyentuh istri tidaklah
membatalkan wudhu sekalipun dengan syahwat. Demikian
ditegaskan oleh Syaikh Al-Allamah As-Sindi dalam Hasyiyah
Sunan Nasa’i 1/104.
Dalil Ketiga:
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Saya pernah tidur di depan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kedua kakiku berada di
arah kiblatnya. Apabila beliau sujud maka beliau menyentuhku lalu
sayapun mengangkat kedua kakiku, dan bila beliau berdiri, maka aku
membentangkan kedua kakiku seperti semula. (Aisyah) berkata: “Rumah-
rumah saat itu masih belum punya lampu”. (HR. Bukhari: 382 dan
Muslim: 512).
Hadits ini menunjukkan bahwa menyentuh istri tidaklah
membatalkan wudhu. Adapun takwil Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam
Fathul Bari 1/638 bahwa kejadian di atas bisa jadi karena ada
pembatasnya (kain) atau kekhususan bagi Nabi, maka takwil ini
sangat jauh sekali dari kebenaran, menyelesihi dhahir hadits dan
takalluf (menyusahkan diri). (Periksa Nailul Authar Asy-Syaukani
1/187, Subulus Salam As-Shan’ani 1/136, Tuhfatul Ahwadzi Al-
Mubarakfuri 1/239, Syarh Tirmidzi Ahmad Syakir 1/142).
Dalil Keempat:
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Pada suatu malam saya pernah
kehilangan Rasulullah n dari tempat tidur maka saya mencarinya lalu
tanganku mengenai pada kedua punggung kakinya yang tegak, beliau
shalat di masjid seraya berdoa: “Ya Allah saya berlindung dengan ridha-
Mu dari kemurkaan-Mu…”. (HR. Muslim: 486).
Hadits ini menunjukkan bahwa istri menyentuh suami tidaklah
membatalkan wudhu. Adapun takwil Imam Nawawi dalam Syarh
Shahih Muslim 4/152 bahwa kejadian tersebut bisa jadi karena
ada pembatas kainnya, maka menyelisihi dhahir hadits. (Lihat At-
Tamhid 8/501 Ibnu Abdil Barr dan Tafsir Al-Qurthubi 5/146).
Dalil Kelima:
Salat duha boleh membaca surat apa saja yang dikuasai, tidak
harus asy-Syams dan adh-Dhuha. Penjelasan lebih lanjut
HلHِ HَّْيHلHلH اH ِيHَثHُلHُ ثH ْنH ِمHٰ ىَنH َأ ْدH ُمHوH ُقH َتHك Hَ َّH َأنH ُمHَلH ْعH َيHك Hَ َّHبH َرHَِّإ ن
HَُّهHلHلHاHوHَ yۚ Hك Hَ H َعH َمH َنHيHَّ ِذHلH اH َنH ِمHٌةHِئ َفHاHَطHوHَ HُهHَثHُلHُ ثHوHَ Hُ هH َفHص ِ
ْ HنHوHَ
ِ
HبHَ HاHَ تH َفHُهHوHص ُ Hْ حُتH ْنHَ لH َأ ْنH َمHلH َعyۚ H َرHاHنَّ َهHلHاHوHَ H َلHَّْيHلHلH اH ُرH ِّدH َقHُي
H َأ ْنH َمHِ لH َعyۚ H ِنH آHرHْ H ُقHْلH اH َنH ِمH َرHَّسHَ يH َتHاH َمHاHوHُءHق َرHْ HاHَ فyۖ H ْمH ُكHْيHَ لHَع
يِفH َنHوHُبH ِرHضْ Hَ يH َنHوH ُرH َخH آHوHَ yۙ HىHٰ Hض ِ
َ HرHْ H َمH ْمH ُكH ْنH مH ُنHوH ُكHَيHَس
H َنHوH ُرH َخH آHوHَ yۙ Hَّ ِهHلHلH اHلHِ Hض
ْ Hَ فH ْنH ِمH َنHوHُت غHHَ H ْبH َيHض Hِ HرHْ َأْلHا
yۚ Hُ هH ْنH ِمH َرHَّسHَ يH َتHاH َمHاHوHُءHق َرHْ HاHَ فyۖ Hَّ ِهHلHلH اHلHِ HيHِبH يِف َسH َنHوHُلHِتHاH َقHُي
ِ
HََّهHلHلH اHاHوHضُ H ِرHَْأقHوHَ H َةHاH َكHَّزHلH اHاHوHُتH آHوHَ Hَّ اَل َةHصHلH اHاHوH ُمHيHَأقHوHَ
Hٍ رْيH َخH ْنH ِمH ْمH ُكHسHِ H ُفH َأِل ْنHاHوH ُمH ِّدH َقH ُتHاH َمHوHَ yۚ HًاHنH َسH َحHاHض ً HرHْ Hَق
yۚ HاH ًرH َأ ْجH َمHَ ظHَأ ْعHوHَ HاHي ًرHHْ H َخH َوH ُهHَّ ِهHلHلH اH َدH ْنH ِعHُهHوH ُدHِجَت
HٌمHيHحHِ H َرHٌرHوH ُفH َغHََّهHلHلH اHَّ ِإ نyۖ HََّهHلHلH اHاHوH ُرH ِفHت ْغHَ H ْسHاHوHَ
Masalah isbal atau menurunkan ujung kain ke bawah mata kaki, baik di
dalam sholat maupun di luar sholat memang telah terjadi perbedaan dan
perdebatan. Menurut mayoritas ulama’, hukumnya makruh jika tidak
dengan maksud sombong (khuyala’) dan haram jika dengan maksud
sombong. Berikut beberapa hadits Nabi SAW mengenai isbal, yaitu antara
lain :
Karenanya hukum isbal kalau tidak di sertai dengan tujuan ‘khuyala’ itu
tidak harom, kalau disertai dengan tujuan ‘khuyala’ maka hukumnya harom.
Sebagaimana kata Ibnu Abdil Bar dan Imam Nawawi. Imam Nawawi
berkata, Isbal dibawah mata kaki dengan sombong ‘khuyala’ (hukumnya
haram), jika tidak dengan sombong maka makruh. Demikian itu merupakan
pendapat Asy-Syafi’i tentang perbedaan antara menjulurkan pakaian dengan
sombong dan tidak dengan sombong.
Dia berkata: Yang disukai (mustahab) adalah memakai kain sarung sampai
setengah betis, dan boleh saja tanpa dimakruhkan jika dibawah betis sampai
mata kaki, sedangkan di bawah mata kaki adalah dilarang dengan
pelarangan haram jika karena sombong, jika tidak karena sombong maka
itu larangan tanzih.
Karena hadits-hadits yang datang yang menegur (pelaku) isbal adalah hadits
yang mutlak (umum), maka wajib mengqoyidinya (membatasinya) dengan
hadits isbal yang disertai dengan qoyyid/ batasan khuyala
(sombong). (Diriwayatkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, Kitab Al
Libas Bab Man Jarra Tsaubahu min Al-Khuyala).
Ibnu ’Alan, seorang ahli hadits terkemuka dari kalangan Syafi’iyah dalam
kitab beliau, Dalil al-Falihin li Thuruq Riyadhusshalihin 6/79, berpendapat
makruh kalau isbalnya tidak disertai dengan tujuan khuyala’. Tetapi kalau
karena udzur seperti yang terjadi pada Abu Bakar, atau karena dlorurot,
seperti menutupi luka dari keroyokan lalat maka hukumnya boleh.
Ada juga ulama-ulama yang berpendapat bahwa isbal adalah haram baik
dengan sombong atau tidak, kalau dengan sombong keharamannya lebih
kuat dengan ancaman neraka, jika tidak sombong maka tetap haram dan
Allah Ta’ala tidak mau melihat di akhirat nanti kepada pelakunya (musbil).
Mereka memahami hadits-hadits di atas dari sisi zahirnya saja. Seperti Ibnul
‘Arabi, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dan Syaikh Ibnu Al
‘Utsaimin.
Sedangkan mengenai dapat dan tidaknya pahala sholat yang dilakukan oleh
orang yang memakai celana atau sarung yang melebihi mata kaki (isbal).
Al-Imam al-Hafidz Zainuddin Abdur Rauf al-Munawi mengatakan; Tidak
diberi pahala seseorang yang melakukan sholat dengan memakai sarung
yang melebihi mata kaki (isbal) karena sombong dan ujub walaupun
sholatnya sah. (Attaisir bi Syarhil Jami’is Shoghir 1/535).
Ali berkata,
“Pada waktu Perang Badar, tak seorangpun yang mengendarai kuda selain Miqdad
bin Aswad. Pada malam harinya, tak seorang pun yang bangun untuk mengerjakan
shalat selain Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau berada di bawah
sebatang pohon dan mengerjakan sholat sambil menangis hingga pagi hari.” (HR.
Ibnu Hibban)
Aisyah r.a menceritakan bahwa sewaktu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam sakit menjelang kewafatannya, beliau bersabda,
“Suruhlah Abu Bakar agar ia mengerjakan shalat sebagai imam bagi kaum
muslimin.” Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, Abu Bakar itu adalah orang yang lembut
hati. Ketika membaca Al Qur’an, ia sering menangis.’ Sebenarnya aku mengatakan
demikian disebabkan kekhawatiranku bahwa kaum mulismin nantinya akan merasa
berdosa jika tidak memosisikan Abu Bakar sebagai pengganti pertama terhadap
kedudukan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Akan tetapi, beliau tetap
berkeras dengan perintahnya. ‘Suruhlah Abu Bakar mengerjakan shalat sebagai
imam bagi kaum muslimin. Aku tahu bahwa kamu kaum wanita tak ada bedanya
dengan istri Nabi Yusuf a.s’” 1 (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan
Tirmidzi mensahihkannya)
Sikap Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mempertahankan Abu
Bakar sebagai imam kaum muslimin, padahal beliau telah diberitahu
bahwa ia sering menangis dalam shalatnya merupakan dalil bahwa
menangis dalam shalat itu diperbolehkan.
Ketika Umar ibnu Khathab mengerjakan shalat subuh dan membaca
surah Yusuf, kemudian pada saat membaca ayat,
‘Aku mengadukan kerisauan serta kesusahan hatiku hanya kepada Allah,’ kemudian
terdengarlah bunyi isak tangisnya.” (Riwayat Bukhari, Sa’id bin Mansur, dan
Ibnu Mundzir)
Tangisan Umar seperti yang telah dikemukakan dalam riwayat tersebut
merupakan bantahan terhadap ulama yang mengatakan bahwa
menangis dapat membatalkan shalat (jika hanya mengeluarkan bunyi-
bunyian tak bermakna dari mulutnya), baik karena takut kepada Allah
maupun karena sebab-sebab lain. Sementara itu, dalil mereka bahwa
mengucapkan dua huruf dapat menyebabkan batalnya shalat karena
dianggap berbicara, alasan seperti ini tidak dapat diterima sama sekali
sebab menangis dan berbicara merupakan dua perkara yang sangat
berlainan.
1
Maksudnya, Aisyah sama halnya dengan istri Nabi Yusuf a.s yang senantiasa
menimbulkan pertentangan antara lahir dan batin. Karenanya, jika istri Nabi Yusuf
a.s pernah memanggil kaum wanita yang pada lahiriahnya adalah untuk menjamu
mereka, padahal tujuan sebenarnya adalah untuk memperlihatkan ketampanan Nabi
Yusuf agar mereka tidak menyalahkannya lagi jika jatuh cinta kepadanya, demikian
pula halnya dengan Aisyah. Pada lahiriahnya, Aisyah menolak Abu Bakar diangkat
sebagai imam karena khawatir makmum tidak mau mendengarkan bacaannya,
karena suara tangisnya, padahal maksud yang sebenarnya agar kaum muslimin tidak
menjauhi dan membencinya.
صاَل َة
َّ ضاعُوا ال َ ف ِمنْ َبعْ ِد ِه ْم َخ ْلفٌ َأ َ َف َخ َل
ْف َي ْل َق ْو َن َغ ًّيا ِإاَّل َمن ِ َوا َّت َبعُوا ال َّش َه َوا
َ ت َف َس ْو
َ اب َوَآ َم َن َو َع ِم َل
صالِحً ا َ َت
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-
nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak
akan menemui al ghoyya, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan
beramal saleh.” (QS. Maryam : 59-60)
-صلى هللا عليه وسلم- ان َأصْ َحابُ م َُح َّم ٍد َ َك
ِ الَ َي َر ْو َن َش ْيًئ ا م َِن اَألعْ َم
ال َترْ ُك ُه ُك ْف ٌر َغي َْر
ةqِ َصال
َّ ال
“Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah
menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir
kecuali shalat.”
Perkataan ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abdullah bin Syaqiq Al ‘Aqliy
seorang tabi’in dan Hakim mengatakan bahwa hadits ini bersambung dengan
menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan sanad (periwayat) hadits ini adalah
shohih. (Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, hal. 52)
Ibnul Qayyim mengatakan, ”Tidakkah seseorang itu malu dengan
mengingkari pendapat bahwa orang yang meninggalkan shalat adalah kafir,
padahal hal ini telah dipersaksikan oleh Al Kitab (Al Qur’an), As Sunnah dan
kesepakatan sahabat. Wallahul Muwaffiq (Hanya Allah-lah yang memberi
taufik).” (Ash Sholah, hal. 56)
Adapun orang yang kadang shalat, kadang tidak, ini dihukumi telah
melakukan dosa besar bahkan satu shalat saja yang ditinggalkan itu lebih
besar dari dosa zina, dosa membunuh, dosa meminum minuman keras dan
dosa besar lainnya. Rincian akan hal ini telah dibahas di rumaysho.com
dalam tulisan: Dosa Meninggalkan Shalat Limat Waktu Lebih Besar dari
Dosa Berzina
17. Apakah benar hari Jumat untuk wanita salat Zuhurnya
harus menunggu sampai pria selesai salat Jumat?
Hal ini tidak benar sama sekali, tidak ada satupun kami pernah
mendengar pendapat ulama dengan dalil yang lemah sekalipun yang menyatakan
hal tersebut. Waktu shalat telah ditetapkan, maka ketetapan Allah- lah yang
berlaku, tanpa ada hak siapapun untuk merubahnya. Sebagaimana
firmanNya : “Sesungguhnya shalat adalah kewajiban bagi kaum mukminin
yang telah ditetapkan waktunya.” (QS. An-Nisa: 103).
Dan waktu shalat Dzuhur waktunya adalah sebagaimana yang
ditetapkan dalam hadits :
لHِ H H الر ُج ُّ H H ا َن ِظHH Hس َو َك
َّ لH ُ م
ْ H H Hشَّ ال تِ َ ِر ِإ َذا َزالH H هH ُّوقْت الظ
ْ ُ َ
ِِ
ْ ض ِر الْ َع
ص ُر ُ َْكطُوله َما مَلْ حَي
“Waktu Dzuhur dimulai saat matahari tergelincir ke barat (waktu zawal) hingga
bayangan seseorang sama dengan tingginya dan selama belum masuk waktu
‘Ashar.” (HR. Muslim)
Salah satu syarat sahnya wudu adalah tidak ada hal yang
menghalangi air untuk mengenai kulit, seperti dibahas dalam
buku Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh karya Syaikh Wahbah az-
Zuhaili. Itu artinya bahwa bedak, lipstik, atau make-up yang
berlebihan atau terlalu tebal dan dapat menghalangi terkenanya
air ke kulit wajah, menjadikan wudu tidak sah. Penjelasan lebih
lanjut:
Ulama sepakat berpendapat bahwa shalat Jum’at tidak diwajibkan
atas wanita, hal ini berdasarkan hadits :
Hal ini tidak benar sama sekali, tidak ada satupun kami pernah
mendengar pendapat ulama dengan dalil yang lemah sekalipun yang menyatakan
hal tersebut. Waktu shalat telah ditetapkan, maka ketetapan Allah- lah yang
berlaku, tanpa ada hak siapapun untuk merubahnya. Sebagaimana
firmanNya : “Sesungguhnya shalat adalah kewajiban bagi kaum mukminin
yang telah ditetapkan waktunya.” (QS. An-Nisa: 103).
Dan waktu shalat Dzuhur waktunya adalah sebagaimana yang
ditetapkan dalam hadits :
21. Apakah salat Jumat sah jika datang saat khotib sudah
naik mimbar?
س جِ ًدا َوطَ ُه و ًرا ْ ض َم ُ ت لِي اَأْل ْر ْ َج ِعلُ َو
الص اَل ُة
َّ ن ُأ َّم ِتي َأ ْد َر َك ْت ُه ْ ل ِم ٍ جُ م ا َرَ َُّفَأي
رقم، رواه البخاري....ل ِّ صَ َف ْل ُي
“Dan dijadikan untuku bumi sebagai masjid dan bersuci, dimana saja
seseorang dari umatku mendapatkan shalat, hendaknya dia menunaikan
shalat.” HR. Bukhori, 323.
As-Sindy rahimahulllah berkata, “Hadits ini bermakna bahwa bumi itu
seluruhnya adalah tempat shalat, kecuali ada petunjuk bahwa shalat di
sana dimakruhkan atau tidak sah, maka tempat itu dikhususkan makruh
atau tidak sah untuk shalat.” (Hasyiah As-Sindi Ala Shahih Al-Bukhari,
1/140)
Imam Bukhari telah membuat bab dalam kitab Shahihnya berjudul “Bab
Ash-Shalah Fil Bii’ah” (Bab shalat dalam gereja). Umar radhiallahu anhu
berkata, ‘Kami tidak masuk gereja-gereja kalian karena adanya patung-
patung di dalamnya. Ibnu Abbas dahulu shalat di dalam gereja, kecuali
gereja yang ada patungnya.”
Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Ucapannya, ‘Bab shalat di
bi’ah’ Bi’ah adalah tempat ibadah bagi seorang pendeta, ada juga yang
mengatakan bahwa dia adalah gereja orang Kristen. Pendapat kedua
yang lebih dijadikan patokan, maka termasuk makna bi’ah adalah gereja,
sekolah, kuil, rumah patung, rumah api dan semacamnya.” (Fathul Bari,
1/531. Lihat Al-Inshaf, Al-Mawardi, 1/496)
Jika shalat di gereja dianggap sah, maka lebih utama lagi sahnya jika
dilakukan di rumah seorang Nashrani atau non muslim lainnya.
Ulama yang tergabung dalam Lajnah Daimah (6/270) pernah ditanya,
“Kadang datang waktu shalat ketika saya berada di rumah seorang
Nashrani, maka saya ambil sejadah khusus milik saya lalu saya shalat di
depan mereka. Apakah shalat saya sah karena dilakukan di rumah
mereka?
Mereka menjawab, “Alhamdulillah. Benar, shalat anda sah, semoga Allah
semakin menambah ketaatan anda, khususnya dalam melakukan shalat
lima waktu pada waktunya. Anda wajib berusaha melakukannya secara
berjamaah dengan meramaikan masjid jika hal itu memungkinkan bagi
anda.”
Salat tetap sah kalau ketika salat pikiran kita terganggu (secara
tidak sengaja terlintas hal-hal lain di luar salat, sementara hati
tetap berkeinginan keras untuk bisa khusyuk) sehingga tidak bisa
konsentrasi 100% tertuju kepada Allah.
Disepakati oleh para ulama bahwa wanita yang sedang haid dan
baru melahirkan (nifas), dan orang kafir yang belum pernah
memeluk Islam, atau orang gila, semuanya, tidak wajib meng-
qadha’ salatnya. Orang yang ketiduran, lupa, atau dalam situasi
yang tidak mengizinkan (takut menyangkut diri atau orang lain
seperti bidan atau dokter yang sedang menjaga pasien gawat)
dituntut meng-qadha' salatnya.
Adapun orang sakit yang telah wafat dan tidak dapat melaksana-
kan salat, walau dengan isyarat, ketika sakit, maka dalam
mazhab Abu Hanifah, dia tidak wajib memberi wasiat untuk
membayar kafarat atau fidyah. Adapun bagi yang mampu
mengerjakan salat —walau dengan isyarat— tetapi tidak
melaksanakannya, maka dalam kasus semacam ini dia harus
berwasiat agar keluarganya membayar kafarat, tentu saja, dari
harta yang ditinggalkannya. Keluarga boleh juga secara sukarela
—bila yang bersangkutan tidak berpesan atau tidak memiliki
harta— untuk membayarkan fidyah atau kafaratnya.
BAB MUNAKAHAT
Tanya: Bagaimana hukumnya menjatuhkan talak di saat sang istri sedang nifas?
Jawab: Hukumnya haram, tetapi cerainya sah (Taqrib, Ianah)
Tanya: Si A menjatuhkan talak pada si B (istrinya) 'talak satu' dalam keadaan suci,
kemudian belum sampai habis iddahnya, si A meninggal. Bagaimana iddahnya si B, apakah
berubah atau tetap?
Jawab: Jika seorang perempuan sedang menjalani idah tholaq roj'i kemudian suaminya
wafat, maka idahnya beralih pada idah wafat, yaitu empat bulan sepuluh hari, terhitung dari
saat wafat suaminya (Fiqih ala Madzahib Arba'ah, al Majmu Syarah Muhadzab)
Tanya: bagaimana hukumnya menikahi seorang wanita yang sedang dalam masa iddah?
Jawab: Haram dan tidak sah. Ulama ahli fiqih telah sepakat bahwa tidak sah bagi seorang
pria menikahi wanita yang masih menjalani masa idah.Baik idahnya idah tholaq atau idah
wafat atau idah fasakh dan idah wathi syubhat. Sama saja idah dari tholaq roj'i atau tholaq
bain (bain shughro atau bain kubro). Alasan atau ilatnya adalah karena melindungi nasab
dari tercampurnya air mani dan menjaga hak suami pertama. Jika terjadi pernikahan
seorang pria dan mu'tadah karena si pria tidak mengetahuinya karena umpama si wanita
menyembunyikan statusnya,maka ketika diketahui hakim wajib membatalkan status
pernikahannya. (Nihayatuz Zain)
Tanya: Bolehkah suami melarang sang istri untuk mengunjungi orang tuanya (istri)?
Jawab: Bagi suami, boleh melarang istrinya untuk sekedar menjenguk orang tuanya yang
dalam keadaan sakit, dan menyaksikan jenazah orang tuanya, Namun yang lebih utama
ialah mempersilahkan/ mengizinkan istri dalam dua hal tersebut (Asnal Mathalib- Madzhab
Syafi'i).
Tanya: Jika seorang orang tua memiliki banyak anak, diantara anak-anaknya tersebut, siapa
yang menanggung nafkah orang tua itu di masa tuanya?
Jawab: Menafkahi orang tua menjadi kewajiban anak-anaknya dengan dibagi rata
(bilamana anaknya lebih dari satu). Jika sama rata itu lebih bagus. Dalam Kitab Al Iqna,
Ibnul Mundzir berkata, "Ulama sepakat bahwasanya memberi nafkah untuk kedua orang
tua yang tidak mempunyai pekerjaan adalah wajib didalam harta anak". Namun yang perlu
diingat, pemberian nafkah terhadap kerabat memperhitungkan kondisi kerabat tersebut
dalam hal usia, kezuhudan, dan kesenangan.
Tanya: Siapakah yang berhak menjadi wali nikah seorang anak hasil hubungan gelap/
hubungan di luar nikah ?
Jawab: Muhakkam, dengan cara mempelai pria dan wanita menunjuk tokoh agama agar
menjadi muhakkam mereka. Hakim bisa mewakilkan untuk akad pernikahan seperti hal
nya wali khusus walaupun kepada laki-laki yang menzinai, sebab beda dengan istikhlaf
(mengangkat pengganti) maka itu harus ada persetujuan imamul a'dzom (pemerintah
pusat).nah sedangkan taukil tidak perlu minta idzin kepada imamul a'dzom. Tapi dalam
akadnya harus dijelaskan bahwa pria tersebut posisinya hanya wali dari hakim,dan kalau
memang dua saksi dan calon pengantin pria belum tahu bahwa dia bukan wali kaena wali
sesungguhnya adalah hakim. Namun, jika dua saksi dan calon pengantin pria sudah tau
bhw wanita yang akan dia nikahi adalah dulunya hasil dari zina dan walinya adalah hakim
maka tak perlu dijelaskan di dalam akad. (Misyakatul Misbah Sohifah, Fatkhul Mu'in,
Bughyatul Mustarsyidin, al Mughni)
Tanya: Jika seorang istri mengetahui bahwa suaminya terjangkit penyakit HIV/AIDS
kemudian si suami meminta "berhubungan" kepada istri, berdosakah bila istri menolak,
atau bahkan meminta cerai?
Jawab: Bila betul-betul sudah terjangkit penyakit tersebut maka tidak mengapa menolak
berhubungan seksual, bahkan boleh meminta cerai / fasakh
Tanya: Suami tak menafkahi istri lahir batin selama 4 tahun. Bolehkah istri meminta cerai?
Apakah pernikahan mereka telah rusak?
Jawab: Istri boleh mengajukan cerai, karena sudah melewati batas tidak memberi nafkah
dzohir. Bila suami tidak menafkahi batin saja maka tidak boleh fasakh. Namun, bila suami
selama tiga hari saja tidak memberi nafkah zhohir maka istri boleh minta fasakh
(Bughyatul Mustarsyidin, Subulus Salam). Mengenai rusaknya nikah, sebenarnya
Nikahnya tetap utuh/ sah/ tidak rusak sebelum diyakini bahwa suaminya telah mentalaqnya
atau suaminya meninggal. Namun, menurut pendapat Qoul Qodim boleh menikah setelah
menunggu 4 tahun dan melakukan iddah wafat (4 tahun 4 bulan sepuluh hari).
Tanya: Dosakah menolak perjodohan yang dilakukan oleh orang tua kita?
Jawab: Seorang anak (dengan syarat tertentu) berhak menolak namun tidak punya hak
melawan orang tua, jadi jika Anda (seorang perawan) menolak dijodohkan namun wali
Anda tetep menikahkan (dengan persyaratan tertentu), Akad nikah tetap bisa berlangsung,
dan sebaliknya jika Anda menerima pinangan namun wali anda menolaknya, Akad nikah
tidak akan bisa berlangsung dan Anda tidak jadi nikah. Jadi anak yang menolak perjodohan
orang tuanya tidak dikatakan durhaka pada orang tuanya (Adabul Syari'ah)
Tanya: Bagaimana Nasib Nasab sang anak apabila terjadi pernikahan tak sengaja antara
kakak dan adik kandung?
Jawab: Klik pada tautan berikut ini Pernikahan Sedarah Tak Sengaja, Kakak Menikahi
Adiknya
Tanya: Berapa lama kah masa iddah perempuan yang ditinggal mati suaminya?
Jawab: Jika keadaan hamil maka iddahnya khusus pakai iddah hamil yaitu sampai
melahirkan, karena tujuan dari 'iddah adalah kosongnya rahim dan kosongnya rahim itu
sudah terjawab dengan melahirkan (Madzhibul Arba'ah)
Tanya: Bolehkah seorang istri meminta cerai kepada suami yang ketahuan selingkuh/ zina?
Jawab: Boleh seorang wanita meminta khulu' apabila Agama sang suami yang buruk,
seperti sang suami yang terlalu sering melakukan dosa-dosa, seperti minum khomr, berjudi,
berzina, atau sering meninggalkan sholat, suka memukul dan tidak memberikan nafkah
(Raudlatuth Thalibin)
Tanya: Bagaimana hukum mengajak anak kita yang masih kecil ke masjid?
Jawab:Klik pada tautan berikut ini "Hukum Mengajak Anak Kecil Ke Masjid (1)"
dan "Hukum Mengajak Anak Kecil Ke Masjid (2)"
Tanya: Resepsi kadang dilaksanakan secara besar-besaran (mewah). Boleh gak sih?
Jawab: Klik pada tautan berikut ini "Batasan Kemewahan Dalam Acara Walimah"
Tanya: Apakah pernikahan anak pertama dengan anak ketiga dari keluarga lain biasanya
menimbulkan kesialan?
Jawab: Klik pada tautan berikut ini "Pernikahan Anak Pertama Dengan Anak Ketiga"
Tanya: Bagaimana sebaiknya jika anak perempuan kita dilamar oleh lelaki yang sholeh?
Jawab: Muhammad bin Amr As-Sawwaq Al Balkhi menceritakan kepada kami, Hatim bin
Ismail memberitahukan kepada kami dari Abdullah bin Muslim bin Hurmuz, dari
Muhammad dan Sa'id -keduanya anak Ubaid- dari Abu Hatim Al Muzani, dia berkata,
"Rasulullah SAW bersabda, 'Apabila datang kepadamu orang yang agama dan budi
pekertinya baik, maka nikahkanlah dia (dengan anak-anak perempuan kalian). Jika kalian
tidak melaksanakannya, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi'. Mereka
(para sahabat) bertanya, 'Wahai Rasulullah SAW, meskipun mereka tidak kaya?' Rasulullah
SAW bersabda, 'Apabila datang kepada kamu (melamar) orang yang baik agama dan budi
pekertinya, maka nikahkanlah dia'. Nabi SAW mengatakannya sampai tiga kali. (HR.
Tirmidzi No. 1085). Bisa dipahami bahwa hadits tersebut berkenaan dengan tuntunan untuk
tidak menempatkan harta dan kedudukan lebih unggul daripada kualitas agama dalam
proses pemilihan calon menantu. Bila sudah menemukan calon menantu yang memiliki
bekal keagamaan baik maka hendaknya segera dinikahkan saja. Adapun bila mendapati
banyak calon menantu yang shalih maka itu lain persoalan. Fungsi dan pengalaman orang
tua sebagai wali memegang peranannya disini dalam menjatuhkan pilihannya pada
menantu yang terbaik.Perintah untuk menikahkan dalam hadits Tirmidzi tersebut apakah
sunah atau wajib? Hal tersebut bertalian erat dengan hukum menikah dan hukum kafa’ah
itu sendiri. Hukum asal menikah bagi orang yang mampu dan butuh menikah adalah sunah.
Sayyid Muhammad az-Zabidi menyebutnya dengan ‘sangat disunahkan’ bila situasinya
sebagaimana hadits Tirmidzi tersebut. Wallahu subhanahu wata’ala a’lam.
Tanya:Bolehkah perempuan jalan-jalan sama tunangan ? (wanita yang sudah dilamar tapi
belum nikah)
Jawab: tidak diperbolehkan membawa tunangannya jalan-jalan walaupun aman dari fitnah
karena statusnya masih ajnabiyyah, sesuai dengan sabda Rosul SAW: Tidak boleh bagi
seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan yang mana syetan menjadi yang
ketiga (Al Mausuu'ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah)
Tanya: Bagaimana masa iddah dan hak warisnya seorang istri yang belum dijimak (belum
kumpul)? Misalnya, setelah akad nikah dan resepsi tiba-tiba sang suami terkena serangan
jantung dan meninggal.
Jawab: Bagi wanita yang ditinggal mati suaminya sebelum sempat dijimak ataupun setelah
jimak maka tetap ada iddahnya yaitu 4 bulan 10 hari. Hikmah iddah seperti ini yaitu 4
bulan 10 hari karena pada 4 bulan kandungan mulai berkembang dan waktu di tiupkanya
ruh, jadi pada saat itulah bisa di ketahui mengandung atau tidak, sedang di tambah 10 hari
lagi agar lebih jelas,dan karena wanita tidak sabar tanpa suami/menjanda terlalu lam lebih
dari 4 bulan tanpa adanya pendamping hidup/suami. (Assyarqawi 'Ala Tahriry) dan untuk
waris, istri mendapat 1/4 (karena tidak ada anak/cucu) walaupun belum dijimak (Bugyatul
Mustarsyidin)
Tanya: Bagi suami yang berpoligami, bolehkah mengumpulkan para istrinya dalam satu
kamar/ satu rumah?
Jawab: (1) Haram mengumpulkan beberapa istri dalam satu rumah, kecuali ada restu dari
istri-istri yang lain. (2) Makruh (Tanzih) menjima' istri di hadapan istri yang lain, kecuali
menurut kalangan ulama madzhab Maliki (haram). (3) Haram menjima' istri di hadapan
istri yang lain apabila bertujuan menyakitinya dan saling melihat aurat antar satu sama lain
dari beberapa istri. (4)Istri tidak wajib memenuhi permintaan atau ajakan suaminya untuk
melakukan hubungan intim di hadapan istri yang lain, dan penolakannya tidak dianggap
nusyuz (Al Mughni Ibnu Qudamah, Attanbih Imam Nawawi, Al Umm Imam Syafi'i)
Tanya: Ada seorang istri yang bekerja di luar kota, dan ternyata si suami yang di rumah itu
berselingkuh dan setelah istrinya tau ia meminta diceraikan, tapi si suami itu tidak mau
menceraikan, dan si istri tetap (ngeyel) untuk diceraikan dan pada akhirnya suami itu
mengiyakan, dan mengiyakannya itu lewat tulisan/SMA/ WA. Apakah sah perceraiannya?
Kapan dihitungnya masa iddah?
Jawab:Perceraiannya sah dan iddahnya terhitung sejak ditulisnya SMS, sebab jatuhnya
thalaq terhitung mulai penulisan SMS (Hasyiyah Al-Jamal ‘Alaa Syarhil Manhaj)
Tanya: Bagaimana status harta lamaran ketika suami bercerai dari istrinya, apakah boleh
diminta lagi oleh mantan suaminya?
Jawab: (1) Tidak boleh diminta lagi atau sudah jadi milik istri sepenuhnya, apabila harta
yang dibawa tersebut diberikan kepada pihak wanita dengan tujuan hibah atau sebagai
mahar. (2) Boleh diminta lagi apabila harta yang dibawa tersebut diberikan kepada pihak
wanita bukan termasuk bagian dari mahar atau ada niat akan diminta lagi apabila tidak jadi
menikah dengannya atau tidak ada niat sama sekali. Kemudian apabila barang/harta
tersebut rusak atau hilang maka bagi si wanita harus bertanggung jawab dengan
menggantinya (Fatawy Fiqhiyyah Imam Ibunu Hajar)
Tanya: Bagaimana hukum apabila seorang wanita menolak dinikahkan oleh walinya (orang
tuanya). Dalam kata lain, wanita tersebut menolak dinikahkan oleh ayahnya karena tidak
dirawat waktu kecil?
Jawab:Sikap wanita yang menolak ayah kandungnya sebagai wali nikah termasuk uququl
walidain yang haram hukumnya, dan ayahnya lah yang berhak menjadi walinya kecuali si
ayah sudah mewakilkannya ke orang lain (Fathul Baari, Kifayatul Akhyar, Tafsir Al
Qurtuby)
Tanya: Bagaimana hukum pernikahan bila mas kawinnya tak sesuai dengan yang disebut
saat ijab qabul?
Jawab: Dalam akad nikah, saat maskawin disebutkan (oleh si suami) ketika akad, maka
suami harus/wajib membayar maskawin sesuai dengan yang disebutkan saat akad.
Sehingga apabila pembayaran maskawin tidak sesuai dengan yang disebutkan ketika akad,
maka hukumnya haram. Walaupun maskawinnya tidak sah, nikahnya tetap Sah (referensi
diantaranya adalah majmu' Syarh Madzahib)
Tanya: Bagaimana hukum pernikahan suami istri bila salah satu darinya murtad?
Jawab: Kalau salah satu murtad, maka nikahnya menjadi batal (Asnal Matholib)
Tanya: Ada sepasang suami istri yang kehidupan rumah tangganya sudah mulai retak.
Karena tidak tahan dengan kondisi tersebut, si istri meminta pada suaminya, "kalau kamu
terus menerus begini, saya ditalaq tiga saja..!" kemudian suaminya langsung menjawab,
"ayo.. mau talaq ke mana?" Apakah itu termasuk talaq (cerai)?
Jawab: Mengingat perkataan suami tersebut termasuk kinayah talaq maka apabila suami
berniat mentalaq maka perkataannya menyebabkann talaq (Bughyah al-Mustarsyidin)
Tanya: Bolehkah seorang wanita meminta khulu' Apabila Agama sang suami yang buruk,
seperti sang suami yang terlalu sering melakukan dosa-dosa, seperti minum khomr, berjudi,
berzina, atau sering meninggalkan sholat suka memukul dan tidak memberikan nafkah?
Jawab: Boleh berdasarkan dalil yang dapat ditemukan di Kitab Raudhatuth Thalibin Juz 7
Halaman 374 : الخلع هو الفرقة بعوض يأخذه الزوج وأصل الخلع مجمع على جوازه وسواء في جوازه خالع على
قاق ثمyذر بالشyه ابن المنy في حالتي الشقاق والوفاق وخصyالصداق أو بعضه أو مال آخر أقل من الصداق أو أكثر ويصح
هyyرجت من اإلخالل ببعض حقوقyه أو تحyyال كراهة فيه إن جرى في حال الشقاق أو كانت تكره صحبته لسوء خلقه أو دين
رهyزوج يكy فافتدت وألحق الشيخ أبو حامد به ما إذا منعها نفقة أو غيرها فافتدت لتتخلص منه وإن كان الyأو ضربها تأديبا
هyه وفي وجyyصحبتها فأساء عشرتها ومنعها بعض حقها حتى ضجرت وافتدت كره الخلع وإن كان نافذا ويأثم الزوج بفعل
العني علىyة خyمنعه حقها كاإلكراه على الخلع بالضرب وما في معناه وإذا أكرهها بالضرب ونحوه فاختلعت فقالت مبتدئ
ةyارة وفي التتمyل مختyا لم تقبyكذا ففعل لم يصح الخلع ويكون الطالق رجعيا إن لم يسم ماال وإن سماه لم يقع الطالق ألنه
ىء وإذاyع شyوجه أنه ال يقع الطالق وإن لم يسم المال ولو ابتدأ وقال طلقتك على كذا وأكرهها بالضرب على القبول لم يق
فالمال مردود إليها والطالق واقع وله الرجعة نص عليهyادعت أنه أكرهها على بذل مال عوضا عن الطالق وأقامت بينة
Tanya: Bagaimana bila di lingkungan kita ditemukan seorang anak yang tidak diketahui
siapa orangtua dan keluarganya (anak hilang misalnya)? Menjadi kewajiban siapa
mengurus dan mengasuh anak itu?
Jawab: Di dalam kitab At-Tadzhib dikatakan, “Bila ditemukan seorang anak yang hilang di
tengah jalan, mengambil, mendidik, dan mengasuhnya adalah fardhu kifayah. Dan anak itu
tidak boleh dibiarkan tetap (tinggal) kecuali di tangan orang yang bisa dipercaya. Bila pada
anak itu terdapat harta, hakim memberi belanja kepadanya dari harta tersebut. Dan bila
tidak terdapat harta padanya, belanjanya diambil dari baitul mal. Apabila ada anak telantar
di jalan, tidak berayah, dan tidak bersaudara, lebih baik diambil untuk dipelihara dan
dididik menggunakan hartanya untuk pemeliharaannya. Apabila tidak ada, bisa dipelihara
dengan harta sosial. Allah Ta‘ala telah berfirman yang artinya, “Dan barang siapa
memelihara kehidupan seorang manusia, seolah-olah ia telah memelihara kehidupan
manusia semuanya.” (QS Al-Maidah: 32).
Tanya: Bagaimana hukum suami istri yang pisah ranjang?
Jawab: Kalau cuma pisah ranjang ya boleh saja, kalau memang itu sudah kehendak kedua
belah pihak suami dan istri, tapi yang ada hukumnya adalah apabila si istri menolak ajakan
ranjang suami (Ust. Ibnu Thoha)
Tanya: saya dan suami saya adalah pasangan muda yang baru saja menikah bulan yang
lalu. Dan sekarang ini, saya sering kali menginginkan hal-hal yang, menurut orang-orang di
sekitar saya, saya ini sedang mengidam. Alhamdulillah, dokter pun mengatakan, saat ini
saya positif hamil. Tapi, di sinilah kemudian masalahnya. Suami saya merasa, saya
mengidamnya terlalu mengada-ada. Menurut saya, sebaliknya, hal yang wajar bila ia,
sebagai suami yang mencintai saya, mewujudkan apa yang saya idamkan. Mungkin ini
hanya masalah biasa yang umum terjadi, dan kami pun melewati saat-saat ini dengan baik-
baik saja. Tapi kemudian terbersit di hati saya untuk menanyakan hal ini, bagaimana agama
memandang masalah mengidam?
Selain itu, kehamilan pertama saya ini tentu merupakan kegembiraan, bukan bagi saya dan
suami saya saja, tapi bahkan untuk keluarga besar kami. Terus terang, ada rasa cemas kalau
saya mengalami keguguran dalam kehamilan pertama saya ini. Karena itu dalam
kesempatan ini saya berharap Ustadz berkenan memberikan doa agar saya tidak mengalami
keguguran.
Jawab: apa yang Anda alami memang dialami oleh hampir setiap wanita yang sedang
hamil. Muntah-muntah, tidak suka pada bau tertentu, suka makanan tertentu, dan
sebagainya. Semua itu terjadi karena terdapat perubahan dalam diri setelah adanya janin di
dalam rahim. Di saat itu, pengertian suami amat diperlukan. Bahkan, perhatian dan kasih
sayangnya harus lebih dari biasanya. Itu adalah sebagai timbal balik dari apa yang
diberikan sang istri untuknya, dari karunia Allah SWT, berupa buah hati dan buah cinta
mereka berdua, yaitu seorang anak. Sebaliknya, seorang istri pun dituntut berusaha
semampunya untuk tetap membahagiakan suami dengan menghindari hal-hal yang tidak
disukai, walaupun hal-hal itu dianggap wajar dilakukan seorang wanita yang tengah mengi-
dam. Dan harus diingat, mengidam adalah tanda yang akan menjadikannya sebagai seorang
ibu. Sebagai ibu, hatinya tentu harus dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang. Masa-masa awal
kehamilan adalah masa-masa yang harus dilalui dengan saling pengertian dan kasing
sayang. Jika tidak, tak mustahil muncul gesekan-gesekan yang pada gilirannya dapat
membuahkan akibat yang sesungguhnya sama sekali tak diinginkan mereka semua,
keretakan rumah tangga, bahkan bisa sampai pada perceraian. Wal’iyadzu billah.
Doa bagi Wanita Hamil Adalah hal yang wajar bila seorang wanita hamil khawatir akan
keselamatan bayi yang dikandungnya. Kekhawatiran-kekhawatiran itu bisa berupa:
akankah anaknya nanti terlahir dengan selamat atau tidak, sempurna atau tidak, menjadi
anak yang shalih atau tidak, dan seterusnya. Karenanya, memang sudah sewajarnya pula
orangtua berdoa untuk keselamatan anaknya, karena Rasulullah SAW sendiri
mensabdakan, “Tidak mengubah suatu ketentuan Allah kecuali doa.” – HR At-Tirmidzi.
Walaupun tidak ada doa khusus yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW terkait masalah
kehamilan, tidak ada salahnya Anda membaca doa-doa dari para salafush shalih, seperti
doa dari Habib Husain Khirid, yang mengajarkan doa untuk wanita hamil, yang dapat Anda
simak pada salah satu buku karya kami, Bagaimana Anda Menikah? (cetakan I, halaman
121-122). Di antara faedah dari doa tersebut adalah agar seorang anak lahir dengan
selamat, sempurna, sehat jasmani dan ruhani, dan kelak menjadi anak yang shalih, insya
Allah.
Tanya: Bagaimana hukumnya bila dua orang laki-laki kakak-beradik, yang satu punya anak
laki-laki dan yang lainnya punya anak perempuan, kemudian anak mereka itu menikah
(menikah dengan sepupu). Apakah itu boleh menurut ajaran Islam, atau melanggar hukum
agama?
Jawab: Sepupu itu bukan mahram, walaupun dalam kondisi tertentu ia boleh menjadi wali
nikah. Oleh karenanya, batal wudhu antara mereka berdua, dan mereka boleh menikah satu
dengan lainnya.
Hanya saja, pernikahan dengan saudara sepupu itu khilaful-awla, artinya menyalahi yang
lebih utama, karena yang lebih utama adalah seseorang menikah dengan orang lain yang
tak ada hubungan kerabat, atau menikah dengan kerabat yang sudah jauh. Sedangkan se-
pupu termasuk kerabat dekat. Tetapi sah perkawinan sepupu dengan sepupunya asalkan
terpenuhi rukun-rukunnya. Hanya saja perkawinan dengan kerabat yang dekat, kurang
sempurna syahwat, sehingga dapat mengakibatkan kurang sempurna pula pertumbuhan
anak. Disebutkan di dalam Hasyiyah al-Bajuri juz ke-II sebagai berikut: Sunnah menikah
kepada selain kerabat yang dekat, yakni wanita (yang dinikahi) itu orang lain, atau kerabat
yang sudah jauh, karena syahwat lemah terhadap kerabat yang dekat, seperti anak perem-
puannya paman, sehingga anaknya itu (yang akan lahir) lemah.
Tanya: Dalam tingkah ikhtiar, adakah qoul yang memperbolehkan wanita menjadi saksi
menggantikan laki laki di dalam suatu aqad nikah ? misal wanitanya adalah seorang bu
nyai seorang ulama besar.
Jawab: qaul yang membolehkan saksi nikah wanita (Jumhur ulama), kecuali dari Qaul
ulama hanafi, yang membolehkan saksi nikah 2 wanita+1 laki-laki....Berbeda dengan saksi
pada bidang-bidang yang lain (selain nikah)
دهن والyyاء وحyyهادة النسyyزواج بشyyح الyy فال يص،اهدان رجلينyyون الشyy بأن يك، شرط عند الجمهور غير الحنفية:الذكورة
:ريyال الزهyy ق،ةyyامالت الماليyyوال والمعyyهادة في األمyy بخالف الش،هyyزواج وأهميتyyورة الyy لخط،رأتينyyل وامyyهادة رجyyبش
دyy وال يقص،الyد ليس بمyyه عقyy) وألن2(" وال في الطالق، وال في النكاح،"مضت السنة أال تجوز شهادة النساء في الحدود
لyyهادة رجyyوز شyy تج:ةyy الحنفيyالyyوق.دودyyاء كالحyyهادة النسyy فال يثبت بش،والyyالب األحyy ويحضره الرجال في غ،منه المال
هادتها فيyل شyا لم تقبy وإنم،اyyهادة وأدائهyل الشyyل لتحمyرأة أهyوال؛ ألن المyyهادة في األمy كالش،زواجy في عقد الyوامرأتين
والحدود تدرأ بالشبهات، التثبتyالحدود والقصاص فللشبهة فيها بسبب احتمال النسيان والغفلة وعدم
Bagi jumhur Ulama saksi Lak-laki adalah sarat tuk sahnya nikah, hal ini berbeda dengan
iamam Hanafi. Jumhur berpendapat Saksi itu harus dua orang laki-laki, maka tidak sah
nikah dengan saksi wanita atau dengan saksi satu laki-laki dan dua wanita..karena nikah
adalah perkara yang sangat sakral. Berbeda dengan saksi di dalam interaksi harta. Ibarot
diambil dari al-Ghoyah
syrah Hidayah (fiqih hanafi)
َرyانُوا َأوْ َغ ْيyy ُدواًل َكyْن ُعyِ َرَأتَيy ٌل َوا ْمyلِ َمي ِْن َأوْ َر ُجyالِ َغي ِْن ُم ْسyyَاقِلَي ِْن بyy َّري ِْن َعyُور شَا ِه َدي ِْن ُح
ِ َواَل يَ ْن َعقِ ُد نِكَا ُح ْال ُم ْسلِمِينَ إاَّل بِ ُحض
ٍ ُعد
ُول
Nikah tidak sah kecuali dengan hadirnya dua saksi yang merdeka, balig, islam dan sah
dengan saksi seorang laki-laki dan dua wanita baik mereka adil/lurus atau tidak.menurut
kesepakatan 3 madzhab yakni madzhab Syafii, hambali dan maliki saksi dalam pernikahan
adalah harus laki-laki. Tetapi menurut madzhab Hanafi boleh dengan 2 orang wanita
dengan menambahkan 1 orang laki-laki. tidak diperkenankan dengan 2 wanita saja.
رط فىyا شyد و لكنهy اما الحنفية فقالوا العدالة غير شرط فى صحة العق، و اتفق الثالثة على اشترط الذكور فى الشاهدين
د من وyyل ال بyy و ال تشترط الذكورة فيصح بشهادة رجل و امراتين و لكن ال يصح بالمراتين وحدهما ب،اثباته عند االنكار
٤/٢٨ جوج رجل معهما الفقه على المذاهب االربعة
Tanya: Bagaimana hukum jual lelang degan harga yang lebih tinggi?
Jawab: Jual beli dengan sistem lelang diperbolehkan, dengan dua qoyid yaitu selama tidak
ada unsur merugikan dan penipuan pada orang lain (qoshdul idlror). hasyiyah jamal 3/89, al
mausu'atul fiqhiyah 9/219 Jual beli dengan cara lelang dalam pengertian dengan ditawarkan
pada siapapun yang berani dengan harga paling mahal Hukumnya sah. Sulamuttaufiq hal.
54
هyyى بyyتقرار الثمن) بالتراضyyد اسyyاكثر (بعyyك بyyتريه منyyبيع الشyyترد المyyه اسy(أو البائع) بان يقول ل54 عبارة سلم التوفيق
صريحا وال بد ايضا بعد التراضى به من المواعدة على ايقاع عقد به وقت كذا فلو اتفقا عليه ثم افترقا من غير مواعدة لم
رم ذلكyه فال يحyyد فيyyه على من يزيyاف بyyبيع يطyان المyyو كyyا لyyتقرار الثمن مyرج باسyy وخyذyوم حنئيyyرم السyيح. (Mbah
Jenggot dan Ust. Ilman)
Tanya: Bila seorang wanita mempunyai penyakit yang bersifat menular pada anak yang
dikandungnya, kemudian dia tidak ingin hamil/ mungkin juga tidak menikah, apakah
dosa?
Jawab: Asal penyakit tersebut di ketahui juga oleh pihak calon suami nantinya maka
baginya BOLEH menikah dan tidak boleh bagi suami setelah pernikahan terjadi
mengadakan FASAKH (merusak nikah) gara-gara penyakit tersebut, hal ini sesuai dengan
QOIDAH FIQHIYYAH
الرضا بالشيء رضا بما يتولد منه
"Ridho atas sesuatu berarti juga ridho atas dampak yang ditimbulkannya"
Namun bila di khawatirkan akan membuahkan keturunan yang juga mengidap penyakit
yang sama (bila memang sesuai petunjuk yang ahli di bidangnya -dokter red-) maka hukum
menikahnya menjadi MAKRUH berdasarkan keterangan yang di ambil dari Asna
AlMathoolib III/176:
َ ص َو ْال ُج َذ ِام َغي ِْر ْال َحا ِدثَي ِْن َأِلنَّهُ ْم يُ َعيَّرُونَ بِ ُكلٍّ منها َوَأِلنَّ ْال َعي
ْب قد يَتَ َعدَّى إلَ ْيهَا وَِإلَى نَ ْسلِهَا ِ َو َك َذا بِ ْالبَ َر
Hukum BOLEH tetapi MAKRUH ini sesuai dengan Hasil Keputusan Bahtsul Masaail
Nasional Di Pringgarata Lombok Tengah NTB 17-20 Nopember 1997 M. Saat
memutuskan masalah pernikahan bagi pengidap HIV/AIDS yang menghawatirkan
berdampak pada keturunan mereka di kemudian hari.
Tanya: Haram/ tidakkah bila seseorang menikah dalam keadaan belum mendapatkan
pekerjaan/ belum mapan secara materi?
Jawab: HARAM Bagi orang yang apabila ia menikah justru akan merugikan istrinya
karena ia tidak mampu memberi nafkah lahir dan bathin atau jika menikah ia akan cari
mata pencaharian yang di haramkan Allah SWT walaupun orang tersebut sudah berminat
menikah dan mampu menahan gejolak nafsunya dari berbagai zina. Hukum menikah
tersebut juga berlaku bagi kaum wanita. Ibnu Arafah menambahkan, bahwa bagi wanita
hukum menikah wajib apabila ia tidak mampu menafkahi dirinya sendiri sedangkan jalan
satu-satunya untuk menanggulangi nafkah tersebut adalah menikah.
زواجyyؤن الyyدرة على مyy سواء من واحدة أو من أكثر إال بتوافر الق، ال يحل شرعا ً اإلقدام على الزواج:القدرة على اإلنفاق
من،بابyر الشyا معشy «ي: لمyه وسyلّى هللا عليy لقوله ص، واالستمرار في أداء النفقة الواجبة للزوجة على الزوج،وتكاليفه
مؤنة النكاح:» والباءة...استطاع منكم الباءة فليتزوج.
Mampu memberikan NAFKAH pada istrinya. Syariat tidak menghalalkan seseorang
memasuki ranah pernikahan baik menikah hanya seorang istri atau lebih kecuali ia
berkemampuan memenuhi biaya dan tuntutan-tuntutan dalam sebuah rumah tangga,
mampu memenuhi hak-hak yang semestinya didapatkan seorang istri atas suaminya
berdasarkan sabda nabi,“Wahai kawula muda, barangsiapa yang mampu dari kalian atas
biaya maka menikahlah” yang dimaksud biaya adalah biaya yang dibutuhkan dalam
pernikahan dan rumah tangga. (Al-Fiqh al-Islaam IX/160) oleh ust. masaji Antoro
Tanya: Marni adalah wanita yang sedang hamil, lalu ditinggal mati suaminya,karena marni
ingin iddahnya cepet selesai, maka marni mengambil jalan pintas dengan menggugurkan
kandungannya (aborsi). Pertanyaanku, Sejauh manakah iddahnya wanita yang keguguran
dan Bagaimana masa iddahny wanita yang menggugurkan kandungan ( aborsi ) ?
Jawab: Sejauh manakah iddahnya wanita yang keguguran, yaitu minimal usia kandungan
sampai Mudghoh (hasyiyah al-jamal 4/446)
ِ y ِع ْال َح ْمy ض
لy ْ اصلَةٌ بِ َو ِ َوَأِلنَّ ْالقَصْ َد ِمنْ ْال ِع َّد ِة بَ َرا َءةُ الر4 :ضعْنَ َح ْملَهُنَّ } [الطالق
ِ َّح ِم َو ِه َي َح َ َال َأ َجلُهُنَّ َأنْ ي
ِ والت اَألحْ َم
ُ َوُأ
َ َ( َولَوْ ) َكانَ ( َميِّتًا َأوْ ُمضْ َغةً تُت
)ُص َّور
dan Bagaimana masa iddahnya wanita yang menggugurkan kandungan(aborsi)? Tidak
habis masa 'iddah kecuali dengan melahirkan walaupun dengan melalui obat (albajuri
2/172)
والتنقضي العدة اال بوضعه ولو بدواء
Tanya: Mohon dengan sangat pendapatnya, apakah sudah termasuk talak apabila dalam
satu pertengkaran ada ucapan atau kata-kata "beresan" atau "Loe Gue End", dsb. Sebagai
berikut ikhwal ceritanya "aku sudah gak tahan mas dengan sikapmu yang mudah jatuh
cinta, kalau masih begitu sikapmu lebih baik kita beresan"
Jawab: Yang punya hak cerai adalah suami dan andai ucapan tersebut (beresan) di ucapkan
oleh suamipun masih butuh niat karena belum sorih/jelas (Mbah Jenggot).
Tanya: Bagaimana sih sebenarnya syariat menyikapi pengantin wanita. Dia bersolek,
memakai pakaian mewah yang sering menjuntai-juntai ekor/ gaunnya menyapu lantai, dan
duduk di pelaminan yang dilihat banyak laki-laki dalam pesta pernikahannya?
Jawab: Mengahdirkan pengantin wanita seperti dalam deskripsi pertanyaan di atas tidak
diperbolehkan dan haram, kecuali bila tidak menimbulkan fitnah. Referensi : Bujairamiy
alal Manhaj vol. III hal. 324, Hasyiyyah Al Jamal juz 4 hal. 124, I’anatuththolibin juz 1 hal.
313', I’anatuththolibin juz 3 hal. 305, Ihya’ Ulumiddin juz 2 hal. 160, Al Majmu’ juz 4 hal.
434.
Tanya: Bagaimana hukumnya orang yang menikah tanpa wali karena memang tidak ada
orang lain di daerah itu selain ia dan pasangannya?
Jawab: Boleh nikah, tapi jika suatu saat kembali bersama dan ketemu manusia banyak,
wajib diulang nikahnya.
َ اyyَا فِيهyyونُ َمyyان َأنَّ اَأْلحْ سَنَ إلَ ْخ ) فِي ِه نَظَ ٌر َويَ ُك
ٌا َرةy إش ِ َ لِبَي: ُ) ( قَوْ لُه327 ص/ 38 تحفة المحتاج في شرح المنهاج – (ج
ْ وَِإن، ْب ِك ُّيyالس
ُّ ار ُح َّ ُهyَا قَالyy ِه َك َمyِص َّحتِ ِه بِاَل َولِ ٍّي َواَل ُشهُو ٍد بِنَا ًء َعلَى َأنَّ ااِل ْعتِدَا َد بِ ِخاَل ف
ِ yالش ِ ِف دَاوُد ْالقَاِئ ِل ب
ِ إلَى ُم َراعَا ِة ِخاَل
ار ُح َّ ف دَاوُد َو
ِ y الش ِ ِو ِخاَلy ْح ُم ْسلِ ٍم ِخاَل فُهُ َوقَ ْد َأ ْفتَى َش ْي ُخنَا ال ِّشهَابُ ال َّر ْملِ ُّي ِب َعد َِم ْال َح ِّد ُم َراعَاةً ِلنَح
ِ ْاس ِمنْ شَر ِ َب اللِّب
ِ نَقَ َل َعنْ بَا
ب ْال َح ِّد َك َما تَ َرىِ ش َعلَى ُوجُو ٍ ( َماMbah Jenggot PISS KTB).
Tanya: Anak perempuan itu boleh menolak jika dinikahkan dengan pria yang tidak kufu'
(nggak sebanding). Apa batasan kufu' itu? Apakah umur dan pekerjaan termasuk di
dalamnya?
Jawab: Kafaah itu dibagi menjadi:
1. Iffah (menjaga terhadap agama). Orang fasiq (terus menerus berbuat dosa kecil atau
pernah berbuat dosa besar) tidak sekufu’ dengan orang yang adil.
2. Terbebas dari segala aib yang bisa menetapkan hak khiyar, seperti gila, lepra, atau
penyakit belang.
3. Merdeka/budak. Seorang budak tidak sekufu’ dengan orang yang merdeka.
4. Nasab (keturunan). Orang ‘ajam tidak sekufu’ dengan orang arab, orang arab yang bukan
kaum quraisy (golongan bani Hasyim dan Abdi Manaf) tidak sekufu’ dengan orang quraisy
dan selain keturunan dari sydt Fatimah (selain keturunan sayyidina Hasan dan Husein)
tidak sekufu’ dengan keturunan beliau.
5. Hirfah (pekerjaan). Orang yang pekerjaannya rendahan seperti yang berkaitan dengan
najis (tukang bekam/cantuk, tukang sampah atau tukang jagal) tidak sekufu’ dengan
pedagang. Namun sebagian ulama’ tidaklah memandang pekerjaan sebagai salah satu
faktor penetapan kafaah. Sedangkan masalah umur tidak masuk dalam kafaah.
ْس ُك ْفًئا ق لَي َ ب ْال ُم ْث ِبتَِ yة لِ ْل ِخيَِ y
yار َوحُرِّ يَّةٌ ،فَyyال َّرقِي ُ صyا ُل ْال َكفَyyا َء ِةَ :سyاَل َمةٌ ِمنْ ْال ُعيُyyو ِ المنهاج للنyyووي – (ج / 1ص َ (308و ِخ َ
ْس كُفْ َء َع َر ِبيَّةٍَ ،واَل َغ ْيُ yر قُ َر ِشٍّ yي قُ َر ِشyيَّةًَ ،واَل َغ ْيُ yر ه ِ
َاشِ yم ٍّي ْس ُك ْفًئا ِل ُح َّر ٍة َأصْ ِليَّةٍَ ،ون ََسyبٌ ،فَْ y
yال َع َج ِم ُّي لَي َ ق لَي َ ِل ُح َّرةٍَ ،و ْال َع ِتي ُ
احبُ ِحرْ فٍَ yة َدنِيَئةٍ، صِ y ق كُفْ َء َعفِيفَةٍَ ،و ِحرْ فَyةٌ فَ َ اس ٌْس فَ ِ بَ ،و ِعفَّةٌ فَلَي َ ب فِي ْال َع َج ِم ك َْال َع َر ِ صحُّ ا ْعتِبَا ُر النَّ َس ِ َو ُمطَّلِبِ ٍّي لَهُ َماَ ،واَأْل َ
ازَ ،واَل َاج ٍر َأوْ بَ َّز ٍ
ت َخيَّاطٍ َ ،واَل َخيَّاطٌ بِ ْنتَ ت ِ ْس كُفْ َء بِ ْن ِ اع َوقَيِّ ُم ْال َح َّم ِام لَي َ
ارسٌ َو َر ٍ ْس كُفْ َء َأرْ فَ َع ِم ْنهُ ،فَ َكنَّاسٌ َو َحجَّا ٌم َو َح ِ لَي َ
ير
الص ِ yغ ِ yز ِوي ُyج ا ْبنِ ِ yه َّ ْس لَyهُ تَْ y ْضَ ،ولَي َ
ال اَل يُقَابَ ُل بِبَع ٍ ص ِ ْض ْال ِخ َ صحُّ َأنَّ ْاليَ َسا َر اَل يُ ْعتَبَرَُ ،وَأنَّ بَع َ اضَ ،واَأْل َ هُ َما بِ ْنتَ عَالِ ٍم َوقَ ٍ
صyحِّ .إعانyة الطyالبين – (ج / 3ص )377 ال فِي اَأْل َ صِ y بَ ،ويَجُyو ُز َمنْ اَل تُكَافُِئهُ بِبَyyاقِي ْال ِخ َ yذهَ ِ َأ َمةًَ ،و َك َذا َم ِعيبَyةٌ َعلَى ْال َم ْ
فصل في الكفاءة أي في بيان خصال الكفyاءة المعتyبرة في النكyاح لyدفع العyار والضyرر .وهي لغyة :التسyاوي والتعyادل.
واصطالحا أمر يوجب عدمه عارا .وضابطها مساواة الزوج للزوجة في كمال أو خسة ما عدا السالمة من عيوب النكاح
(قوله :وهي) أي الكفاءة .وقوله معتبرة في النكاح ال لصحته :أي غالبا ،فال ينافي أنها قد تعتبر للصحة ،كمyyا في الyتزويج
باالجبار ،وعبارة التحفة :وهي معتبرة في النكاح ال لصحته مطلقا بل حيث ال رضا من المyyرأة وحyyدها في جب وال عنyyة
ومع وليها االقرب فقط فيما عداهما .اه .ومثله في النهاية وقوله بل حيث ال رضا ،مقابل قوله ال لصحته مطلقا ،فكأنه قيل
ال تعتبر للصحة على االطالق وإنما تعتبر حيث ال رضا .اه .ع ش( .والحاصل) الكفاءة تعتyyبر شyyرط للصyyحة عنyyد عyyدم
الرضا ،وإال فليست شرطا لها
Tanya: Bagaimana hukumnya menjadi "tamu tak diundang" dalam resepsi pernikahan
seseorang untuk ikut menikmati hidangannya?
Jawab: Hukumnya HARAM kecuali jika tuan rumah mempersilahkan maka hukumnya
menjadi makruh.
وأما التطفل وهو حضور الدعوة بغير إذن فحرام إال أن يعلم رضا رب الطعام لصداقة أو مودة وصرح جماعة منهم A.
الماوردي بتحريم الزيادة على قدر الشبع وال يضمن قال ابن عبد السالم وإنما حرمت ألنهyا مؤذيyyة للمyزاج قولyه ( ألنهyا
مؤذية للمزاج ) وحينئذ yتحرم سواء كانت تلك الزيادة من ماله أو من مال غيره ومقتضyyاه yأنهyyا حيث لم تyyؤذ ال تحyyرم وال
ضمان وإن لم يعلم رضا المضيف وال يبعد الضمان والحرمة حيث لم يعلم رضاه بذلك وأنها تكره حيث علم رضاه ألنها
قد تؤذي ح ل
Sedangkan hukum menerombol (menghadiri undangan tanpa izin) maka haram hukumnya
kecuali bila diketahui kerelaan dari pemilik jamuan karena jamuannya disediakan untuk
sedekah atau ramah tamah.Segolongan ulama seperti al-Mawardi membatasinya tidak
melebihi kadar kenyang dan baginya tidak diwajibkan mengganti apa yang ia makan (bila
terdapat kerelaan pemilik jamuan), berkata Ibn Salam hal tersebut diharamkan karena
kebiasaannya dan umumnya hal yang demikian unsur menyakiti pemilik jamuan.
(BUJAIRIMI ALAL-MANHAJ III/343)
يحرم التطفل واستثنى المتولي وغيره فقالوا إذا كان في الدار ضيافة جاز لمن بينه وبين صاحب الطعyyام انبسyyاط أن B.
يدخل ويأكل إذا علم أنه ال يشق عليه
Haram hukumnya menerombol, al-Mutawally dan lainnya memberikan pengecualian bila
terjadi pada tempat jamuan yang antara dia dan pemiliknya diketahui tidak menyakiti dan
sukarela saat ia masuk dan turut serta makan. (Roudhoh lin NAWAWI VII/339)
ويحرم التطفل وهو حضور الوليمة من غير دعوة yإال إذا علم رضا المالك به لما بينهما من األنس واالنبساطC.
haram hukumnya menerombol (menghadiri undangan tanpa izin) kecuali bila diketahui
kerelaan dari pemilik jamuan karena diantara keduanya terjadi rasa saling suka dan
gembira. (Syarah Bahjah Oleh Zakariya Al_Ansorixv/221) PISS KTB
BAB MUAMALAH
Pertanyaan 01
Apakah asuransi termasuk riba juga?
Jawaban:
Iya asuransi hukumnya haram karena didalamnya ada riba,
maysir, ghoror dan lainnya.
Pertanyaan 02
Bagaimana menerapkan fiqih mumalah secara online?
Jawaban:
Saya belum faham maksud pertanyaannya. Tetapi jika
maksudnya sistemnya maka yaitu belajar fiqih muamalah secara
online tanpa tatap muka
Pertanyaan 03
Apa hukum MLM?
Jawaban:
MLM hukumnya haram karena didalamnya ada samsaroh ala
samsaroh atau makelar diatas makelar
Pertanyaan 04
Kenapa pemerintah menghalalkan riba?
Jawaban:
Pemerintah indonesia tidak menerapkan hukum islam sebagai
dasar negara tetapi yg diterapkan adalah kapitalisme
sehingga riba dan segala jenis maksiat lainnya dibuat legal oleh
negara
Pertanyaan 05
Bagaimana cara mengenali yang syariah dan konvensional
karena banyak yang berlabel syariah?
Jawaban:
Lihat dari akad dan parakteknya. Untuk info detailnya bisa dilihat
dimateri ke 4 tentang perbedaan KPR Syariah dan KPR Bank
Pertanyaan 06
Apa itu samsaroh ala samsaroh?
Jawaban:
Akad samsaroh dalam islam hukumnya mubah. Akad ini dikenal
dalam dunia properti yaitu akad mediasi untuk mempertemukan
antara pemilik rumah dengan pembelinya dengan pemberian
komisi jika berhasil menjual.
Pertanyaan 07
Apa yg harus dilakukan jika terlanjur mengambil KPR Ribawi?
Jawaban:
1. Taubat Nasuha
2. Jika baru masuk BookingFee atau DownPayment rendah maka
batalkan walaupun uang hangus
Pertanyaan 08
Apakah BPJS ada riba?
Jawaban:
BPJS ada asuransi dan hukumnya haram karena didalamnya ada
riba, maysir dan ghoror.
Pertanyaan 9
Bagaimana cara menghindari riba
Jawaban:
1. Belajar fiqih muamalah sebelum kita beramal/praktik jual beli
Pertanyaan 10
Apa bedanya KPR Syariah dgn pembiayaan konvensioanal
Jawaban:
Perbedaannya terletak di akad dan praktiknya yaitu tidak ada riba
dan akad - akad bathil lainnya. Untuk detail bisa dilihat dimateri
ke 4 ya yaitu perbedaan KPR Syariah dan KPR Bank
Pertanyaan 11
Apa yang menjadikan akad kerjasama menjadi bathil?
Jawaban:
Contoh sederhananya jika ada investor yang memberikan modal
usaha kepada pengelola tetapi keuntungan untuk investor adalah
nilai fix yaitu prosentase dari besaran modal usaha. Ini namanya
riba
Pertanyaan 12
Akad apa aja dalam jual beli yang diperbolehkan dan sesuai
syariat?
Jawaban:
Jual beli cash, jual beli kredit, murobahah, salam, istishna' dan
lain - lain
Pertanyaan 13
Apa saja hukum dasar syariat dalam properti syariah
Jawaban:
Saya belum faham maksud spesifik pertanyaannya. Mungkin
landasan hukumnya, yaitu dasar - dasar hukum jual beli pada
umumnya
Pertanyaan 14
Bagaimana sistem dalam property syariah agar sesuai syariat?
Jawaban:
Silahkan dilihat dimateri ke 4 ya tentang perbedaan KPR Syariah
dan KPR Bank
Pertanyaan 15
Jika pernah melakukan riba apakah cukup taubat nasuha?
Jawaban:
Iya, cukup taubat nasuha dengan menyesali, memohon ampun
dan berjanji tidak akan mengulangi
Pertanyaan 16
Bagaimana akad jual beli dengan non islam?
Jawaban:
Hukumnya mubah karena pernah dilakukan oleh rasul yaitu jual
beli kepada yahudi dgn menggadaikan baju besinya. Yang
penting jenis barang yang diperjualbelikan adalah barang yang
halal
Pertanyaan 17
Akad apa saja yang digunakan dalam properti syariah
Jawaban
Jika dalam masalah jula beli maka yang dipakai adalah akad ba'i
al-istishna' yaitu jual beli pesan bangun. Buyer memesan
kemudian developer yang membangunkan
Seperti halnya ketika pesan kue, pesan baju dan lain - lain
Pertanyaan 18
Apabila terjadi force major bagaimana sebaiknya menyelesaikan
hutang piutang
Jawaban
Jika rumah sudah terbangun dan buyer ditengah jalan tidak
mampu melanjutkan mencicil:
Pertanyaan 19
Adakah rambu - rambu untuk membangun rumah yang syar'i
dalam islam
Jawaban
Jika maksudnya adalah membangun rumah pribadi maka dasar -
dasarnya adalah
Jawaban:
Secara umum Bank Syariah untuk KPR masih belum sempurna.
Karena didalamnya masih ada jual beli murobahah yg tidak
sesuai dgn fakta, adanya denda, adanya asuransi dan
menjaminkan barang yang sedang diperjualbelikan.
Pertanyaan 21
Jika pembeli tidak menyelesaikan cicilannya dan jika over kredit
terlalu lama misal lebih dari setahun maka bagaimana
penyelesaiannya dalam islam
Jawaban:
Jika rumah sudah terbangun dan buyer ditengah jalan tidak
mampu melanjutkan mencicil:
4. Jika misal over kredit atau penjualan rumah terlalu lama maka
tetap tidak boleh disita dan mengusir pembeli dari rumahnya.
Dalam hal ini developer harus bersabar seperti halnya bersabar
dalam menunggu orang lain untuk melunasi hutang
Pertanyaan 22
Bagaimana hukum perbedaan harga cash dan harga kredit
Jawaban:
Harga cash dan harga kredit berbeda ini dibolehkan. Karena saat
menawarkan harga - harga ini hanya sebatas penawaran 2 harga
dan bukan terjadinya 2 harga karena belum terjadi akad.
Hadistnya yaitu:
Dalam hadist ini ada 2 penawaran harga yaitu jika membeli cash
maka seharga 1 ekor unta dan jika membeli kredit maka seharga
2 ekor unta
Pertanyaan 23
Apakah boleh akad syar'i dengan jangka waktu tertentu
Jawaban:
Jika maksudnya adalah jual beli kredit dalam jangka waktu
tertentu maka hukumnya boleh
Pertanyaan 24
Bagaimana hukum investasi jika resiko hanya ditanggung sepihak
namun kedua pihak sepakat
Jawaban:
Jika ada investor memberikan modal kepada pengelola dan
mendapatkan keuntungan dari nilai fix prosentase modal dan
bahkan yang menanggung kerugian hanyalah satu pihak maka
ini dilarang.
Pertanyaan 25
Sejauh mana inisiasi kita terhadap pemerintah dalam masalah
riba
Jawaban:
Sudah banyak pihak dan sudah sering berdialog dengan
pemerintah. Namun karena indonesia tidak memakai hukum
islam sebagai landasannya tetapi memakai hukum kapitalisme
maka pemerintah tidak peduli bahkan melegalkan riba dgn
hadirnya bank. Tidak hanya itu bahkan perzinahanpun dilegalkan
dan segala jenis maksiat lainnya
Pertanyaan 26
Bagaimana hukum menjual rumah dan kavling perkebunan
sedangkan ada hadist yang melarang menjual sesuatu yang
belum dimiliki/belum ada bentuk
Jawaban:
Hadist yang berbunyi "Laa tabi' maa laysa indak" yaitu janganlah
kamu menjual apa yang belum kamu miliki tidak berlaku kepada
barang yang perlu proses pembuatan seperti halnya pesan kue,
pesan baju dan lain - lain. Kalau ini dilarang maka kalau kita
membeli nasi goreng maka dilarang dong? kan nasinya belum
ada dan belum terlihat bentuknya
Jawaban:
Secara umum selain riba membahas tentang jual beli baik cash
atau kredit, hukum syirkah/kerjasama pihak - pihak yang terjun di
properti syariah seperti developer, agency, marketing, investor
dan lain - lain
Pertanyaan 28
Apa hukum jika sesama marketing yang berbeda agency saling
bertukar objek jualan
Jawaban:
Jika sebatas hanya tukar menukar informasi baik buyer atau
objek jualan dan tanpa ada pembagian komisi maka dibolehkan.
Namun jika ada pembagian komisi maka ada caranya agar tidak
bathil yaitu bisa dengan akad syirkah/kerjasama misal akad
syirkah 'abdan.
Pertanyaan 29
Apa hukum DP dalam jual beli
Jawaban:
Dalam jual beli untuk DP atau panjer hukumnya adalah
dibolehkan. Istilah DP ini adalah al-'Urbuun yaitu pembeli
menyerahkan sebagian uang kepada penjual. Jika nanti lanjut
maka DP menjadi bagian harga dan jika tidak lanjut maka
menjadi milik penjual.
Namun jika uang tersebut di berikan kembali kepada pembeli
maka ini lebih baik. Atau ada potongan sebatas biaya - biaya yang
sudah di keluarkan oleh misal developer seperti komisi
marketing, administrasi dan lain - lain
Pertanyaan 30
Bila membeli tanah yang hanya dibooking misal 10 juta apakah
sudah halal untuk dijual lagi?
Jawaban:
Jika kasusnya kita membeli tanah misal 1.000 meter dengan
harga 100 juta kemudian kita baru membayar 10 juta dan
sebelum lunas kita jual kembali maka hukumnya boleh.
Jual beli baik cash atau kredit maka hak kepemilikan dan
tanggung jawab terhadap barang tersebut sudah pindah dari
penjual ke pembeli.
Pertanyaan
Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilaly ditanya : Sebelumnya anda
nyatakan bahwa dakwah salaf menyeru kepada Islam secara
menyeluruh, salaf menyeru kepada rukun Islam, jihad dan politik.
Pertanyaan kami, sejauh manakah diperbolehkan ikut serta dalam
pertarungan politik?
Jawaban
Islam adalah agama yang paripurna (syamil) dan diridhai Allah untuk
kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
ِإنَّ الدِّينَ ِع ْن َد هَّللا ِ اِإْل سْاَل ُم
“Sesungguhnya Agama yang diridhai Allah di sisiNya adalah Islam”.
ِ َو َمنْ يَ ْبت َِغ َغ ْي َر اِإْل سْاَل ِم ِدينًا فَلَنْ يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوهُ َو ِفي اآْل ِخ َر ِة مِنَ ْالخ
ََاس ِرين
“Barang siapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan
diterima darinya dan kelak hari kiamat dia termasuk orang-orang
yang merugi”.
“Bani Israil dipimpin oleh para nabi, jika seorang nabi wafat maka
akan digantikan dengan nabi lainnya”.
َ َو ٰلَ ِكنْ ُكونُوا َربَّانِيِّينَ ِب َما ُك ْنتُ ْم تُ َعلِّ ُمونَ ْال ِكت
ََاب َو ِب َما ُك ْنتُ ْم تَ ْد ُرسُون
“Tetapi jadilah kalian ulama yang Rabbani dengan apa-apa yang
kalian ajarkan dari alkitab dan dengan apa-apa yang kalian pelajari”.
“Tidak akan berjaya suatu kaum yang dipimpin oleh seorang wanita”.
Berikut ini akan saya kutip secara singkat jawaban dari Dr.Yusuf
Al-Qardhawi:
Itu merupakan problem bagi seorang anak lelaki yang
wafat dalam keadaan ayahnya masih hidup, dan
meninggalkan anak-anak keturunan. Pada waktu kakek
mereka meninggal dunia para paman dan para bibi
mereka berbagi waris, sedangkan anak-anak yang mati
ayahnya (kemanakan-kemanakan mereka atau cucu-cucu
kakeknya) tidak mendapat bagian sama sekali.
Cara pertama:
Cara kedua:
Cara ketiga:
<
p style=”text-align: justify”>Boleh
mencantumkan pembagian
warisan pada surat wasiat, bahkan dianjurkan jika para
ahli waris belum memahami ilmu faraid. Misal, pada
surat wasiat kita tuliskan pada point tertentu pembagian
untuk istri 1/8, untuk ayah 1/6, untuk ibu 1/6, dan
sisanya untuk anak-anak kita, dengan ketentuan anak
laki-laki dua kali lipat anak perempuan. Jika kita tidak
menuliskannya, dikhawatirkan mereka akan
membagikan harta warisan bukan berdasarkan syariat
Islam. Namun jika para ahli waris sudah paham akan
ilmu faraid, dan mereka memang bersungguh-sungguh
hendak melaksanakannya, tidak dituliskan juga tidak
apa-apa.
Tanya:
Dari: 08213XXXXXXX
Jawab:
Harta seluruhnya untuk saudara perempuan mayat
(ibu Anda).
Yang kami pahami dari pertanyaan, Budhe Anda
hanya meninggalkan saudara perempuannya
sekandung (ibu Anda). Jadi, dialah satu-satunya ahli
waris. Bagiannya adalah setengah harta, sisanya juga
diberikan kepadanya secara radd (pengembalian
harta waris yang tersisa kepada ahli waris yang ada
dari kalangan kerabat). Adapun Anda selaku
keponakannya, bukan ahli waris yang berhak,
istilahnya adalah dzawul arham. Adapun jika ada
keponakan lainnya, terangkan kepada kami
hubungan kekerabatannya dengan mayat secara
lengkap agar kami terangkan hukumnya.
http://tanyajawab.asysyariah.com/hak-waris/
------------------------------------------------------------------------
Tanya:
Jika orang tua murtad dan meninggal, kepada
siapakah harta warisan dibagikan?
Dari: 085266XXXXXX
Jawab:
http://tanyajawab.asysyariah.com/warisan-orang-tua-
nonmuslim/
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------
Tanya:
Apakah anak angkat berhak mendapatkan harta
warisan orang tua angkatnya?
Dari: 082136XXXXXX
Jawab:
http://tanyajawab.asysyariah.com/warisan-untuk-
anak-angkat/
-----------------------------------------------------------------------------
---------------
Tanya:
Dari: 085740XXXXXX
Jawab :
http://tanyajawab.asysyariah.com/warisan-tetapi-
tidak-boleh-dijual/
-----------------------------------------------------------------------------
----------------------
Tanya:
Dari: 081370XXXXXX
Jawab:
http://tanyajawab.asysyariah.com/contoh-kasus-
waris-dan-pembagian-harta-waris/
-----------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------
Tanya:
dari: (+6285868xxxxxx)
Jawab :
http://tanyajawab.asysyariah.com/contoh-kasus-
pembagian-warisan-2/
-----------------------------------------------------------------------------
---------------------------
Tanya:
Jawab:
Ada rinciannya:
- Anak tersebut mendapat warisan dari jalur ibu yang
melahirkannya.
- Anak tersebut tidak mendapat warisan dari jalur
ayah karena dia tidak mempunyai bapak secara
syariat. Laki-laki tersebut bukan ayahnya secara
syariat sehingga tidak ada hubungan warisan antara
keduanya.
Lihat pembahasan tentang hal ini pada “Problema
Anda” edisi 26 dengan judul Status Anak Zina.
Wallahu a’lam.
Dijawab oleh al-Ustadz Muhammad Sarbini
SOAL
b. Ahli waris
JAWABAN
b. Ahli waris
1. Ibu: mendapat bagian 1/6 atau 1/3 secara utuh, atau 1/3
secara sisa.
2. Saudara laki-laki seibu: mendapat 1/6 bila ia seorang diri, dan
1/3 bila ia bersama-sama dengan yang lainnya.
3. Saudara perempuan seibu: mendapat bagian 1/6 bila ia
seorang diri, dan 1/3 bila ia bersama-sama dengan yang lain.
4. Nenek dari ayah: mendapat 1/6, baik ia sendiri maupun
bersama-sama dengan ahli waris lainnya.
5. Nenek dari ibu: mendapat 1/6, baik ia sendiri maupun
bersama-sama dengan ahli waris lainnya.
6. Suami, mendapat bagian ½ bila ia tidak bersama-sama
dengan keturunan si mayit dan ¼ bila ia bersama dengan
keturunan si mayit.
7. Istri, mendapat ¼ bila tidak bersama keturunan si mayit dan
1/8 bila bersama keturunan si mayit.
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah
3. Saudara laki-laki sekandung
4. Saudara laki-laki seayah
5. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
6. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
7. Paman sekandung
8. Paman seayah
9. Anak laki-laki dari paman sekandung
10. Anak laki-laki dari paman seayah
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki dan
seterusnya ke bawah
3. Saudara perempuan sekandung
4. Saudara perempuan seayah
D. Ahli Waris Kelompok Ashhabul Furudh Dan
Ashabah
1. Ayah
2. Kakek (Bapak dari ayah)[2]
1. Seorang Istri
2. 1 (satu) orang anak laki-laki
3. 1 (satu) orang anak perempuan.
1. Pembunuhan
2. Berlainan agama
( رواﻩ.ﻠ ﻡ ﺴ ﻤ ﹾ
ﹾﻟﻤﺴﻠﻡ ﹾﺍﻟﻜﺎﻓﺭﻭ ﻴﺭﺙ ﺍ ﻟ ﻜ ﺎ ﻓ ﺭ ﺍ ﻟ
ﻭﺴﻠﻡ ﻗﺎل ﻻﻴ ِﺭﺙ ﺍ
اﻟﻨﺴﺎﺋﻲ
]8[ )ﺑﺎﺳﻨﺎدﺻﺤﻴﺢ
3. Perbudakan
4. Berlainan negara.[10]
- Anak Lk
- Anak Pr
Janda ¼ x 12 = 3
Ibu ⅙ x 12 = 2
Janda 3/12 = ¼ x 24.240.000 =
6.060.000
Ibu 2/12 = ⅙ x 24.240.000 =
4.040.000
Jumlah
: 22.220.000 (sisa 2.020.000) kemudian:
Janda 3/11 x
2.020.000 = 550.909 1/11
Ibu 2/11 x
2.020.000 = 367.272 8/11
Janda = 6.060.000 +
550.909 1/11 = 6.610.909 1/11
Ibu = 4.040.000 +
367.272 8/11 = 4.407.272 8/11
- Saudara Lk
- Ibu
- Anak Pr
Ibu ⅙ x 6 = 1
Saudara Lk ABN = 2
- Janda - Ibu
- Ayah - 2 Anak Pr
Ayah ⅙ x 24 = 4
Ibu ⅙ x 24 = 4
Jumlah : 27 (‘Aul)
sehingga cara pembagiannya adalah:
Janda 3/27 x 54.000.000 =
6.000.000
Ayah 4/27 x 54.000.000 =
8.000.000
Ibu 4/27 x 54.000.000 =
8.000.000
- Ibu - Janda
Pembagiannya sbb:
Ayah ABN = 24.000.000
Pembagiannya sbb:
Ibu ⅙ x 12 ha = 2 ha
sawah
Kakek ⅙ x 12 ha = 2 ha
sawah
- Duda - 4 Anak Lk
- Nenek - 4 Anak Pr
Duda ¼ x 12 = 3
Nenek ⅙ x 12 = 2
Jumlah : 12 (pas).
Penyelesaiannya sbb:
Duda 3/12 = ¼ x
54.360.000 = 13.590.000
Nenek 2/12 = ⅙ x
54.360.000 = 9.060.000
Janda ⅛ x
24.480.000 = 3.060.000
Jumlah : 8
(Pas). Jadi pembagiannya sbb:
Janda ⅛ x
24.480.000 = 3.060.000
Cucu Lk pc Lk 3/8 x
24.480.000 = 9.180.000
- Cucu Lk pc. Pr
- Cucu Lk pc. Lk
- Cucu Pr pc. Lk
- Saudara s.i.
Berapakah bagian yang diperoleh masing-masing ahli
waris?
1. Soal ujian;
Fulan wafat meningalkan pewaris yaitu :
Istri : dpt 1/8
Anak laki2 : ?
Saudara laki2 mayit: ?
Pertanyaan ; bagaimana warisan anak laki2 dan saudara mayit?
Manakah yg diberi antara keduanya? Knp?
Kunci jawaban:
Istri ; 1/8
Anak laki laki: dapat Ta'shib yaitu sisa harta semuanya
2. Soal: seorang laki2 wafat memiliki harta 400jt, dan telah berwasiat
sebelum Meninggal untuk memberikan hartanya 200jt untuk bangun
masjid. Dan dia juga memiliki hutang 100jt. Pewarisnya hanya 2
anak laki2. Pertanyaanya berapakah warisan untuk dua anak
tersebut?#:-s
Kunci jawaban
per anak dikasih 100jt, krn untuk bayar hutang dulu. Dan wasiat yg
melebihi batas1/3 harta maka hanya dilaksanakan sesuai batas.
Kecuali semua pewaris(2anak) ridho atas wasiat tersebut
Harta si mayit setelah dipotong urusan jenazah dan lain2 ada 40.000
meter persegi sawah. Berapa bagian masing2?
Siapa yg dapat dan siapa yg terhalang?
jawaban
5.9. Soal :
Apa yg dimaksud harta warisan?
Soal
Jika harta mayit tidak cukup untuk membayar hutang. Apakah
hutang tersebut menjadi tanggungan ahli waris menurut pembagian
jatah warisannya? Soal ini kelihatannya mudah tapi sulit. :D boleh
cari referensi sendiri sendiri.?
Kunci jawaban
Jawananya TIDAK wajib.
Uraiannya sebagai berikut:
Bismillah,
Warisan jika telah habis untuk membayar hutang mayit, maka ahli
waris tidak mendapat warisan lg. Karena membayar hutang adalah
kewajiban yg harus diselesaikan terlebih dahulu.
Kemudian jika harta warisan masih juga belum cukup, maka
dibayarkan dari harta warisan yg ada saja, dan jika hutangnya ke
beberapa orang maka dibayarkan sesuai prosentase hutang untuk
per orang yg menghutangi.
Kekuranggnya bagaimana?
kekurangnya bukanlah kewajiban pewaris. Karena ia adalah
kewajiban negara jika si pemilik piutang tidak mengikhlaskannya.
Negara melunasinya dari harta zakat (kecuali hutang untuk maksiat).
Namun apabila negara tidak membayarnya maka ia adalah hutang
yg ditanggung mayit dihari qiamat, sampai ada yg membayarnya.
Namun jika ahli waris ingin membayarnya itu merupakan kebaikan
yg sangat utama, karena itu jika dilakukan dari pihak anak maka
akan dihitung sebagai birrul walidain( berbakti kpd ortu)
walaupun disini hukum asalnya tidak wajib.
Dan boleh juga jika ahli waris ingin membayarnya langsung tanpa
menunggu negara membayarnya, karena dg cepat dibayarnya
hutang tersebut akan lebih meringankan beban mayit di alam
barzakh.
Dalam aturan islam perbuatan baik itu boleh bagi kita untuk berebut
melaksanakannya.
Kesimpulan:
Jika ahli waris enggan membayar hutang si mayit mereka tidak
DOSA.
Kita bisa ambil hikmah bahwa hutang jika tidak kepepet hendaknya
jangan dilakukan.
Ia merupakan kehinaan disiang hari, fikiran dimalam hari dan beban
setelah Mati.
Soal
Seorang lelaki meninggal tidak punya anak. Dan hanya memiliki 1
istri. Dan 5 saudari wanita, 2saudari laki laki dan ibu dan bapak.
Sedangkan harta di tabung150jt. Mobil seharga 120jt. Rumah
seharga 300jt yg sekarang ditempati istrinya. Ia juga memiliki
hutang pusa 1romadhon 30hari karena sakit yg menahun.
Biaya pemakan 5jt plus sewa kuburan per tahun 500rb.
Bagaimana menyelesaikan masalahnya?
Kunci jwban :
Sebelumnya memang ini kelihatan kasihan nasib istri.
Tapi simak hal berikut
Berhubung ini merupakan harta mayit dan bukan milik istri
sedikitpun.
Maka :
Uang tunai 150jt
Mobil : 120jt
Rumah dan 300jt
Total : 570jt
Dan disini ibunya mayit hanya mendapat 1/3 dari sisa istri
dikarenakan jika dapt dari 1/3 harta keseluruhan maka nanti bapak
dapat sedikit
Jadi
Istri dapat 138.600.000 angka yg fantastis sebanding ibunya sendiri
yg dahulu melahirkannya
Setelah istri mengambil segitu maka terSisa 415.800.000
1/3 sisa untuk ibunya mayit :
138.600.000
Sisanya lagi untuk bapak
277.200.000
Nah ringkasnua begini
Istri. 138.600.000
Ibu. 138.600.000
Bapak 277.200.000
Total. : 554.400.000
Lihat kasus diatas sepertinya orang tadi mati masih muda dan
ikarena bapk ibunya masih lengkap.
Sehingga janda tadi masih memungkinkan nikah lg. Atau kembali
kerumah ortunya. Dg membaea uang tadi plus uangnya sendiri
atau jika mantan mertua mau berbuat baik mungkin untuk memberi
tambahan harta entah untuk rumah atau disiruh tinggal dirumah
tersebut
Bisa dibayangkan jika istri menguasai harta itu semuanya atau
separohnya bagaimana nasib orang tua mayit yg dahulu melahirkan
dan mendidiknya sampai besar. Bahkan bisa jadi rumah tersebut
adalah pemberian dari mereka berdua. Islam menuntun kita untuk
berbakti kpd orang tua walaupun samapai dlm hal warisan .
Semoga bermanfaat.
Catatan
Ibu ini termasuk masalah umariyatain/ghorowiyatain. Rukunnya ada
3 yaitu istri, ibu, bapak
Atau
Suami, ibu bapak
Soal
Seorang lelaki tua meningal dan memiliki 1 putri dan 1 cucu putra
dari anaknya laki laki yg konon telah meninggal duluan.
Sedangkan ia pernah berwasiat untuk memberikan 1/5 hartanya
kepada adiknya.
Harta dia ditaksir ada 500jt. Bagaimana pembagiannya?
Kunci jawaban
Sebelum warisan dibagi, tunaikan wasiat dulu:
1/5x500jt = 100jt
Jadi harta warisan ųɑNĝ akan dibagi:
500jt - 100jt = 400jt
Soal ke 14:
Seorang wanita meninggal
Harta warsannya berjumlah
120jt
Pewaris:
Ibu
Suami
1anak perempuan
2cucu perempuan dari anak laki
1 cucu laki dari anak perempuan
2 saudari kandung si mayit.
Mohon dihitung pembagiannya.
Kunci soal ke 14
Jatah warisannya sbg brikut;
Ibu. = 1/6
Suami = 1/4
1anak pr = 1/2
2cucu perempuan dari anak laki. = 1/6
Maka penghitungannya:
Ibu. 2X9.230.769 = 18.461.538
Suami. 3X9.230.769 = 27.692.307
1anak pr 6X9.230.769 = 55.384.614
2cucu pr 2X9.230.769 = 18.461.538
Jadi intinya kalo pewaris kebanyakan muatan maka jatah mereka
berkurang sesuai prosentase pendapatan.Ilmu warisIlmu waris