Disusun Oleh :
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
ditelusuri apakah tidak malu seseorang yang mempunyai kewajiban menjaga
wilayahnya dengan seenaknya menggunakan haknya setelah dia sendiri
melalaikan kewajibannya sebagai warga dari wilayah itu sendiri.
Masih banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh negara maupun warga
negara itu sendiri. Semua hanya bersumpber dari kesadaran masing-masing. Oleh
karena itu dibuatlah makalah tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara.
Sehingga diharapkan dengan selesainya makalah ini akan mempunya perubahan
etikan dan pola pikir untuk menentukan keseimbangan antara hak dan
kewajibannya entah sebagai warga negara ataupun bukan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
misal kewajiban untuk tidak mencemarkan nama baik dan kewajiban yang bersifat
memberi sanksi, timbul dari perbuatan melawan hukum misal membayar kerugian
dalam hukum perdata.
Dari pernyataan diatas maka di simpulkan bahwa hak adalah sebuah
kuasa yang dimiliki oleh setiap pribadi untuk memilih semua dalam hidupnya
yang akan menentukan tujuan hidup pribadi tersebut meskipun terkadang hak
yang dimiliknya dibatasi oleh faktor-faktor tertentu.
Kewajiban dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kewajiban
adalah suatu keadaan dimana pribadi yang mempunyai kewajiban mempunyai
tanggungjawab untuk mempertahankan atau menuntaskannya dan terkadang
mempunyai tuntutan khusus dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Dan semua
tergantung pada pribadi yang memiliki hak dan kewajiban untuk saling
menyeimbangkan keduanya demi menuntaskan suatu tujuan yang sudah dipilih.
4
a. Asas kelahiran (Ius soli)
Asas kelahiran (Ius soli) adalah penentuan status kewarganegaraan
berdasarkan tempat atau daerah kelahiran seseorang. Pada awalnya asas
kewarganegaraan hanyalah ius soli saja, sebagai suatu anggapan bahwa
seseorang lahir di suatu wilayah negara, maka otomatis dan logis ia menjadi
warga negara tersebut, akan tetapi dengan tingginya mobilitas manusia maka
diperlukan asas lain yang tidak hanya berpatokan pada kelahiran sebagai
realitas bahwa orang tua yang memiliki status kewarganegaraan yang
berbeda akan menjadi bermasalah jika kemudian orang tua tersebut
melahirkan di tempat salah satu orang tuanya (misalnya di tempat ibunya).
Jika asas ius soli ini tetap dipertahankan maka si anak tidak berhak untuk
mendapatkan status kewarganegaraan bapaknya. Atas dasar itulah maka
muncul asas ius sanguinis.
b. Asas keturunan (Ius sanguinis)
Asas keturunan (Ius sanguinis) adalah pedoman kewarganegaraan
berdasarkan pertalian darah atau keturunan. Jika suatu negara menganut asas
ius sanguinis, maka seseorang yang lahir dari orang tua yang memiliki
kewarganegaraan suatu negara seperti Indonesia maka anak tersebut berhak
mendapat status kewarganegaraan orang tuanya, yaitu warga negara
Indonesia.
c. Asas perkawinan
Status kewarganegaraan dapat dilihat dari sisi perkawinan yang memiliki
asas kesatuan hukum, yaitu paradigma suami isteri atau ikatan keluarga
merupakan inti masyarakat yang mendambakan suasana sejahtera, sehat dan
bersatu. Di samping itu asas perkawinan mengandung asas persamaan
derajat, karena suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan status
kewarganegaraan masing-masing pihak. Asas ini menghindari
penyelundupan hukum, misalnya seorang yang berkewarganegaraan asing
ingin memperoleh status kewarganegaraan suatu negara dengan cara
berpura-pura melakukan pernikahan denga perempuan di negara tersebut,
setelah mendapat kewarganegaraan itu ia menceraikan isterinya.
5
d. Unsur pewarganegaraan (naturalisasi)
Dalam naturalisasi ada yang bersifat aktif, yaitu seseorang yang dapat
menggunakan hak opsi untuk memilih atau mengajukan kehendak untuk
menjadi warga negara dari suatu negara. Sedangkan naturalisasi pasif,
seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh suatu negara atau tidak
mau diberi status warga negara suatu negara, maka yang bersangkutan
menggunakan hak repudiasi yaitu hak untuk menolak pemberian
kewarganegaraan tersebut.
6
Ironis sekali rasanya jika melihat orang-orang lanjut usia yang nekat
mencuri secuil dan dituntut dalam persidangan. Manusia memliki hak untuk hidup
tentran dalam usia tua. Keseimbangan ini harus didasari dalam semua pola pikir
manusia. Entah mereka memimpin suatu negara ataukah tidak. Karena perlu
titegaskan sekali lagi bahwa keseimbangan antara hukum hak dan kewajiban
memang perlu dipertimbangan.
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Hak adalah sebuah kuasa yang dimiliki oleh setiap pribadi untuk memilih
semua dalam hidupnya yang akan menentukan tujuan hidup pribadi tersebut
meskipun terkadang hak yang dimiliknya dibatasi oleh faktor-faktor tertentu.
Kewajiban adalah suatu keadaan dimana pribadi yang mempunyai
kewajiban mempunyai tanggungjawab untuk mempertahankan atau
menuntaskannya dan terkadang mempunyai tuntutan khusus dan syarat-syarat
yang harus dipenuhi. Dan semua tergantung pada pribadi yang memiliki hak dan
kewajiban untuk saling menyeimbangkan keduanya demi menuntaskan suatu
tujuan yang sudah dipilih.
Warga negara yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagai warga
negara harus dikenai hukuman yang seimbang dengan kesalahannya. Tidak hanya
berdasarkan emosi ataupun kewenang-wenangan karena jabatan.
Berdiam dalam suatu wilayah adalah hak dari manusia. Meskipun bukan
dari wilayahnya sendiri pun manusia memiliki hak. Pertanyaan bagaimana jika
negara bukan merupakan hak dari manusia?
Negara sendiripun adalah sebutan untuk wilayah yang diakui wilayah lain
yang mempunyai hukum dan bernasib sama. Sehingga kritisnya, negara sendiri
itupun hanya sebuah ungkapan, maka pernyataan ini dapat dibatalkan karena
kesimpulan ini.
8
DAFTAR PUSTAKA