Anda di halaman 1dari 28

EVALUASI PEMBELAJARAN PAI SMA MITRADHARMA CILILIN

MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Managemen Kurikulum PAI
Dosen Pengampu :
Dr. HELMAWATI, S.E., M.Pd.I,

Oleh :
Suhendra

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Prayitno, dalam Teori dan Praksis Pendidikan
(2009-55), Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk
mengarungi kehidupan yang lebih mulia dan maju. Kegiatan pendidikan
yang dilaksanakan melalui interaksi yang terjadi antara pendidik dengan
peserta didik merupakan peristiwa yang istimewa dan unik. Dikatakan
istimewa karna dengan pendidikan itulah manusia dipersiapkan untuk
menjalani kehidupannya, dan diarahkan serta dimungkinkan untuk
mencapai tujuan kehidupannya yang lebih baik. Dikatakan unik karna
mengandung ciri-ciri khas yang tidak terdapat pada kegiatan-kegiatan
lainnya. Ciri-ciri khas itu terutama ditandai dengan adanya sejumlah
kandungan pokok yang terdapat pada kegiatan pendidikan, yaitu adanya
peserta didik, pendidik, dan tujuan pendidikan, yang ketiganya
terintegrasi melalui proses pembelajaran yang terjadi pada suatu kondisi
yang disebut situasi pendidikan.

Upaya pendidikan diwujudkan melalui kegiatan yang dilakukan


oleh pendidik dengan energi pembelajaran yangdituangkan dalam
muatan materi pembelajaran menjadi proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang dikehendaki adalah pelayanan unggul terhadap
peserta didik untuk mencapai optimalisasi perkembangan mereka.
Pelayanan unggul demikian itu dilandaskan pada pendekatan dan
konstruk yang tepat, meliputi berbagai komponen yang jelas, sistematik,
dinamis, efektif dan efisien. Komponen- komponen dalam pendidikan
terdiri dari pendidik, peserta didik, proses pembelajaran, materi
pembelajaran, sarana dan prasarana, evaluasi pembelajaran, dan hasil
pembelajaran. Guru sebagai pendidik mempunyai peranan penting dalam

1
mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran di Sekolah. Seorang guru
bukan hanya memberikan pengetahuan kepada siswa

Kemampuan guru dalam menerjemahkan dan kemudian


menyusun indikator ketercapaian pembelajaran pada silabus sejauh ini
hanya mengedepnakan aspek kognitif dan psikomotorik saja. Sedangkan
aspek afektif nyaris tidak tersentuh. Secara gamblang, dapat diketahui
dari ketercapaian yang diperoleh peserta didik misalnya pada materi
shalat, masih sebatas pengetahuan tantang tata cara shalat yang benar
serta bagaimana mempraktekkannya. Esensi serta hikmah shalat masih
belum menancap kuat pada sanubari peserta didik, dan belum terlihat
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Problem PAI dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Dari proses belajar-mengajar, guru PAI lebih terkonsentrasi


persoalan- persoalan teoritis keilmuan yang bersifat kognitif semata
dan lebih menekankan pada pekerjaan mengajar/ transfer ilmu.

b. Metodologi pengajaran PAI selama ini secara umum tidak kunjung


berubah, ia bagaikan secara konvensional-tradisional dan monoton
sehingga membosankan peserta didik.

c. Pelajaran PAI seringkali dilaksanakan di sekolah bersifat menyendiri,


kurang terintegrasi dengan bidang studi yang lain, sehingga mata
pelajaran yang diajarkan bersifat marjinal dan periferal.

d. Kegiatan belajar mengajar PAI seringkali terkonsentrasi dalam kelas


dan enggan untuk dilakukan kegiatan praktek dan penelitian di luar
kelas.

e. Penggunaan media pengajaran baik yang dilakukan guru maupun


peserta didik kurang kreatif, variatif dan menyenangkan.

2
f. Kegiatan belajar mengajar (KBM) PAI cenderung normatif, linier,
tanpa ilustrasi konteks sosial budaya di mana lingkungan peserta
didik tersebut

3
berada, atau dapat dihubungkan dengan perkembangan zaman
yang sangat cepat perubahannya.

g. Kurang adanya komunikasi dan kerjasama dengan orangtua


dalam menangani permasalahan yang dihadapi peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas,
maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana evaluasi terhadap hasil program pembelajaran PAI di


SMA Mitradharma Cililin?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah:

Untuk mengetahui bagaimana evaluasi terhadap hasil program


pembelajaran PAI di SMA Mitradharma Cililin.

4
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Hakikat Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Secara bahasa Evaluasi berasal dari bahasa inggris, Evaluation
yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut istilah
para pakar kependidikan berbagai macam redaksi, diantaranya:
Menurut Hayati (dalam Desain Pembelajaran; 2009), evaluasi dapat
diartikan sebagai, “suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya
dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu
kesimpulan”. Sedangkan menurut Abidin (dalam Evaluasi
Pembelajaran; 2010), evaluasi adalah. “proses untuk melihat apakah
perencanaan yang sedang di bangun berhasil sesuai dengan harapan
awal atau tidak”.11 Menurut Hamalik evalaasi adalah. “suatu proses
atau kegiatan yang sistematis dan menentukan kualiatas (nilai atau arti)
daripada sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu”.
Kemudian menurut Sanjaya evaluasi adalah. “suatu proses yang
sangat penting dalam pendidikan guru, tetapi pihak- pihak yang terkait
dalam program itu seringkali melalaikan atau tidak menghayati
sungguh-sungguh proses evaluasi tersebut”.

Berdasarkan beberapa pengertian evaluasi yang telah


diuraikan di atas, dapat dipahami bahwa evaluasi merupakan kegiatan
yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Jika diambil sebuah
kesimpulan berdasarkan beberapa pendapat di atas, Proses kegitan
yang terencana dan sistematis untuk mengukur suatu objek
berdasarkan pertimbangan dan criteria tertentu.

5
6
Evaluasi program termasuk pengukuran kinerja program,
sumber biaya, aktivitas program, outcomes program, dan pengujian
asumsi sementara yang berhubungan dengan tiga elemen ini. Satu
kontribusi potensial penting dari evaluasi program adalah kegunaanya
oleh pengambil kebijakan, manager, dan staf untuk mengubah sumber,
aktivitas, atau tujuan program untuk meningkatkan kinerja program.
Bagaimanapun juga, evaluasi mengandung lebih banyak seni
daripada ilmu pengetahuan.

2. Tujuan dan Manfaat Evaluasi


Tujuan evaluasi adalah untuk menghasilkan informasi yang
dapat memandu keputusan mengenai adopsi atau modifikasi
program pendidikan. Evaluasi diharapkan untuk menyelesaikan
berbagai tujuan: (a) Mendokumentasikan kejadian; (b) Mencatat
perubahan siswa; (c) Mendeteksi daya kelembagaan; (d)
Menempatkan kesalahan bagi permasalahan; (e) Membantu
membuat keputusan administratif; (f) Memfasilitasi aksi perbaikan;
dan (g) Meningkatkan pemehaman kita terhadap pembelajaran.

Masing-masing tujuan ini berhubungan secara langsung atau


tidak pada nilai suatu program dan mungkin suatu tujuan legitimasi
untuk studi evaluasi tertentu. Hal ini sangatlah penting untuk
disadari bahwa masing- masing tujuan membutuhkan data yang
terpisah: semua tujuan tidak dapat disajikan dengan pengumpulan
data tunggal.

3. Evaluasi Internal dan Eksternal


a) Evaluasi Internal
Suatu evaluasi internal, yang diadakan secara internal oleh
staf yang bekerja pada program tersebut, biasanya berkembang

7
secara alami. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan feedback
pada aspek program yang tinjauan dan kemungkinan revisi sedang
berlangsung. Apa yang berjalan dengan baik dan apa yang tidak?
Apakah perlu perbaikan? Apakah perlu perbaikan di pertengahan
keberlangsungan program tersebut? Evaluasi pada umumnya tidak
dimaksudkan untuk pihak luar; bagaimanapun, evaluasi dapat
berbagi dengan pihak luar sebagai cara demonstrasi bahwa staf
sekolah menerapkan peraturan aktif dalam mengevaluasi dan
meningkatkan sekolah mereka sendiri. Menurut suhardi dalam
(Evaluasi Pendidikan; Prinsip & Operasionalnya, 2009-9).

Sebagaimana evaluasi juga disarankan untuk memiliki


seorang peninjau evaluasi program formatif dari luar, disebut meta
evaluasi, dengan evaluator eksternal yang independen untuk
memperhatikan penyimpangan evaluator internal. Evaluasi internal
dilaksanakan sendiri oleh pelaksana program di berbagai tingkatan
sebagai berikut: (a) Di tingkat pusat; (b) Penanggungjawab
evaluasi adalah Satker pusat, yang dalam pelaksanannya dibantu
oleh seksi evaluasi dan penyelesaian

8
masalah tingkat pusat; (c) Di tingkat propinsi; (d) Penanggung jawab
evaluasi adalah Satker pusat, yang dalam pelaksanannya dibantu oleh
Seksi evaluasi dan penyelesaian masalah tingkat propinsi; dan (e) Di
tingkat kabupaten/kota. Penanggung jawab evaluasi adalah Satker pusat,
yang dalam pelaksanannya dibantu oleh Seksi evaluasi dan penyelesaian
masalah tingkat Kabupaten/Kota. Walaupun dalam pelaksanaannya
pengelola program dapat bekerja sama dengan pihak luar dalam proses
pengumpulan datanya, namun segala tanggung jawab terhadap
pelaksanaan dan hasil evaluasi sepenuhnya ada pada pengelola program
di setiap tingkatan. Pelaksanaan kerjasama ini dapat dilakukan dalam hal,
yaitu (a) Melakukan seleksi indikator dan penetapan fokus evaluasi; (b)
Mengumpulkan dan mengelola data; (c) Menjadi tim evaluasi atau
personel site visit;(d) Menggunakan data yang telah dikumpulkan oleh
lembaga lain (Badan Pengawas Sekolah atau sumber yang lain); dan
(e)Melakukan evaluasi dan memberikan evaluasi. Fungsi evaluasi diri,
pengelola program dapat melakukan evaluasi pada akhir program ini
untuk melengkapi informasi yang akan digunakan sebagai bahan analisis
dan penyususnan laporan akhir program.

b) Evaluasi Eksternal
Tipe evaluasi lainnya, evaluasi eksternal, diselenggarakan oleh
staf yang di luar pelaksana program. Evaluasi biasanya dimotivasi oleh
pertanyaan-pertanyaan dari luar dan memerlukan respon yang akurat
terhadap pertanyaan yang diajukan pihak luar. Evaluasi eksternal adalah

9
sumatif: keputusan tentang penggantian, pemeriksaan,
penghargaan, atau keputusan akuntabilitas adalah hasil akhir.

Karena tekanan pada akuntabilitas dalam evaluasi


program sumatif, evaluator eksternal lebih efektif karena
independen dan kemampuan mereka untuk melangkah kembali
mengambil pandangan objektif pada gambaran besar, yang
mungkin termasuk lebih dari memperhatikan sekolah atau
wilayah sekolah. Komunitas, daerah bagian, dan persoalan
pemerintah menjadi berperan dalam evaluasi sumatif. Evaluator
eksternal sering berperan sebgai pembina evaluasi yang
profesional.

B. Kajian Tentang Pembelajaran

1. Definisi Pembelajaran

Menurut pendapat Muhaimin (2001:183) mengatakan


bahwapembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya
pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari komunikasi


dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh
siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru
sebagai pembelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu
menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi anatara guru dengan
siswa, serta antara siswa disaat pembelajaran berlangsung (Asep Jihad dan
Abdul Haris, 2008: 11).

Lebih lanjut Udin S. Winataputra (2008:1.19) menjelaskan bahwa


pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan
kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, kita menggunakan istilah proses
belajar mengajar dan pengajaran. Istilah pembelajaran merupakan
terjemahan dari kata instruction. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager,

10
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau


bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong
oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan
dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Pembelajaran
merupakan kegiatan di mana seseorang secara sengaja diubah dan
dikontrol dengan maksud agar bertingkah laku atau bereaksi terhadap
kondisi tertentu. Pembelajaran adalah suatu kombinasiyang tersusun
meliputi unsur, unsur manusiawi, materiel, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Konsep Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dapat dilakukan untuk


menginisiasi, memfasilitasi, dan menempatkan intensitas dan kualitas
belajar pada diri peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran merupakan
upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, mamfasilitasi, dan
meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat
dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut.

Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses


belajar terjadi karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam
konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat (Udin S.
Winata Putra, 2008: 1.18).

3. Jenis-Jenis Pembelajaran

Menurut Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti, (1998:218) memaparkan


bahwa dari segi jenisnya pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi lima
jenis pembelajaran yaitu:

a. Persepsional sensory type of learning, yaitu pembelajaran


berdasarkan pengamatan inderawi, sensual dengan proses

11
mengamati, melihat mendengar meraba, merasa dan proses
persepsi lainnya.

b. Motor type of learning, yaitu dalam pembelajaran anak


menggunakan segala aktivitas geraknya, berdasarkan
stimulus dari guru anak memberikan respon berupa
gerak-gerak tertentu

c. Memory type of learning, yaitu tipe pembelajaran lebih


menekankan pada hapalan seperti menghapal rumus-rumus,
definisi/pengertian, ketentuan-ketentuan dalam
perundang-undangan, nama-nama (tokoh, kota, negara dan
sebagainya), hadits-hadits, ayat-ayat Al-Qur’an serta
doa-doa bacaan shalat.

d. Problem solving type of lerning, yaitu tipe pembelajaran


yang lebih menekankan pada kemampuan daya pikir dalam
memecahkan suatu masalah (problem solving).

Emotional type learning, yaitu tipe pembelajaran yang menekankan


pada pembentukan sikap dan emosi. Tipe ini berkaitan erat dengan nilai
dan norma baik nilai keagamaan maupun nilai kemasyarakatan, tentang
baik buruk, akhlaqul karimah/budi pekerti, sopan santun, keadilan,
kebenaran, etos kerja, sabar dan nilai-nilai keutamaan lainnya.

C. Evaluasi Pembelajaran PAI

1. Tujuan Pembelajaran PAI

Dalam Undang-Uundang Sistem Pendidikan Nasional


Nomor 20 tahun 2003 ditegaskan, bahwa pendidikan nasional
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan pembentukan
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

12
potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Adapun tujuan pendidikan manusia khususnya


pembelajaran PAI seutuhnya dan seumur hidup ialah :

a. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai


dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek
pembawaan (potensinya) seoptimal mungkin. Dengan
demikian seluruh potensi manusia diisi kebutuhannya agar
berkembang secara wajar.

b. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan


kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis, maka
pendidikan wajar berlangsung selama manusia hidup
(Depag RI, 2004: 78).

2. Metode Pembelajaran PAI

Untuk menyajikan pembelajaran mata pelajaran PAI guru


dapat memilih metode atau gabungan metode mengajar yang sesuai
dengan kemampuannya dan fasilitas belajar yang disediakan
sekolah.

Pada prisipnya metode pembelajaran agama sama dengan


pembelajaran umum disamping diakui adanya beberapa ciri khusus
tersendiri. Berikut ini akan penulis paparkan beberapa metode
pengajaran yang diterapkan dalam pengajaran PAI, adapun
metode-metode tersebut adalah :

a. Metode cerita. Metode cerita sebagai alternatif pada hampir


semua pokok bahasan, karena selain aspek kognitif juga
aspek afektif.

13
b. Metode ceramah. Merupakan metode mauidoh hasanah
dengan bilisan agar dapat menerima nasehat-nasehat atau
pendidikan yang baik seperti yang dilakukan nabi
Muhammad Saw kepada umatnya.

c. Metode tanya jawab. Metode tanya jawab bertujuan agar


anak didik memiliki kemampuan berpikir dan dapat
mengembangkan pengetahuan yang berpangkal pada
kecerdasan otak dan intelektualitas.

d. Metode audi visual digital, yakni dengan memutar film-film


yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

Adapun bentuk-bentuk evaluasi pembelajaran mata pelajaran PAI

adalah sebagai berikut :

a. Tes subjektif. Tes ini pada umumnya berbentuk isai (uraian)


tes bentuk isai adalah sejenis tes kemajuan belajaryang
memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian
kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan
kata-kata seperi uraian, jelaskan, mengapa,bagaimana,
bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.

b. Tes objektif. Tes objektif adalah tes yang dalam


pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. hal ini
memang dimaksudkan mengatasi kelemahan dari tes bentuk
esay dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang
diajukan jauh lebih banyak dari pada tes essay. Disebut tes
objektif karena dalam pemeriksaannya dapat dilakukan
secara objektif dan terhindar dari unsur-unsur subjektif baik
dari segi siswa maupun pemeriksa itu sendiri. Dengan
demikian maka prestasi yang dicapai oleh siswa dalam tes
tersebut betul-betul memberikan gambaran yang

14
representatif tentang penguasaan mereka terhadap bahan
pelajaran yang diteskan.

c. Tes formatif. Formatif dari kata form yang merupakan dasar


dari istilah formatif maka evaluasi formatif dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah terbentuk
setelah mengikuti suatu program tertentu. Dalam
kedudukannya seperti init tes formatif dapat juga dipandang
sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.

d. Tes sumatif. Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan


peserta didikan setelah berakhirnya pemberian sekelompok
program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam
pengalaman disekolah tes formatif dapat disampaikan
dengan ulangan umum yang biasanya dapat dilakspeserta
didikan pada tiap akhir catur wulan atau akhir semester
(Suharsimi Arikunto, 2004: 36-39).

Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian kemajuan


belajar dan penilaian hasil belajar siswa, dan terdiri dari
pengetahuan, sikap serta keterampilan mereka. Penilaian hasil
belajar PAI adalah kumpulan informasi untuk menentukan tingkat
penguasaan siswa terhadap suatu kompetensi meliputi,
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai penilaian hasil belajar
ini, dengan cara :

a. Penilaian dilakukan melalui tes dan non tes

b. Pengukuran terhadap ranah afektif dapat dilakukan


menggunakan cara non tes, seperti skala penilaian observasi
dan wawancara.

15
c. Penilaian terhadap ranah psikomotorik dengan tes perbuatan
dengan menggunakan lembar pengamatan atau instrumen
lainnya.

16
BAB III
PEMBAHASAN

A. Profil Singkat SMA Mitradharma Cililin

1. Sejarah SMA Mitradharma Cililin


SMA Mitradharma Cililin didirikan pada Tahun 1994 lebih
tepatnya tanggal 20 september 1994 dengan nomor NSS
30.2.02.08.22.130. Kemudian izin operasional dikeluarkan oleh
KAKANWIL Depdikbud Propinsi Jawa Barat dengan nomor dan
tanggal izin operasional 149/102.kep/E.1994. Beralamat di Jl. Radio –
Cililin Belakang Koramil Cililin Desa Cililin Kecamatan Cililin.
SMA Mitradharma Cililin dipimpin oleh Bapak Lalan Suherlan, S.Pd.
Telepon Sekolah 022-6940526 dan Nomor HP Kepala Sekolah
081394661097.

SMA Mitradharma Cililin sebelumnya berupa sekolah yang


menampung siswa-siswi yang tidak lulus seleksi di SMAN 1 Cililin
yang dikelola oleh Yayasan Mitradharma, saham yayasan di pegang
oleh Guru-guru PNS yang mengajar SMA Negeri 1 Cililin. sekarang,
Yayasan Pendidikan Mitradharma mengelola sekolah SMK Farrmasi
dan Teknik Jaringan Komputer. Semenjak berdiri, Yayasan
Pendidikan Mitradharma sudah dipimpin oleh lima orang ketua
yayasan.

2. Letak Geografis
SMA Mitradharma Cililin terletak di kampung Jati Radio Desa
Cililin Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Desa Cililin
merupakan desa yang berbatasan dengan desa Karang Tanjung, Desa
Batulayang, dan Desa Mukapayung. Desa Cililin sebagai pusat
Kecamatan Cililin tentunya memiliki tempat yang sangat strategis
dengan dilalui jalur propinsi yang menghungkan kabupaten Bandung
Induk ke arah timur dan kabupaten Cianjur ke arah barat. Letak

17
kecamatan Cililin sendiri dengan pusat pemerintahan Kabupaten
Bandung Barat tidak terlalu jauh yakni sekitar 15 KM saja yang dapat
ditempuh dengan waktu 20 menit dengan lalulintas normal dan 1 jam
dengan lalulintas yang padat.

3. Visi dan Misi SMA Mitradharma Cililin


Adapun visi dan misi SMA Mitradharma Cililin adalah
sebagai berikut:

a. Visi
Menciptakan generasi yang BERIMTAQ dan IPTEK,
berkarakter, berprestasi yang berharkat dan bermartabat.

b. Misi
1) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan juga budaya bangsa yang religius sehingga
menjadi kearifan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Melaksanakan proses Pembelajaran yang menyenangkan


dengan memberikan bimbingan secara efektif sehingga dapat
menumbuh kembangan potensi diri siswa.

3) Membekali siswa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi


sesuai dengan perkembangan zaman.

4) Menciptakan hubungan yang harmonis dan kerjasama antara


guru, orangtua siswa, masyarakat serta lingkungan sekolah.

5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh


warga sekolah saling kerjasama untuk mencapai sekolah yang
disiplin, bersih, indah, dan nyaman.

18
B. Evaluasi Pembelajaran PAI di SMA Mitradharma Cililin
1. Evaluasi Materi PAI
Muatan materi pembelajaran PAI di SMA Mitradharma Cililin
diberlakukan materi-materi PAI didalamnya termuat inti pokok dari
ajaran Islam yang memuat akidah (masalah keimanan), akhlak,
Al-Qur`an, Hadits, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Dalam pembelajaran ini SMA Mitradharma Cililin melalui Guru
PAI, menggunakan pendekatan kontekstual sehingga dapat membekali
siswa sebagai pembelajaran yang bermakna. Hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penyusunan materi PAI adalah kemanfaatan,
alokasi waktu, kesesuaian, ketetapan, situasi dan kondisi lingkungan
masyarakat, kemampuan guru, tingkat perkembangan peserta didik,
fasilitas, keseimbangan aspek disiplin dan fleksibilitas.
2. Evaluasi Strategi Pembelajaran PAI
Strategi pengelompokan yang dilakukan guru PAI SMA
Mitradharma Cililin dengan mengelompokkan siswa merupakan
langkah yang baik untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
pembelajaran, karena terjadi saling melengkapi diantara siswa, namun
pada realitasnya guru masih terfokus pada tanya jawab dan ceramah
pada prakteknya.
3. Evaluasi Media Pembelajaran PAI
SMA Mitradharma Cililin memfasilitasi semua sumber belajar
sesuai kemampuan, baik sumber belajar yang skala besar misalnya
gedung, perpustakaan, sarana ibadah, buku-buku, alat peraga dan
sebagainya. Selain itu guru PAI juga dituntut oleh sekolah untuk
menciptakan media sendiri yang dapat memperlancar kegiatan
pembelajaran PAI.
Dalam proses belajar mengajar, guru memiliki tugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa
untuk mencapai tujuan. Agar guru mempunyai tanggung jawab untuk
melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu

19
proses perkembangan siswa. penyampaian materi pelajaran hanyalah
sebagai salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu
proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa,
tetapi ia harus mampu menciptakan proses belajar mengajar yang
kondusif sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif
dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan,
inilah yang harus dilaksanakan di SMA Mitradharma Cililin terutama
pada pembelajaran PAI.
Seorang guru harus dapat menerapkan media apa yang paling tepat
dan sesuai untuk tujuan tertentu dan menyampaikan bahan tertentu.
Dengan adanya berbagai jenis media, sangat penting di ketahui oleh
guru dan tentu saja akan lebih baik jika guru memiliki kemampuan
menggunakan dan membuat suatu media yang dibutuhkan. Dan itulah
yang perlu dikembangkan guru PAI di SMA Mitradharma Cililin.
4. Evaluasi Pembelajaran PAI
Setelah penyampaian materi diakhiri dengan evaluasi atau post test
yang berupa pengayaan dari proses belajar atau dalam bentuk praktik
sesuai materi kepada peserta didik. Evaluasi atau penilaian hasil belajar
PAI di SMA Mitradharma Cililin menggunakan Penilaian Berbasis
Kelas (PBK), yang memuat ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dalam hal ini ada bentuk penilaian yang digunakan: yaitu Penilaian
Proses yang berupa penilaian kognitif afektif dan psikomotorik.
Penilaian Hasil ini berupa Penilaian dilihat dari segi hasil, proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku
yang positif pada diri peseta didik seluruhnya atau setidaknya sebagian
besar.
Proses evaluasi yang dilakukan di SMA Mitradharma Cililin belum
mampu membuahkan hasil sedemikian rupa pada pembentukan
kepribadian anak didik khususnya pendidikan PAI karena terlalu
menitik beratkan pada dimensi kognitif intelektual. Kurang menyentuh
aspek afektif dan psikomotorik.

20
C. Tindak Lanjut Evaluasi Pembelajaran PAI di SMA Mitradharma Cililin.
1. Tindak Lanjut Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran PAI
Proses pelaksanaan pembelajaran PAI di SMA Mitradharma Cililin,
Selama ini pembelajaran banyak dilakukan didalam kelas. Namun
demikian pelaksanaan pembelajaran PAI di SMA Mitradharma Cililin
masih ada beberapa problematika yang harus dipecahkan bersama. Saat
berlangsungnya pembelajaran mata pelajaran PAI, suasana kelas sangat
ramai dan gaduh. Respon siswa terhadap guru tidak menunjukkan sikap
yang positif.
Hal demikian bisa dijadikan sebagai salah satu indikasi yang
menunjukkan bahwa ada yang salah dalam pembelajaran PAI, sehingga
mereka berbuat seperti itu. Indikasi lain yang dapat dilihat adalah saat
berlangsungnya pembelajaran PAI, suasana kelas sangat vakum dan
hampa. Jika ramai maka dapat dipastikan keramaiannya itu bukan
karena siswa bertanya atau menjawab pertanyaan akan tetapi mereka
sedang bergurau. Kondisi seperti ini tentu menjadi sebuah ironis bagi
pembelajaran PAI dan mungkin juga untuk mata pelajaran yang lain.
Oleh karena itu proses pembelajaran PAI di SMA Mitradharma
Cililin diperlukan pembelajaran yang mengarah pada peningkatan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga minat siswa
terhadap pembelajaran PAI menjadi tinggi.

2. Tindak Lanjut Evaluasi Penguasaan Materi

Usaha yang dilakukan untuk mengatasi problem yang timbul dalam


penyampaian materi PAI di SMA Mitradharma Cililin antara lain:
a) Dalam penyampaian materi pembelajaran PAI, guru memilih materi
pelajaran yang penting, sehingga materi pelajaran yang harus
disampaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b) Guru mengusahakan agar siswa tertarik dan memahami materi
pelajaran. Sehingga bagi siswa yang kemampuannya lebih, tidak

21
merasa terlalu mudah dan bagi siswa yang kurang, tidak terlalu
sulit dalam menerima materi pelajaran PAI.
c) Mengingat waktu yang terbatas, dalam menyampaikan materi PAI,
guru juga memperbanyak kegiatan yang bersifat religius seperti
menampilkan video kisah meneladani sikap dermawan, dsb
3. Tindak Lanjut Evaluasi Pengelolaan Kelas dan Metode Mengajar
Usaha optimalisasi kreatifitas guru akan menjawab permasalahan
pemilihan metode pengajaran di kelas. Kreatifitas merupakan salah satu
kompetensi yang harus dikuasai oleh guru sehingga guru tidak akan
menyerah apabila ada kendala-kendala yang menghambat proses
pembelajaran.
Dalam penerapan metode PAI di SMA Mitradharma Cililin yang
digunakan dalam suatu kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya tidak
hanya memakai satu metode saja. Akan tetapi dalam satu jam
pertemuan, guru bisa mengkombinasikan beberapa metode yang sesuai
dengan materi yang diajarkan. Selama metode itu tidak bertentangan,
tidak akan menimbulkan masalah yang berarti. Misal dalam rangka
mengenalkan ilmu baca tulis al-Qur’an kepada siswa, guru sebaiknya
tidak hanya memakai metode baca simak saja, akan tetapi bisa
dipadupadankan dengan metode audio lingual atau metode yang lainnya.
Dengan seperti ini pelajaran di kelas tidak akan monoton dan
membosankan.
4. Tindak lanjut Evaluasi Pembelajaran PAI.
Evaluasi yang dilakukan pada pembelajaran PAI di SMA
Mitradharma Cililin kurang memperhatikan kebutuhan dan tujuan
pembelajaran. Evaluasi yang di gunakan dalam pembelajaran PAI di
SMA Mitradharma Cililin untuk lebih efektifnya, harus meliputi tiga
macam:

a) Penilaian terhadap hasil belajar pembelajaran PAI di SMA


Mitradharma Cililin, perlu disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang

22
ditetapkan. Oleh karena itu bentuk dan teknik penilaiannya harus
mengukur segenap ranah yang dikembangkan.
b) Untuk mengukur ranah kognitif siswa menggunakan tes objektif, tes
ini biasanya menggunakan tes secara tertulis. Sedangkan untuk
mengukur ranah afektif, digunakan tes subjektif (non tes). Tes ini
biasanya dilakukan melalui wawancara, skala penilaian.
Selanjutnya untuk mengukur ranah psikomotorik melalui tes
perbuatan dengan menggunakan lembar pengamatan.
c) Monitoring dan bimbingan terhadap efektifitas kegiatan belajar
mengajar perlu dilakukan secara berkelanjutan secara perorangan
(oleh masing-masing guru pengajar) dan juga bersama-sama
dengan guru yang lainnya sehingga tercapai pembelajaran yang
efektif dan bermakna.
Tujuan utama dari evaluasi adalah untuk mengetahui apakah tujuan
utama yang di rumuskan dapat tercapai atau belum. Karena evaluasi
sifatnya adalah sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana kedalaman
materi yang telah di capai oleh siswa maka dalam pelaksanaannya harus
dilaksanakan secara terus menerus tidak boleh berhenti dalam satu
evaluasi saja. Yang lebih penting adalah maka evaluasi itu bukanlah
hanya sekedar untuk menentukan angka keberhasilan, namun yang
lebih penting adalah sebagai dasar serta sarana bagi guru untuk
melakukan umpan balik (feed back) dari proses pembelajaran yang
dilaksanakan.
Selain tes tertulis dan lisan, penilaian proses dan sikap seperti yang
penulis paparkan sedikit dapat juga dilaksanakan. Evaluasi ini bisa
lewat cheek list atau catatan yang harus dikumpulkan dan dibubuhi
tanda tangan orang tua. Disamping upaya diatas guru juga harus
mengadakan komunikasi dengan orang tua dan sesama rekan kerja.
Dengan demikian akan terjalin komunikasi yang harmonis dan dinamis
untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.
5. Tindak Lanjut Evaluasi Materi Pelajaran

23
Keterbatasan waktu untuk menyelesaikan materi pembelajaran PAI
bisa diatasi dengan guru memperbanyak proses pembelajaran yang
mengarah pada penciptaan aktivitas siswa dalam menggali materi
melalui pembuatan contoh riel di lingkungan masing-masing terhadap
materi sehingga siswa dapat memahami materi secara utuh.

D. Sistem Penilaian Yang dikembangkan di SMA Mitradharma Cililin


Seiring dengan kemajuan teknologi, ditengah-tengah revolusi industri 4.0
SMA Mitradharma dituntut untuk terus mengembangkan sistem
pembelajaran yang senantiasa mendorong siswa agar tetap memiliki minat
belajar yang tinggi. Di tahun pelajaran 2019-2020 ini sesuai dengan arahan
Kepala Sekolah setia guru mata pelajaran di arahkan untuk bisa menguasai
teknologi digital.
Dalam hal ini metode penilaian yang dilakukan juga sudah tidak lagi
berbasis kertas akan tetapi lebih kepada metode penilain digital. Sehingga
untuk mengerjakan soal-soal yang di ujikan siswa hanya berbekal handphone
yang mereka miliki.
1. Alasan diterapkan nya sistem penilain berbasis Digital
A. Sebagian besar atau hampir 90 % siswa di SMA Mitradharma
sudah menggunakan HP berbasis Android. Maka pihak sekolah
mengambil kebijakan Penilaian Berbasis HP
B. Lebih memudahkan Guru dan siswa dalam melihat hasil (nilai) dari
soal-soal yang dijawab oleh siswa. Pada saat siswa selesai
mengerjakan soal-soal sudah langsung bisa melihat hasilnya.
C. Kemudahan bagi guru itu sendiri yaitu soal yang di ujikan secara
otomatis akan terjadi acak nomor, artinya antara siswa a dan siswa b
tidak akan ada peluang untuk bekerja sama atau saling contek.
D. Mengurangi penggunaan kertas
2. Adapun untuk siswa yang tidak memiliki hp maka pihak sekolah
sudah memfasilitasi dengan 2 ruangan lab komputer.

24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam proses pembelajaran PAI tersirat satu kegiatan yang utuh terpadu
dan tidak terpisahkan antara guru dan siswa, serta faktor-faktor yang
mendukung proses pembelajaran PAI yang disebut dengan sistem
pembelajaran mata pelajaran PAI. Faktor pendukung itu antara lain pendidik
(guru), peserta didik (siswa), tujuan pengajaran materi, metode mengajar,
media, dan evaluasi termasuk sarana dan prasarana.

1. Setelah dilakukan Evaluasi pembelajaran PAI di SMA Mitradharma Cililin


diperoleh hasil mengenai, problematika yang berhubungan dengan guru
PAI meliputi: metode dan media pengajaran yang digunakan kurang
variatif, kurangnya penguasaan dan pengembangan materi oleh guru,
Pelaksanaan pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa
kemampuannya kurang di eksplorasi, Evaluasi pembelajaran hanya pada
ranah kognitif saja sementara ranah apektif dan psikomotor belum
tersentuh,

2. Tindak lanjut dari hasi Evaluasi proses pembelajaran PAI di SMA


Mitradharma Cililin adalah guru disarankan menggunakan media
pembelajaran dan memodifikasi metode pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran bukan lagi berpusat kepada guru tetapi siswa yang dituntut
lebih aktif, peran guru hanya sebatas fasilitator, berusaha semaksimal
mungkin memperbaiki proses pembelajaran, kemudian evaluasi
pembelajaran dilakukan secara menyeluruh artinya tidak hanya
menekankan pada ranah kognitif saja, melainkan menyentuh ranah apektif
dan psikomotor.

25
B. Rekomendasi

1. Bagi lembaga yang bersangkutan, agar berupaya untuk meningkatkan


mutu pendidikan yang mencakup kualitas guru dan siswa, proses
pembelajaran hingga sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan
belajar mengajar, khususnya kegiatan evaluasi pembelajaran akidah
akhlak.

2. Bagi guru, agar meningkatkan kompetensinya. Guru harus dapat


mengoptimalkan kemampuannya dalam menerapkan strategi
pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan dan
tujuan yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran, khususnya
kegiatan evaluasi pembelajaran akidah akhlak.

26
DAFTAR PUSTAKA

Helmawati, Mengenal dan memahami PAUD, Bandung PT Remaja


Rosdakarya 2015
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2007, Ilmu Pendidikan, Jakarta:
Rineka Cipta, 2007
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran,
Yogyakarta: Multi Press, 2008.
Chabib Thoha, Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1999.
Chabib Thoha danAbdul Mu’ti, PBM-PAI di Sekolah
Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Depdigbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Jakarta:
Balai Pustaka, 1995.
DinWahyudin, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Umum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2006.
Eddy Soewardi Kartawidjaja, Pengukuran dan Hasil Evaluasi
Belajar, Bandung: Sinar baru, 1987.
Eko Putro Widoyoko, S, Teknik Penyusunan Insttrumen
Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
J.S.Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta,
Pustaka Sinar Harapan, 1996.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.

27

Anda mungkin juga menyukai