Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PAPER MATAKULIAH “EVALUASI PEMBELAJARAN”

Dosen Pengampu : Drs. Darwis, M.Si

“Tujuan, Manfa’at, dan Model Evaluasi”

Disusun oleh :

Diva Abrilia Anjani 2011306054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMRINDA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembelajaran merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa apalagi bagi bangsa
yang sedang berkembang yang giat membangun negaranya. Pembangunan hanya dapat
dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan melalui pembelajaran, guna mencapai esensi
kemanusiaan yaitu sebagai khalifah di atas bumi.2 Pengembangan pembelajaran tidak terlepas
dari tanggung jawab seorang pendidik, bagaimana pendidik tersebut melakukan transformasi
ilmu yang dimiliki dengan bahan ajar yang telah ada, serta dengan memperhatikan
metode-metode pengajar yang mudah diterima oleh peserta didik sehingga tujuan tercapai sesuai
dengan apa yang diharapkan. Tujuan yang hendak dicapai tersebut, maka dalam proses
pembelajaran guru harus melakukan suatu kegiatan yang dinamakan dengan evaluasi. Evaluasi
merupakan bagian dari proses pembelajaran yang secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan mengajar, melaksanakan evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan pendidikan
mempunyai arti yang sangat utama, karena evaluasi merupakan alat ukur atau proses untuk
mengetahui tingkat pencapaian keberhasilan yang telah dicapai peserta didik atas bahan ajar atau
materi-materi yang telah disampaikan, sehingga dengan adanya evaluasi maka tujuan dari
pembelajaran akan terlihat secara akurat dan meyakinkan. Evaluasi dapat mendorong peserta
didik untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan juga mendorong guru untuk lebih
meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong pengelola pendidikan untuk lebih
meningkatkan fasilitas dan kualitas belajar peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut,
optimalisasi sistem evaluasi memiliki dua makna, pertama adalah sistem evaluasi yang
memberikan informasi yang optimal. Kedua adalah manfaat yang dicapai dari evaluasi. Manfaat
yang utama dari evaluasi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan
bahwa keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari aspek hasil belajar yang dicapai. Di
sisi lain evaluasi pada program pembelajaran membutuhkan data tentang pelaksanaan
pembelajaran dan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran. Kondisi yang demikian tidak hanya
terjadi pada jenjang pendidikan tinggi, tetapi juga terjadi dijenjang pendidikan dasar dan
menengah. Keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari aspek hasil belajar, sementara
implementasi program pembelajaran di kelas atau kualitas proses pembelajaran itu berlangsung
jarang tersentuh kegiatan penilaian.

Dengan demikian evaluasi sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan kehidupan manusia
sehari-hari, karena disadari atau tidak disadari, sebenarnya evaluasi sudah sering dilakukan, baik
untuk diri sendiri maupun kegiatan sosial lainnya. Hal ini dapat dilihat mulai dari berpakaian,
setelah berpakaian ia berdiri dihadapan cermin apakah penampilannya sudah wajar atau belum,
sampai pada hal-hal yang lebih besar dalam kehidupan manusia. Contohnya ketika seorang
pejabat negara berakhir masa jabatannya, maka orang lain yang ada disekitarnya akan melakukan
penilaian atau evaluasi terhadap kinerjanya selama masa kepemimpinannya. Apakah
kepemimpinannya tersebut berhasil atau tidak.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah pokok yang menjadi pembahasan penulis adalah bagaimana Tujuan,Manfa’at,
dan Model Evaluasi
1. Apa Tujuan Evaluasi Pembelajaran
2. Apa Manfaat Evaluasi Pembelajaran
3. Apa Model Evaluasi Pembelajaran

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Tujuan Evaluasi Pembelajaran
2. Untuk Mengetahui Manfaat Evaluasi Pembelajaran
3. Untuk Mengetahui Model Evaluasi Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

1. Tujuan, Manfa’at, Model Evaluasi


A. Tujuan Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang disengaja dan bertujuan1. Kegiatan evaluasi dilakukan
dengan sadar oleh guru dengan tujuan untuk memperoleh kepastian mengenai keberhasilan
belajar peserta didik dan memberikan masukan kepada guru mengenai apa yang dia lakukan
dalam kegiatan pengajaran. Dengan kata lain, evaluasi yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk
mengetahui bahan-bahan pelajaran yang disampaikan apakah sudah dikuasi oleh peserta didik
ataukah belum. Dan selain itu, apakah kegiatan pegajaran yang dilaksanakannya itu sudah sesuai
dengan apa yang diharapkan atau belum. Menurut Sudirman N, dkk, bahwa tujuan penilaian
dalam proses pembelajaran adalah:
a. Mengambil keputusan tentang hasil belajar
b. Memahami peserta didik
c. Memperbaiki dan mengembangkan program pembelajaran. Selanjutnya pengambilan
keputusan tentang hasil belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang guru agar dapat
mengetahui berhasil tidaknya peserta didik dalam proses pembelajaran.
Ketidakberhasilan proses pembelajaran itu disebabkan antara lain, sebagai berikut:
1. Kemampuan peserta didik rendah.
2. Kualitas materi pembelajaran tidak sesuai dengan tingkat usia anak.
3. Jumlah bahan pelajaran terlalu banyak sehingga tidak sesuai dengan waktu yang
diberikan.
4. Komponen proses pembelajaran yang kurang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
oleh guru itu sendiri.
Di samping itu, pengambilan keputusan juga sangat diperlukan untuk memahami peserta
didik dan mengetahui sampai sejauhmana dapat memberikan bantuan terhadap
kekurangan-kekurangan peserta didik. Evaluasi juga bermaksud meperbaiki dan
mengembangkan program pembelajaran. Dengan demikian, tujuan evaluasi adalah untuk
memperbaiki cara, pembelajaran, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi peserta didik, serta
menempatkan peserta didik pada situasi pembelajaran yang lebih tepat sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dimilikinya. Tujuan lainnya adalah untuk memperbaiki dan mendalami dan
memperluas pelajaran, dan yang terakhir adalah untuk memberitahukan atau melaporkan kepada
para orang tua/ wali peserta didik mengenai penentuan kenaikan kelas atau penentuan kelulusan
peserta didik.

B. Manfa’at
1
Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan (Cet. I; Bandung: Sinar Baru 2005), h. 242.
Secara umum manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi dalam pembelajaran, yaitu :
a. Memahami sesuatu : entry behavior, motivasi, dll, sarana dan prasarana, dan kondisi peserta
didik dan dosen
b. Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan “masalah”, dll
c. Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM
Sementara secara lebih khusus evaluasi akan memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait
dengan pembelajaran, seperti peserta didik, guru, dan kepala sekolah. Bagi Peserta didik,
Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan, Bagi
Guru pertama, mendeteksi peserta didik yang telah dan belum menguasai tujuan : melanjutkan,
remedial atau pengayaan, kedua, ketepatan materi yang diberikan : jenis, lingkup, tingkat
kesulitan, dll. Ketiga, ketepatan metode yang digunakan dan Bagi Sekolah pertama, hasil belajar
cermin kualitas sekolah, kedua , membuat program sekolah, ketiga, pemenuhan standar. Dengan
demikian dapatlah di fahami bahwa evaluasi sangat perlu/bermanfaat dan merupakan syarat
mutlak untuk perbaikan, agar mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Jika di
temukan hubungan antara hasil belajar dengan efektivitas metode mengajar terbukalah
kemungkinan untuk mengadakan perbaikan. Sebelum kita mengevaluasi kemampuan metode
baru pada sejumlah peserta didik, perlu kita pikirkan bahwa proses pembelajaran itu dinamis,
senantiasa terjadi perubahan pada guru maupun murid dalam interaksi itu. Disamping hasil
belajar seperti diharapkan oleh guru mungkin timbul pula hasil sampingan yang positif maupun
negatif. misalnya, peserta didik menguasai bahan yang disajikan akan tetapi ia disamping itu
merasa senang atau benci terhadap tindakan pribadi gurunya.
C. Model Evaluasi
Perkembangan model evaluasi termasuk suatu fenomena yang menarik.2 Setelah Tyler
mengemukakan model black box tahun 1949, belum terlihat ada model lain yang muncul ke
permukaan. Lebih kurang 10 tahun lamanya, orang-orang yang melakukan kegiatan evaluasi
hanya menggunakan model evaluasi tersebut. Hal ini mungkin disebabkan evaluasi belum
menjadi studi tersendiri. Ketika itu, orang banyak mempelajari evaluasi dari psikometrik dengan
kajian utamanya adalah tes dan pengukuran. Evaluasi lebih banyak diarahkan kepada dimensi
hasil, belum masuk ke dimensi-dimensi lainnya. Oleh sebab itu, janganlah heran bila evaluasi
banyak dilakukan oleh orang-orang yang “terbentuk” dalam tes dan pengukuran. Studi tentang
evaluasi belum begitu menarik perhatian orang banyak, karena kurang memiliki nilai praktis.
Baru sekitar tahun 1960-an studi evaluasi mulai berdiri sendiri menjadi salah satu program studi
di perguruan tinggi, tidak hanya di jenjang sarjana (S.1) dan magister (S.2) tetapi juga pada
jenjang doktor (S.3). Selanjutnya, sekitar tahun 1972, model evaluasi mulai berkembang. Taylor
dan Cowley, misalnya, berhasil mengumpulkan berbagai pemikiran tentang model evaluasi dan
menerbitkannya dalam suatu buku. Model evaluasi yang dikembangkan lebih banyak
menggunakan pendekatan positivisme yang berakar pada teori psikometrik. Dalam model
tersebut, nuansa tes dan pengukuran masih sangat kental, sekalipun tidak lagi diidentikkan
dengan evaluasi. Penggunaan disain eksperimen seperti yang dikemukakan Campbell dan
Stanley (1963) menjadi ciri utama dari model evaluasi. Berkembangnya model evaluasi pada

2
http: //www.google.Com, dengan judul, Kebijakan pendidikan. tanggal 12 Mei 2019.
tahun 70-an tersebut diawali dengan adanya pandangan alternatif dari para expert. Pandangan
alternatif yang dilandasi sebuah paradigma fenomenologi banyak menampilkan model evaluasi.
Dari sekian banyak model-model evaluasi yang dikemukakan, tes dan pengukuran tidak lagi
menempati posisi yang menentukan. Penggunaannya hanya untuk tujuan-tujuan tertentu saja,
bukan lagi menjadi suatu keharusan, seperti ketika model pertama ditampilkan. Tes dan
pengukuran tidak lagi menjadi parameter kualitas suatu studi evaluasi yang dilakukan.
Perkembangan lain yang menarik dalam model evaluasi ini adalah adanya suatu upaya untuk
bersikap eklektik dalam penggunaan pendekatan positivisme maupun fenomenologi yang oleh
Patton (1980) disebut paradigm of choice. Walaupun usaha ini tidak melahirkan model dalam
pengertian terbatas tetapi memberikan alternatif baru dalam melakukan evaluasi.
1. Model Tyler
Nama model ini diambil dari nama pengembangnya yaitu Tyler. Dalam buku Basic Principles
of Curriculum and Instruction, Tyler banyak mengemukakan ide dan gagasannya tentang
evaluasi. Salah satu bab dari buku tersebut diberinya judul how can the the effectiveness of
learning experience be evaluated ? Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama,
evaluasi ditujukan kepada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada
tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah
melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil). Dasar pemikiran yang kedua ini menunjukkan
bahwa seorang evaluator harus dapat menentukan perubahan tingkah laku apa yang terjadi
setelah peserta didik mengikuti pengalaman belajar tertentu, dan menegaskan bahwa perubahan
yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh pembelajaran.

2. Model yang Berorientasi pada Tujuan (goal oriented evaluation model)


Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven tahun 1972 ini dapat dikatakan
berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan oleh Tyler. Jika dalam model yang
dikembangkan oleh Tyler, evaluator terus-menerus memantau tujuan, yaitu sejak awal proses
terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah dapat dicapai, dalam model goal free evaluation
(evaluasi lepas dari tujuan) justru menoleh dari tujuan.

3. Model Pengukuran
Model pengukuran (measurement model) banyak mengemukakan pemikiran- pemikiran dari
R.Thorndike dan R.L.Ebel. 3Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitikberatkan pada
kegiatan pengukuran. Pengukuran digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat (atribute)
tertentu yang dimiliki oleh objek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk unit ukuran tertentu.
Dalam bidang pendidikan, model ini telah diterapkan untuk mengungkap perbedaan-perbedaan
individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat dan sikap. Hasil evaluasi digunakan
untuk keperluan seleksi peserta didik, bimbingan, dan perencanaan pendidikan. Objek evaluasi
dalam model ini adalah tingkah laku peserta didik, mencakup hasil belajar (kognitif),
pembawaan, sikap, minat, bakat, dan juga aspek-aspek kepribadian peserta didik. Instrumen yang

3
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Cet. I; Bandung: Sinar Baru, 2005), h. 111.
digunakan pada umumnya adalah tes tertulis (paper and pencil test) dalam bentuk tes objektif,
yang cenderung dibakukan. Oleh sebab itu, dalam menganalisis soal sangat memperhatikan
difficulty index dan index of discrimination. Model ini menggunakan pendekatan Penilaian
Acuan Norma (norm- referenced assessment). Menurut model ini, evaluasi berarti
membandingkan performance dari berbagai dimensi (tidak hanya dimensi hasil saja) dengan
sejumlah criterion, baik yang bersifat mutlak/intern maupun relatif/ekstern.
BAB III
Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian pembahasan tersebut di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Evaluasi merupakan suatu kegiatan mengumpulkan data dan informasi mengenai kemampuan
belajar peserta didik, untuk menilai sudah sejauhmana program (pengembangan sistem
instruksional) telah berjalan, dan juga sebagai suatu alat untuk menentukan apakah tujuan
pendidikan dan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan telah
berlangsung sebagaimana mestinya.
2. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta didik dalam suatu proses
pembelajaran, sekaligus untuk memahami peserta didik tentang sejauhmana dapat memberikan
bantuan terhadap kekurangan-kekurangan peserta didik, dengan tujuan menempatkan peserta
didik pada situasi pembelajaran yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang
dimilikinya. Sedangkan fungsi evaluasi untuk membantu proses, kemajuan dan perkembangan
hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan, dan sekaligus dapat mengetahui
kemampuan dan kelemahan peserta didik pada bidang studi tertentu, sekaligus dapat
memberikan informasi kepada orang tua /wali peserta didik mengenai penentuan kenaikkan kelas
atau penentuan kelulusan peserta didik.
Untuk keperluan evaluasi, model evaluasi yang digunakan tergantung pada tujuan evaluasi yang
ditetapkan, keberhasilan suatu program evaluasi secara keseluruhan bukan hanya dipengaruhi
penggunaan yang tepat pada sebuah model evaluasi tetapi juga dipengaruhi oleh faktor tujuan,
sistem sekolah dan program pendukung.

Daftar Pustaka
M. Ngalim Purwanto, Sosial Pendidikan Teoritis dan Praktis (Cet. I; Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001), h. 55
Hamdani Ihsan dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Cet. III. Pustaka Setia Bandung. 2007) h. 219

Anda mungkin juga menyukai