Anda di halaman 1dari 10

A.

LATAR BELAKANG

Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam proses evaluasi. Penilaian hasil
belajar pserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses kemajuan dan
perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus
umpan balik kepada guru gara dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program
pembelajaran.

Namun penilaian yang ada tidak serta merta dilakukan begitu saja agar proses penilaian
yang dilakukan oleh guru tidak asal-asalan dan tanpa arah yang jelas. Penilaian yang
dilakukan secara asal-asalan pada akhirnya akan menghasilkan informasi tentang hasil
pencapaian pembelajaran peserta didik yang tidak akurat dan tidak sesuai dengan apa yanga
ada di lapangan. Dalam Ensiklopedia Pendidikan, Prof. Soegarda mengatakan bahwa
evaluasi adalah: perkiraan kenyataan atas dasar ukuran nilai tertentu dalam rangka situasi
yang khusus dan tujuan yang ingin dicapai. Pendapat lain evaluasi pendidikan adalah suatu
tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
dunia pendidikan. Bagaimana bisa evalausi itu dikatakan valid jika dalam pelaksanaan
penilaiannya cenderung asal-asalan adan tanpa acuan. Oleh karena itu adanya acuan dalam
penilain mutlak harus ada.
A. HAKIKAT EVALUASI PENDIDIKAN
a. Pengertian Hakikat Evaluasi
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Value” dengan arti nilai
atau harga, “to evaluate” dengan arti menentukan nilainya, dan “evaluation” dengan arti
penilaian (terhadap sesuatu). Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa hakikat evaluasi
pendidikan yaitu berpikir secara mendalam maupun menyeluruh untuk menilai atau
mengukur segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan. dalam dunia pendidikan
evaluasi mempunyai arti yang sangat penting karena dari hasil evaluasi inilah nantinya akan
digunakan untuk perbaikan dalam proses kemudian diteliti lagi sehingga dapat
menyempurnakan setiap kegiatan di dunia Pendidikan. Evaluasi adalah perbuatan
pertimbangan menurut suatu perangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggung
jawabkan. Evaluasi secara harfiah berasal dari bahasa Inggris, evaluation, dalam bahasa
Arab, Al-taqdir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value dalam
bahasa Arab Al-qimah, dalam bahasa Indonesia berarti nilai.
Evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan perestasi belajar siswa. Definisi yang
pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi
merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal
apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum
dan apa sebabnya.
Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang, yakni Cronbach dan
Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar
mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Ada 3
alasan mengapa harus ada evaluasi Pendidikan ;
1) Untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan itu sudah terwujud ataupun berjalan
dengan baik atau justru malah sebaliknya,
2) Memang termasuk ciri dari pendidik yang profesional dan sudah seharusnya mendidik
yang profesional selalu mengevaluasi segala sesuatu yang berhubungan dengan
pendidikan terutama di sekolah karena mereka tahu sadar dan tidak mau dirinya gagal
dalam memanusiakan manusia dan guru yang profesional akan selalu mengadakan
evaluasi meskipun itu dari hal yang kecil seperti halnya mengevaluasi tentang murid-
muridnya apakah sistem pembelajaran yang dia berikan bisa membuat murid-murid
memahami betul apa yang telah disampaikannya atau malah sebaliknya.
3) Evaluasi merupakan kegiatan pendidikan dan menurut pendekatan kelembagaan yang
apabila evaluasi ini tidak ada maka akan terjadi penyimpangan dalam suatu program,
seperti halnya ketika ada suatu masalah dalam lingkup sekolah dan hal tersebut
dibiarkan begitu saja maka itu dapat mengancam tidak tercapainya tujuan pendidikan.
b. Jenis-jenis evaluasi
a) evaluasi perencanaan dan pengembangan yaitu evaluasi yang harus dilakukan sebelum
program sebenernya disusun karena hasil dari evaluasi ini kemungkinan dapat
meramalkan implementasi program tersebut bisa mencapai tujuannya evaluasi ini juga
akan digunakan sebagai bantuan tahap awal dalam menyusun atau mendesain program.
b) Evaluasi monitoring evaluasi ini fungsinya untuk menghindarkan pemborosan sumber-
sumber dan waktu pelaksanaan pembelajaran karena dari sini akan bisa dilihat
keefektifan dan terlaksananya program.
c) evaluasi dampak evaluasi ini berfungsi untuk mengetahui dampak suatu program
pembelajaran dampak akan bisa diukur melalui kriteria keberhasilan sebagai indikator ke
tercapai yang tujuan program pembelajaran.
d) Evaluasi efisiensi ekonomis evaluasi ini memerlukan perbandingan dari jumlah biaya
tenaga waktu agar bisa dinilai tingkat efisiensi suatu program.
e) Evaluasi program komprehensif dari formasi ini digunakan untuk menilai secara
keseluruhan dari perencanaan program pelaksanaan program monitoring pelaksanaan
dampak program tingkat keefektifan dan efisiensi.

B. ASSESMENT
a. Pengertian Asesment
Assessment atau disebut juga dengan penilaian adalah suatu penerapan dan penggunaan
berbagai cara dan alat untuk mendapatkan serangkaian informasi tentang hasil belajar dan
pencapaian kompetensi dari peserta didik. Yang pada dasarnya, assessment yaitu istilah lain
dari penilaian. Istilah Assessment sangat berkaitan dengan istilah evaluasi yaitu metode
untuk mendapatkan hasil belajar siswa. Sehingga proses assessment ini dilaksanakan
bertujuan untuk mengetahui sejauh apa presatasi belajar dari para peserta didik. Pengertian
lain dari assesment yaitu proses untuk memperoleh data atau informasi dari proses
pembelajaran dan juga memberikan umpan biak terhadap guru ataupun kepada peserta didik.
b. Fungsi Assessment

Dalam kegiatan belajar mengajar, assessment atau penilaian mempunyai peranan yang
penting. Karena assessment mempunyai dua fungsi yakni fungsi formatif dan fungsi sumatif.

1. Fungsi Formatif

Fungsi formatif yaitu dimana assessment dipakai untuk memberikan umpan balik atau
feedback terhadap para guru untuk dijadikan dasar ketika memperbaiki dan
membenarkan proses pembelajaran dan juga mengadakan remedial untuk para peserta
didik.

2. Fungsi Sumatif

Adalah fungsi sebagi penentu nilai belajar siswa dalam satu mata pelajaran tertentu,
sehingga selanjutnya bisa dijadikan bahan memberikan laporan, menentukan kenaikan
kelas serta menentukan lulus atau tidaknya siswa.

c. Tujuan Assessment
Menurut Chittenden (1994) menyatakan bahwa tujuan penilaian “assessment purpose”
adalah “keeping track”, checking up, finding out and summming up. Keeping track yaitu
untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik yang sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang sudah diterapkan. Maka dari itu guru wajib mengumpulkan
data dan informasi dalam kurun waktu tertentu dari berbagai jenis dan teknik penilaian untuk
mendapatkan gambaran suatu pencapaian kemajuan belajar peserta didik.

1. Checking Up
adalah untuk mengecek pencapaian kemampuan peserta didik didalam proses belajar
dan kekurangan-kekurangan peserta didik ketika mengikuti proses pembelajaran.
Dengan kata lain, guru penting melaksanakan penilaian untuk tahu bagian mana dari
materi yang telah dikuasai peserta didik dan bagian dari materi yang belum dikuasai.
2. Finding Out
Finding Out adalah mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan kesalahan atau
kelemahan peserta didik didalam proses belajar, sehingga guru bisa dengan tanggap
mencari alternatif penyelesaiannya.
3. Summing Up
Summing Up adalah cara untuk menyimpulkan tingkat penguasaan siswa terhadap
kompetensi yang sudah ditetapkan. Hasil dari penyimpulan ini bisa digunakan guru
dalam menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang saling
membutuhkan.
d. Jenis-Jenis Assessment
Adapun jenis-jenis assessment yang sering dipakai, antara lain tes tertulis yang disajikan
kepada siswa untuk menjawabnya yaitu:
1) Performance Assessment
Performance assessment yaitu jenis assessment yang menyuruh para peserta didik
untuk melakukan demonstasi bersamaan mengaplikasikan pengetahuan dalam
berbagai situasi yang dikehendaki.
2) Penilaian Portofolio Dan Penialain Proyek
Penilaian proyek ini adalah tugas dalam bentuk suatu investigasi diawali dari
pengumpulan selanjutnya pengorganisasian dan evaluasi hingga dengan penyajian
data.
3) Product Assessment Dan Self Assessment
Product Assessment adalah penilaian keterampilan dengan cara membuat suatu
produk tertentu. Sedangkan Self Assessment dilaksanakan sendiri oleh peserta didik
atau guru yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan Kegiatan Belajar
Mengajar di tingkat kelas, terakhir, jenis assessment juga dapat berbentuk penilaian
sikap dan penilaian dengan basis kelas.

Contoh Assesment :

Contoh dari assessment adalah pemberian tugas ketika belajar atau adanya UAS.
Penilaian dilakukan oleh guru berdasarkan assessment berupa lembar jawaban tugas atau
ujian. Guru memberikan nilai, bisa berupa angka atau huruf terhadap hasil pekerjaan
peserta didik. Setelah semua hasil assessment dinilai/diukur maka memasuki tahap
evaluasi. Semua hasil peserta didik diklasifikasikan, ada yang lulus atau tidak lulus

C. PENGUKURAN (MEASUREMENT)
a. Pengertian Pengukuran
Terdapat beberapa pengertian pengukuran (measurement) yang dikemukakan para ahli.
 Suharsimi (2003) menyatakan bahwa pengukuran merupakan proses membandingkan
sesuatu dengan satu ukuran yang bersifat kuantitatif.
 Hamzah (2012) menyatakan bahwa pengukuran diartikan sebagai kegiatan atau upaya
memberikan angka pada suatu gejala, peristiwa, atau benda. Berarti pengukuran itu
bisa dikenakan pada apa saja dengan menggunakan alat yang akan menunjukkan hasil
pengukuran dalam bentuk angka.
 Menurut Cangelosi (1991) pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui
pengamatan empiris. Pengertian yang lebih luas mengenai pengukuran dikemukakan
oleh Wiersma & Jurs (1990) bahwa pengukuran adalah penilaian numeric pada fakta-
fakta dari objek yang hendak diukur menurut criteria atau satuan-satuan tertentu. Jadi
pengukuran bisa diartikan sebagai proses memasangkan fakta-fakta suatu objek
dengan fakta-fakta satuan tertentu (Djaali & Pudji Muljono, 2007).

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kegiatan yang berkaitan dengan pengukuran ini.
Bisa seseorang ingin membeli tanah tentu tanah tersebut akan diukur. Pada saat
mengukur menggunakan alat ukur, yaitu alat ukur meter sehingga diketahui panjang dan
lebar tanah berapa meter. Pengukuran juga terjadi di lembaga PAUD. Jika guru ingin
mengetahui pertumbuhan anak, guru akan mengukur berat badan anak dengan
menggunakan timbangan dan mengukur tinggi dengan meteran. Dengan cara ini akan
diketahui berapa kilogram berat anak dan berapa sentimeter (cm) tinggi anak. Di lembaga
pendidikan juga ada objek ukur yang sifatnya abstrak, misalnya sikap anak dan kebisaan
anak. Untuk ini, guru perlu membuat alat ukur sendiri.
b. Jenis-jenis pengukuran antara lain :
1. Pengukuran Program
Para ahli evaluasi telah mengembangkan beberapa jenis evaluasi program. Jenis
evaluasi program tersebut sangat beragarn dan variatif, namun kesemuanya dapat
ditsimpulkan bahwa pada akhirnya hasil dari evaluasi digunakan sebagai kepentingan
pengambilan keputusan.
Berikut ini diuraikan berbagai jenis evaluasi program yang sampai saat ini masih
digunakan CIPP (Context Input Process Product) merupakan salah satu evaluasi program
yang dapat dikatakan cukup memadai. Model ini telah dikembangkan oleh Daniel L.
Stufflebearn dkk (1967) di Ohio State University. CIPP merupakan akronim, terdid dari :
context evaluation, input evaluation, process evaluation dan product evaluation dan setiap
tipe evaluasi terikat pada perangkat pengambilan keputusan yang menyangkut perencanaan
dan operasi sebuah program.
2. Pengukuran Konteks
Meliputi analisis masalah yang berhubungan dengan lingkungan program yang
dilaksanakan, yang secara khusus berpengaruh pada konteks masalah yang menjadi
komponen dalam program. Evaluasi konteks menjelaskan atau menggambarkan secara
jelas tentang tujuan program yang akan dicapai. Secara singkat dapat dikatakan evaluasi
konteks; merupakan evaluasi terhadap kebutuhan, yaitu memperkecil kesenjangan antara
kondisi aktual dengan kondisi yang diharapkan.
c. Contoh Pengukuran
Seorang Guru dapat melakukan kesalahan sistematis jika dalam memberi skor, guru
tersebut cenderung memberi skor yang murah atau cenderung memberi skor mahal
pada seluruh siswa. Tetapi jika dalam memberi skor kepada siswa, guru tidak
melakukannya secara konsisten maka akan terjadi bias dalam pengukuran

D. KAITAN EVALUASI, ASESMEN, PENGUKURAN


Asesmen, evaluasi, pengukuran seringkali digunakan bersamaan dan oleh beberapa guru
seringkali dikacaukan artinya. Beberapa guru sukar membedakan apakah ia melakukan
evaluasi, asesmen, pengukuran atau tes. Hal ini memang mungkin saja terjadi karena
keempatnya memang terkait. Bila seorang guru ingin mengetahui bagaimana kemampuan
anak memahami suatu nilai, misalnya menghargai orang lain, maka guru perlu melakukan
suatu pengukuran. Dari pengukuran diketahui anak bias memberi ucapan selamat kepada
temannya saat menunjukkan karya yang dihasilkan.
Data yang diperoleh melalui pengukuran seperti, mampu memberi ucapan selamat pada
teman pada saat menunjukkan karya kemudian dideskripsi atau dinarasikan, maka guru telah
melakukan asesmen dengan menggunakan data pengukuran. Bila tidak menjelaskan seperti
itu, maka guru hanya melakukan pengukuran saja. Apabila pada saat mendeskripsi, data
tersebut dibandingkan dengan kriteria sehingga dapat ditentukan tingkat keberhasilan anak
dalam menghargai orang lain, misalnya berkembang sesuai harapan maka guru telah
melakukan evaluasi dengan menggunakan data pengukuran.

 Contoh adanya kaitan antara, asesmen, dan evaluasi.


Seorang guru memberikan empat tugas kepada anak, yaitu menempatkan potongan
(puzzle) mata, hidung, mulut dan telinga untuk ditempat pada gambar wajah yang
kosong. Dari aktivitas ini diketahui anak menempatkan mulut benar, menempatkan
potongan mata terbalik demikian juga dengan menempatkan telinga terbalik dan
menempatkan hidung benar. Dari kegiatan yang dilakukan anak diketahui bahwa tugas
yang dikerjakan anak benar dua dan salah dua. Proses yang dilakukan guru pada saat itu
ialah melaksanakan tes. Bila guru menyatakan bahwa Andi berhasil 50% dari tugas yang
diberikan, pada saat itu guru telah melakukan asesmen.
Bila guru menyatakan bahwa Andi baru mulai berkembang (MB) pengetahuannya
tentang tubuh manusia karena Andi baru berhasil menyelesaikan 50%, maka guru telah
melakukan evaluasi karena kriteria keberhasilan yang digunakan yaitu 50% berada pada
kategori mulai berkembang (MB). Bila guru tidak membandingkan data tersebut dengan
kriteria tersebut (misalnya 50%) atau kriteria lain, maka guru tidak melakukan evaluasi
dan data tersebut tidak digunakan sebagai bahan evaluasi.
E. PERBEDAAN EVALUASI, PENILAIAN DAN PENGUKURAN

No. Evaluasi Penilaian Pengukuran


1. Kegiatan yang lebih Dilakukan sebagai tindak Dilakukan pertama kali
kompleks, dimana lanjut dari hasil sebelum melakukan proses
mencakup pengukuran, pengukuran (pengumpulan selanjutnya
penilaian dan informasi) sebelum
membandingkan membuat keputusan
Hasil berupa pengambilan Hasil berupa criteria Hasil berupa angka
keputusan atau hasil dengan parameter tertentu
penilaian.
Berinteraksi dengan proses Berinteraksi dengan Berinteraksi langsung
pengambilan keputusan informasi yang telah dengan obyek yang diukur
terhadap suatu obyek dikumpulkan untuk diolah
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/21828315/KONSEP_DASAR_PENILAIAN_DAN_EVALUASI. (n.d.).

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/03/assessment-adalah.html. (n.d.).

Muri, Y. (2017). ASESMEN DAN EVALUASI PENDIDIKAN. PrenadaMedia.

Anda mungkin juga menyukai