Anda di halaman 1dari 3

INTENSIFIKASI BUDIDAYA BAWANG PUTIH DATARAN TINGGI

Samijan, Tri Reni Prastuti Dan Joko Pramono

Hasil umbi bawang putih banyak digunakan sebagai penyedap dalam masakan
karena mempunyai aroma yang harum dan rasa yang khas. Selain itu bawang putih juga
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat karena mengandung zat aliium yang bersifat
sebagai pembunuh kuman dan penawar racun. Nilai kalori bawang putih cukup tinggi,
tetapi kandungan vitaminnya sangat rendah. Penggunaannya untuk bumbu dapur,
hanya dalam jumlah sedikit. Berbagai resep masakan sebagai bumbunya hampir selalu
menggunakan bawang putih.
Kegunaan lain yang tidak kalah penting adalah keampuhan dalam bidang
pengobatan, seperti untuk obat penurun tekanan darah tinggi, reumatik, sakit gigi, kena
gigitan ular dan lain-lain. Dengan demikian membuat bawang putih dibutuhkan langsung
oleh konsumen akhir, mulai skala kecil sampai besar (rumah tangga, restoran/hotel, dan
industri). Banyaknya manfaat dari umbi bawang putih, maka jenis sayuran ini menyebar
dari tempat asalnya, yaitu Asia Tengah ke berbagai negara di seluruh dunia.
Sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk, kenaikan taraf hidup masyarakat dan
semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi, permintaan
bawang putih terus meningkat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri
dengan kualitas dan kuantitas yang memadai perlu diproduksi sesuai dengan norma
budidaya yang baik dan benar.
Di sisi lain usahatani bawang putih termasuk usahatani yang beresiko tinggi
karena dengan biaya produksi tinggi belum tentu menghasilkan keuntungan tinggi.
Walaupun petani mampu memroduksi tinggi dengan kualitas umbi yang baik namun
terkadang masalah fluktuasi harga tidak bisa menjadi jaminan keuntungan yang tinggi
pula. Dari sisi keunggulan komparatif komoditas, bawang putih merupakan salah satu
komoditas unggulan hortikultura yang pada saat ini kondisinya masih relatif kurang
mendapatkan perhatian, prioritas penanganan dan kebijakan pemerintah. Di satu sisi
untuk membangun suatu kawasan agribisnis hortikultura unggulan, mutlak diperlukan
dukungan pemerintah khususnya dalam hal peningkatan daya saing dan dukungan
inovasi teknologi di semua aspek usahatani dari hulu sampai hilir dalam konsep sistem
agribisnis.
Beberapa sentra bawang putih di Jawa Tengah umumnya tersebar di dataran
tinggi (>700 m dpl) seperti Tawangmangu (Karanganyar), Kaliangkrik (Magelang) dan
Tuwel (Tegal). Varietas yang banyak berkembang di beberapa lokasi tersebut antara
lain Lumbu Hijau, Lumbu Putih, Tawangmangu, Lumbu Kuning, Gombloh dan Sembalun
(Hilman dkk., 1997). Pada saat ini perkembangan luas panen yang berada di beberapa
sentra bawang putih di Jawa Tengah umumnya relatif kecil, dengan luasan antara 5 - 50
hektar per tahun. Kecilnya perkembangan luas panen tersebut umumnya disebabkan
oleh lemahnya dukungan kebijakan dan jaminan pasar.
Di samping hal tersebut pengembangan bawang putih di beberapa sentra
produksi di Jawa Tengah cenderung mengalami penurunan cukup tajam sekitar 25-60%
dari potensinya, dengan rata-rata produktivitas sekitar 4,6 t/ha pada tahun 2010.
Beberapa faktor penyebab terjadinya penurunan pencapaian produksi diantaranya
kondisi iklim yang sangat ekstrim, diperparah dengan kondisi teknologi budidaya yang
kurang adaptif dengan anomali iklim dan lahan yang sudah mulai terdegradasi. Diantara
komponen budidaya yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian produksi bawang
putih antara lain penggunaan benih varietas unggul bermutu dan teknologi pemupukan
yang tepat dan berimbang. Penggunaan benih secara turun temurun dengan hanya
mengandalkan pupuk tertentu menjadi salah satu sebab semakin turunnya produktivitas
dan kualitas bawang putih.
Kajian intensifikasi budidaya melalui penggunaan bibit bermutu (bebas infektan,
tua secara fisiologis, bobot umbi 1,5-3,0 gram), mulsa plastik perak hitam dan jerami,
serta pemupukan lengkap berimbang menggunakan pupuk organik (10-20 t/ha), pupuk
NPK anorganik (200 kg N/ha, 180 kg P2O5/ha, 60 kg K2O/ha dan 142 kg S/ha), pupuk
organik cair (POC) dan pupuk pelengkap cair (PPC) sebanyak 5 yang dilaksanakan di
Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal pada kegiatan pendampingan
‘Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH) 2011, dapat disampaikan hasil
sebagai berikut.
1. Hasil bawang putih pada kegiatan kajian intensifikasi budidaya (dengan menerapkan
bibit bermutu, pemulsaan menggunakan plastik perak hitam dan jerami, pemupukan
lengkap berimbang menggunakan pupuk organik, pupuk NPK anorganik, PPC dan
POC) mampu mencapai hasil sekitar 9,0 t/ha atau meningkat sekitar 48,2% dari
hasil eksisting petani.
2. Hasil tertinggi dicapai pada penggunaan varietas Lumbu Hijau asal Tuwel yang
dikombinasi dengan mulsa jerami + PPC + POC dan varietas Lumbu Hijau asal Batu
dikombinasikan dengan mulsa plastik + POC.
3. Penggunaan varietas Sembalun yang ditanam dengan menggunakan mulsa plastik
cenderung menghasilkan bawang putih yang paling rendah dibandingkan lainnya
4. Penggunaan varietas Lumbu Hijau asal Batu mampu meningkatkan hasil dari
eksisting sebesar 49,5% - 80,8% dengan hasil tertinggi pada penerapan teknis
budidaya yang dikombinasikan dengan penggunaan mulsa plastik dan POC.
5. Penggunaan varietas Lumbu Hijau asal Tuwel mampu meningkatkan hasil sebesar
16,5% - 91,2% dari eksisting dengan peningkatan tertinggi pada penerapan teknis
budidaya yang dikombinasikan dengan penggunaan mulsa jerami dan PPC + POC.
6. Kajian pemulsaan pada varietas Lumbu Hijau asal Tuwel membuktikan bahwa
penggunaan mulsa jerami lebih baik dibandingkan mulsa plastik, dengan rata-rata
selisih hasil sebesar 16,4% - 64,2%.
7. Kajian pemulsaan pada varietas Lumbu Hijau asal Batu membuktikan bahwa
penggunaan mulsa plastik terbukti lebih baik dibandingkan mulsa jerami dengan
rata-rata selisih hasil sebesar 9,2% - 21,0%.
8. Pemupukan berimbang yang diperkaya dengan pupuk pelengkap cair (PPC) dan
pupuk organik cair (POC) terbukti efektif meningkatkan hasil dari kondisi eksisting
petani
9. Penggunaan PPC dan POC masing-masing memberikan pengaruh peningkatan hasil
sebesar : Atonik 53%, Baguse 56%, Atonik + Baguse 54% dan Organox 46%.
10. Pengkajian intensifikasi budidaya menggunakan beberapa jenis POC & PPC mampu
meningkatkan berat umbi sekitar 3,1%
11. Pengkajian intensifikasi budidaya (Primatani) menggunakan mulsa plastik pada skala
usahatani mampu meningkatkan bobot umbi sekitar 45,2% dari penggunaan mulsa
jerami
12. Pengkajian intensifikasi budidaya pada kegiatan perbenihan bawang putih skala
usahatani (Primatani) mencapai rata-rata hasil sekitar 11,7 t/ha umbi kering panen,
meningkat + 93,2% dari rata-rata eksisting (6,1 t/ha) atau meningkat + 155,3%
dari rata-rata produktivitas bawang putih akhir 2010 (4,6 t/ha)
13. Intensifikasi budidaya menggunakan mulsa plastik memberikan peningkatan sebesar
7,1% dari mulsa jerami.

Rata-rata bobot umbi basah per hektar hasil kajian intensifikasi bawang putih dataran tinggi
di Desa Tuwel Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal pada MK 2011

Varietas Umbi Kering


Panen (t/ha)

Demplot Kajian Intensifikasi Budidaya :


Intensifikasi menggunakan varietas Lumbu Hijau Tuwel 9,1
Intensifikasi menggunakan varietas Lumbu Hijau Batu 10,0
Intensifikasi menggunakan varietas SEMBALUN 5,1
Demplot Perbenihan Skala Usahatani :
Penggunaan mulsa plastik 13,1
Penggunaan mulsa jerami 14,0

Rata-rata produksi eksisting 6,1

Anda mungkin juga menyukai