Anda di halaman 1dari 9

RMK PENGAUDITAN I

KODE ETIK DAN STANDARD AUDIT BERBASIS ISA

Dosen Pengampu: Dr. Drs I Dewa Gede Dharma Suputra, M.Si,. Ak.

Oleh:

KELOMPOK 2

1. Putu Dian Wulandari (1907531230)

2. Made Krisna Purna Nugraha (1907531235)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021

3.1 STANDAR AUDIT BERBASIS ISA


1. Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain
a. SA 600 : Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Grup
(Termasuk Pekerjaan Auditor Komponen)
Dalam International standar audit 600 tidak relevan dengan entitas kecil dan
menengah (yang menjadi sasaran audit). Standar ini membahas audit atas laporan
keuangan kelompok perusahaan (group financial statements) yang melibatkan
beberapa KAP (Kantor Akuntan Publik).
b. SA 610 : Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
Penggunaan pekerjaan auditor internal untuk membantu organisasi dalam memelihara
pengendalian intern. Namun, apakah pekerjaan auditor internal memadai untuk
menentukan dampak yang direncanakan dari pekerjaan tersebut terhadap sifat, waktu
dan luasnya prosedur Kantor Akuntan Publik, serta melaksanakan prosedur audit atas
pekerjaan auditor internal untuk mengevaluasi kelayakan pekerjaan auditor internal
untuk digunakan Kantor Akuntan Publik (SA 610).
c. SA 620 : Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
Dalam istilah “Tenaga ahli auditor” Standar Audit (SA 620.6) mendefinisikan
seseorang atau suatu organisasi yang memiliki keahlian (expertise) dalam suatu
bidang diluar accounting atau auditing, yang pekerjaannya dalam bidang tersebut
digunakan auditor/KAP untuk membantunya memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat. Seorang pakar auditor (auditor’s expert) bisa berasal dari KAP tersebut
(atau jaringan), disebut auditor internal expert (auditor eksternal expert)
yang berasal dari luar.

2. Kesimpulan Audit dan Pelaporan


a. SA 700 : Perumusan Suatu Opini atas Laporan Keuangan
Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku. Untuk merumuskan opini tersebut, auditor harus menyimpulkan apakah
auditor telah memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan. Kesimpulan tersebut harus memperhitungkan:
(a) Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 330, apakah bukti audit yang cukup dan
tepat telah diperoleh
(b) Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 450, apakah kesalahan penyajian yang tidak
dikoreksi adalah material, baik secara invidual maupun secara kolektif
(c) Evaluasi yang diharuskan oleh paragraf 12–15
b. SA 705 : Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen
SA ini menetapkan tiga tipe opini modifikasian, yaitu opini wajar dengan
pengecualian, opini tidak wajar, dan opini tidak menyatakan pendapat. Keputusan
tentang ketepatan penggunaan tipe opini modifikasian bergantung pada:
(a) Sifat dari hal-hal yang menyebabkan dilakukannya modifikasi, yaitu apakah
laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material atau, dalam hal
ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, kemungkinan
mengandung kesalahan penyajian material
(b) Pertimbangan auditor tentang seberapa pervasifnya dampak atau kemungkinan
dampak hal-hal tersebut terhadap laporan keuangan. (Ref: Para. A1)
c. SA 706 : Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain dalam Laporan
Auditor Independen
Jika menurut auditor perlu untuk menarik perhatian pengguna laporan keuangan atas
suatu hal yang disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan yang, menurut
pertimbangan auditor, sedemikian penting bahwa hal tersebut adalah fundamental
bagi pemahaman pengguna laporan keuangan atas laporan keuangan, maka auditor
harus mencantumkan paragraf Penekanan Suatu Hal dalam laporan auditor selama
auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat bahwa tidak terdapat
kesalahan penyajian material atas hal tersebut dalam laporan keuangan. Paragraf
tersebut harus mengacu hanya pada informasi yang disajikan atau diungkapkan dalam
laporan keuangan.
d. SA 710 : Informasi Komparatif – Angka Koresponding dan Laporan Keuangan
Komparatif
Auditor harus menentukan apakah laporan keuangan mencakup informasi komparatif
yang diharuskan menurut kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan apakah
informasi tersebut telah diklasifikasikan dengan tepat. Untuk tujuan ini, auditor harus
mengevaluasi apakah:
(a) Informasi komparatif tersebut cocok dengan jumlah dan pengungkapan lain yang
disajikan dalam periode sebelumnya atau, jika relevan, telah disajikan kembali; dan
(b) Kebijakan akuntansi yang tercermin dalam informasi komparatif adalah konsisten
dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam periode kini atau, jika telah terjadi
perubahan dalam kebijakan akuntansi, apakah perubahan tersebut sudah dicatat
dengan tepat dan disajikan dan diungkapkan secara cukup.
e. SA 720 : Tanggung Jawab Auditor atas Informasi Lain dalam Dokumen yang
Berisi Laporan Keuangan Auditan
Standar Audit ini mengatur tanggung jawab auditor atas informasi lain dalam
dokumen yang berisi laporan keuangan auditan dan laporan auditor terkait. Dalam hal
tidak terdapat ketentuan khusus dalam perikatan, opini auditor tidak mencakup
informasi lain dan auditor tidak memiliki tanggung jawab khusus untuk menentukan
apakah informasi lain tersebut telah disajikan dengan tepat. Namun, auditor tetap
harus membaca informasi lain tersebut karena kredibilitas laporan keuangan auditan
dapat terganggu oleh ketidakkonsistensian material antara laporan keuangan auditan
dan informasi lain tersebut.
3. Area-Area Khusus
a. SA 800 : Pertimbangan Khusus–Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun
sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus
Standar Audit 100–700 diterapkan dalam audit atas laporan keuangan. SA 800
mengatur pertimbangan khusus dalam penerapan SA 100–700 dalam audit atas
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus. SA ini
tidak menghilangkan ketentuan yang tercantum dalam SA–SA lain, dan juga tidak
ditujukan untuk mengatur seluruh pertimbangan khusus yang mungkin relevan
dengan kondisi perikatan.
b. SA 805 :  Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan Tunggal dan
Suatu Unsur, Akun, atau Pos Tertentu dalam Laporan Keuangan
Standar Audit 100-700 diterapkan dalam audit atas laporan keuangan dan
disesuaikan seperlunya jika diterapkan dalam audit atas informasi keuangan historis
lainnya. SA ini berkaitan dengan pertimbangan khusus atas penerapan SA-SA
tersebut untuk suatu audit atas laporan keuangan tunggal atau unsur, akun atau pos
tertentu dalam laporan keuangan. Laporan keuangan tunggal, atau unsur, akun, atau
pos tertentu dalam laporan keuangan mungkin disusun sesuai dengan kerangka umum
atau kerangka khusus. Jika disusun sesuai dengan suatu kerangka bertujuan khusus,
SA 800 juga berlaku untuk audit tersebut. SA ini tidak berlaku untuk laporan auditor
komponen, yang diterbitkan sebagal hasil pekerjaan yang dilaksanakan atas informasi
keuangan suatu komponen atas permintaan dari tim perikatan grup untuk tujuan suatu
audit atas laporan keuangan grup. SA ini tidak menghapus ketentuan SA lain; dan
juga tidak berarti berlaku untuk semua pertimbangan khusus yang mungkin relevan
dengan kondisi perikatan.
c. SA 810 : Perikatan untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan
Standar Audit ini mengatur tanggung jawab auditor yang berkaitan dengan perikatan
untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan yang berasal dari laporan keuangan
auditan sesuai dengan SA oleh auditor yang sama. Auditor harus menerima suatu
perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan berdasarkan SA ini hanya
ketika auditor telah melakukan perikatan untuk melaksanakan audit berdasarkan SA
yang dari laporan tersebut ikhtisar laporan keuangan tersebut diperoleh. Sebelum
menerima suatu perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan, auditor harus:
(a) Menentukan apakah kriteria terapan dapat diterima. 
(b) Memperoleh pernyataan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan
memahami tanggung jawabnya:
i. Untuk penyusunan ikhtisar laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria
terapan;
ii. Untuk membuat laporan keuangan auditan tersedia bagi pengguna ikhtisar
laporan keuangan yang dituju tanpa adanya kesulitan yang berarti (atau, jika
peraturan perundang-undangan menyatakan bahwa laporan keuangan
auditan tidak perlu disediakan bagi pengguna ikhtisar laporan keuangan dan
menetapkan kriteria untuk penyusunan ikhtisar laporan keuangan,
menjelaskan peraturan perundang-undangan tersebut dalam ikhtisar laporan
keuangan); dan
iii. Untuk memasukkan laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan dalam
dokumen apapun yang berisi ikhtisar laporan keuangan dan
mengindikasikan bahwa auditor telah menerbitkan laporan atas ikhtisar
laporan keuangan tersebut.

(c) Menyetujui dengan manajemen atas bentuk opini yang akan dinyatakan atas
ikhtisar laporan keuangan.

3.2 PRINSIP DASAR KODE ETIK PROFESI


1. Prinsip Integritas.
Prinsip integritas mewajibkan setiap Praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya. Praktisi tidak boleh terkait dengan
laporan, komunikasi, atau informasi lainnya yang diyakininya terdapat: Kesalahan
yang material atau pernyataan yang menyesaikan, Pernyataan atau intormasi yang
diberikan secara tidak hati-hati, Penghilangan atau penyembunyian yang dapat
menyesatkan atas informasi yang seharusnya diungkapkan.

2. Prinsip Objektivitas.
Prinsip objektivitas mengharuskan Praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas,
benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain
memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya. Praktisi
mungkin dihadapkan pada situasi yang dapat mengurangi objektivitasnya. Karena
beragamnya situasi tersebut, tidak mungkin untuk mendefinisikan setiap situasi
tersebut. Setiap Praktisi harus menghindari setiap hubungan yang bersifat subjektif
atau yang dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan
profesionalnya.

3. Prinsip Kompetensi dan Kehati-Hatian Profesional.


Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
mewajibkan setiap Praktisi untuk memelihara pengetahuan dan keahlian profesional
yang dibutuhkan untuk menjamin pemberian jasa profesional yang kompeten kepada
klien atau pemberi kerja serta menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
saksama sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam
memberikan jasa profesionalnya.
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang
cermat dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional. Kompetensi
profesional dapat dibagi menjadi dua tahap yang terpisah, yaitu: pencapaian
kompetensi professional dan pemeliharaan kompetensi profesional.
Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran dan pemahaman
yang berkelanjutan terhadap perkembangan teknis profesi dan perkembangan bisnis
yang relevan. Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat
diperlukan untuk meningkatkan dan memelihara kemampuan Praktisi agar dapat
melaksanakan pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan profesional.
Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap Praktisi
untuk bersikap dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh, dan tepat waktu, sesuai
dengan persyaratan penugasan.
Setiap Praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan yang tepat
bagi mereka yang bekerja di bawah wewenangnya dalam kapasitas profesional.
Bila dipandang perlu, Praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional
yang diberikan kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional lainnya
untuk menghindari terjadinya kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang terkait
dengan jasa profesional yang diberikan.

4. Prinsip Kerahasiaan.
Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
lingkungan sosialnya. Setiap Praktisi harus waspada terhadap kemungkinan
pengungkapan yang tidak disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan
hubungan jangka panjang dengan rekan bisnis maupun anggota keluarga langsung
atau anggota keluarga dekatnya.
Setiap Praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon
klien atau pemberi kerja. Setiap Praktisi harus mempertimbangkan pentingnya
kerahasiaan informasi terjaga dalam KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekeria.
Setiap Praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu untuk
memastikan terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka yang bekerja di bawah
wewenangnya, serta pihak lain yang memberikan saran dan bantuan profesionalnya.
Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil
dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan
informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi
kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan
hukum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh Praktisi untuk
keuntungan pribadinya atau pihak ketiga

5. Prinsip Perilaku Profesional.


Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus
menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Prinsip perilaku
profesional mewajibkan setiap Praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan hukum dan
peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
Hal mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan tercipta kesimpulan
yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai
semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap Praktisi
tidak boleh merendankan martabat profesi, Setiap Praktisi harus bersikap jujur dan
tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang dapat
diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh.
b. Membuat pernyataaan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang
tidak didukung bukti terh adap hasil pekerjaan Praktisi lain.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al Haryono. 2014. Auditing : Pengauditan Berbasis ISA (Edisi II). Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi : Universitas Gadjah Mada

https://www.triharyono.com/2017/03/standar-audit-600-penggunaan-
pekerjaan.html (diakses pada 26 Februari 2021)

Anda mungkin juga menyukai