Anda di halaman 1dari 3

Muhamad Fadhli

10040020188
UAS Hukum Kesehatan
Kelas A

1. Jika seorang dokter yang merupakan pegawai tetap di suatu rumah sakit
melakukan kelalaian sehingga menyebabkan pasien bertambah parah sakitnya,
maka rumah sakit bertanggung jawab kepada pasien atas tindakan dokter tersebut.
Pertanggungjawaban rumah sakit dalam hal ini didasarkan pada Pasal 1365
KUHPerdata yang menyatakan bahwa setiap orang yang dengan melanggar
hukum mengakibatkan kerugian pada orang lain, wajib menanggung kerugian
tersebut

Penyelesaiannya secara hukum dapat berupa:


- Penyelesaian melalui pengadilan: Pasien atau keluarga pasien dapat membantu
rumah sakit atau dokter melakukan pengadilan untuk memperoleh kompensasi
atau penyelesaian yang sesuai

- Penyelesaian melalui perjanjian: Pasien atau keluarga pasien dapat membantu


rumah sakit atau dokter melakukan perjanjian untuk memperoleh kompensasi
atau penyelesaian yang sesuai

- Penyelesaian melalui pembuatan laporan: Rumah sakit dapat membuat laporan


tentang kasus medical malpractice dan langkah-langkah yang telah dilakukan
untuk memperbaiki kondisi pasien

Berdasarkan KUHPerdata, pertanggungjawaban rumah sakit tersebut adalah:


- Melakukan pemeriksaan: Rumah sakit harus melakukan pemeriksaan terhadap
kondisi pasien dan melakukan pengobatan yang sesuai dengan standar
Kesehatan

- Melakukan pemantauan: Rumah sakit harus melakukan pemantauan terhadap


kondisi pasien dan melakukan pengobatan yang sesuai dengan standar
Kesehatan

- Melakukan pengawasan: Rumah sakit harus melakukan pengawasan terhadap


kondisi pasien dan melakukan pengobatan yang sesuai dengan standar
kesehatan

2. Rekam medis merupakan dokumen medis yang di dalamnya berisi informasi data
atau identitas pasien , riwayat penyakit atau riwayat Kesehatan , hasil dari
pemeriksaan , Tindakan medis , diagnosa pasien dan hasil pengobatan yang telah
diberi oleh dokter atau tenaga Kesehatan lainnya.

Urgensinya bagi dokter yaitu agar memudahkan dalam memberikan pelayanan


kesehatan yang tepat dan akurat dan juga sebagai bukti medis dalam menangani
pasien.

Apabila dokter tidak membuat rekam medis, akibat hukumnya adalah:

Dokter dapat disusun: Dokter yang tidak membuat rekam medis dapat disusun
oleh pihak keluarga pasien atau pihak lain yang mengalami kerugian atau
kecelakaan karena kesalahan dokter

Dokter dapat diberi sanksi: Dokter yang tidak membuat rekam medis dapat diberi
sanksi oleh pihak keluarga pasien atau pihak lain yang mengalami kerugian atau
kecelakaan karena kesalahan dokter

Rumah sakit dapat disangkakan: Rumah sakit yang tidak memastikan dokter
membuat rekam medis dapat disangkakan bersama dokter dalam kasus medical
malpractice

3. Medical malpractice atau malpraktik medik adalah tindakan medis yang dilakukan
oleh dokter atau tenaga medis lainnya yang tidak sesuai dengan standar medis
yang berlaku dan menyebabkan kerugian atau bahkan kematian pada pasien.

Unsur-unsur yang terlibat dalam kasus medical malpractice adalah:

- Dokter: Dokter yang melakukan medical malpractice adalah individu yang


bekerja dalam bidang kesehatan yang membantu pasien, tetapi melakukan
kesalahan dalam pengobatan atau perawatan yang menyebabkan kerugian atau
kecelakaan kepada pasien

- Pasien: Pasien adalah individu yang menerima pengobatan atau perawatan dari
dokter yang melakukan medical malpractice, dan mengalami kerugian atau
kecelakaan karena kesalahan dokter

- Rumah sakit : rumah sakit adalah institusi yang menyediakan fasilitas dan
perkhidmatan kesehatan, termasuk dokter, perawat, dan lainnya. Hospital
dapat disangkakan bersama dokter dalam kasus medical malpractice jika
hospital menyediakan fasilitas dan perkhidmatan yang tidak memenuhi standar
kesehatan
Pertanggungjawaban dokter yang telah melakukan medical malpractice adalah:

- Dokter harus membayar kompensasi: Dokter yang melakukan medical


malpractice harus membayar kompensasi kepada pasien atau keluarga pasien
yang mengalami kerugian atau kecelakaan karena kesalahan dokter

- Dokter dapat disusun: Dokter yang melakukan medical malpractice dapat


disusun oleh pihak keluarga pasien atau pihak lain yang mengalami kerugian
atau kecelakaan karena kesalahan dokter

- Dokter dapat diberi sanksi: Dokter yang melakukan medical malpractice dapat
diberi sanksi oleh pihak keluarga pasien atau pihak lain yang mengalami
kerugian atau kecelakaan karena kesalahan dokter

4. Abortus provocatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atau
tenaga medis lainnya dengan alasan medis yang dapat membahayakan kesehatan
fisik atau mental ibu atau janin yang dikandungnya. Sedangkan abortus
provocatus criminalis adalah aborsi yang dilakukan oleh orang yang tidak
memiliki kualifikasi medis atau dilakukan di luar alasan medis yang sah.
Perbandingan sanksi mengenai aborsi yang ditentukan dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan dengan sanksi yang ada di KUHP
adalah bahwa Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan
memperbolehkan aborsi dalam beberapa kondisi tertentu, sedangkan KUHP
mengatur aborsi sebagai tindakan pidana yang dapat dikenakan sanksi pidana bagi
pelakunya.

5. Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seseorang secara sengaja dengan


tujuan untuk menghilangkan penderitaan yang tak tertahankan. Ada beberapa jenis
euthanasia, yaitu euthanasia sukarela, euthanasia non-sukarela, euthanasia pasif,
euthanasia aktif, dan assisted suicide atau physician-assisted suicide (PAS).
Euthanasia sukarela adalah jenis euthanasia yang diminta oleh pasien dengan
penuh kesadaran dan kesadaran penuh. Euthanasia non-sukarela adalah jenis
euthanasia yang dilakukan tanpa persetujuan pasien, seperti pada kasus pasien
yang koma atau tidak sadar. Euthanasia pasif adalah tindakan menghentikan
pengobatan atau perawatan yang memperpanjang hidup pasien. Euthanasia aktif
adalah tindakan memberikan obat-obatan atau tindakan medis lainnya untuk
mengakhiri hidup pasien. Assisted suicide atau physician-assisted suicide (PAS)
adalah tindakan membantu pasien untuk mengakhiri hidupnya sendiri dengan
memberikan obat-obatan atau bantuan medis lainnya.
Di Indonesia, euthanasia tidak diperbolehkan dan diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 344. Dokter dilarang terlibat dan
melibatkan diri dalam tindakan euthanasia. Jika dokter terlibat dalam tindakan
euthanasia, maka dokter dapat dikenai sanksi pidana sesuai dengan ketentuan
undang-undang yang berlaku. Oleh karena itu, euthanasia tidak dapat dilakukan
secara legal di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai