Anda di halaman 1dari 13

Implementasi Rehabilitasi Wilayah Perairan Dan Pesisir Pantai

Dalam Kasus Tumpahan Minyak Oleh Pengusahaan Minyak Dan


Gas Bumi Di Perairan Karawang
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Hukum Lingkungan

Dosen Pengampu:

Dr. Yeti Sumiati, S.H., M.Hum.

Disusun oleh:

Muhamad Fadhlan 10040020187

Muhamad Fadhli 10040020188

Fatimah Azzahra 10040020096

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2023
Abstrak

Penelitian ini berdasarkan kasus tumpahan minyak di perairan Karawang yang menyebabkan
kerugian bagi ekosistem yang ada di perairan Karawang serta bagi masyarakan sekitar pesisir
pantai Karawang. Tumpahan minyak ini terjadi akibat bocornya pipa bawah laut milik PT.
PHE ONWJ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peraturan perundang-
undangan mengatur tentangrehabilitasi wilayah perairan dan pesisir pantai, serta bagaimana
implementasinya didalam kasus tumpahan minyak PT. PHE ONWJ yang terjadi di perairan
Karawang. Metode penelitian yang digunakan ialah yuridis normatif dengan pendekatan
literatur yaitu dengan mempelajari jurnal, buku, perundang-undangan dan dokumen lainnya
yang terkait dengan penelitian ini. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa didalam
undang-undang, rehabilitasi telah diatur dengan dengan sedemikian rupa oleh pemerintah,
namun sayangnya belum diterapkan secara maksimal. Dan berdasarkan UU pihak PHE
ONWJ bertanggung jawab mutlak untuk melakukan rehabilitasi sebagai upaya lanjutan dalam
pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Kata kunci : pencemaran laut, tumpahan minyak, rehabilitasi

Abstract
This research is based on the case of oil spills in Karawang waters that cause losses to
ecosystems in Karawang waters and to the community around the Karawang coastline. This
oil spill occurred due to the leaking of an underwater pipeline owned by PT. PHE ONWJ.
This research aims to find out how laws and regulations regulate the rehabilitation of territorial
waters and coastal areas due to oil spills, and how they are implemented in the case of oil
spills PT. PHE ONWJ which occurs in karawang waters. The research method used is
normative juridical with a literature approach, namely by studying journals, books, legislation
and other documents related to this research. From the results of the study, it can be concluded
that in the law, rehabilitation has been regulated in such a way by the government, but
unfortunately it has not been implemented optimally. And based on the LAW, PHE ONWJ is
absolutely responsible for rehabilitation as an advanced effort in controlling pollution and/or
environmental damage.

Keywords : marine pollution, oil spills, rehabilitation


Pendahuluan
Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat energi
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan
baku mutu dan/atau fungsinya.1 Pencemaran laut tidak dapat dipandang hanya sebagai
permasalahan yang terjadi di laut, karena lautan dan daratan merupakan satu kesatuan
ekosistem yang tidak dapat dipisahkan dan terpengaruh satu dengan yang lainnya. Kegiatan
manusia yang sebagian besar dilakukan di daratan, disadari atau tidak, secara langsung
maupun tidak langsung, berdampak terhadap ekosistem di lautan termasuk masyarakat yang
tinggal disekitar pesisir pantai. Salah satu penyebab pencemaran air laut adalah limbah
minyak bumi dari aktivitas pelayaran dan produksi minyak bumi lepas pantai. Laut yang
sudah tercemar perlu segera ditangulangi dan direhabilitasi agar tidak merusak ekosistem
yang ada dilaut. Pemerintah telah mengaturnya dalam UU No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Perpres No 121 Tahun 2012 tentang
Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dan Perda Kabupaten Karawang No 14
Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai peraturan
teknis di tingkat Kabupaten.
Pengusahaan minyak dan gas bumi merupakan salah satu penyumbang minyak limbah bumi ke laut.
PT. Pertamina merupakan pengusahaan minyak dan gas bumi terbesar di Indonesia. Dan salah satu
anak perusahaannya yaitu PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java atau PT. PHE ONWJ
yang bergerak dibidang produksi minyak dan gas bumi dilepas pantai Perairan Karawang. Akibat dari
aktifitas PHE ONWJ ini, Perairan Karawang menjadi rawan terkena oil spill atau tumpahan minyak. Oil
spill atau tumpahan minyak adalah lepasnya minyak baik langsung atau tidak langsung ke lingkungan
laut yang berasal dari kegiatan pelayaran, kegiatan pengusahaan minyak dan gas bumi, ataupun
kegiatan lainnya. Seperti yang terjadi pada 15 April 2021 yang lalu, perairan Karawang kembali terkena
oil spill akibat kebocoran pipa minyak bawah laut yang berukuran 16 inci disekitar area BZZA.2
Kebocoran pipa ini disebabkan oleh korosi karena pipa yang sudah aging facility. Akibatnya, PHE ONWJ
pun harus kehilangan produksi sekitar 6.000 barel/hari dari sumur produksi Zulu, Papa, dan Mike-
mike. Adapun sebagian produksi dari Mike-mike dialihkan ke pipa minyak lain. Kejadian ini bukan kali
pertama terjadi di blok ONWJ.3 Pada tahun 2019 lalu telah terjadi kebocoran di sumur YYA-1 Blok

1
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2017. Pencemaran Laut. https://kkp.go.id/djprl/bpsplpadang/page/1053- pencemaran-
laut#:~:text=Definisi%20pencemaran%20laut%20mengacu%20pada,turun%20sampai%20ke%20tingkat%20tertentu. Diakses pada 1 April
2022.
2
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2021. Perairan Kabupaten Karawang Terdampak Tumpahan Minyak.
https://kkp.go.id/djprl/p4k/artikel/31235-perairan-kabupaten-karawang-terdampak-tumpahan-minyak. Diakses pada 1 April 2022.
3
Asmarini, Wilda. “Tumpahan Minyak Sampai Ke Pesisir Karawang, Ini Tindakan PHE”. cnbcindonesia.com. 23 April 2021. 1 April 2022.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210423112029-4-240245/tumpahan-minyak-sampai-ke-
ONWJ. Enam hari setelah bocornya pipa di area BZZA, ceceran minyak telah sampai di Pantai Sedari,
Desa Sedari, Dusun Tanjung Sari, Karang Sari dan Tirta Sari, Kabupaten Karawang; Pantai
Cemara Jaya, Desa Cemara Jaya, Kec Cibuaya, Kabupaten Karawang; Pantai Tanjung Pakis,
Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang; Pantai Pelangi Sungai Buntu, Kecamatan Pedes,
Kabupaten Karawang; Pantai Muara Bendera, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Serta
wilayah perairan Desa Muara Baru dan wilayah perairan Pasir Putih, Kecamatan Cilamaya
Wetan, Kabupaten Karawang.4

Akibat dari kejadian ini timbul berbagai jenis permasalahan lingkungan mulai dari
pencemaran laut hingga ke daratan. Pencemaran laut menjadi salah satu fenomena merugikan
yang sering dijumpai di perairan Indonesia. Kondisi ini terjadi ketika lingkungan laut dinilai
dapat mengancam atau membahayakan keberlangsungan hidup manusia maupun ekosistem
laut di sekitarnya. Daerah pesisir atau laut Indonesia begitu rentan terhadap pencemaran laut,
yang jika tidak ditangani dengan benar akan semakin memberikan dampak buruk bagi
kehidupan manusia dan ekosistem laut. Sama halnya dengan kejadian oil spill yang terjadi di
Perairan Karawang tersebut, yang mengakibatkan berbagai permasalahan mulai dari rusaknya
ekosistem di Perairan Karawang seperti menurunnya kualitas air bersih, jarak pandang yang
pendek di area pariwisata diving. Dampaknya tidak hanya dirasakan pada ekosistem laut saja
tetapi masyarakat pesisir pantai pun terkena dampaknya mulai dari petambak ikan dan udang
yang merugi, hingga nelayan yang tidak dapat melaut selama berhari-hari. Serta bau
menyengat yang sangat mengganggu aktifitas warga.
Dalam kasus ini PHE ONWJ telah melakukan penanggulangan dengan membersihkan
laut dan pantai Karawang. Namun belum ada upaya rehabilitasi ekosistem. Dimana upaya
rehabilitasi ini penting sebagai upaya pemulihan setelah terjadinya pencemaran. Berdasarkan
hal tersebut, penulis ingin meneliti tentang bagaimana peraturan perundang-undangan
mengatur tentang rehabilitasi wilayah perairan dan pesisir pantai akibat tumpahan minyak?
Serta bagaimana implementasinya didalam kasus tumpahan minyak PT. Pertamina Hulu
Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) yang terjadi di perairan Karawang.

Metodelogi
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan pendekatan literatur yaitu

pesisir-karawang-ini-tindakan-phe. Diakses pada 1 April 2022.


4
Anwar, choirul. “Tumpahan Minyak di Karawang Kotori Laut dan Pantai Berhari-hari”. money,kompas.com. 25 April 2021.
https://money.kompas.com/read/2021/04/25/193548026/tumpahan-minyak-di-karawang-kotori-laut-dan-pantai-
berhari-hari. Diakses pada 1 April 2022.
dengan mempelajari jurnal, buku, perundang-undangan dan dokumen lainnya yang terkait
dengan penelitian ini.
Dalam penelitian ini ada 3 (tiga) bahan hukum: primer, sekunder dan tersier. Bahan
hukum primer yang merupakan ketentuan atau peraturan perundang-undangan. Bahan hukum
sekunder atau penunjang seperti literatur-literatur, dan karya ilmiah hukum. Serta bahan
hukum tersier seperti kamus hukum. Teknik pengumpulan bahan hukum dengan
menggunakan model studi kepustakaan.

Selanjutnya, bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif


yuridis, dengan memberikan gambaran umum mengenai permasalahan yang dibahas,
kemudian menyusun kesimpulan dari hasil pembahasan.

Pembahasan
Rehabilitasi lingkungan pantai yang tercemar akibat tumpahan minyak menurut
peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Pemulihan lingkungan hidup merupakan upaya dan tindakan untuk memperbaiki
kualitas lingkungan hidup yang tercemar dan/atau rusak agar kembali pada keadaan semula
sesuai daya dukung, daya tampung dan produktivitas lingkungan, atau alih fungsi
pemanfaatan dan relokasi kegiatan sumber pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Dalam UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup terdapat beberapa cara pemulihan fungsi lingkungan
hidup, salah satunya ialah rehabilitasi. Rehabilitasi sendiri itu ialah proses pemulihan dan
perbaikan kondisi ekosistem atau populasi yang telah rusak kembali ke keadaan semula.
Namun tidak semua lingkungan hidup dapat dikembalikan pada kondisi seperti sebelum
terjadi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, walaupun demikian seperti yang
diamanatkan dalam pasal 54 UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang pada intinya adalah pihak penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan dan/atau perorangan yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup, dalam hal ini wilayah pesisir pantai dan laut, wajib melakukan rehabilitasi atau
pemulihan.
Rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikan nilai, fungsi, dan manfaat lingkungan
hidup termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan, memberikan perlindungan, dan
memperbaiki terumbu karang, mangrove, lamun, estuari, laguna, teluk, delta, gumuk pasir,
pantai, dan/atau populasi ikan.5 Sesuai dengan pasal 5 hingga pasal 11 Peraturan Presiden No
121 Tahun 2012 tentang Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, rehabilitasi
dapat dilaksanakan melalaui beberapa tahapan yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan
pemeliharaan.
Tahapan pertama dalam rehabilitasi ialah tahapan perencanaan. Tahapan ini dilakukan
melalui kegiatan identifikasi penyebab kerusakan, identifikasi tingkat kerusakan dan
penyusunan rencana rehabilitasi. Area sebaran tumpahan minyak dapat menjadi acuan
identifikiasi tingkat kerusakan.

Gambar 1. Peta Sebaran Area Tumpahan Minyak di Perairan Karawang


Sumber: LAPAN

Selanjutnya tahapan kedua yaitu pelaksanaan, dilakukan dengan cara pengayaan


sumber daya hayati seperti penanaman, transpalantasi, restocking, dan pembuatan habitat
buatan. Kemudian, perbaikan habitat dengan cara pencegahan dan penghentian kegiatan yang
dapat mencemari atau merusak habitat, penerapan teknis perbaikan habitat. Perlindungan
spesies biota laut agar tumbuh dan berkembang secara alami. Serta penggunaan cara-cara dan
bahan baku yang ramah lingkungan.
Dan yang ketiga tahapan pemeliharaan. Tahapan ini dapat dilakukan dengan cara
menjaga dan mempertahankan komponen biotik ekosistem atau populasi, menjaga keserasian

5
Lihat penjelasan pasal 1 Perpres No 121 Tahun 2012 tentang Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
siklus alamiah komponen abiotik, menjaga dan mempertahankan keseimbangan lingkungan
fisik, mempertahankan dan menjaga kondisi ekosistem atau populasi yang telah direhabilitasi
dari pengaruh alam atau kegiatan manusia.
Identifikasi tingkat kerusakan merupakan tahapan pertama dalam rehabilitasi. Dalam
penentuan tingkat kerusakan sebagaimana dijelaskan dalam pedoman pelaksanaan
penanggulangan dan ganti kerugian dampak tumpahan minyak terhadap sumber daya ikan
yang diterbitkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), perubahan sifat fisik
minyak perlu dikenali dan dijadikan pertimbangan.

Gambar 2. Perubahan Sifat Fisik Minyak Di Laut Saat Terjadi Pencemaran


Sumber: Tim Observasi Terpadu-KLH

Gambar diatas merupakan contoh kejadian tumpahan minyak Amoco Cadiz dan
Prestige, dapat diketahui bahwa sebagian minyak akan terlarut dilaut dengan presentasi 3 -
40%.6 Sehingga meskipun pihak PHE ONWJ telah melakukan penanggulangan dengan cara
membersihkan minyak yang terapung di Perairan Karawang hingga ke daerah pesisir, dan saat
ini sudah tidak ada minyak yang terlihat akan tetapi pada presentasi tersebut minyak menyatu
dengan air laut. Yang membuat kualitas air di Perairan Karawang menurun. Tentu saja hal ini
akan berdampak jangka panjang terhadap ekosistem di Perairan Karawang, khususnya yang
terkena dampak tumpahan minyak. Kualitas air yang menurun ini membuat salah satu spot
diving di Perairan Utara Karawang yaitu tangkolak yang biasanya bersih dan jernih menjadi
keruh serta jarak pandang menjadi pendek, air yang keruh pun akan berdampak pada rusaknya
ekosistem terumbu karang serta sumber daya ikan. Menurunnya kualitas air pun berdampak

6
Meinarni, Suci. “Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Terhadap Indonesia Akibat Tumpahan Minyak Montara Di Laut
Timor”, Jurnal Hukum Internasional, STIKI Indonesia. https://123dok.com/document/zw1xe3lq-dampak-pencemaran- lingkungan-
indonesia-akibat-tumpahan-minyak-montara.html. Diakses pada 1 April 2022.
pada petani garam yang pada saat kejadian akan memasuki masa produksi. Tidak hanya itu,
pasir pantai Desa Cemarajaya, Pantai Sedari, Pantai Tanjung Pakis, Pantai Pelangi Sungai
Buntu, dan Pantai Muara Bendera pun menjadi hitam dan berbau akibat tumpahan minyak
ini. Berdasarkan hal itu jika tidak dipulihkan atau direhabilitasi secara cepat dan tepat tentu
akan semakin banyak kerusakan-kerusakan ekosistem yang timbul akan berdampak pada
kelangsungan hidup masyarakat sekitar.
Dari uraian ini, maka peraturan perundang-undangan di Indonesia sudah jelas mengatur
tentang rehabilitasi yang diperuntukan untuk wilayah pesisir pantai maupun laut. karenanya,
PT. PHE ONWJ wajib menjalankan peraturan perundang- undangan yang telah dibuat agar
ekosistem disekitar perairan dan pesisir Karawang tidak semakin rusak.

Implementasi rehabilitasi lingkungan di Perairan Karawang akibat tumpahan minyak


PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PT. PHE ONWJ)
Sejak terjadinya kebocoran pipa di area BZZA, PT. PHE ONWJ telah melakukan
penanggulangan dibantu oleh dinas terkait serta masyarakat sekitar. Pembersihan dilakukan di
area laut maupun di area bibir pantai. Untuk pembersihan area laut pihak PHE ONWJ
mengerahkan total 146 kapal nelayan.7 Pihak PHE ONWJ juga memasang oil boom, serta
mensiagakan personil Oil Spill Combat Team (OSCT) di lokasi pantai agar pembersihan lebih
cepat serta melakukan pemantauan mengikuti trajektori MOTUM (Model Tumpahan
Minyak).8

Setelah tahapan penanggulangan dilakukan, penanggung jawab pengusahaan minyak


lepas pantai dalam kasus ini pihak PHE ONWJ wajib melakukan rehabilitasi lingkungan.
Sesuai amanat pasal 88 UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan, pihak PHE ONWJ bertanggung jawab mutlak. Namun hampir setahun sejak kasus
tumpahan minyak ini terjadi pihak PHE ONWJ belum juga melakukan rehabilitasi lingkungan.
ini bukan pertama kalinya PHE ONWJ lalai dalam tanggung jawabnya, setelah kasus
kebocoran di sumur YYA-1 pihak PHE ONWJ juga seharusnya melakukan rehabilitasi
lingkungan diwilayah pesisir maupun perairan Karawang. Tetapi baru 50% dari target yang
seharusnya direhabilitasi.

7
Salam, Bram. ”146 Kapal Nelayan Dikerahkan Bersihkan Ceceran Minyak Di Laut Karawang”. merdeka.com. 28 April 2021.
https://www.merdeka.com/peristiwa/146-kapal-nelayan-dikerahkan-bersihkan-ceceran-minyak-di-laut-
karawang.html. Diakses pada 1 April 2022
8
Asmarini, Wilda. “Tumpahan Minyak Sampai Ke Pesisir Karawang, Ini Tindakan PHE”. cnbcindonesia.com. 23 April 2021.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210423112029-4-240245/tumpahan-minyak-sampai-ke-pesisir-karawang-
ini-tindakan-phe. Diakses pada 1 April 2022.
Dalam usaha rehabilitasi menuntut teknologi yang berbeda, karena terdapat berbagai
macam ekosistem, dan setiap ekosistem memiliki manfaat dan fungsi yang berbeda-beda. Hal
inilah yang menuntut adanya biaya rehabilitasi. Dalam pasal 26 Peraturan Daerah Kabupaten
Karawang No 14 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juga
dijelaskan bahwa biaya pemulihan atau rehabilitasi mutu laut ini dibebankan kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Biaya ini khusus untuk kerusakan ekosistem
terumbu karang, mangrove, padang lamun serta pasir pantai itu sendiri yang terkontaminasi
minyak.

Biaya tersebut hanya untuk pemulihan atau rehabilitasi lingkungan agar lingkungan yang
terkena tumpahan minyak dikembalikan ke kondisi semula atau mendekati kondisi sebelum
terkena tumpahan minyak, dengan mempertimbangkan unsur- unsur reasonable (biaya
pemulihan haruslah wajar dan terjangkau), proposional (biaya pemulihan haruslah proposional
dengan hasil yang diharapkan), appropriate (upaya pemulihan harus sesuai dan memiliki
prospek yang cukup memadai dalam hal tingkat keberhasilannya). Biaya rehabilitasi ini dapat
dibayarkan kepada pemerintah jika pihak penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dan/atau
perorangan yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup merasa tidak
mampu melaksanakan kewajiban pemulihan atau rehabilitasi lingkungan hidup, dengan
ketentuan bahwa Pemerintah atau pemerintah daerah yang akan melaksanakan tugas pemulihan
kondisi lingkungan hidup menjadi seperti keadaan semula sebelum terjadi pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.9 seperti pada kasus putusan 735/Pdt.G-LH/2018/PN
Jkt.Utr, PT. HY dihukum untuk membayar ganti rugi sebesar Rp. 12.013.501.184,00 (dua belas
milyar tiga belas juta lima ratus satu ribu delapan puluh empat rupiah) untuk biaya rehabilitasi
kerusakan ekosistem.10 Tidak hanya itu, ada juga kasus Exxon Valdez yang harus membayar
biaya kerusakan ekosistem sebesar $ 100 juta.11

Rehabilitasi merupakan tahap lanjutan yang harus dilakukan dalam pengendalian


pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. sehingga meskipun pihak PHE ONWJ telah
melakukan penanggulangan tentu saja ini tidak cukup. PHE ONWJ wajib melakukan
rehabilitasi didasarkan pada adanya prinsip strict liability dan poluters pay yang membuat
pihak PHE ONWJ selaku pencemar harus melakukan rehabilitasi lingkungan dimana semua
biaya rehabilitasi ditanggung oleh pencemar. Dan jika pihak PHE ONWJ tidak mampu

9
Lihat penjelasan Permen LH No 7 Tahun 2014 tentang kerugian LH
10
Marbun, Bachtiar. “Konsep pemulihan Dalam Pencemaran Lingkungan Hidup”. Jurna Hukum Lingkungan, Tata Ruang, dan Agraria,
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Diakses pada 1 April 2022.
11
Ariany, Zulfaidah. “Kajian Aspek Hukum Internasional Pada Kasus Tumpahan Minyak Kapal Tanker Exxon Valdez”, Jurnal Hukum
Internasional, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Diakses pada 1 April 2022.
melaksanakan rehabilitasi maka wajib membayar biaya rehabilitasi kepada pemerintah atau
pemerintah daerah. Sehingga pemerintah atau pemerintah daerah lah yang wajib melaksanakan
rehabilitasi.
Kesimpulan
1. Didalam undang-undang, rehabilitasi telah diatur dengan dengan sedemikian rupa oleh
pemerintah, namun sayangnya belum diterapkan secara maksimal. Upaya rehabilitasi
diatur dalam UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. hal ini dilakukan untuk memulihkan atau memperbaiki ekosistem serta wilayah
pesisir yang terdampak oleh pencemaran dan/atau perusakan. Dalam kasus tumpahan
minyak yang terjadi di perairan Karawang, PHE ONWJ wajib melakukan rehabilitasi
berdasarkan pasal 54 UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup serta pasal 26 Peraturan Daerah Kabupaten Karawang No 14 Tahun
2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. upaya pemulihan
dapat dilakukan sesuai dengan tahapan yang diatur didalam Peraturan Presiden No 121
Tahun 2012 tentang Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
2. Dalam kasus tumpahan minyak di perairan karawang meskipun PT. PHE ONWJ telah
melakukan penanggulangan. Tetap saja pihak PHE ONWJ bertanggung jawab mutlak
untuk melakukan rehabilitasi sebagai upaya lanjutan dalam pengendalian pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Dan semua biaya rehabilitasi dibebankan kepada
pencemar sesuai pasal 26 Peraturan Daerah Kabupaten Karawang No 14 Tahun 2012
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Namun, jika pihak PHE
ONWJ tidak mampu melaksanakan rehabilitasi maka wajib membayar biaya
rehabilitasi kepada pemerintah atau pemerintah daerah. Sehingga pemerintah atau
pemerintah daerah lah yang wajib melaksanakan rehabilitasi.

Saran
1. Dengan banyaknya pelaku pencemaran laut yang tidak melakukan pemulihan atau
rehabilitasi maka penulis menyarankan pemerintah bersama dinas terkait untuk
meningkatkan pengawasan terhadap pelaku pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan agar melakukan rehabilitasi. Meningkatkan pengawasan dapat dengan cara
membentuk tim pengawas ketika terjadi pencemaran atau perusakan agar para
pencemar melakukan semua tahapan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup, dari mulai penanggulangan hingga pemulihan sesuai dengan
peraturan perundang- undangan. Sebab jika melakukan penanggulangan saja tidak
cukup untuk memulihkan ekosistem seperti sebelum terjadinya pencemaran dan/atau
perusakan.
Daftar Pustaka
Sumber artikel jurnal:

Marbun, Bachtiar. “Konsep Pemulihan Dalam Pencemaran Lingkungan Hidup”, Jurnal Hukum
Lingkungan, Tata Ruang, dan Agraria, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Volume I
No.1 Tahun 2021.

Ariany, Zulfaidah. “Kajian Aspek Hukum Internasional Pada Kasus Tumpahan Minyak Kapal
Tanker Exxon Valdez”, Jurnal Hukum Internasional, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.

Meinarni, Suci. “Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Terhadap Indonesia Akibat


Tumpahan Minyak Montara Di Laut Timor”, Jurnal Hukum Internasional, STIKI Indonesia.

Sumber website/halaman online:

Natalia, Fransisca. “Pembersihan Tumpahan Minyak Di Pantai Karawang Diharapkan


Memperhatikan Ekosistem Bawah Laut”. kompas.tv. 29 April 2021. 1 April 2022. url :
https://www.kompas.tv/regional/169299/pembersihan-tumpahan-minyak-pantai-karawang-
diharapkan-memperhatikan-ekosistem-bawah-laut

Asmarini, Wilda. “Tumpahan Minyak Sampai Ke Pesisir Karawang, Ini Tindakan PHE”.
cnbcindonesia.com. 23 April 2021. 1 April 2022. url :
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210423112029-4-240245/tumpahan-minyak-sampai-
ke-pesisir-karawang-ini-tindakan-phe

Anwar, choirul. “Tumpahan Minyak di Karawang Kotori Laut dan Pantai Berhari- hari”.
money,kompas.com. 25 April 2021. 1 April 2022. url :
https://money.kompas.com/read/2021/04/25/193548026/tumpahan-minyak-di-karawang-
kotori-laut-dan-pantai-berhari-hari

Pebrianto, Fajar. “Pipa Berkarat di Balik Kebocoran Minyak Pertamina di Laut Karawang”.
bisnis.tempo.co. 23 April 2021. 1 April 2022. url :
https://bisnis.tempo.co/read/1455565/pipa-berkarat-di-balik-kebocoran-minyak-pertamina-di-
laut-karawang

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2021. Perairan Kabupaten Karawang Terdampak


Tumpahan Minyak. url : https://kkp.go.id/djprl/p4k/artikel/31235-perairan-kabupaten-
karawang-terdampak-tumpahan-minyak
Ardians. “Penerapan Sanksi Terhadap Perusahaan Yang Melakukan Pencemaran Lingkungan
Hidup Berdasarkan Uu No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup”. ardiansco.co.id. 7 Oktober 2020. 1 April 2022. url :
https://ardiansnco.co.id/penerapan-sanksi-terhadap-perusahaan-yang-melakukan-pencemaran-
lingkungan-hidup-berdasarkan-uu-no-32-tahun-2009-tentang-perlindungan-dan-pengelolaan-
lingkungan-hidup-ditinjau-dari-aspek-hukum-admin/

Sumber Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup.

Peraturan Presiden No 121 Tahun 2012 tentang Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil

Peraturan Daerah Kabupaten Karawang No 14 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai