Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ETIKA PROFESI GEOLOGI

STUDI KASUS DI INDONESIA

” Kronologi Terjadinya Tumpahan Minyak di Pantai Utara


Karawang”

Disusun Oleh:

1. Riri Novika Raya


2. Nesa Indra Liani
3. Hijrialdi Abil

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


2019
Kronologi Terjadinya Tumpahan Minyak di
Pantai Utara Karawang

Blok ONWJ oleh PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (Dok Foto: PHE ONWJ)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) tengah melakukan investigasi awal


terkait tumpahan minyak (oil spill) yang menceceri laut pantai utara Karawang pada
beberapa waktu lalu. Berdasarkan dugaan awal tumpahan minyak tersebut terjadi
karena kebocoran gas yang menimbulkan gelembung udara di sumur YYA-1 Blok
Offshore North West Jawa (ONWJ).

"Kami masih lakukan investigasi mendalam, bisa kami sampaikan bahwa gas yang dari
permukaan ini lah yang menyebabkan," kata Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan H
Samsu saat konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Kamis (25/7/2019).

Dia menyebut, ada indikasi terjadi anomali tekanan pengeboran sumur YYA-1 sehingga
menyebabkan munculnya gelembung gas diikuti oil spill. Kebocoran gas tersebut
kemudian berdampak pada terjadinya pergeseran pondasi anjungan YY.
Sehingga itu mengakibatkan terjadinya tumpahan minyak dan terbawa arus pantai
terdekat," jelasnya.

Dharmawan menjelaskan, rankaian peristiwa tersebut bermula pada 12 Juli 2019. Di


mana pada pukul 01.30 WIB ketika melakukan kegiatan muncul gelembung gas di
anjungan YYA-1 yang terletak di wilayah operasi offshore ONWJ.

Melihat kejadian itu, pada 14 Juli sekitar pukul 22.40 WIB seluruh pekerja yang di
seluruh anjungan dari sekitar area tersebut dievakuasi ke tempat yang aman.

Di hari selanjutnya, PHE ONWJ menyatakan keadaan darurat dengan mengirim surat
kepada SKK Migas dan Kementerian ESDM.

Pada 16 Juli mulai terlihat ceceran lapisan minyak di permukaan laut sekitar di samping
gelembung yang masih terus terjadi. Pada 18 Juli, lapisan minyak mencapai pantai
barat. Di mana jarak anjungan dengan garis pantai Karawang berada pada 2 kilometer.

PT Pertamina (Persero) terus berupaya secara intensif dan maksimal untuk mengatasi
kebocoran gas yang menimbulkan gelembung udara di sumur YYA-1 Blok Offshore
North West Jawa (ONWJ).

Salah satunya termasuk mencegah kerusakan lingkungan dengan mengerahkan 27 unit


kapal dan alat penangkap tumpahan minyak (oil boom) di Perairan Pantai Utara Jawa,
Karawang Jawa Barat.

“Kami juga terbuka dengan bantuan dan peralatan dari SKK Migas maupun dari instansi
lain, termasuk dari KKKS. Sekarang semuanya bekerja secara maksimal di lapangan,”
kata Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman dalam
keterangannya, Rabu (24/7/2019).

Menurut Fajriyah Usman, penanganan bocoran gas di sumur yang dioperatori


Pertamina Hulu Energi ONWJ ini dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang
kredibel, kompeten dan memiliki pengalaman yang baik dalam menangani masalah
yang sama.
Dalam menangani tumpahan minyak Pertamina dibantu oleh Oil Spill Combat Team
(OSCT) Indonesia yang ahli dan spesialis menanganinya. Selain itu, juga dilibatkan Boot
& Coots, perusahaan asal Amerika Serikat yang telah memiliki pengalaman dalam
menyelesaikan peristiwa di Gulf Mecixo.

“Seluruh upaya tersebut sebagai komitmen dan keseriusan Pertamina dalam mengatasi
peristiwa di sumur migas lepas pantai tersebut baik dari aspek operasional maupun
lingkungan hidup,”katanya.

PEMBAHASAN
Pihak-pihak yang terlibat dalam kasus ini sebagai berikut:

1. Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan H Samsu

2. SKK Migas dan Kementerian ESDM.


3. Oil Spill Combat Team (OSCT)
4. Boot & Coots, perusahaan asal Amerika Serikat

Kesalahan yang terjadi pada hal ini adalah kesalahan yang terjadi akibat adanya
kebocoran gas yang menimbulkan gelembung udara di sumur YYA-1 Blok Offshore
North West Jawa (ONWJ). Hal ini terjadi karena adanya anomali tekanan pengeboran
pada sumur YYA-1 yang menyebabkan munculnya gelembung gas diikuti oleh oil spill.
Dari kebocoran gas ini mengakibatkan adnya pergeseran pondasi anjungan sumur YYA-
1, dan menimbulkan adanya pencemaran minyak di sepanjang pantai utara Karawang.
Akibat dari pencemaran ini mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi PT.
Pertamina, 51 berrel menghilang akibat dari kebocoran gas ini. Pada 16 Juli mulai
terlihat ceceran lapisan minyak di permukaan laut sekitar di samping gelembung yang
masih terus terjadi. Pada 18 Juli, lapisan minyak mencapai pantai barat. Di mana jarak
anjungan dengan garis pantai Karawang berada pada 2 kilometer.

Seharusnya pihak pertamina harus melakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap


sumur-sumur yang masih melakukan ekslpoitasi agar tidak terjadi kesalahan yang fatal
seperti hal ini, yang dapat merugikan pihak perusahaan ataupun warga-warga sekitar
pantai utara Karawang.

Anda mungkin juga menyukai