Pola Sebaran Tumpahan Minyak Pada Musim
Pola Sebaran Tumpahan Minyak Pada Musim
Kota Surabaya memiliki pelabuhan yaitu Pelabuhan Tanjung Perak yang memiliki aktifitas padat.
Aktifitas kapal mempunyai dampak tumpahan minyak di Perairan Utara Surabaya. Tumpahan minyak
dapat diprediksi menggunakan model trajectory minyak dan untuk menganalisis proses pelapukan
minyak (oil weathering) yang mempengaruhi lama fate minyak di perairan menggunakan GNOME
(General NOAA Operational Modelling Environment). Jumlah kandungan minyak digunakan untuk
verifikasi model. Kajian dilakukan 14 Desember 2017 sebanyak 7 stasiun. Data angin dan arus berupa
arah dan kecepatan digunakan untuk movers model. Data jumlah kapal diolah menjadi estimasi
tumpahan minyak. Sampel air laut diesktrak untuk verifikasi model. Pola sebaran tumpahan minyak di
Perairan Utara Surabaya mempunyai arah dominan menuju kearah 92o dengan jarak tumpahan sejauh
3.5426 km pada titik 1 dan jarak tumpahan sejauh 4.6096 km pada titik 2. Proses pelapukan minyak
paling dominan pada titik 1 dan 2 adalah proses mengapung sebesar 53% dan 64 %. Akibatnya durasi
tumpahan minyak yang mencemari perairan pada titik 1 dan 2 berlangsung selama 18 jam dan 21 jam.
Hasil verifikasi lapangan diketahui hanya stasiun 6 dan 7 sesuai dengan model memiliki kandungan
minyak sebesar 0.41% dan 0.55% . Stasiun 1, 2, 3 dan 4 tidak sesuai dengan model karena stasiun 1
dan 2 tidak tercangkup dalam hasil model, stasiun 3 terdapat kandungan minyak sebesar 0.15% yang
kemungkinan berasal dari Sungai Kalimas bukan dari buangan kapal. Stasiun 4 berada di lintasan
minyak tidak ditemukan minyak karena kawasan lalu lintas pelayaran yang padat.
Kata Kunci: Pola sebaran minyak, Pencemaran minyak, Pelapukan minyak, Ekstraksi kloroform,
Trajectory GNOME, Perairan Utara Surabaya.
ABSTRACT
Surabaya city has a port named Tanjung Perak which has a busy activity. Vessel activity has the
impact of oil spill in North Waters of Surabaya. The oil spill can be predicted using an oil trajectory
model and to analyze the oil weathering process that affects the duration of oil fate in the waters using
GNOME (General NOAA Operational Modeling Environment). The amount of oil content is used for
model verification. The study was started in December 14, 2017 and have 7 stations. Direction and
speed of Wind and current data are used for model movers. The number of vessel data is processed into
an estimated oil spill. Seawater samples are extracted for model verification. The spreading pattern of
oil spill in Surabaya North Waters has dominant direction towards 92o with spillage distance as far as
3,5426 km at point 1 and spill distance as far as 4.6096 km at point 2. The most dominant oil weathering
process at point 1 and 2 is floating process equal to 53% and 64%. Consequently the duration of oil
spills polluting the waters at points 1 and 2 lasts for 18 hours and 21 hours. Field verification results
are known only for stations 6 and 7 according to the model having oil content of 0.41% and 0.55%.
Stations 1, 2, 3 and 4 are incompatible with the model because stations 1 and 2 are not covered by
model results, station 3 contains 0.15% oil content which may be from the Kalimas River not from the
ship's exhaust. Station 4 is on the oil track not found in oil due to heavy cruise traffic area.
Keywords: Oil spill spreading, Oil pollution, Oil weathering, Chloroform extraction, GNOME
Trajectory, Surabaya. North Waters
60
Gambar 7. Sebaran tumpahan minyak selama 12 jam 40
0,5
5 - - sesuai
0,4
6 + + sesuai
0,3
7 + + sesuai
0,2 Keterangan: (+): Terdapat minyak
0,1
(-) : Tidak terdapat minyak
0
1 2 3 4 5 6 7 Stasiun 3 hasil model tidak menunjukan
Stasiun Pengamatan terdapat minyak, tetapi hasil ekstraksi ditemukan.
Kemungkinan minyak berasal dari aliran Sungai
Kalimas, yang bukan berasal dari buangan kapal.
Gambar 13. Perbandingan kandungan minyak setiap
Stasiun 4 hasil model menunjukan adanya minyak,
stasiun
tetapi hasil ekstraksi tidak menunjukan kandungan
Berdasarkan hasil model yang dikaitkan minyak. Penyebabnya karena stasiun 4 menjadi
dengan hasil ekstraksi minyak pada jam ke enam, kawasan lalu lintas pelayaran, sehingga minyak
diketahui bahwa yang sesuai dengan hasil ekstraksi cenderung bergerak karena lalu lalang kapal yang
minyak yaitu stasiun 1 dan 6 sebagai titik tumpahan, lewat. Stasiun 1 dan 2 walaupun antara hasil model
serta stasiun 7 yang berada di titik ketidakpastian dengan hasil ekstraksi menunjukan hasil yang sama,
tumpahan minyak yang berasal dari Dermaga tetapi lokasi stasiun yang terletak di hilir Sungai
Nilam. Stasiun 3 hasil ekstraksi mengandung Kalimas sehingga hasil model yang berada di Utara
minyak tetapi hasil simulasi stasiun tersebut tidak Muara Sungai Kalimas dianggap tidak memiliki
dalam lintasan minyak. Stasiun 4 yang terdapat data. Karena hasil simulasi model yang tidak
dalam lintasan ketidakpastian minyak tetapi tidak menjangkau stasiun 1 dan 2, sehingga dianggap
memiliki kandungan minyak dari hasil ekstraksi tidak sesuai.
yang terlihat pada Gambar 14.
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Pola sebaran tumpahan minyak di Perairan
Utara Surabaya mempunyai arah dominan menuju
kearah 92o dengan jarak tumpahan sejauh 3.5426 km
pada titik 1 dan jarak tumpahan sejauh 4.6096 km
pada titik 2.
Proses pelapukan minyak (Oil weathering) di
perairan paling dominan pada titik 1 dan 2 adalah
proses mengapung sebesar 53% dan 64 %. Akibat
proses pelapukan, durasi fate minyak di perairan
pada stasiun 1 selama 18 jam, sedangkan titik 2
selama 21 jam.
Hasil verifikasi lapangan diketahui bahwa
Gambar 14. Verifikasi sebaran tumpahan minyak setiap hanya stasiun 6 dan 7 sesuai dengan hasil model
stasiun dengan hasil simulasi selama 6 jam memiliki kandungan minyak masing-masing
Hasil verifikasi pada Tabel 6 bahwa stasiun 6 sebesar 0.41% dan 0.55%. Stasiun 1, 2, 3 dan 4 tidak
dan 7 dinyatakan sesuai antara hasil model denga sesuai dengan hasil verifikasi karena stasiun 1 dan 2
hasil ekstraksi untuk titik yang mengandung tidak tercangkup dalam hasil model, stasiun 3
minyak. Stasiun 5 menunjukan hasil yang sesuai terdapat kandungan minyak sebesar 0.15% yang
karena titik tersebut tidak mengandung minyak. kemungkinan berasal dari Sungai Kalimas bukan
Stasiun 3 dan 4 menunjukan ketidaksesuaian antara dari buangan kapal. Stasiun 4 yang berada di
hasil model dengan hasil ekstraksi. lintasan minyak tidak ditemukan kandungan minyak
karena kawasan lalu lintas pelayaran yang padat.
2. Saran Mukhtasor, 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta.
Perlu adanya pengambilan data arus Balai Pustaka
permukaan dan angin secara insitu untuk Mumtaz, F. Muhammad, 2015.Potensi Energi Listrik
perbandingan data lapangan dengan data sekunder. Bangkitan Arus Laut di Selat Madura. Surabaya.
Pengambilan sampel air laut disesuaikan titik awal Universitas Hang Tuah [Skripsi]
tumpahan serta hasil akhir model untuk mencari
tempat terbaik atau best guess minyak. Hasil data Merck, 1967. The Merck Index an Encyclopedia of
lapangan dan data hasil simulasi GNOME nantinnya Chemical adn Drugs Ninth Edition. Merck & Co.,
Inc.
dapat dilakukan verifikasi untuk mengetahui hasil
yang lebih presisi. Pengukuran volume total Psaltaki, M., Papadimikratis, J., Christolis, M., dan
tumpahan minyak sebaiknya dihitung berdasarkan Markatos, N.C., 2004. Modelling Behaviour of an
volume tangki masing-masing kapal. Oil Spill Near Coastal Zones. Greece. Coastal
Environment V
DAFTAR PUSTAKA
Sabhan, Effendi, E., Hartanto, M. Tri, dan Purwandani, A.,
Ardi, M. Muhammad, 2017. Pemodelan Pergerakan 2010. Pemodelan Pola Sebaran pada Berbagai
Tumapahan Minyak pada Titik Rawan Jenis Minyak yang Berbeda di Pelabuhan Tanjung
Kecelakaan Pelayaran (Studi Kasus: Alur Priok. Semarang. Ilmu Kelautan 1:77-86
Pelayaran Barat Surabaya). Surabaya. Institut
Teknologi Sepuluh November Surabaya [Skripsi] Saepudin A., Rokhmatuloh, dan Handayani T., 2014.
Sebaran Tumpahan Minyak di Cilacap tahun
Ariani, F., Nedi, S., dan Siregar, I.Y., 2012. Analisis 2008. Depok. Universitas Indonesia [Skripsi]
Kandungan Minyak Pada Air dan Sedimen di
Perairan Sekitar Bungus Teluk Kabung Kota Salim, A., dan Sutanto E. Taufik, 2013. Model Pergerakan
Padang Sumatera Barat. Riau. Universitas Tumpahan Minyak di Perairan Selat Sunda
Sriwijaya [Skripsi] dengan GNOME Analysis. Jakarta. Al-Kauniyah
Jurnal Biologi 6(2):130-137
ASTM Committe, 1956. Manual on Industrial Water.
Samuels, W.B., Amstutz, D.E., Bahadur, R. and
Bappeda, 2013. Potensi dan Produk Unggulan Jawa Ziemniak, C., 2013. Development of a Global Oil
Timur. Spill Modeling System. United States of America.
Earth Science Research 2(2)
Buranapratheprat, A. and Tangjaitrong, S., 1995.
Hydrodinamic Model for Oil Spill Trajectory Sudarto, Patty, W., Tarumangkeng, A. Adrie. 2013.
Prediction. Thailand. The Second OMISAR Kondisi arus permukaan di perairan pantai:
Workshop on Ocean Mode pengamatan dengan metode Lagrangian. Manado.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap
DHI. 2017. DHI Oil Spill Model. Denmark. DHI 1(3): 98-102
Headquarter
Sulistyono, 2007. Dampak Tumpahan Minyak di Perairan
Choi, Y. Jin, Abe, A., Takahashi, K., 2010. Development
Laut pada Kegiatan Industrti Migas dan Metode
of Oil Spill Simulation System Based on the Penanggulangannya. Forum Teknologi 3(1):49-57
Global Ocean-Atmosphere Model. Kyoto. Kyoto
University Press, Gas Transfer at Water Tkalich, P., Huda, M.D. Kamrul, Gin, Y.H. Karina, 2003.
Surfaces:559 A Multiphase Oil Spill Model. Singapore.
Journal of Hydraulic Research 41(2):115–125
Farzingohar, M., Ibrahim, Z., Zelina, 2011. Oil Spill
Modelling of Diesel and Gasoline with GNOME http://ocdi.or.jp/tec_st/tec_pdf/tech_271_311.pdf#page=1
Around Rajaee Port of Bandar Abbas. Iran. 9 [akses 04/1/2018 pukul 10:00 WIB]
Iranian Journal of Fisheries Sciences 10(1): 35-
46 http:www.pertamina.com/industrialfuel/ [akses 25/9/2017
pukul 06:00 WIB]
GNOME, 2012. General NOAA Operational Modelling
Environtment (GNOME) Technical https://response.restoration.noaa.gov/oil-and-chemical-
Documentation. Seattle. Department of spills/oil-spills/oil types.html [akses 04/10/2017
Commerce NOAA pukul 05:00 WIB]