Anda di halaman 1dari 9

POLA SEBARAN TUMPAHAN MINYAK PADA MUSIM BARAT DI

PERAIRAN UTARA SURABAYA


Aldi Sofyan Hawari Sampurna*), Rudi Siap Bintoro*), Mahmiah*)
*)Jurusan Oseanografi, Universitas Hang Tuah Surabaya Keputih-Sukolilo, Surabaya
60111
e-mail: aldihawari1@gmail.com
ABSTRAK

Kota Surabaya memiliki pelabuhan yaitu Pelabuhan Tanjung Perak yang memiliki aktifitas padat.
Aktifitas kapal mempunyai dampak tumpahan minyak di Perairan Utara Surabaya. Tumpahan minyak
dapat diprediksi menggunakan model trajectory minyak dan untuk menganalisis proses pelapukan
minyak (oil weathering) yang mempengaruhi lama fate minyak di perairan menggunakan GNOME
(General NOAA Operational Modelling Environment). Jumlah kandungan minyak digunakan untuk
verifikasi model. Kajian dilakukan 14 Desember 2017 sebanyak 7 stasiun. Data angin dan arus berupa
arah dan kecepatan digunakan untuk movers model. Data jumlah kapal diolah menjadi estimasi
tumpahan minyak. Sampel air laut diesktrak untuk verifikasi model. Pola sebaran tumpahan minyak di
Perairan Utara Surabaya mempunyai arah dominan menuju kearah 92o dengan jarak tumpahan sejauh
3.5426 km pada titik 1 dan jarak tumpahan sejauh 4.6096 km pada titik 2. Proses pelapukan minyak
paling dominan pada titik 1 dan 2 adalah proses mengapung sebesar 53% dan 64 %. Akibatnya durasi
tumpahan minyak yang mencemari perairan pada titik 1 dan 2 berlangsung selama 18 jam dan 21 jam.
Hasil verifikasi lapangan diketahui hanya stasiun 6 dan 7 sesuai dengan model memiliki kandungan
minyak sebesar 0.41% dan 0.55% . Stasiun 1, 2, 3 dan 4 tidak sesuai dengan model karena stasiun 1
dan 2 tidak tercangkup dalam hasil model, stasiun 3 terdapat kandungan minyak sebesar 0.15% yang
kemungkinan berasal dari Sungai Kalimas bukan dari buangan kapal. Stasiun 4 berada di lintasan
minyak tidak ditemukan minyak karena kawasan lalu lintas pelayaran yang padat.
Kata Kunci: Pola sebaran minyak, Pencemaran minyak, Pelapukan minyak, Ekstraksi kloroform,
Trajectory GNOME, Perairan Utara Surabaya.

ABSTRACT

Surabaya city has a port named Tanjung Perak which has a busy activity. Vessel activity has the
impact of oil spill in North Waters of Surabaya. The oil spill can be predicted using an oil trajectory
model and to analyze the oil weathering process that affects the duration of oil fate in the waters using
GNOME (General NOAA Operational Modeling Environment). The amount of oil content is used for
model verification. The study was started in December 14, 2017 and have 7 stations. Direction and
speed of Wind and current data are used for model movers. The number of vessel data is processed into
an estimated oil spill. Seawater samples are extracted for model verification. The spreading pattern of
oil spill in Surabaya North Waters has dominant direction towards 92o with spillage distance as far as
3,5426 km at point 1 and spill distance as far as 4.6096 km at point 2. The most dominant oil weathering
process at point 1 and 2 is floating process equal to 53% and 64%. Consequently the duration of oil
spills polluting the waters at points 1 and 2 lasts for 18 hours and 21 hours. Field verification results
are known only for stations 6 and 7 according to the model having oil content of 0.41% and 0.55%.
Stations 1, 2, 3 and 4 are incompatible with the model because stations 1 and 2 are not covered by
model results, station 3 contains 0.15% oil content which may be from the Kalimas River not from the
ship's exhaust. Station 4 is on the oil track not found in oil due to heavy cruise traffic area.

Keywords: Oil spill spreading, Oil pollution, Oil weathering, Chloroform extraction, GNOME
Trajectory, Surabaya. North Waters

PENDAHULUAN merupakan pelabuhan utama yang digunakan untuk


kepentingan ekonomi dan pertahanan atau marine
1. Latar Belakang
establishment, sedangkan Kalimas digunakan
Kota Surabaya merupakan salah satu daerah
sebagai PELRA atau pelayaran rakyat, khususnya
pesisir di Indonesia yang mempunyai aktivitas
bongkar muat maupun transportasi kapal kecil
transportasi laut yang padat. Kondisi geografis Kota
menuju Pulau Madura menurut Bappeda (2013).
Surabaya berada di 7° 9’ sampai 7° 21’ LS dan 112°
Minyak di perairan menurut Sulistiyono (2007)
36’ sampai 112° 57’ BT yang terhalang oleh Pulau
dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain
Madura serta dilewati oleh muara Kalimas membuat
tumpahan minyak (oil spill), proses pengeboran
perairan Utara Surabaya sesuai dengan
minyak di lepas pantai, sludge oil pembersihan dan
pengembangan pelabuhan. Kota Surabaya memiliki
pencucian kapal-kapal di laut, buangan air ballast,
dua pelabuhan yaitu Pelabuhan Tanjung Perak
kebocoran kapal tanker pengangkut minyak dan gas
maupun Pelabuhan Kalimas. Tanjung Perak
bumi, tabrakan kapal di laut. Mukhstasor (2007)
dalam Krisdiyantoro (2012) menyatakan ketika  Volume tumpahan minyak yang berasal
minyak masuk ke lingkungan laut, maka minyak dari buangan kapal dibuat sama setiap
tersebut mengalami perubahan secara fisik dan kapal walaupun tangki kapal berbeda
kimia. Tumpahan minyak di lingkungan laut dapat dimensi.
dengan segera membentuk sebuah lapisan tipis di
permukaan. Hal ini dikarenakan minyak tersebut METODE
digerakkan oleh pergerakan angin, gelombang dan 1. Waktu dan Lokasi Penelitian
arus, selain gaya gravitasi dan tegangan permukaan. Waktu penelitian dimulai pada bulan
Tkalich, dkk (2003) mengatakan pergerakan dan Desember 2017 dengan lokasi kajian sekitar
nasib minyak di badan perairan ditentukan oleh Perairan Utara Surabaya pada Gambar 1 dengan
proses fisika, kimia, biologi bergantung pada sifat koordinat 7°11'21.12" sampai 7°11'47.04"S dan
minyak, hidrodinamika, kondisi lingkungan dan 112°42'57.6" sampai 112°44'6.40"T.
meteorologi. Pengambilan sampel dilakukan di tujuh stasiun
Salim dan Taufik (2013), memperkirakan dengan replikasi sebanyak tiga kali setiap
pergerakan tumpahan minyak di laut sangat sulit stasiunnya. Tabel 1 menjelaskan alasan
karena banyak proses kimiawi maupun fisik yang pengambilan sampel air laut pada masing-masing
terlibat. Sebuah pemodelan lintasan minyak stasiun yang berada di Perairan Utara Surabaya.
(trajectory) dibutuhkan untuk menganalisis prediksi
serta kemungkinan yang terjadi pada suatu simulasi
berdasar informasi yang ada. Software GNOME
(General NOAA Operational Modelling
Environment) digunakan untuk menganalisis
trajectory dari tumpahan minyak di perairan.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang hanya
meneliti daerah pelayaran Barat Surabaya, belum
ditemukan penelitian terkait dengan pola sebaran
tumpahan minyak di Perairan Utara Surabaya.
Sebaran tumpahan minyak dapat diprediksi dengan
menggunakan software GNOME menggunakan data
sekunder yaitu angin dan arus, lalu dengan meneliti
hasil sampel minyak pada air laut yang nantinya
digunakan sebagai verifikasi model trajectory. Hasil Gambar 1. Lokasi stasiun pengamatan di Perairan Utara
model yang telah diverifikasi sehingga diketahui Surabaya (Sumber: Google Earth Desember 2017)
sejauh mana sebaran minyak dan kandungannya di
Tabel 1. Lokasi pengambilan sampel
Perairan Utara Surabaya. Stasiun Koordinat Keterangan
7°11'54.96"S dan Dekat Dermaga
2. Perumusan Masalah 1
112°44'6.56"T Kalimas
 Berapa kandungan minyak yang 2
7°11'59.86"S dan Tempat kapal aktifitas
112°44'9.41"T bongkar muat
mencemari Perairan Utara Surabaya 7°11'46.44"S dan
5 Muara Kalimas
 Bagaimana pola sebaran minyak di 112°44'3.04"T
7°11'31.88"S dan
Perairan Utara Surabaya 4
112°43'31.04"T
Mewakili daerah laut
7°11'45.38"S dan Dekat Dermaga
3. Tujuan dan Manfaat 5
112°44.8'8.80"T Jamrud
 Menganalisis kandungan minyak yang 6
7°11'56.56"S dan Dekat Dermaga
112°43'13.37"T Nilam
mencemari Perairan Utara Surabaya 7°10'55.47"S dan
7 Mewakili daerah laut
 Menganalisis pola sebaran tumpahan 112°43'17.90"T
minyak menggunakan model trajectory 2. Diagram Alir
GNOME
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat berupa informasi mengenai
pencemaran minyak serta daerah mana saja yang
terkena dampak. Hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi dasar dalam perencanaan penganggulangan
pencemaran bagi instansi terkait
4. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi dengan beberapa subjek
yaitu:
 Kejadian pencemaran minyak yang
terjadi hanya di permukaan perairan.
 Data arus dan angin berupa data sekunder
3. Alat dan Bahan menginput data peta, movers baik angin dan arus,
Alat yang digunakan untuk uji kadar minyak serta data polutan. GNOME (2012) menawarkan dua
sebagai berikut: Botol pengambilan sampel 500 ml, solusi untuk skenario tumpahan minyak:
Icebox, beaker glass, gelas erlenmeyer, pipet tetes, 1. Best estimate atau perkiraan terbaik
gelas vial, corong pisah 500 ml, rotary evaporator berdasarkan prediksi lintasan
untuk penguapan, dan oven pengering. Perangkat 2. Minimum regret atau kesalahan terkecil
lunak yang digunakan untuk pembuatan simulasi diakibatkan adanya error dalam lintasan
sebaran tumpahan minyak menggunakan: GNOME, Movers dalam GNOME adalah satuan fisik
ArcMap 10.1, ODV 4.0, Microsoft Excel, yang menyebabkan pergerakan polutan minyak di
QuickTime Player. air yang diakibatkan oleh arus, angin, dan difusi.
Bahan yang digunakan sebagai berikut: Movers terbagi dalam dua kategori terdiri dari angin
Sampel air laut, Pelarut organik yang terdiri dari dan arus, Komponen kecepatan u dan v hasil
methanol (MeOH; Merck) dan kloroform perhitungan arus permukaan, angin, difusi, dan
(CHCl3;Merck) yang telah diekstraksi untuk penggerak lainnya untuk mendapatkan keseluruhan
mengurangi kontaminan yang terkandung dalam pergerakan ditambahkan bersama dalam time step
pelarut. Data sekunder berupa peta dasar atau base mengunakan skema Euler atau metode Runge-Kutta
map, data angin, data arus dan data jumlah kapal. orde pertama pada Persamaan 3. Penggerak diberi
titik (x, y, z, t) dan perpindahan (Δx, Δy, Δz) pada t.
4. Perhitungan data arus permukaan dan
angin 𝑢
∗ ∆𝑡
111,120.00024
Data arus dan angin yang didownload dari ∆𝑥 = ,
cos(𝑦)
http://gnome.orr.noaa.gov/goods menunjukan posisi 𝑣
berada pada 5.591° S sampai 9.713° S dan 111.12°T ∆𝑦 = ∗ ∆𝑡, and ∆𝑧 = 0 (3)
111,120.00024
sampai 116.48° T dengan data variabel kecepatan air Keterangan:
kecepatan u (Timur-Barat) dan v (Utara-Selatan). Δt = t - t1 waktu yang sudah dilewati diantara tiap
Hasil resultan dapat menentukan arah diperoleh bagiannya i;
dengan mencari sudut alpha terlebih dahulu y adalah lintang dari radian;111,120.00024 adalah
menggunakan Persamaan 1 yang nantinya jumlah meter per derajat garis lintang (asumsi 1'
menghasilkan pembagian kuadran arah seperti pada garis lintang = 1 mil laut);
Tabel 2. (Δx, Δy) adalah perpindahan secara horizontal bujur
(𝑢 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
𝑎 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛
(𝑣 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
(1) dan lintang secara 2-D, tetapi Δz danggap nol karena
pergerakan dalam GNOME tidak dapat mengukur
Tabel 2. Pembagian kuadran terhadap komponen u dan v diantara lapisan kedalaman atau perpindahan
Komponen Angin
Kuadran
u v
Arah vertikal.
1 + + 𝑎 7. Kandungan minyak dalam air
2 + - 360 - 𝑎
3 - - 180 + 𝑎
Sampel minyak yang sudah diambil
4 - + 180 - 𝑎 diidentifikasi menggunakan metode ekstraksi
kloroform berdasarkan ASTM (American Society
5. Perhitungan Estimasi Minyak Tumpah for Testing Materials): 1340. Sampel air laut 350 ml
Tumpahan dapat diasumsikan sebagai dipindah dari botol menuju corong pisah ukuran 500
tumpahan satu kali atau tumpahan secara kontinu, ml. Sampel pada corong pisah diekstraksi dengan
diibaratkan sebagai sumber titik atau garis yang 100 ml kloroform lalu di pisahkan sehingga
secara merata ditempatkan dalam grid pada peta terbentuk dua lapisan antara air laut dengan minyak
untuk tujuan prediksi arah tumpahan. Berdasarkan yang sudah bergabung dengan klorofom. Minyak
data kapal sandar, dapat diketahui jumlah volume dan kloroform yang sudah dipisahkan dimasukkan
minyak yang mencemari perairan. Volume minyak dalam rotary evaporator yang sudah di set
dapat dihitung dengan Persamaan 2 dengan temperatur 65o dengan kecepatan 22 rpm.
menghitung galat dari berat kapal. Tujuannya yaitu memisahkan kloroform yang
V = (𝑛𝐾 𝑥 𝐺𝑊𝑇) 𝑥 ∆𝑒 mempunyai titik didih 62.5o dengan minyak yang
(2) diduga terkandung dalam sampel. Minyak yang
Keterangan: terduga ialah gasoline yang mempunyai titik didih
V = Total volume minyak (barrel) 70o sampai 140o dan diesel dengan titik didih 320o
Nk = Jumlah kapal sandar (Merck, 1976). Hasil dari rotary evaporator
GWT = Gross weight tons kemudian ditaruh di oven dengan temperatur 70 o
∆𝑒 = Jumlah galat 0.5% (Clark, 1986 untuk menguapkan sisa-sisa air dan kloroform yang
dalam Krisdiyantoro, 2012) tertinggal selama 1x24 jam. Hasil dari oven diukur
beratnya (B ml) dan hasil dipindah pada vial glass
6. Model Trajectory GNOME yang sudah ditimbang kosong (A gram) untuk
Trajectories atau lintasan merupakan sebuah menghitung berat zat minyak berdasarkan
solusi dari hasil pemodelan GNOME ketika sudah Persamaan 3.
Kandungan minyak = ((B-A)/p)*100% Koordinat bujur 107.994 sampai 114.856 BT.
(3) Data angin diambil dimulai dari 14 sampai 28
Keterangan: A: Berat kosong vial glass (gram) Desember 2017. Kecepatan angin yang dirubah
B: Berat vial glass setelah menjadi titik panah yang dibagi dalam lima kelas
ekstraksi (gram) dengan interval 1.5144218 m/s seperti pada Gambar
C: Volume kloroform setelah 3.
ekstraksi (ml)
p: Berat jenis diesel sebesar
0.7100 ml/gr
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pola Arus Permukaan
Data arus permukaan diolah untuk mengetahui
arah dan kecepatan yang telah didownload dari
gnome.orr.noaa.gov/goods/currents/HYCOM/choo
se_file. Data arus berdasar koordinat lintang -3.932
sampai -9.217 LS. Koordinat bujur 107.994 sampai
114.856 BT. Data arus diambil selama 14 hari
dimulai dari 1 sampai 14 Desember 2017. Kecepatan
arus yang dirubah menjadi titik panah yang dibagi
dalam lima kelas dengan interval 0.16970 m/s Gambar 3. Pola pergerakan angin di Perairan Selat
seperti pada Gambar 2. Madura dan Laut Jawa

Kecepatan angin terendah pada gambar 3


ditujukan dengan warna oranye dengan kecepatan
3.5374 sampai 5.0517 m/s. Kecepatan 5.0518
sampai 6.6566 m/s ditujukan dengan warna merah.
Kecepatan 6.5667 sampai 8.0806 m/s ditujukan
dengan warna merah gelap. Arah angin yang berasal
dari Barat saat bertemu Pulau Madura sebagian
menuju Tenggara dengan dominasi warna oranye.
Angin yang menuju Utara Laut Jawa menunjukan
warna dominan merah sehingga lebih cepat daripada
yang menuju Tenggara Samudera Hindia.
3. Volume Estimasi Tumpahan Minyak
Kapal sandar dihitung berdasarkan data dari
Gambar 2. Pola sebaran arus permukaan di Perairan PT. Pelindo III untuk Bulan Desember 2017.
Selat Madura dan Laut Jawa Berdasarkan variabel Gross Tons (GT) pada
Kecepatan arus terendah dengan nilai 0.001 Persamaan 2 yang menyatakan polutan yang sering
sampai 0.1709 m/s ditujukan dengan warna abu-abu terjadi berasal dari pengoperasian tanker pada proses
yang terdapat pada wilayah Selat Madura. pembuangan air ballast dengan sisa minyak yang
Kecepatan 0.1710 sampai 0.3407 m/s ditujukan terdapat pada dinding tangki sekitar 0.1-0.5% dari
dengan warna biru yang terdapat di Selat Madura volume total tangki kapal.
dan sedikit di Laut Jawa. Kecepatan 0.3407 sampai Hasil perhitungan menggunakan Persamaan 2
0.5104 m/s ditujukan dengan warna hijau yang berupa estimasi tumpahan minyak yang berasal dari
terdapat di Laut Jawa. Kecepatan 0.5105 sampai Dermaga Kalimas mencapai 69 barrel, sedangkan
0.6802 m/s ditujukan dengan warna kuning yang tumpahan yang berasal dari Dermaga Nilam lebih
terdapat di Laut Jawa. Kecepatan 0.6803 sampai besar yaitu 457 barrel.
0.85 m/s ditujukan dengan warna merah yang 4. Hasil Model Tumpahan Minyak
terdapat di Laut Jawa. Model disimulasikan menggunakan software
Arah arus dominan menuju arah Tenggara, GNOME berdasarkan data awal berupa data polygon
dikarenakan pada bulan Desember berhembus angin dengan format BNA yang nantinya dimasukkan data
muson Barat yang berasal dari Asia. angin dan arus. Titik awal tumpahan berupa 2 titik
2. Pergerakan Angin yang disimbolkan bintang seperti pada Gambar 4
Data angin yang didapatkan dari website meliputi Perairan Utara Surabaya.
https://gnome.orr.noaa.gov/goods/currents/GFS/sub
set yang menyediakan data angin yaitu GFS berupa
12 titik stasiun. Data angin berdasar koordinat
lintang -3.932 sampai -9.217 LS.
Tabel 3. Tumpahan minyak di Dermaga Kalimas (Sumber: PT
Pelindo III, 2017)
Nama LOA GT Estimasi tumpahan
No.
Kapal (m) (tons) (barrel)
Asia
1 - 500 2,5
Sejahtera
2 Shintomaru 48.45 497 2,485
3 Sam I 53.85 612 3,06
4 Victory 06 - 500 2,5
Citra
5 nusantara 56.75 679 3,395
baru
6 Kenari XII 45.15 423 2,115
Tri Handal
7 51.06 786 3,93 Gambar 4. Titik awal tumpahan
23
8 DJO no. 3 52.7 684 3,42 Data simulasi dimulai tanggal 14 Desember
9 Nigata 55.4 646 3,23 sampai 28 Desember 2017 jam 00.00 WIB.
Permata Perhitungan time step sebesar 30 menit dengan
10 53.35 717 3,585
Indah menggunakan opsi prevent land jump sehingga hasil
11 Saporo 55.85 678 3,39 model nantinya hanya di laut tanpa masuk ke daerah
Surya daratan berupa polygon base map. Data arus yang
12 - 500 2,5
abadi 3 berasal dari BMKG termasuk data ketidakpastian
13 Sakata - 500 2,5 dibuat sebesar 10%. Data angin yang berasal dari
14 Snawa 43 402 2,01 GFS dimulai jam 00:00 WIB tanggal 14 Desember.
Mega
Durasi waktu simulasi selama 24 jam.
15 - 500 2,5 Ketidakpastian pada data angin dibuat skala
abadi 1
16
Asia
- 500 2,5
kecepatan 2 dengan total sudut tiap skala 0.4 radians.
pasifik Titik awal tumpahan berasal dari Muara Kalimas di
17 Pasadena 8 58.81 658 3,29 koordinat 7.21454 S dan 112.7302 T serta dari
Mitra Dermaga Nilam dengan koordinat 7.2155 S dan
18 - 500 2,5
anugrah 112.7178 T. Skenario model tumpahan dibuat
Cahaya
19 53.7 920 4,6 berupa minyak diesel. GNOME menyatakan best
senja
Mega guess minyak dilambangkan berwarna hitam,
20 48.3 555 2,775
abadi 1 sedangkan merah untuk minimum regret dan
Senja uncertainty. Tumpahan minyak dibuat durasi
21 46.75 515 2,575
persada
Kharisma interval per 1 jam. Windage dibuat 1 sampai 4%.
22 nusantara 59.71 900 4,5 Hasil model pada Gambar 5 setelah berjalan 1
77 jam menunjukan tumpahan bergerak dengan sudut
23 Bedjomaru 53.85 597 2,985 37o. Jarak best guess minyak titik 1 sepanjang
Total= 69 0.3658 km, sedangkan titik 2 jarak tumpahan
minyak mencapai 0.3426 km.
Tabel 4. Tumpahan minyak di Dermaga Nilam (Sumber: PT.
Pelindo III, 2017)
LOA GT Estimasi
No. Nama Kapal
(m) (tons) tumpahan (barrel)
TK Sejahtera
1 makmur 3 74 2729 13,645
2 Mariner 159 17980 89,9
3 MT Longhung 3 120 8242 41,21
4 Sari andalas 5 93 5203 26,015
5 Cakra 1 106 3922 19,61
6 Dia 82 2144 10,72
7 Shaura maru 64 1173 5,865
Gambar 5. Sebaran tumpahan minyak selama 1 jam
8 MV Boga indah 221 48065 240,325
Hasil model setelah berjalan 6 jam pada
9 Gigat 2015 76 2013 10,065
Gambar 6 menunjukan tumpahan bergerak dengan
Total= 457 sudut 90o arah Timur. Jarak best guess minyak titik
1 sepanjang 1.8049 km, sedangkan titik 2 jarak
tumpahan minyak mencapai 1.7785 km. Hasil model Berdasarkan hasil simulasi pada tanggal 14
setelah berjalan 12 jam menunjukan tumpahan pada Desember 2017 selama 24 jam dapat diketahui pola
titik 2 bergerak dengan sudut 90o arah Timur, sebaran tumpahan minyak dominan mengarah ke
sedangkan titik 1 bergerak dengan sudut 101o Timur Laut saat simulasi mencapai 1 sampai 6 jam,
menuju Tenggara. lalu saat jam 7 sampai 11 jam mengarah ke Timur.
Jam 12 sampai 24 sebaran mengarah ke Tenggara
sampai keluar batas model.
5. Oil Weathering
Hasil simulasi pola sebaran tumpahan minyak
pada GNOME selama 24 jam didapatkan kondisi
tumpahan minyak sebesar 69 barrel pada titik 1 di
Dermaga Kalimas dan 457 barrel pada titik 2 di
Dermaga Nilam.
Fate minyak di permukaan laut hasil simulasi
model pada titik 1 mengapung selama 14 jam setelah
terjadi tumpahan. Jumlah minyak yang mengapung
berkurang sedikit demi sedikit karena minyak
Gambar 6. Sebaran tumpahan minyak selama 6 jam mengalami proses pelapukan atau oil weathering
berupa evaporasi dan dispersi. Minyak mengapung
Gambar 7 menunjukan sebaran setelah 12 jam. setelah 14 jam berjumlah 52 barrel, setelah itu turun
Jarak best guess minyak titik 1 sepanjang 3.4216 drastis pada 2 jam berikutnya hanya menjadi 6.1
km, sedangkan titik 2 jarak tumpahan minyak barrel dan setelah 18 jam minyak sudah tidak
mencapai 3.5284 km. Tumpahan minyak dikedua mengapung dalam batas model.
titik bertemu setelah menyebar selama 12 jam. Minyak mulai menepi setelah 14 jam sebesar
1.5 barrel dan puncaknya jumlah total minyak yang
menepi mencapai 42.5 barrel setelah 17 jam.
Minyak berangsur-angsur mengalami evaporasi
dengan total 21.8 barrel selama 24 jam simulasi
yang telah tersaji pada Gambar 9. Fate minyak di
permukaan laut hasil simulasi model pada. titik 2
dengan total tumpahan 457 barrel mengapung
selama 16 jam setelah terjadi tumpahan. Jumlah
minyak yang mengapung berkurang sedikit demi
sedikit karena minyak mengalami proses pelapukan
atau oil weathering berupa evaporasi dan dispersi.
80

60
Gambar 7. Sebaran tumpahan minyak selama 12 jam 40

Hasil akhir model setelah 24 jam pada Gambar 20


8 menunjukan tumpahan mengarah ke Tenggara
0
dengan sudut 135o. Best guess minyak titik 1 dan 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
sudah menghilang dalam model, tersisa hanya titik
Mengapung Menepi
ketidakpastian yang sudah menepi menuju daratan.
menunjukan sebaran tumpahan setelah 24 jam. Evaporasi dan dispersi Off map

Gambar 9. Degradasi minyak diesel pada titik 1 selama


24 jam
Minyak mengapung setelah 16 jam berjumlah
272 barrel, setelah itu turun drastis setelah 20 jam
menjadi 17 barrel dan setelah 21 jam minyak sudah
tidak mengapung dalam simulasi. Minyak mulai
menepi saat 18 jam sebesar 52 barrel dan puncaknya
jumlah total minyak yang menepi mencapai 259
barrel setelah 20 jam. Tumpahan minyak berangsur-
angsur mengalami evaporasi dengan total 152 barrel
selama 24 jam simulasi yang telah tersaji pada
Gambar 10.

Gambar 8. Sebaran tumpahan minyak selama 24 jam


500
6. Hasil Ekstraksi Sampel Air Laut
Sampel air yang berasal dari 7 stasiun yang
400
berasal dari Perairan Utara Surabaya diuji kadar
300
minyak menggunakan metode ekstraksi. Yaitu
200 metode pemurnian dengan cara memisahkan fase
100 minyak dengan air menggunakan bantuan pelarut
0
organik berupa kloroform dan methanol. Pengujian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 sampel dilakukan dengan tiga kali replikasi setiap
Mengapung Menepi
stasiun, sehingga total pengujian sampel sebanyak 7
stasiun x 3 pengambilan= 21 kali. Hasil yang
Evaporasi dan dispersi Off map
diperoleh tersaji pada Tabel 5.
Gambar 10. Degradasi minyak diesel pada titik 2 selama Tabel 5. Hasil pengolahan sampel air di Perairan Utara
24 jam Surabaya menggunakan metode ekstraksi
Skenario model berupa minyak diesel Volume
Keterangan
mengalami empat jenis pelapukan minyak. Gambar Stasiun Replikasi
ekstraksi
11 menunjukan titik 1 mengalami pelapukan minyak Ada minyak Ada garam
C/ρ (ml)
(+) (-)
yaitu mengapung mendominasi sebesar 53%,
a 4,6056 -
evaporasi dan dispersi sebesar 19%, menepi ke 1 b 0,2525 +
daratan sebesar 22% dan off map atau keluar batas c 0,0538 -
model sebesar 6%. a 0,0092 -
2 b 0,0100 -
c 0,0032 -
a 0,0566 -
3 b 0,5154 +
6% Mengapung c 0,0511 -
19% a 0,0239 -
53% Menepi 4 b 0,0221 -
c 0,0199 -
22% a 0,0128 -
Evaporasi dan
5 b 0,1165 -
dispersi c 0,8823 -
Off map a 0,9559 +
6 b 0,0601 -
c 1,9165 +
Gambar 11. Dominasi pelapukan minyak di titik 1 a 0,0879 -
7 b 3,6746 +
Gambar 12 menunjukan titik 2 mengalami c 0,1908 +
pelapukan minyak yaitu mengapung mendominasi
sebesar 64%, evaporasi dan dispersi sebesar 20%, Stasiun 1 berada di depan Dermaga Kalimas
menepi ke daratan sebesar 13% dan off map atau memiliki kandungan minyak pada sampel replikasi
keluar batas model sebesar 3%. Titik 1 nilai nomer 2 dengan volume 0,2525 ml, sedangkan
mengapung lebih rendah dari titik 2 karena hanya 14 replikasi 1 dan 3 hanya mengandung garam. Stasiun
jam berbadning 18 jam. Evaporasi dan dispersi titik 2 bertempat di hilir Kalimas menghasilkan data
2 lebih besar karena mengapung lebih lama sehingga replikasi 1 sampai 3 hanya mengandung garam
kemungkinan terjadi evaporasi lebih besar. Titik 1 tanpa adanya kandungan minyak. Stasiun 3 tepat di
mempunyai nilai menepi lebih besar daripada titik 2 depan Pelabuhan Tanjung Perak memiliki
karena pada jam 14 sudah menuju daratan kandungan minyak pada sampel replikasi nomer 2
berbanding dengan titik 2 yang baru menepi di dengan volume 0,5154 ml, sedangkan replikasi 1
daratan setelah 18 jam. dan 3 hanya mengandung garam. Stasiun 4 berada di
perairan Utara Surabaya menghasilkan data
replikasi 1 sampai 3 hanya mengandung garam
tanpa adanya kandungan minyak. Stasiun 5 yang
Mengapung diambil di sisi Timur Muara Kalimas menghasilkan
3% data replikasi 1 sampai 3 hanya mengandung garam
20%
Menepi
tanpa adanya kandungan minyak. Stasiun 6 dekat
13% 64% terminal curah cair Dermaga Nilam memiliki
Evaporasi dan
dispersi
kandungan minyak pada sampel replikasi nomer 1
Off map sebesar 0,9559 ml dan nomer 3 sebesar 0,55 ml,
sedangkan replikasi 2 hanya mengandung garam.
Stasiun 7 yang berada di Selat Madura memiliki
kandungan minyak pada sampel replikasi nomer 2
Gambar 12. Dominasi pelapukan minyak di titik 2 yaitu 3,6746 ml dan nomer 3 sebesar 0,1908 ml
sedangkan replikasi 1 hanya mengandung garam.
Kadar minyak masing-masing stasiun menunjukan Tabel 6. Verifikasi model dengan hasil ekstraksi minyak
Stasiun 1 memiliki kadar minyak sebesar 0.07%. di Perairan Utara Surabaya
Stasiun 3 memiliki kadar minyak sebesar 0.15%. Hasil Hasil
Stasiun Keterangan
Stasiun 6 memiliki kadar minyak sebesar 0.41%. model Ekstraksi
Stasiun 7 memiliki kadar minyak sebesar 0.55% 1 - + tidak sesuai
yang terlihat pada Gambar 13. 2 - - tidak sesuai
3 - + tidak sesuai
0,6
4 + - tidak sesuai
Kadar minyak (%)

0,5
5 - - sesuai
0,4
6 + + sesuai
0,3
7 + + sesuai
0,2 Keterangan: (+): Terdapat minyak
0,1
(-) : Tidak terdapat minyak
0
1 2 3 4 5 6 7 Stasiun 3 hasil model tidak menunjukan
Stasiun Pengamatan terdapat minyak, tetapi hasil ekstraksi ditemukan.
Kemungkinan minyak berasal dari aliran Sungai
Kalimas, yang bukan berasal dari buangan kapal.
Gambar 13. Perbandingan kandungan minyak setiap
Stasiun 4 hasil model menunjukan adanya minyak,
stasiun
tetapi hasil ekstraksi tidak menunjukan kandungan
Berdasarkan hasil model yang dikaitkan minyak. Penyebabnya karena stasiun 4 menjadi
dengan hasil ekstraksi minyak pada jam ke enam, kawasan lalu lintas pelayaran, sehingga minyak
diketahui bahwa yang sesuai dengan hasil ekstraksi cenderung bergerak karena lalu lalang kapal yang
minyak yaitu stasiun 1 dan 6 sebagai titik tumpahan, lewat. Stasiun 1 dan 2 walaupun antara hasil model
serta stasiun 7 yang berada di titik ketidakpastian dengan hasil ekstraksi menunjukan hasil yang sama,
tumpahan minyak yang berasal dari Dermaga tetapi lokasi stasiun yang terletak di hilir Sungai
Nilam. Stasiun 3 hasil ekstraksi mengandung Kalimas sehingga hasil model yang berada di Utara
minyak tetapi hasil simulasi stasiun tersebut tidak Muara Sungai Kalimas dianggap tidak memiliki
dalam lintasan minyak. Stasiun 4 yang terdapat data. Karena hasil simulasi model yang tidak
dalam lintasan ketidakpastian minyak tetapi tidak menjangkau stasiun 1 dan 2, sehingga dianggap
memiliki kandungan minyak dari hasil ekstraksi tidak sesuai.
yang terlihat pada Gambar 14.
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Pola sebaran tumpahan minyak di Perairan
Utara Surabaya mempunyai arah dominan menuju
kearah 92o dengan jarak tumpahan sejauh 3.5426 km
pada titik 1 dan jarak tumpahan sejauh 4.6096 km
pada titik 2.
Proses pelapukan minyak (Oil weathering) di
perairan paling dominan pada titik 1 dan 2 adalah
proses mengapung sebesar 53% dan 64 %. Akibat
proses pelapukan, durasi fate minyak di perairan
pada stasiun 1 selama 18 jam, sedangkan titik 2
selama 21 jam.
Hasil verifikasi lapangan diketahui bahwa
Gambar 14. Verifikasi sebaran tumpahan minyak setiap hanya stasiun 6 dan 7 sesuai dengan hasil model
stasiun dengan hasil simulasi selama 6 jam memiliki kandungan minyak masing-masing
Hasil verifikasi pada Tabel 6 bahwa stasiun 6 sebesar 0.41% dan 0.55%. Stasiun 1, 2, 3 dan 4 tidak
dan 7 dinyatakan sesuai antara hasil model denga sesuai dengan hasil verifikasi karena stasiun 1 dan 2
hasil ekstraksi untuk titik yang mengandung tidak tercangkup dalam hasil model, stasiun 3
minyak. Stasiun 5 menunjukan hasil yang sesuai terdapat kandungan minyak sebesar 0.15% yang
karena titik tersebut tidak mengandung minyak. kemungkinan berasal dari Sungai Kalimas bukan
Stasiun 3 dan 4 menunjukan ketidaksesuaian antara dari buangan kapal. Stasiun 4 yang berada di
hasil model dengan hasil ekstraksi. lintasan minyak tidak ditemukan kandungan minyak
karena kawasan lalu lintas pelayaran yang padat.
2. Saran Mukhtasor, 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta.
Perlu adanya pengambilan data arus Balai Pustaka
permukaan dan angin secara insitu untuk Mumtaz, F. Muhammad, 2015.Potensi Energi Listrik
perbandingan data lapangan dengan data sekunder. Bangkitan Arus Laut di Selat Madura. Surabaya.
Pengambilan sampel air laut disesuaikan titik awal Universitas Hang Tuah [Skripsi]
tumpahan serta hasil akhir model untuk mencari
tempat terbaik atau best guess minyak. Hasil data Merck, 1967. The Merck Index an Encyclopedia of
lapangan dan data hasil simulasi GNOME nantinnya Chemical adn Drugs Ninth Edition. Merck & Co.,
Inc.
dapat dilakukan verifikasi untuk mengetahui hasil
yang lebih presisi. Pengukuran volume total Psaltaki, M., Papadimikratis, J., Christolis, M., dan
tumpahan minyak sebaiknya dihitung berdasarkan Markatos, N.C., 2004. Modelling Behaviour of an
volume tangki masing-masing kapal. Oil Spill Near Coastal Zones. Greece. Coastal
Environment V
DAFTAR PUSTAKA
Sabhan, Effendi, E., Hartanto, M. Tri, dan Purwandani, A.,
Ardi, M. Muhammad, 2017. Pemodelan Pergerakan 2010. Pemodelan Pola Sebaran pada Berbagai
Tumapahan Minyak pada Titik Rawan Jenis Minyak yang Berbeda di Pelabuhan Tanjung
Kecelakaan Pelayaran (Studi Kasus: Alur Priok. Semarang. Ilmu Kelautan 1:77-86
Pelayaran Barat Surabaya). Surabaya. Institut
Teknologi Sepuluh November Surabaya [Skripsi] Saepudin A., Rokhmatuloh, dan Handayani T., 2014.
Sebaran Tumpahan Minyak di Cilacap tahun
Ariani, F., Nedi, S., dan Siregar, I.Y., 2012. Analisis 2008. Depok. Universitas Indonesia [Skripsi]
Kandungan Minyak Pada Air dan Sedimen di
Perairan Sekitar Bungus Teluk Kabung Kota Salim, A., dan Sutanto E. Taufik, 2013. Model Pergerakan
Padang Sumatera Barat. Riau. Universitas Tumpahan Minyak di Perairan Selat Sunda
Sriwijaya [Skripsi] dengan GNOME Analysis. Jakarta. Al-Kauniyah
Jurnal Biologi 6(2):130-137
ASTM Committe, 1956. Manual on Industrial Water.
Samuels, W.B., Amstutz, D.E., Bahadur, R. and
Bappeda, 2013. Potensi dan Produk Unggulan Jawa Ziemniak, C., 2013. Development of a Global Oil
Timur. Spill Modeling System. United States of America.
Earth Science Research 2(2)
Buranapratheprat, A. and Tangjaitrong, S., 1995.
Hydrodinamic Model for Oil Spill Trajectory Sudarto, Patty, W., Tarumangkeng, A. Adrie. 2013.
Prediction. Thailand. The Second OMISAR Kondisi arus permukaan di perairan pantai:
Workshop on Ocean Mode pengamatan dengan metode Lagrangian. Manado.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap
DHI. 2017. DHI Oil Spill Model. Denmark. DHI 1(3): 98-102
Headquarter
Sulistyono, 2007. Dampak Tumpahan Minyak di Perairan
Choi, Y. Jin, Abe, A., Takahashi, K., 2010. Development
Laut pada Kegiatan Industrti Migas dan Metode
of Oil Spill Simulation System Based on the Penanggulangannya. Forum Teknologi 3(1):49-57
Global Ocean-Atmosphere Model. Kyoto. Kyoto
University Press, Gas Transfer at Water Tkalich, P., Huda, M.D. Kamrul, Gin, Y.H. Karina, 2003.
Surfaces:559 A Multiphase Oil Spill Model. Singapore.
Journal of Hydraulic Research 41(2):115–125
Farzingohar, M., Ibrahim, Z., Zelina, 2011. Oil Spill
Modelling of Diesel and Gasoline with GNOME http://ocdi.or.jp/tec_st/tec_pdf/tech_271_311.pdf#page=1
Around Rajaee Port of Bandar Abbas. Iran. 9 [akses 04/1/2018 pukul 10:00 WIB]
Iranian Journal of Fisheries Sciences 10(1): 35-
46 http:www.pertamina.com/industrialfuel/ [akses 25/9/2017
pukul 06:00 WIB]
GNOME, 2012. General NOAA Operational Modelling
Environtment (GNOME) Technical https://response.restoration.noaa.gov/oil-and-chemical-
Documentation. Seattle. Department of spills/oil-spills/oil types.html [akses 04/10/2017
Commerce NOAA pukul 05:00 WIB]

The International Tanker Owners Pollution Federation http://rpitt.eng.ua.edu/class/EffectsandFates/Module7/Mo


Limited (ITOPF), 2002. The Fate of Marine Oil dule7.html [akses 07/1/2018 pukul 16:00 WIB]
Spills. London. The Information Paper
https://www.scribd.com/document/339873703/Cara-
Krisdiantoro, 2012. Model Sebaran Tumpahan Minyak di Menghitung-Minyak-Di-Kapal-Tanker-Oleh-
Perairan Indramayu, Jawa Barat. Bogor. Institut Marine-Surveyor [akses 22/12/2017 pukul 09:00
Pertanian Bogor [Skripsi] WIB

Khaerunisa, S., 2013. Karateristik Hidrokarbon (Alifatik


dan Polisiklik Aromatik) pada Sedimen di
Perairan Manyar. Jawa Timur. Bogor. Institut
Pertanian Bogor [Skripsi]

Anda mungkin juga menyukai