Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2013) 1-6 1

Perencanaan Dermaga Kapal Tanker 100.000 DWT pada


Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) UP III PT.
Pertamina di Pulau Sambu, Batam
Yulia Islamia, Fuddoly, dan Herman Wahyudi
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: Fuddoly@ce.its.ac.id

Abstrak - Seiring berjalannya waktu, kebutuhan global akan rencana yang akan digunakan yaitu kapal tanker 100.000
minyak bumi kian meningkat. Untuk mengantisipasi kecenderungan DWT.
terjadinya krisis minyak di Indonesia, maka PT.Pertamina
berencana untuk meningkatkan security energi serta memberikan A. Rumusan Masalah
fleksibilitas kepada Pertamina untuk mencampur penyerapan minyak 1. Diperlukan perencanaan struktur dermaga yang mampu
mentah domestik dan minyak mentah impor, sehingga memungkinkan menahan kombinasi pembebanan yang bekerja pada
melakukan pembelian minyak mentah dengan berbagai jenis dengan
dermaga untuk kapal tanker 100.000 DWT
harga yang kompetitif. Dengan begitu Indonesia mampu menekan
biaya tinggi impor minyak mentah yang secara langsung. Rencana 2. Dibutuhkan perencanaan layout alat bongkar muat serta
tersebut juga didukung dengan perkembangan kapasitas kilang- spesifikasi alat bongkar muat yang efektif untuk dermaga
kilang minyak Pertamina di beberapa wilayah Indonesia, salah kapal tanker 100.000 DWT
satunya di proyek Hyper Terminal BBM di Pulau Sambu, Batam. 3. Dibutuhkan metode kerja yang tepat dalam pembangunan
Sehingga diperlukan fasilitas untuk mendukung rencana tersebut, dermaga untuk kapal tanker kapasitas 100.000 DWT di
yaitu dengan membangun dermaga minyak khusus untuk kapal tanker Pulau Sambu, Batam
100.000 DWT di pulau Sambu, Batam.
Tugas akhir ini bertujuan untuk merencanakan layout B. Tujuan
perairan dan layout daratan, perhitungan detail struktur, metode
pelaksanaan dan rencana anggaran biaya dermaga. Tipe struktur 1. Melakukan analisa lebih lanjut mengenai kondisi arus
dermaga yang direncanakan adalah jetty, yang dapat menampung dan gelombang pada perairan pulau Sambu yang cukup
kapal tanker 100.000 DWT. Dengan struktur dermaga berupa tinggi
unloading platform, trestle, mooring dolphin dan bresting dolphin, 2. Merencanakan layout alat bongkar muat serta spesifikasi
catwalk, dan abutmen pada trestle. Pembangunannya memakai alat bongkar muat yang efektif untuk dermaga kapal
metode pracetak dengan rencana anggaran biaya total sebesar Rp. tanker 100.000 DWT
575.570.947.452,00. 3. Merencanakan struktur dermaga yang mampu menahan
. kombinasi pembebanan yang bekerja pada dermaga
Kata kunci—Jetty, Kapal Tanker, Minyak, Pracetak, Pulau
untuk kapal tanker 100.000 DWT
Sambu.
4. Menyusun metode kerja yang tepat dalam pembangunan
dermaga untuk kapal tanker kapasitas 100.000 DWT di
I. PENDAHULUAN Pulau Sambu, Batam

P T.ERTAMINA berencana untuk merealisasikan proyek


investasi infrastruktur Hyper Terminal BBM sehingga
diperlukan sarana dan fasilitas dermaga untuk kapal tanker
C. Batasan Masalah
100.000 DWT di Terminal Untuk Kepentingan Sendiri 1. Data yang dipakai adalah data sekunder
(TUKS) UP III PT. Pertamina di Pulau Sambu, Batam. 2. Hanya merencanakan jaringan pipa dari dermaga/kapal
Pulau Sambu sendiri merupakan pulau yang terletak dekat ke arah daratan.
Batam, Kepulauan Riau dan memiliki luas hanya 1,5 km2. 3. Fasilitas dermaga seperti Marine Loading Arm, jib crane
Pulau ini merupakan salah satu pulau pemasok minyak bumi dan monitor tower tidak dibahas secara mendalam.
terbesar di Indonesia. Pulau Sambu ini dahulunya dinaungi 4. Tidak merencanakan breakwater apabila diperlukan
oleh PT.Shell yang kini berganti nama menjadi PT Pertamina dalam perencanaan ini.
(Persero). Karena lokasinya yang berada di dekat Singapura 5. Tidak meninjau aspek ekonomi.
menjadikan pulau Sambu sebagai pulau yang strategis dalam
pemasok minyak dari dalam maupun luar negeri.
Perencanaan dermaga tidak hanya mencakup perencanaan D. Lokasi Studi
fasilitas laut serta perencanaan struktur dermaga saja. Lokasi perencanaan dermaga tanker untuk kapal 100.000
Perencanaan dermaga juga harus mencakup perencanaan alat- DWT ini adalah di Pulau Sambu, Batam.
alat bongkar muat yang akan digunakan diantaranya Marine
loading arm, jib crane, dan gangway. Untuk perencanaan alat-
alat bongkar muat tersebut harus ditinjau terhadap kapal
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 2

Gambar 2 – Lokasi Studi


E. Lingkup Pekerjaan
Gambar 3 – Grafik Pasang Surut
1. Perencanaan layout perairan dan daratan. Layout perairan
2. Data Arus, didapat dari buku “Daftar Pasang Surut Tidal
meliputi anchorage area, alur masuk, turning basin,
Stream Tables Kepulauan Indonesia Peramalan Tahun
kolam dermaga, kedalaman perairan, dan elevasi
2013” yang dikeluarkan oleh Dinas Hidro-Oceanografi
demaga. Sedangkan layout daratan mencangkup trestle,
TNI AL dengan lokasi pengamatan di Selat Singapura
loading platform, mooring dolphin, dan breasting
yaitu pada lintang 01ᵒ 11’ 55” U (N) dan garis bujur 103ᵒ
dolphin.
54‘ 05” T (E) sehingga didapat diagram arus dengan
2. Perhitungan kebutuhan fender dan quick release hook
analisa arus dominan dari utara sebesar 23 knot. Namun
pada struktur dermaga.
lokasi ini erada di tengah selat dan sangat jauh dari lokasi
3. Merencanakan detail struktur dermaga seperti trestle,
studi sehingga tidak valid untuk dipakai.
loading platform, mooring dolphin breasting dolphin,
3. Data Angin, didapat dari Badan Meteorologi dan
catwalk dan abutmen.
Geofisika (BMG) Stasiun Maritim Perak, Surabaya,
4. Metode Pelaksanaan.
dengan lokasi pengamatan di perairan laut lepas pulau
5. Analisis anggaran biaya.
Sambu, Batam yaitu pada Latitude 1.161954 S dan
Longitude 103.892400 E. Didapat arah mata angin
dominan selama 5 tahun bergerak dari arah Timur
II. METODOLOGI
menggara (SEE/ESE) sebesar 9,14 % dan kecepatan
angin maksimal sebesar 10.25 knot.

Gambar 4 – Windrose
4. Panjang Fetch, diambil dari 3 arah penjuru yaitu arah
utara, barat laut dan barat. Dengan nilai fetch efektif
sebesar 12,32581 km. dengan perhitungan metode SMB
dan refraksi didapatkan nilai gelombang maksimal dari
arah barat laut sebesar 0,31 m.
5. Tinggi gelombang rencana, didapatkan data dari Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Maritim
Perak, Surabaya yang di ambil pada titik pengamatan
Latitude 1.161954 S dan Longitude 103.892400 E. dari
Gambar 2 – Metodologi Tugas Akhir data tersebut didapat tinggi gelombang maksimal sebesar
2,08 meter dengan periode 6,04 detik.
III. DATA DAN ANALISA
1. Data Pasang Surut, didapat dari “Daftar Pasang Surut
Tidal Stream Tables Kepulauan Indonesia Peramalan
Tahun 2011” yang dikeluarkan oleh Dinas Hidro-
Oceanografi TNI AL. Dengan analisa data sebagai
berikut:
a. HWS (High Water Spring) : 3,6 mLWS
Gambar 5 – Waverose
b. HWL (High Water Level) : 3.4 mLWS
c. MSL (Mean Sea Level) :1.797 mLWS
d. LWL (Low Water Level) : 0.2 mLWS
e. LWS (Low Water Spring) : 0.00 mLWS
f. Beda pasang surut :3.2 di atas mLWS
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 3

IV. KRITERIA DESAIN D = draft kapal = 14,8 m


1. Kualitas beton yang dipakai Mutu beton K 350, σ’bk = a = 1,025 t/m3
350 kg/cm2. Kualitas baja tulangan U32. 129.419,58
2. Spesifikasi kapal rencana: Cb 
a. Tipe Kapal : Crude oil carrier 240x40,1x14,8x1,025
b. Deadweight (DWT) : 100.000 ton
c. Displacement : 133,333 ton
Cb = 0,886
d. Length overall (LOA) : 280 m  x 14.8
e. Leght Between perps (Lpp): 240 m Maka, C m  1   1,65
2 x0,886x40,1
f. Beam/Width (B) : 40,1 m
g. Depth : 21,1 m - Koefisien eksentrisitas (Ce)
h. Draft (D) : 14,8 m 1
Ce 
3. Spesifikasi alat yang dipakai adalah Marine Loading Arm
12”, Jib Crane dengan lifting capacity 1500 kg dan 1 l  
r
2

Gangway tipe EGT-E4 dengan tinggi total 20 m dan Dengan :


berat total 27 ton.
l = 1/3 Loa = 1/3 x 280 = 93,34 m
V. PERENCANAAN LAYOUT r= jari-jari girasi, jari-jari perputaran kapal
dengan pusat c.g sampai titik tumbuk.
Untuk kebutuhan fasilitas perairan direncanakan
= (0.19Cb + 0.11) Lpp
menggunakan kriteria kapal rencana 100.000 DWT dan
50.000 DWT sebagai kapal terkecil. Fasilitas perairan yang = (0.19 x 0,886 + 0.11) 240
direncanakan adalah areal penjangkaran (anchorage area) = 66,8 m
meliputi areal keperluan keadaan darurat dan areal kapal - Ce = 1
menunggu; Alur masuk meliputi lebar, kedalaman nominal 1  (l / r ) 2 OCDI page 47
dan panjang alur; dan kolam dermaga meliputi panjang, lebar
dan kedalaman perairan dermaga. = 1
1  (93,34 / 66,44) 2
NO FASILITAS PERAIRAN KEBUTUHAN
A Areal Penjangkaran (Anchorage Area)
= 0,336
1 Areal Keperluan Keadaan Darurat 120 m - Koefisian bantalan (Cc)
2 Areal Kapal menunggu 192 m
B Alur Masuk (Entrance Channel)
Cc = 1.0 (Jetty Open Pier)
1 Lebar 420 m - Koefisian kehalusan (Cs)
2 Kedalaman Nominal 18 m
3 Panjang Alur 840 m Cs = 1.0 (asumsi tidak ada deformasi)
C Kolam Putar (Turning Basin) - Energi Fender
1 Diameter 560 m
2 Kedalaman 18 m
D Kolam Dermaga (Basin) Ef = [ton-m]
1 Panjang 350 m
2 Lebar 51 m
3 Kedalaman Dermaga 18 m = ton-m]
= 52,66 ton-m ≈ 526,6 kNm
c. Dengan menggunakan SF kapal tanker sebesar 1.25
VI. PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA sehingga
1. Perencanaan Fender. Sebelum merencanaakan fender Efakhir = SF x Ef = 1.25 x 526,6
diperlukan perhitungan energi fender yaitu: = 658,26 kN m
a. Kapal direncanakan merapat pada dermaga perairan d. Dipakai tipe fender SCN 1200 E1.1 dengan nilai Er =
bebas dengan menggunakan kapal pandu. Sehingga 668 kNm > 658,26 kNm dengan reaksi (Rr) = 1073 kN.
kecepatan kapal merapat adalah 0.12 m/s. e. Tegangan ijin kapal untuk tanker sebesar 250-350
b. Koefisien-koefisien Fender kN/m2. Dengan menggunakan rumus
- Koefisien massa hidrodinamis (Cm)
Cm= koefisien massa hidrodinamis. P
R  Pp
W H
D
Cm  1  Direncanakan ukuran frontal pad sebesar 2x 3 m.
2Cb B
Ws 2. Untuk bollard direncanakan menggunakan Quick Release
Cb  Hook. Untuk GT 133.333 ton didapatkan nilai kekuatan
L pp BD a
QRH sebesar 100.000 kN. Sehngga direncanakan tipe
DT (Ws) = 129.419,58 ton QRH 100.402 dengan cap 2000 KN.

Lpp = 240 m 3. Trestle


B = lebar kapal = 40,1 m
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 4

d. Dimensi balok MLA : 120 x 180 cm2


e. Selimut beton : 7 cm
f. Tebal pelat :35cm(tebal total)
g. Mutu beton : K-350
h. Mutu baja : U-32
i. Poer pancang tunggal
:160x160x100cm3
j. Tiang pancang : Steel pile 812,8 mm t =
12 mm
Kemiringan tiang :8:1
k. Elevasi Sea bed : -18 mLWS
Kedalaman tiang :13 m dari sea
Struktur Trestle Utama direncanakan beton bed
bertulang precast dengan spesifikasi: Elevasi dasar tiang pancang : -31 mLWS
a. Panjang trestle : 105,5 m 2. Struktur Mooring Dolphin direncanakan dengan
b. Lebar trestle terbesar : 31 m spesifikasi:
c. Lebar jalan trestle : 5.00 m
d. Lebar jalan pipa minyak : 8 m
e. Dimensi balok melintang : 60 x 90 cm2
f. Dimensi balok memanjang : 60 x 90 cm2
g. Poer pancang tunggal :160x160x100cm3
h. Tebal pelat :25cm(tebal total)
i. Mutu beton : K350
j. Mutu baja : U-32
k. Tiang pancang : Steel pile 812,8 mm t =
16 mm
Kemiringan tiang :8:1
l. Elevasi Sea bed : -18 mLWS
Kedalaman tiang : 5 m dari sea bed
Elevasi dasar tiang pancang: -23 mLWS

1. Struktur Unloading Platform direncanakan beton


bertulang precast dengan spesifikasi:

a. Dimensi struktur : 8 x 8 m2
b. Tebal poer : 150 cm
c. Mutu beton : K-350
d. Mutu baja : U-32
e. Tiang pancang : Steel pile 101,6 mm
t = 12 mm
Kemiringan tiang : 8 : 1
Jumlah tiang :9
f. Elevasi Sea bed : -18 mLWS
Kedalaman tiang : 9 m dari sea bed
Elevasi dasar tiang pancang : -27 mLWS
3. Struktur Breasting Dolphin direncanakan dengan
spesifikasi:

a. Dimensi struktur : 37,5 x 18 m2


b. Dimensi balok melintang : 60 x 90 cm2
c. Dimensi balok memanjang : 60 x 90 cm2
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 5

b. Direncanakan menggunakan tiang pancang


dengan:
Jumlah baris tiang :2
Jumlah kolom tiang : 12
Jumlah tiang pancang : 24
Jarak antar kolom tiang: 2,5 m
Jarak antar baris tiang : 1,7 m
Diameter tiang : 812,8 mm t = 12
mm
Kedalaman tiang : 7 m dari dasar abutmen

a. Dimensi struktur : 8 x 8 m2
b. Tebal poer : 150 cm
c. Mutu beton : K-350
d. Mutu baja : U-32
e. Tiang pancang : Steel pile 101,6 mm t VII. METODE PELAKSANAAN
= 12 mm
Metode peaksanaan pada struktur ini dibagi 3 tahap yaitu
Kemiringan tiang : 8 : 1
tahap prakonstruksi, tahap konstruksi dan tahap
Jumlah tiang :9 pascakonstruksi. Tahap konstuksi meliputi metode
f. Elevasi Sea bed : -18 mLWS pemancangan tiang pancang, metode pelaksanaan poer, balok
Kedalaman tiang : 14 m dari sea bed dan pelat.
Elevasi dasar tiang pancang : -32 mLWS
4. Struktur Catwalk direncanakan sebagai struktur
rangka Circular Hollow Section dengan VIII. RENCANA ANGGARAN BIAYA
spesifikasi: Harga material dan upah di dapat dari “ Daftar Harga
a. Bentang Struktur : 30 m dan 22 m Satuan Bahan dan Upah Kerja serta Harga Sewa Peralatan
b. Dimensi Balok utama : CHS 350 mm t =10 Kota Riau, Triwulan Pertama, Th. 2013. Adapun prosedurnya
mm meliputi:
c. Dimensi Rangka balok: CHS 219,075 t = 1. Penentuan harga material dan upah
12,7 mm 2. Analisis harga satuan
d. Tinggi Rangka : 2,0 m 3. Perhitungan volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya
Dengan perhitungan total RAB adalah pada tabel berikut:
e. Jarak antar balok melintang : 2.0 m
5. Perencanaan abutmen pada trestle direncanakan No
Uraian Jumlah Total
menggunakan pasir urug dengan spesifikasi .
Pekerjaan
1 Rp 87,600,000.00 Rp 87,600,000.00
sebagai berikut: Persiapan
Unloading
a. Tinggi Scouring :2m 2
Platform
Rp 64,556,466,237.36 Rp 64,556,466,237.36

b. Dimensi Abutmen: 3 Trestle Rp 95,840,904,800.29 Rp 95,840,904,800.29


Mooring
Tinggi :7m 4
Dolphin
Rp 68,565,308,288.33 Rp 274,261,233,153.32
Breasting
Lebar arah melintang :5m 5
Dolphin
Rp 41,378,607,228.44 Rp 82,757,214,456.87

Lebar arah memanjang : 32 m 6 Catwalk Rp 1,914,299,072.42 Rp 5,742,897,217.25


Jumlah Total Rp 523,246,315,865.09
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 6

PPn 10% Rp 52,324,631,586.51

Total + PPn Rp 575,570,947,451.59

Jumlah Akhir (dibulatkan) Rp 575,570,947,452.00

Terbil
ang: Lima Ratus Tujuh Puluh Lima Milyar Lima Ratus Tujuh Puluh Juta
Sembilan Ratus Empat Puluh Tujuh Ribu Empat ratus Lima Puluh Dua
Rupiah

IX. KESIMPULAN
Struktur jetty terdiri dari perencanaan trestle, unloading
platform, mooring dolphin, breasting dolphin, catwalk
dan abutmen pada trestle. Rencana anggaran biaya yang
diperlukan untuk pembangunan Dermaga Kapal Tanker
100.000 DWT pada Terminal Untuk Kepentingan
Sendiri (TUKS) UP III PT.Pertamina di pulau Sambu,
Batam adalah sebesar : Rp.575.570.947.452,00 (*)

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluargaku
tercinta, dean, bing, sila, citto, faiz, mb alien, nila, rani dan
rifci. Atas semangat dan dukungannya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] American institute of Steel Construction Inc. 2000. Load and


Resistance Factor Design Specification for Steel Hollow Structural
Sections. United State of America.
[2] Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Direktorat Jendral
Cipta Karya. 1971. Peraturan Beton Indonesia 1971. Yayasan Lembaa
Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung
[3] Jurnal Harga Satuan Bahan Bangunan Konstruksi dan Interior Edisi XII
Tahun 2013. Jakarta: Redaksi Pusat.
[4] Kramadibrata, Soedjono. 2002. Perencanaan Pelabuhan. Bandung:
Penerbit ITB.
[5] Precast and Prestressed Concrete Institute.PCI Design Handbook
Precast and Prestressed Concrete 6th Edition. United State of
America.
[6] Standar Nasional Indonesia.2002.SNI-03-1726-2002-Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung. Bandung
[7] Standar Nasional Indonesia.2002.SNI-03-2847-2002-Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Bandung
[8] Sutami. 1971. Konstruksi Beton Indonesia. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.
[9] The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan
(OCDI).2002. Technical Standards and Commentaries for Port and
Harbour Facilities in Japan. Japan: Daikousha Printing Co.,Ltd.
[10] Thoresen, Carl A. 2003. Port Designer’s Handbook:
Recommendations and Guidelines. British: Thomas Telford.
[11] Triatmodjo, Bambang. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta:Beta Offset.
[12] Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta:Beta Offset.
[13] Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam. Surabaya.
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS.
[14] Wangsadinata, Wiratman. 1971. Peraturan Beton Bertulang
Indonesia. Bandung: Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
[15] Wangsadinata, Wiratman. 1971. Perhitungan Lentur dengan Cara
“n” Disesuaikan kepada Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
[16] Widyastuti, Dyah Iriani. 2000. Diktat Pelabuhan. Surabaya. Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS.

Anda mungkin juga menyukai