Anda di halaman 1dari 25

PERENCANAAN JETTY CPO PRECAST DI PERAIRAN TANJUNG PAKIS LAMONGAN

Oleh :
Jeffwirlan Statourenda
3107 100 044
Abstrak
Indonesia merupakan salah satu Negara produsen CPO terbesar di dunia, sekitar 15 juta ton CPO
siap di distribusikan ke luar maupun dalam negri. Akan tetapi hal ini tidak didukung dengan fasilitas
yang ada, dimana total kapasitas pelabuhan di Indonesia hanya bisa menampung sekitar 8 juta ton.
Bahkan di Kalimantan yang notabene penghasil CPO terbesar belum memiliki dermaga internasional
untuk mengekspor CPO. Karena itu dibutuhkan dermaga yang bisa mengatasi kekurangan kapasitas
dermaga Indonesia. Perairan Tanjung Pakis Lamongan adalah tempat yang sangat strategis untuk
membangun dermaga CPO ini. Selain karena banyak lahan kosong, Tanjung Pakis juga berada di pantai
utara Jawa yang dekat dengan Kalimantan.
Tugas akhir ini bertujuan untuk mampu mengevaluasi jumlah kebutuhan dermaga, evaluasi layout
perairan serta daratan, perhitungan detail struktur serta metode pelaksanaan dan rencana anggaran
biaya dermaga.
Dari hasil analisis perhitungan didapatkan kebutuhan jumlah dermaga adalah sebanyak satu
buah dengan kapasitas maksimum 80000 DWT pada kedalaman -13.6 m LWS, kebutuhan dimensi
Dermaga sebesar 580 x 34 m2 yang pembangunannya menggunakan metode pracetak, Trestle 170 x 8 m2,
serta keseluruhan rencana anggaran biaya sebesar Rp.1.044.751.103.817,00.
Kata kunci : Perairan Tanjung Pakis, Jetty CPO, Layout, Pracetak, Rencana Anggaran Biaya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Semakin meningkatnya kebutuhan Pada 2009, total ekspor CPO Indonesia
distribusi akan barang di Indonesia, maka sedikitnya 15 juta ton. Namun, total kapasitas
dibutuhkan juga sebuah fasilitas penunjang pelabuhan hanya 8 juta ton ujar Fadil Hasan,
yang cukup memadai. Salah satu fasilitas Ketua Bidang Agroindustri Gabungan
penunjang yang utama adalah transportasi Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki).
melalui jalur laut, karena distribusi melalui Total kerugian Rp. 136 miliar per tahun itu
jalur laut dengan jumlah barang yang cukup dengan asumsi perhitungan demorage untuk
besar memiliki kelebihan tersendiri dari segi 39% volume ekspor yang terkendala yakni total
harga dibandingkan dengan transportasi jalur ekspor 10 juta ton, kapasitas pelabuhan 8 juta
darat maupun udara. Komponen-komponen ton, demorage per ton USD 3, nilai tukar Rp.
utama transportasi laut adalah laut, kapal, serta 9.200 per USD. Karena keterbatasan kapasitas
fasilitasnya. Indonesia yang merupakan sebuah dermaga-dermaga besar di Indonesia, maka
negara maritim, 2/3 dari seluruh wilayahnya dibutuhkan dermaga baru yang bisa menutupi
merupakan perairan, sehingga untuk kebutuhan kekurangan tersebut. Pendistribusian CPO ke
laut, Indonesia sangat memadai. Namun, untuk luar negri pastinya membutuhkan dermaga yang
kebutuhan kapal serta fasilitasnya di Indonesia bisa menampung kapal-kapal besar, padahal di
masih sangat minim.Indonesia juga merupakan Kalimantan Selatan dan Tengah yang notabene
agraris yang memiliki sumber daya alam salah satu penghasil CPO terbesar belum ada
melimpah. Salah satunya adalah tumbuhan dermaga internasional untuk ekspor. Karena
kelapa sawit yang menghasilkan minyak kelapa seharusnya setelah CPO dimuat ke kapal di
sawit atau CPO (Crude Palm Oil). Pengertian Kalimantan, kapal tersebut butuh dermaga besar
dari CPO sendiri adalah minyak kelapa sawit untuk membongkar muatannya. Lalu setelah
mentah, sehingga bahan ini bukan merupakan dibongkar, CPO masuk ke Silo untuk disimpan
bahan berbahaya dalam dermaga. Sebagian sembari menunggu kapal yang lebih besar tujuan
besar perkebunan kelapa sawit saat ini sedang Malaysia. Kemudian CPO diangkut oleh kapal
produktif, sehingga kebutuhan CPO di tersebut menuju dermaga Malaysia.
Indonesia semakin meningkat seiring Lokasi Kecamatan Tanjung Pakis ini
meningkatnya pertumbuhan penduduk. dipilih berdasar sebagai pertimbangan terutama
aksesibilitas terhadap pasar dan pusat produksi
1
serta masih banyaknya lahan kosong dan 1.3 TUJUAN
dinilai menjadi lokasi yang cukup strategis, 1. Mampu melakukan evaluasi layout
terletak di pantai utara Jawa sehingga dekat dermaga
dengan pulau Kalimantan yang merupakan 2. Mampu merencanakan detail struktur
penghasil CPO terbesar. Selain itu sistem jetty crude palm oil
manajemen di pelabuhan tersebut dinilai bagus, 3. Menentukan dan menyusun metode
karena menggunakan fasilitas umu kelas dunia. pelaksanaan yang efektif
Juga nantinya bisa menampung CPO yang 4. Melakukan perhitungan rencana
tadinya tidak bisa diekspor ke luar negri karena anggaran biaya (RAB) yang dibutuhkan
keterbatasan fasilitas pelabuhan di Indonesia.

1. 2 LOKASI 1.4 LINGKUP PEKERJAAN


Lokasi perencanaan tugas akhir ini berada 1. Evaluasi layout perairan dan dermaga
pada posisi 1122508.11 BT dan 2. Perhitungan kebutuhan fender dan
65242.16LS, atau berada pada Desa boulder
Kemantren, Kecamatan Paciran, Kabupaten 3. Perhitungan struktur dermaga
Lamongan, Propinsi Jawa Timur. Dapat dilihat 4. Perhitungan precast
pada gambar 1.1 dan 1.3, serta gambar layout 5. Metode pelaksanaan
dermaga pada gambar 1.3. 6. Analisis biaya

1.5 METODOLOGI

Metodologi untuk menyelesaikan


Lokasi LOKASI PROYEK
Tugas Akhir ini dapat dilihat pada
Studi
Gambar 1.3
Pendahuluan Mempelajari latar belakang

Mempelajari dasar teori, konsep, dan perumusan


Studi Literatur yang dipakai dalam perencanaan

1. Data Topografi dan bathymetri


2. Data Pasang Surut
3. Data Arus
Pengumpulan Data dan 4. Data Angin
analisa 5 .Data Tanah

Gambar 1.1 - Lokasi Studi 1. Evaluasi layout perairan

( Sumber :Peta Jawa Timur) Evaluasi Layout


2.Evaluasi layout dermaga

1. Peraturan yang digunakan


2.Kriteria kapal rencana
3.Kualitas bahan dan material
Kriteria Perencanaan
4.Pembebanan
Dermaga
5.Perhitungan fender dan boulder
Lokasi 1. Perencanaan layout pembalokan
Studi 2. Perhitungan beban
Perencanaan Struktur 3. Analisa Struktur
Dermaga & Trestle 4. Perencanaan penulangan
5.Perhitungan Precast
6.Perencanaan Pondasi
7. Detail gambar

Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pembangunan dermaga

1. Harga material dan upah


Perhitungan RAB 2. Volume pekerjaan
3. Analisa harga satuan
4. Rencana Anggaran Biaya

Gambar 1.2 Foto Satelit Desa Kemantren, Penutup


1.Kesimpulan perencanaan

Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, 2.Lampiran-lampiran

Propinsi Jawa Timur Gambar 1.3 - Diagram Alir Metodologi


( Sumber : Google Map, 3 Januari 2012 ) Penyusunan Tugas Akhir

2
BAB II
STUDI LITERATUR

Pada bab ini dijelaskan secara garis besar


teori teori yang akan digunakan dalam
pengerjaan tugas akhir ini.

BAB III
PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA
Gambar 3.2 - Potongan Melintang Dasar Laut,
3.1 DATA BATHYMETRI (a) Potongan A-A, (b) Potongan B-B
Peta Bathymetri menunjukkan kontur
3.2 DATA ARUS DAN PASANG SURUT
kedalaman dasar laut yang diukur dari posisi
0,00 LWS. Data Bathymetri dalam Tugas Akhir Arus yang terjadi sepanjang pantai
ini didapatkan dari Hasil Survey Sonding dalam umumnya berupa arus akibat perbedaan muka
rangka Pemetaan dari Perairan Tanjung Pakis air pasang surut antara satu lokasi dengan lokasi
Lamongan yang lain, sehingga perilaku arus dipengaruhi
pola pasang surut. Dalam Tugas Akhir ini data
Hasil Analisa Data Bathymetri
arus hanya dipergunakan untuk kebutuhan
Dari data dapat terlihat kondisi kedalaman perencanaan gaya horizontalnya saja.
perairan Tanjung Pakis Lamongan rata-rata - Pasang surut pada prinsipnya terjadi
13.6 mLWS pada sisi utara dan selatan dermaga karena pengaruh posisi bumi terhadap bulan dan
yang direncanakan. Sedangkan untuk posisi matahari, sedang pengaruh bintang dan planet
perencanaan trestel bervariasi mulai dari -9.5 lain relatif lebh kecil. Data pasang surut
mLWS sampai 13.6 mLWS. Peta bathymetri dipergunakan untuk melengkapi kebutuhan
dapat dilihat pada gambar 3.1. penggambaran peta bathymetri (peta kontur
Setelah dilihat gambar potongan kedalaman laut), dan mengetahui posisi muka
melintang pantai (gambar 3.2) dapat air laut absolut terendah, dan pola pasang
disimpulkan daerah perairan Tanjung Pakis surutnya.
cukup landai, sehingga dibutuhkan jarak cukup Adapun penyajian data arus dapat
jauh dari pantai agar bisa mendapatkan dilihat pada gambar 3.3 dan 3.4 di bawah
kedalaman kapal rencana, sehingga dermaga ini.
jetty sesuai untuk kondisi pantai ini.

Gambar 3.3 Data Arus saat Neap Tide

Gambar 3.1 - Peta Bathymetri di kawasan


Tanjung Pakis Lamongan
Gambar 3.4 Data Arus saat Spring Tide

3
Hasil Analisa Data Arus dan Pasang Surut
Dari data arus dapat disimpulkan:
Pada kondisi neap tide arah arus secara
umum menunjukkan arah dominan barat
laut dengan kecepatan arus pasang surut
maksimum 0.08 m/dt.
Pada kondisi spring tide arah arus secara
umum menunjukkan arah dominan barat
laut dengan kecepatan arus pasang surut
maksimum 0.12 m/dt.
Dari analisis data di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa arah arus tidak
mengganggu navigasi kapal karena Gambar 3.6 Wind Rose di Perairan Tanjung
kecepatannya masih di bawah kecepatan ijin Pakis
3 knot (1.5 m/dt) dan tidak terjadi cross (Sumber: BMG Tanjung Perak 2004)
current. Dari analisis data didapatkan angin
Dari hasil pengamatan pasang surut dominan ke arah Timur dengan kecepatan angin
(gambar 3.5) didapatkan : yang berhembus sebesar 4-6 knots atau 2.5 m/s,
namun ada juga yang mencapai > 17 knot (8.75
Beda pasang surut sebesar 2.2 m diatas
m/dt) namun intensitas terjadinya tidak terlalu
mLWS
sering.
Elevasi HWS pada + 2.20 mLWS
Elevasi MSL pada +1.10 mLWS
3.4 DATA GELOMBANG
Elevasi LWS pada 0.00 mLWS
Gelombang merupakan salah satu faktor
penting dalam perencanaan pelabuhan. Perairan
Desa Kemantren, Kecamatan Pairan, Kabupaten
Lamongan terletak di Pantai Utara pulau Jawa
yang tidak berbatasan langsung dengan samudra
seharusnya ketinggian gelombang relative kecil.
Namun berdasarkan informasi yang ada,
gelombang yang terjadi cukup besar yaitu pada
bulan Desmber sampai Maret sedangkan pada
bulan Mei sampai Oktober tinggi gelombang
relative kecil.

Gambar 3.5 Peta Grafik Pasang Surut Analisis Data:


Berdasarkan data sekunder perhitungan
3.3 DATA ANGIN tinggi gelombang yang diperoleh (tabel 3.2)
dapat disimpulkan bahwa tinggi gelombang
Angin adalah gerakan udara dari daerah maksimum dapat mencapai 2.5 m arah Barat
dengan tekanan udara tinggi ke daerah dengan Laut namun dengan frekuensi kejadian yang
tekanan udara rendah. Perbedaan tekanan ini relative kecil (0.13%). Sedangkan untuk tinggi
pada umumnya disebabkan oleh perbedaan gelombang yang frekuensinya lebih lebih besar
temperatur. Dalam tugas akhir ini data angin (3.42%) adalah setinggi 0.6m arah utara.
hanya dibutuhkan untuk perencanaan beban Dengan tinggi gelombang 0.6 m maka
horizontal saja. perairan belum aman untuk keperluan
Hasil Analisa Data Angin bongkar kapal karena melebihi batas ijin
gelombang untuk bongkar muat (0.5m),
Data angin yang mewakili daerah akan tetapi di dekat lokasi perencanaan
Tanjung Pakis adalah dari data angin BMG dermaga untuk Tugas Akhir ini sudah
Tanjung Perak. Data angin diperoleh diperoleh terpasang Breakwater sehingga sangat
dari Stasiun BMKG Tanjung Perak (gambar 3.6) mungkin aman untuk keperluan bongkar
kapal.

4
BAB IV
EVALUASI LAYOUT
Tabel 3.3 Frekuensi kejadian gelombang

Arah Hso (m)


Frekuensi Kejadian 4.1 Umum
(%) Hari/Tahun
4.2 Evaluasi Kebutuhan Dermaga
0.90 1.71 6.24
1.20 1.29 4.71
Perhitungan jumlah dermaga tergantung
BL 1.50 1.08 3.94 pada kapasitas satu dermaga dan tingkat
2.00 0.54 1.97 penggunaan dermaga tersebut. Metode yang
2.50 0.13 0.47 digunakan untuk menghitung jumlah dermaga
0.60 3.42 12.48 adalah metode sederhana yaitu :
0.90 1.42 5.18
U 1.20 0.63 2.30 TotalVolum eB / M
n
1.50 0.38 1.39 BOR KapasitasB / M
2.00 0.08 0.29
0.20 2.25 8.21 Berdasarkan statistika studi kelayakan
0.40 1.00 3.65 rencana pelabuhan CPO di Lamongan,
TL 0.60 0.54 1.97
1.00 0.38 1.39
kebutuhan CPO adalah sebesar 1.500.000
1.40 0.33 1.20 ton/tahun dan selama setahun diperhitungkan
350 hari kerja dengan 20 jam kerja dalam satu
(Sumber: hasil survey gelombang tanjung pakis
Sumber : Hasil Perhitungan
hari dan menggunakan koefisien reduksi yang
lamongan)
dipakai adalah 0,7 dengan kapasitas pompa CPO
sebesar 400 ton/jam.
3.5 DATA TANAH Berth Occupancy Ratio (BOR) adalah
Survey data tanah bertujuan untuk indikator tingkat penggunaaan dermaga
merencanakan struktur bagian bawah sistem dibanding keberadaannya dalam suatu periode
jetty. Kedudukan titik bor dan keadaan umum tertentu biasanya setahun. Pada studi ini
tanah di lokasi dapat dilihat pada tabel 3.4. menggunakan BOR dari UNCTAD, yaitu seperti
Tabel 3.4 Koordinat Letak Bor Tabel 4.1 dibawah ini.
Titik BS1 Titik BL1
Tabel 4.1- Nilai BOR menurut
X 656300 X 654700 jumlah dermaga
Y 9241280 Y 9240750 Jumlah dermga BOR (%)
Z -8 Z 0 1 40
Kedalaman Deskripsi Kedalaman Deskripsi 2 50
0-19.5 Lanau Kelempungan 0-2.5 Lanau Lempung 3 55
19.5-27 Lanau Berpasir + lanau + lempung 2.5-6.0 Batu Kapur
4 60
27-33 Kerikil 6.0-36 Pasir + Batu Kapur
5 65
33-60 Batu Kapur 36-60 Batu Kapur + Pasir
6 70
(Sumber: hasil survey tanah tanjung pakis Sumber: UNCTAD, 1994
lamongan)
Analisis
Analisis Data: Data:
Data tanah yang dipergunakan berasal Total volume B/M =1500000 ton/tahun
dari pekerjaan soil investigasi di perairan Kapasitas pompa = 400 ton/jam
Tanjung Pakis Lamongan. Data tanah yang jumlah jam = 20 jam/hari
disajikan penulis hanya terbatas pada zona jumlah hari = 350 hr/th
rencana dermaga saja. Data tanah berupa hasil faktor reduksi = 0,7
boring pada titik bor BS3 dan BL1 di laut Perhitungan:
hingga kedalaman -60 m dari sea bed (letak Perhitungan dilakukan dengan iterasi
titik bor dapat dilihat pada tabel gambar 3.8 coba-coba dengan menentukan nilai BOR
serta statigrafi pada gambar 3.9). terlebih dahulu.
Kondisi tanah berdasarkan hasil Iterasi pertama dicoba BOR 50%
pengeboran menunjukkan bahwa wilayah dengan jumlah dermaga 1 buah dan
Tanjung Pakis didominasi oleh lapisan batu menghasilkan n:
kapur dengan nilai SPT sekitar 80 di kedalaman
1500000ton / th
-30m ke bawah serta ketebalan lapisan lanau n 1,5 2buah
mencapai 20 m di bawah seabed dan di bawah 50% 400ton / jam 20 jam / hari 350hari / th 0.7
lapisan lanau tersebut adalah tanah karang.

5
Karena asumsi awal tidak sama dengan D = 1.1 Draft
hasil taksiran awal (nawal= 2 dan nakhir = 2), maka D = 1.1 x 14.9m
dipakai n = 2 buah. D = 16.39 16.5 m > -13.6 mLWS

4.3 Evaluasi Lay Out Perairan Karena kedalaman perairan eksisting


hanya -13.6 mLWS, maka diperlukan
Kebutuhan areal penjangkaran penambahan kedalaman sedalam 2.9 m untuk
(anchorage area) mencapai kedalaman -16.5 mLWS. Penambahan
Untuk area penjangkaran diasumsikan kedalaman dilakukan dengan melakukan
berada pada kondisi baik, sehingga pengerukan yang akan dibahas pada bab
Luas = LOA + 6d = 255 + 6 x 14,9 tersendiri.
= 344,4 m ~ 350 m 4.4 Evaluasi Lay Out Dermaga

Kebutuhan lebar alur (entrance channel) 4.4.1 Panjang dermaga


Di asumsikan kapal sering berpapasan Panjang demaga ini dievaluasi dengan
sehingga: rumus berikut:
Lebar = 2 LOA = 2 x 255 Lp = n.Loa + (n-1) 15 + 50
= 510 m = 2x255 + 15 + 50
= 575 m 580 m
Kebutuhan panjang alur (stopping 4.4.2 Lebar dermaga
distance) Lebar dermaga ini dievaluasi dengan
Kapal dengan kecepatan 5 knot, ketentuan-ketentuan berkut:
sehingga: Lebar Tepi Dermaga =2m
Panjang alur = 1 LOA = 1 x 255 Jari-jari perputaran truk = 20 m
= 255 m ~ 300 m Parkir kendaraan = 10 m
Maka kebutuhan lebar dermaga =
Kebutuhan kolam putar (Turning basin) 2+20+10+2 = 34 m
Direncanakan kapal bermanuver dengan 4.4.3 Elevasi permukaan dermaga
dipandu, maka: Elevasi dermaga dihitung pada saat air
Kolam = 2 LOA = 2 x 255 = 510 m pasang dengan perumusan:
El = beda pasang surut + (0.5m 1.5 m)
Kebutuhan panjang kolam dermaga Dimana:
Panjang kolam = 1.25 LOA Beda pasang surut = 2.2 m (berdasarkan
= 1.25 x 255 = 318,7 m ~ 350 m pencatatan pasang surut di perairan Tanjung
Pakis Lamongan), maka Elevasi yang
Kebutuhan lebar kolam dermaga dibutuhkan = 2.2 + 1.5 = 3.7 m (gambar
Dermaga adalah dermaga bebas, 4.2).
sehingga:
Lebar kolam = 1.25 B =1.25 x 38,3
el.dermaga +3.7 mlws
= 47.8 m ~ 50 m
Kedalaman perairan
1.5 m

Kondisi perairan di wilayah Tanjung


Pakis Lamongan dengan kedalaman -
13.6 mLWS. Sesuai dengan data kapal
rencana, dermaga CPO direncanakan beda pasang-surut
2.20 m
melayani kapal dengan draft -14.9
mLWS. Menurut Technical Standards +0.00 mlws
for Port and Harbour Facilities in Japan
kedalaman minimum untuk perairan
tenang adalah 1.1 draft kapal rencana. Gambar 4.2 Elevasi Dermaga
Jadi kedalaman minimum yang
diperlukan adalah: Ternyata setelah lay out dermaga yang
sudah ada ditinjau ulang, terjadi sedikit
kekurangan pada kedalaman perairan, karena
kedalaman yang dibutuhkan kapal rencana (-

6
16.5 mLWS) lebih besar daripada kedalaman 4 Konstruksi Beton Indonesia (1971)
perairan yang ada (-13.6 mLWS). Untuk gambar Digunakan dalam perencanaan tulangan
hasil evaluasi daratan dan perairan dapat dilihat yaitu untuk perhitungan momen akibat
pada gambar 4.3 dan 4.4 beban terpusat.
5 PCI (Prestressed and Precast Concrete
Institute)
Digunakan untuk perencanaan pelat precast
yaitu perhitungan momen pada saat
pengangkatan..
6 Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan,
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat
Jenderal Binamarga, BMS 1992
Digunakan dalam penentuan mutu beton
untuk struktur dermaga.
7 SNI 03 - 1726 2002 - Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung (1983)
Digunakan dalam perhitungan gaya gempa
dengan metode dinamis.
Gambar 4.3 - Evaluasi Layout Perairan
5.2 KAPAL RENCANA
Dalam perencanaan ini sudah ditentukan
bahwa kapal yang akan berlabuh berukuran
80.000 DWT. Berikut ini adalah dimensi dari
kapal yang dipakai untuk perencanaan :
DWT :80.000
:255 m
Draft :-14.9 m
Height :19.5(kapal aframax)
Width :38.3 m(kapal aframax)

5.3 KUALITAS MATERIAL


1. Mutu Beton
Gambar 4.4 -Evaluasi Layout Daratan dan Rute Digunakan beton dengan fc = 35 Mpa
Truk Tangki untuk komponen struktural. Berikut ini data
mutu beton berdasarkan PBI 1971:
BAB V bk = kekuatan beton karakteristik 350
KRITERIA PERENCANAAN DERMAGA kg/cm2
b = Tegangan tekan beton akibat
5.1. PERATURAN lentur tanpa dan / atau dengan
gaya normal tekan
1 Technical Standard Port and Harbour = 0,33bk (Tabel 10.4.2)
Facilities in Japan (1991) = 0,33 x 350 = 115,5 kg/cm2
Digunakan untuk merencanakan bollard / Eb = Modulus tekan beton untuk
boulder dan menghitung energi pada fender. pembebanan tetap
2 Standard Design Criteria for Ports in
Indonesia (1984) = 6400 bk' (Tabel 11.1.1)
Digunakan untuk menentukan kecepatan = 6400 350 = 1,2 x 105 kg/cm2
kapal saat merapat di dermaga.
3 Peraturan Beton Indonesia (1971) 2. Mutu Baja
Digunakan dalam perencanaan tulangan Baja tulangan yang digunakan dalam
dengan memakai Perhitungan Lentur Cara perencanaan ini adalah baja tulangan U-32.
n ( Ir. Wiratman W. ) Berikut ini data mutu baja berdasarkan PBI
1971:

7
au = Tegangan leleh karakteristik Dimana :
= 3200 kg/ cm2 Cm = koefisien massa hidrodinamis = 1,81
Ea = 2,1 x kg/ Ws = Displacement Tonage
= Tegangan tarik/tekan baja yang = log (DT) 0.332 0.956 log (DWT)
diijinkan(Tabel 10.4.1) = 104.557 ton
=1850 kg/ Ce = koefisien eccentricity = 0,5
CC = Cushion Coeficient =1(type open pier)
*au = Tegangan Tarik/tekan yang
CS = Softness Coefficient (koefisien
diijinkan (Tabel 10.4.3)
kehalusan) = 1
= 2780 kg/cm2
g = gravitasi (m/s2) = 9,8 m/s2
Diameter Tulangan = 16 mm ( untuk pelat )
V = kecepatan kapal waktu merapat ( m/s)
= 32 mm (untuk balok )
= 0,11 m/s (kondisi perairannya
tergolong tenang dan terlindung).
5.4 PEMBEBANAN
Ef =
Perhitungan beban dihitung dari beban Ef = 59,58 ton-m
yang bekerja pada dermaga yaitu :
Pemilihan Tipe Fender
5.4.1 Beban Vertikal
Dengan Ef maks = 59,58 ton-m, maka
5.4.1.1 Beban Berat Sendiri Konstruksi direncanakan untuk menggunakan sistem fender
(beban merata) tunggal dari Fender Karet SCN 1100-E1.9
Berat jenis () beton bertulang diambil sebesar dengan data-data sebagai berikut :
2,9 t/m3 (sumber : Technical Standard for Port Energi = 62,2 ton-m (> Ef = 59,6 ton-m)
and Harbour in Japan). Reaksi = 109,1 Ton (gaya horizontal)
5.4.1.2 Beban Hidup Merata Diameter = 1,76 m
Beban merata akibat Tipe Baut = M36 270mm (8 buah)
muatan (beban pangkalan) =5 t/m2
Beban air hujan (5 cm) = 0,05 t/m2 2. Beban Tarikan Kapal
Total beban hidup merata = 5,05 t/m2
Beban tarikan kapal disebabkan oleh gaya tarik
5.4.1.3 Beban Terpusat
kapal karena bobot kapal atau karena angin dan
arus. Gaya yang terbesar akan diambil sebagai
gaya horizontal dermaga dan juga digunakan
dalam perencanaan boulder. Berikut ini adalah
perhitungan gaya tarikan kapal
Gaya tarik kapal dari tabel
Berdasarkan Tabel 5.1, untuk kapal terbesar
yang merapat di dermaga CPO Tanjung Pakis
dengan ukuran 80.000 GRT, besarnya gaya tarik
boulder (Pa) = 200 ton.

Gambar 5.2 -Konfigurasi Roda dan


Beban Roda Truk Tanki

5.4.2 Beban Horizontal


1. Beban Tumbukan Kapal
Beban tumbukan pada struktur akan berupa
energi kinetik yang diabsorbsi oleh fender dan
ditransfer menjadi gaya horizontal yang harus
mampu ditahan oleh bangunan dermaga. Berikut
ini adalah energi kinetik yang terjadi pada saat
kapal merapat : Agar diperoleh gaya-gaya dalam kondisi kritis
1 maka diambil sudut yang terjadi untuk dan
Ef Cm .Ce .CC .C S . .W .V 2 / g ton m sebesar 450.
2
= 141,42 t
8
Gaya tarik akibat arus :
2
5.5 KOMBINASI PEMBEBANAN
C AC VC
PC C C Berikut ini kombinasi pembebanan
2g
dermaga.
Di mana :
C = berat jenis air laut (=1,025 t/m3) 1. DL + LL
AC = luasan melintang kapal di bawah 2. DL + LL + Fender
permukaan air, karena arus 3. DL + LL + Boulder
cenderung sejajar sumbu kapal. 4. DL + Truck
= lebar x draft= 38,3 x 14,9 5. DL + 0,5 LL + Fx + 0,3 Fy
= 570,67 m2 6. DL + 0.5 LL + Fy + 0,3 Fx
VC = kecepatan arus dalam arah tegak Dimana :
lurus kapal (m/dt) DL = beban mati/berat sendiri struktur
= 0,12 m/s x sin 450 = 0,084 m/s LL = beban hidup merata
CC = koefisien arus Fx = beban gempa arah x
= 0,6 (untuk arus yang sejajar sumbu Fy = beban gempa arah y
kapal, diambil paling maksimum)
g = gravitasi (m/s2) = 9,8 m/s2
maka besarnya gaya tarik akibat arus = 12,1 t 5.6 PERENCANAAN FENDER DAN
BOULDER
Gaya tarik akibat angin :
5.6.1 Perencanaan Fender
V 2
P C
W W
A
W
sin B cos
W
1600
W
Digunakan sistem fender tunggal dari
Fender Karet SCN 1100-E1.9 dengan data-data
dari fender tersebut adalah sebagai berikut :
Dimana : Energi = 62,2 ton-m (> Ef = 59,58 ton-m)
CW = Koefisien tekanan angin Reaksi = 109,1 ton (sebagai gaya horizontal)
Cw = 0,8 (angin dari belakang) Diameter = 1,76 m
AW = Luasan proyeksi arah memanjang, di
Tipe Baut = M36 270mm (8 buah)
atas air = panjang kapal x (depth draft)
Lihat Gambar 5.7
= 1173 m2
BW = Luasan proyeksi arah muka (m2)
= draft x lebar kapal = 176,18 m2
= Sudut arah datangnya angin terhadap
centerline = 00 (angin dari arah timur)
VW = Kecepatan angin
= diambil 6 knot = 3,08 m/s
maka besarnya gaya tarik akibat angin= 0,83t
Jumlah gaya tarik akibat arus dan angin
= 12,1 t + 0,83 t
= 12,93 ton
Gaya tarik akibat arus dan angin tersebut
diasumsikan dipikul oleh 4 buah boulder,
sehingga gaya tarik tiap bouldernya adalah 3,23
t. Setelah dibandingkan dengan gaya tarik
berdasarkan bobot kapal, maka untuk
perencanaan dipilih gaya tarik kapal 141,42 ton
berdasarkan bobot kapal.

3. Beban Gempa

Beban gempa yang bekerja pada struktur


dermaga dihitung secara dinamis dengan
menggunakan respon spektra menurut SNI 03-
1726-2002.
Gambar 5.7- Fender Karet SCN 1100-E1.9

9
5.6.2 Perencanaan Boulder Mu
a. Spesifikasi Boulder dan aksesorisnya
Boulder / Bollard (Type BR-200) Pu
- Kapasitas tarik (T) = 200 ton
- Dimensi : A = 861 mm
B = 1240 mm
C = 1040 mm
D = 1047 mm
E = 560 mm Gambar 5.10- Gaya pada Boulder
F = 900 mm
G = 403 mm Kontrol Geser
H = 172 mm

Lihat Gambar 5.9

f uv 0,5 f ub .........................OK!
Beban Tarik (interaksi geser + tarik )
Td f f t Ab
f t (1,3 f ub 1,5 f uv ) f ub 4100 kg / cm 2
= (1,3 x 4100 1,5 x 1263,05)
= 3435,42 kg/cm2 < 4100 kg/cm2
ft = 3435,42 kg/cm2
Td = 0,75 x 3435,4 x (6,35)2 = 81597,79 kg
-
Td baut 0,75 Ab f ub = 73037,132 kg
(a)
T = Td = 73037,132 kg (diambil yang terkecil)
Mencari garis netral
Garis netral didapat dari keseimbangan gaya
yang terjadi.
Gaya tekan = gaya tarik
f yp .a.b T dimana : fyp = tegangan leleh
pelat
T = gaya tarik pada 1 baut
b = B = 1240 mm
a = garis netral
Lihat Gambar 4.8
Kontrol Momen
(b) Momen rencana yang dapat dipikul sambungan :
Gambar 5.9- 0,9 f yp , a 2 b n

(a) Dimensi Tinggi Bollard Type BR-200 Mn


2

T .d i
(b) Dimensi lebar bollard Type BR-200 i 1

b. Kontrol Kekuatan Sambungan Baut pada = 15288,38 ton-cm


Boulder dengan metode ultimate (LRFD) Mu = 11500 ton-cm < Mn = 22636,73 ton-
cm.........OK !
Mu = Pu . e Sambungan cukup kuat menerima momen akibat
Mu = 11500 ton-cm tarikan pada boulder!
Lihat Gambar 5.10

10
Panjang pengangkuran Dalam perencanaan ini digunakan tebal
Kebutuhan panjang pengangkuran pada pondasi: selimut beton untuk balok sebesar 8 cm.
6.2.3 Tiang pondasi
Berikut ini adalah perbandingan antara tiang
pancang baja dan precast pile. Dapat dilihat pada
tabel 6.1.

Keuntungan Kerugian
Tiang pancang baja -pelaksanaan lebih -ketahanan korosi
murah ,kerusakan buruk
akibat lifting, -pemeliharaan
transporting, mahal,karena harus
maupun retak ujing diberi coating pada
tiang relatif lebih permukaan
kecil, karena -harga mahal
elastisitas tinggi
-berat jauh lebih
ringan dari precast
-penyambungan
dengan las,lebih
mudah
g.n T1 T2 -SPT > 50 pukulan
Precast pile -dapat dilaksanakan -tiang tidak terlalu
f yp
di darat atau dipesan panjang,makin
melaui fabrikasi panjang makin sulit
pelat -praktis untuk dikerjakan
daerah -kemungkinan ujung
onshore,desing load tiang retak atau
besar, dan lapisan pecah akibat
keras tidak terlalu tubukan dengan
dalam hammer.SPT
-pemeliharaan dibawah 50 pukulan
murah ,kekuatan bahan
Gambar 5.11- Keseimbangan gaya pada -tahan korosi
-lebih murah
rendah
-transportasi mahal
boulder ,karena dihitung
c. Jarak pemasangan boulder berdasar berat

Jumlah boulder = = 36 buah Tabel 6.1 Perbandingan Tiang Pancang


Jarak antar boulder = 19,5 meter
Tiang pancang direncanakan dengan
diameter 1016 mm. Spesifikasi tiang pancang
BAB VI yang didapat dari JIS A 5525 sebagai berikut:
PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA
Diameter = 1016,0 mm
6.1 Sistem Operasional Tebal = 19 mm
Proses bongkar CPO berawal dari kapal Luas penampang = 595,1 cm2
yang merapat pada dermaga. Lalu CPO dalam Berat = 467 kg / m
kapal dipindahkan ke truk tangki melalui pipa Momen Inersia = 740 x 103 cm4
dalam kapal yang dibantu oleh crane kapal. Truk Section Modulus = 146 x 102 cm3
yang telah terisi penuh kemudian mengangkut Jari-jari girasi = 35,2 cm
CPO menuju silo atau tempat penyimpanan Luas permukaan luar = 3,19 m2/m
CPO. Begitu juga sebaliknya untuk proses muat. 6.2.4 Dimensi poer
6.2 Preliminari Desain Untuk itu dimensi poer dibagi menjadi
6.2.1 Dimensi pelat dua jenis yaitu:
Tebal pelat diambil sebesar 40 cm, Dimensi poer untuk tiang tunggal
ketebalan ini juga diambil untuk diambil sebesar 170 cm x 170 cm
mengakomodasi kemungkinan benda-benda x 120 cm.
yang jatuh pada saat dermaga beroperasi. Dalam Dimensi poer untuk tiang ganda
perencanaan ini digunakan tebal selimut beton diambil sebesar 300 cm x 175 cm
untuk pelat sebesar 7,5 cm. x 120 cm
6.2.2 Dimensi balok
Dimensi balok melintang dan memanjang
diambil sebesar b x h = 80 cm x 120 cm.

11
6.2.5 Desain dimensi struktur Balok Fender : 80 x 120 cm
Poer tiang ganda : 300x175x150
Berikut ini adalah disain dimensi cm (Type I)
struktur dermaga : Poer tiang tunggal :170x170x120
Panjang dermaga : 580 m (2 blok cm (Type II)
@ 290 m) Cover Beton (pelat) : 7,5 cm
Lebar dermaga : 34 m (balok) : 8 cm
Tebal Pelat : 40 cm Diameter Tiang Pancang
Balok Melintang : 80 x 120 cm Baja : 101,6 cm
Balok Memanjang : 80 x 120 cm Tebal : 19 mm
6.3 Perencanaan Layout Pembalokan
Pada Dermaga Tanjung Pakis ini, dermaga dibagi menjadi 2 blok dengan dilatasi antar blok selebar
10 cm. Masing-masing blok panjangnya 290 m. Untuk lebih jelas tentang pengaturan tata letak blok
tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.1 dan layout pembalokannya dapat dilihat pada Gambar
6.2.

Gambar 6.1 Pembagian Blok

Gambar 6.2 Pembalokan Blok A


6.4 Perencanaan Pelat
6.4.1 Perencanaan Pelat Setelah Komposit
A. Pembebanan Pelat
1. Berat sendiri (qd)= 1,305 t/m2
2. Beban Hidup Merata ( ql) = 5,0 t/m2
3. Beban Terpusat Roda Truk = 7100 kg
dengan jarak antar roda 1.9 m dan area
kontak tiap roda seluas 25 cm x 50 cm.

Gambar 6.4 - Beban Terpusat Akibat


Beban Truk
12
B. Perhitungan Momen Pelat Dimana :
lx = bentang terpendek pelat
Akibat beban merata : ly = bentang terpanjang pelat
Momen tumpuan = - 0,001. q . lx2.. X bx = ukuran beban W arah bentang pendek
Momen lapangan = 0,001. q . lx2.. X by = ukuran beban W arah bentang panjang
Dimana: W = beban terpusat
q = beban merata a1, a2, a3 dan a4 adalah koefisien yang tergantung
Lx = bentang pelat terpendek ly/lx dan derajat jepit masing masing sisi (
X = koefisien pada Tabel PBI 1971 tabel VI Konstruksi Beton Indonesia oleh Ir.
Akibat beban terpusat Sutami )
b by sx = lebar jalur dimana pembesian penahan
a1 . x a 2 . a3 momen My harus dibagi.
Lx Ly
M= .W sy = lebar jalur dimana pembesian penahan
bx b y momen Mx harus dipasang.
a4
Lx L y six = lebar jalur dimana pembesian penahan
momen Miy harus dipasang.
Besarnya lebar pembesian untuk beban ini :
siy = lebar jalur dimana pembesian penahan
b by bx.b y momen Mix harus dipasang.
s x 0,4 c2 0,4 x 0,2 0,3 .l x
l l l l c1 dan c2 adalah koefisien yang tergantung pada
x y x . y
keadaan dan derajat jepit dari sisi pelat, jadi:
b by bx.b y c1 = 0,0 jika kedua sisi sejajar dengan
s y 0,4 c1 0,2 x 0,4 0,3 .l y
l l l l bentang terkecil (lx) ditumpu bebas.
x y x. y
c1 = 0,1 jika kedua sisi sejajar dengan
b b bb bentang terkecil (lx) dijepit.
six 0,6 c2 0,1 x 0,1 y 0,1 x . y .l x
c1 = 0,05 jika satu sisi sejajar dengan
lx ly l x .l y
bentang terkecil (lx) dijepit, sedang
b b bb lainnya ditumpu bebas.
siy 0,6 c1 0,1 x 0,1 y 0,1 x . y .l y
c2 = 0,0 jika kedua sisi sejajar dengan
lx ly l x .l y
bentang terbesar (ly) ditumpu bebas.
M beban terpusat c2 = 0,1 jika kedua sisi sejajar dengan
Ml bentang terbesar (ly) dijepit.
S
c2 = 0,05 jika satu sisi sejajar dengan
bentang terkecil (ly) dijepit, sedang
lainnya ditumpu bebas.

Gambar 6.1- Denah Pelat Dermaga

13
Tabel 6.6- Momen Rencana dari Kombinasi Momen
Momen (kgm) Momen Kombinasi Momen
Type
lx ly B.Mati B.Hidup B.Truk Rencana
Pelat 1+2 1+3
1 2 3 (kgm)
mlx 5.7 6.7 1950.375 7547.427 947.567 9497.802 2897.942 9497.802
mtx 5.7 6.7 -1950.375 -7547.427 -851.927 -9497.802 -2802.302 -9497.802
A
mly 5.7 6.7 1611.179 6234.831 781.373 7846.010 2392.552 7846.010
mty 5.7 6.7 -1611.179 -6234.831 -602.878 -7846.010 -2214.057 -7846.010
mlx 1.6 5.7 210.470 814.464 -33195.966 1024.934 -32985.496 -32985.496
mtx 1.6 5.7 -210.470 -814.464 -13788.147 -1024.934 -13998.617 -13998.617
B
mly 1.6 5.7 43.430 168.064 622.678 211.494 666.108 666.108
mty 1.6 5.7 -126.950 -491.264 -637.964 -618.214 -764.914 -764.914
mlx 1.6 6.7 210.470 814.464 -34152.622 1024.934 -33942.152 -33942.152
mtx 1.6 6.7 -210.470 -814.464 -14124.876 -1024.934 -14335.346 -14335.346
C
mly 1.6 6.7 43.430 168.064 1003.253 211.494 1046.683 1046.683
mty 1.6 6.7 -126.950 -491.264 -544.460 -618.214 -671.410 -671.410
mlx 1.6 1.6 120.269 465.408 58627.112 585.677 58747.381 58747.381
mtx 1.6 1.6 -120.269 -465.408 -7056.446 -585.677 -7176.715 -7176.715
D
mly 1.6 1.6 120.269 465.408 1438.897 585.677 1559.166 1559.166
mty 1.6 1.6 -120.269 -465.408 -1627.213 -585.677 -1747.482 -1747.482

C. Perhitungan Penulangan (Pelat Type 670 = 1,17 < 2PelatDua Arah


A) 570
Data Perencanaan Pelat :
Mutu Beton Tulangan Arah X
2 Momen Negatif = Mtx = -9497,802 Kgm (
bk = 350 kg/cm (K-350)
tumpuan )
b = 115,5 kg/cm2
Eb = 1,2 x 105 kg/cm2
Mutu Baja
au = 320 Mpa = 3200 kg(U-32)
Ea = 2,1 x 106 kg/cm2
a = a = 1850 kg/cm2
*au = 2780 kg/cm2 hx = 400 75 - 0,5 D16 arah X
Diameter Tulangan = 16 mm ( untuk pelat ) = 400 75 - 0,5 x 16
Tebal Pelat 40 cm = 317 mm
n = Angka ekivalensi antara modulus h 31,7
Ca = =
elastisitas baja dengan modulus nxM 17,5 x 9497,802
tekan beton
b x 'a 100 x 1850
Ea 2,1 x 106
n = = = 17,5 = 3,344
Eb 1,2 x 105
Dengan melihat tabel Perhitungan Lentur Cara
0 = Perbandingan antara tegangan n, untuk Ca = 3,344 dengan = 0 (pelat),
baja tarik dan n kali tegangan didapatkan :
tekan beton di serat yang paling = 1,770 > 0 = 0,915..........OK !
tertekan pada keadaan seimbang.
100n = 10,2
'a 1850 Luas Tulangan yang diperlukan adalah
0 = = = 0,915
n x ' b 17,5 x 115,5 A = xbxh
ly = 670 cm 10,2
lx = 570 cm = x 100 x 31,7
100 x 17,5
= 18,476 cm2 = 1847,6 mm2
14
Dipasang 10 tulangan D16 100 Besarnya lebar retak pada pembebanan tetap
(As = 2010,62mm2) akibat beban kerja dihitung dengan rumus
Kontrol Retak berikut ini :
Berdasarkan PBI 1971 pasal 10.7.1b retak yang d C
diijinkan 0,01 cm. Dengan menggunakan Tabel w C3 . c C 4 . a 5 10 6 (cm)

p p
10.7.1 PBI 1971 maka didapatkan :
Koefisien untuk perhitungan lebar retak
A 1,59 30 6
p ; C3 = 1,50 ; C4 = 0,16 dan C5 = 30 w 11,50 . 7,5 0,16 . 1045,19 10 (cm)
Bt 0,006 0,006
A = luas tulangan tarik
Bt = luas penampang beton yang tertarik = 100 x w = - 0,21 < 0,01 cm ( OK, tidak retak ! )
31,7 cm,
2010,62 Tulangan Arah Y
maka p = 0,006 Dengan cara yang sama didapatkan :
1000 x 317 Luas Tulangan yang diperlukan adalah
A = 15,973 cm2 = 1597,3 mm2
Dipasang 10 tulangan D16 100 (As =2010,62
mm2)

Tabel 6.7- Hasil Perhitungan Tulangan Pelat

Type 100n A perlu Dipasang As pasang


lx ly ly/lx Momen Pelat Ca Ket
Pelat cm2 mm2 mm2
5.7 6.7 Mlx 9497.802 3.344 1.77 OK 10.2 18.477 D 16 - 100 2010.62

5.7 6.7 1.2 -Mtx 9497.802 3.344 1.77 OK 10.2 18.477 D 16 - 100 2010.62
A Two
5.7 6.7 Mly 7846.010 3.494 1.874 OK 9.287 15.974 D 16 - 100 2010.62
Way
Slab
5.7 6.7 -Mty 7846.010 3.494 1.874 OK 9.287 15.974 D 16 - 100 2010.62

6.4.2 Perencanaan Pelat Sebelum Komposit Nilai K adalah faktor pengali untuk tegangan
Pelat
Typ
pracetak berbentuk half slab betun pada umur tertentu. Nilainya dapat dilihat
dengan tebal 20 cm. Tulangan yang dipasang pada tabel berikut :
e lx ly lokasi D pasangAs Pasang
adalah tulangan bagian bawah. Elemen pelat Umur beton
3 7 14 21 28 90 365
Pel dikontrol terhadap momen pada hari
pracetak harus Semen Portland biasa 0.4 0.65 0.88 0.95 1 1.2 1.35
saat 6
penumpukan, 8 -Mtx D16-110
pengangkatan 1407
dan Semen Portland dengan
0.55 0.75 0.9 0.95 1 1.15 1.2
pengecoran. Selain 6 itu 1 8unit
Mlxelemen
D16-110pracetak
1407 kekuatan awal yang tinggi
A
beratnya harus lebih kecil dari kapasitas crane
6 8 -Mty D16-150 1206 (Sumber : PBI 71)
yaitu 10 ton. Perhitungan kontrol tegangan dan - Momen kerja dari tulangan terpasang harus
momen adalah sebagai berikut : lebih besar dari momen penumpukan,
- Dari luas tulangan yang terpasang dicari pengangkatan maupun pengecoran.
nilai 100n Mmax = A a h > Mu (OK)
A=xbxh
- Tegangan yang bekerja akibat momen pada
6.5 PERENCANAAN BALOK
saat penumpukan, pengangkatan maupun
6.5.1 Penentuan Tipe Balok
pengecoran harus lebih kecil dari tegangan
Penentuan tipe balok didasarkan pada
ijin baja dan beton pada umur pelaksanaan.
luasan beban tributary akibat pelat di dekatnya
Tegangan yang bekerja akibat M :
(gambar 6.17). Beberapa tipe balok yang
M berada di tepi (B2 dan B4) untuk momen dan
a = < a = a.....OK
A h penulangannya digunakan penulangan praktis
a dengan mengikuti tulangan balok didekatnya.
'b = < K. b. (n hari).....OK Hal ini dikarenakan untuk balok-balok tersebut
n
memiliki bentang dan beban tributary yang kecil

15
sehingga sudah cukup aman jika direncanakan 6.5.3 Perhitungan Pembebanan Balok
pendetailan seperti balok di dekatnya. Maka
balok dermaga yang diperhitungkan detailingnya 2. Beban terpusat poer
adalah balok melintang (B3) dan balok - poer ganda = 18,27 t
memanjang (B1). - poer tunggal = 7,09 t

3. Berat Fender + plank fender


= 2,57 t + 17,15 t = 19,72 t
4. Beban Terpusat Roda Truk = 7100 kg
dengan jarak antar roda 1,9 m
5. Beban horizontal Fender = 109,1ton
6. Beban horizontal Boulder = 141,42 ton
7. Beban Gempa
Dengan menggunakan program bantu SAP
2000, perhitungan beban gempa dilakukan
secara dinamis dengan menggunakan respon
spektra untuk Zone Gempa 2 dengan Tanah
Lunak menurut SNI 03-1726-2002.
Dan scale factor diisi
I 1
.g x9.81 1.1541
R 8.5
Gambar 6.17 Tributary Area Nilai I merupakan factor keutamaan gedung dan
6.5.2 Pembebanan R merupakan faktor reduksi berdasarkan SNI
Beban Vertikal 1726-2002.

Perhitungan beban akibat pelat pada balok dapat A. Analisa Struktur


dilihat pada tabel 6.8 dan 6.9.
Tabel 6.8 Beban Envelope Pelat Analisa struktur menggunakan program bantu
As pasang SAP 2000 v11.08.
Akiba t qp (t/m) Akiba t ql (t/m)
mm2 Type
2411.52 Pela t
lx ly
Bbn Sgtg Bbn Trps m Bbn Sgtg Bbn Trps m B. Hasil Analisa Struktur
2411.52
2411.52 A 5.7 6.7 2.204 2.50840633 9.595 10.9202172 Rekap Hasil Output SAP
2411.52 B 1.6 5.7 0.6186667 0.90362655 2.6933333 3.933891454 Tabel 6.10 Hasil kombinasi beban
2411.52
A perlu As pasang Balok Melintang
Momen Pelat
2411.52 Ca C 1.6
6.7 100n
0.6186667
ket 0.91035925 2.6933333
Dipasang 3.963201901
2 M Tumpuan M Lapangan
1004.8 cm mm2 Kombinasi V maks (kg) T (kg.m)
D (kg.m) (kg.m)
-Mtx1004.8 16607.336 3.083 0.001.6 1.596
1.6 0.6186667
OK 0.61866667
12.066 21.048 2.6933333
D 16 - 80 2.693333333
2411.52
Mlx
2411.5214152.674 3.340 0.00 1.771 OK 10.194 17.782 D 16 - 80 2411.52 DL+LL 103185 48170,9 937,58 4071,97
-Mty2411.5210682.378 3.674 0.00 2.000 OK 8.335 13.896 D 16 - 80 2411.52
2411.52
Mly 9794.727 Tabel
3.837 0.00 6.92.112
Beban
OK Akibat
7.674 Pelat DPada
12.794 16 - 80Balok
2411.52 DL+LL+F 156226 41573,03 44273,2 12080,6
As pasang
2411.52
sang-Mtx 6800.735 Type
4.818 0.00 2.792 OK 4.722 8.237 D 16 - 80 2411.52
2411.522
Mlx 17373.401 3.014 0.00 1.549
Akibat
OK
qp12.663
(t/m) 22.089 D 16 - 80
Akibat ql (t/m)2411.52 DL+LL+B 103195 53165,82 926,75 4073,24
mm
2411.52
-Mty 5960.084
Balo Kontribusi pelat 4.823 D 16 - 240 1004.8 DL+T 35648,1 24768,33 220,96 482,24
- 80Mly1004.8
2411.52
6001.564 k Bbn Sgtg Bbn Trpsm Total4.823 Bbn Sgtg
D 16 - 240
Total
Bbn Trpsm 1004.8
1004.8 DL+0,5LL+Gempa 68061,7 34506,84 1050,2 2688,15
- 80-Mtx 2411.52
15304.313 3.212
B1 0.00
A&A 1.683
4.408 OK
- 11.073 4.40819.315 19.19D 16 - 80 - 2411.5219.19
2411.52 MAX 156226 53165,82 44273,2 12080,6
- 80Mlx 12147.340
2411.52
2411.52
3.605 0.00 1.952 OK 8.673 15.130 D 16 - 80 2411.52
-Mty 15304.313 3.070 0.00 1.587 OK 12.186 20.318 D 16 - 80 2411.52
B2 A&B 2.204 13.528
- 80Mly1004.8
2411.52
12147.340 3.446 0.00 1.843 OK 0.9039.539 3.107 15.905 9.595D 16 - 80 3.933 2411.52
1004.8
-Mtx 18543.663 2.918 0.00 1.484 OK 13.563 23.658 D 16 - 80 2411.52 Tabel 6.11 Hasil kombinasi beban
- 80 2411.52
2411.52
Mlx 16332.887
2411.52
B3
3.109 A&A
0.00 1.614 - OK 5.01611.858 5.016 20.686 - D 16 - 80
A perlu 21.84
21.84 As2411.52
pasang Balok Memanjang
-x 80-Mty 2411.52
Momen Pelat
6058.646 Ca ket 100n 4.823 16 - 240
D Dipasang 1004.8
1004.8
Mly
- 240 1004.8 6254.683
1004.8 B4 A&C - 3.418 3.4184.823 240
D 16 - 14.883 14.883
1004.82 M Tumpuan M Lapangan
cm2 - mm Kombinasi V maks (kg) T (kg.m)
-Mtx 18800.177 2.898 0.00 1.470 OK 13.762 24.007 D 16 - 80 2411.52 (kg.m) (kg.m)
- 240Mlx
-Mtx 1004.8
1808.64 16607.336
16799.508 3.083
3.065 0.00
0.00 1.596
1.584 OK
OK 12.066
12.224 21.048 D
21.324 D 16 - 80 16 - 80 2411.52
2411.52
1808.64
- 80-Mty
Mlx 2411.52
1808.64
14152.674
5399.640 3.340 0.00 1.771 OK 10.194 4.823 17.782 DD 1616 -- 240 80 2411.52
1004.8 DL+LL 64723,4 38999,24 1527,83 4594,69
-Mty
- 80Mly 10682.378
5639.966
2411.52
1808.64 3.674 0.00 2.000 OK 8.335 4.823 13.896 DD 1616 -- 240 80 2411.52
1004.8
-Mtx 15026.580 3.241 0.00 1.704 OK 10.852 18.930 D 16 - 80 2411.52
1808.64
Mly 2411.52
- 80Mlx 9794.727 3.837 0.00 2.112 OK 7.674 12.794 D 16 - 8080 2411.52 DL+LL+F 275475 3115.94 42428,95 7256,37
1808.6416678.174 3.077 0.00 1.591 OK 12.125 21.150 D 16 - 2411.52
- 80-Mty
-Mtx 2411.52
1808.64 6800.735
13378.504 4.818 0.00 2.792 OK 4.722 4.823 8.237 DD 1616 -- 240 80 2411.52
1004.8
DL+LL+B 64721,4 39001.71 1506,05 4594,42
- 80Mly
1808.64 7962.717
Mlx 2411.52
17373.401 3.014 0.00 1.549 OK 12.663 4.823 22.089 DD 1616 -- 240 80 1004.8
2411.52
-Mtx 9132.806 4.158 0.00 2.333 OK 6.427 11.211 D 16 - 120 1808.64
- 80Mlx
-Mty2411.525960.084 4.823 DD 1616 -- 120 240 1808.64
1004.8 DL+T 162321,5 18328.7 356,13 864,12
- 240
-Mty
9271.733
Mly 1004.86001.564
6584.878
16
4.126
4.896
0.00
0.00
2.312
2.846
OK
OK
6.529
4.567
11.388
4.823 DD 1616 -- 120
7.967 240 1808.64
1004.8
Mly
DL+0,5LL+Gempa 44706 23096.43 1311,47 2739,6
- 240
7604.745
-Mtx 1004.8
15304.313 4.556
3.212 0.00
0.00 2.609
1.683 OK
OK 5.308 11.073 9.25919.315 DD 1616 -- 120 80 1808.64
2411.52
-Mtx 12248.804 3.590 0.00 1.942 OK 8.752 15.268 D 16 - 120 1808.64 MAX 275475 39001.71 42428,95 7256,37
Mlx
- 80Mlx 2411.5212147.340
10928.291
3.605
3.801
0.00
0.00
1.952
2.087
OK
OK
8.673
7.762
15.130 D
13.540 D 16 - 120
16 - 80 2411.52
1808.64
-Mty
-Mty 15304.313
9513.186
- 80Mly 2411.52 3.070
4.074 0.00
0.00 1.587
2.276 OK 6.708
OK 12.186 11.701
20.318 DD 1616 -- 120 80 1808.64
2411.52
8775.254 4.241 0.00 2.392 OK 6.165 10.754 D 16 - 120 1808.64
6.5.4 Penulangan Balok Melintang Cek jarak tulangan tarik
Data data perencanaan balok Tulangan direncanakan dipasang 2 lapis dengan
melintang : jumlah tiap lapisnya 8 buah, sehingga jarak
Lebar (b) = 80 cm tulangan sebesar :
Tinggi (h) = 120 cm 80 2 x8 2 x2,2 8 x3,2
Selimut beton = 8 cm s= = 4,85 cm > 4,2
8 1
Mutu Beton cm,OK
bk = 350 kg/cm2 (K-350) Tulangan Tekan
b = 115,5 kg/cm2 A = xA
Eb = 1,2 x 105 kg/cm2 = 0,4 x 10455,2
Mutu Baja = 4182,08 mm2
au = 3200 kg/cm2 (U-32) Dipasang 7D32 (As = 5629,734 mm2)
Ea = 2,1 x 106 kg/cm2 Kontrol Retak
a = a = 1850 kg/cm2 Berdasarkan PBI 1971 pasal 10.7.1b retak yang
*au =2780 kg/cm2 diijinkan 0,01 cm. Dengan menggunakan Tabel
Diameter Tulangan = 32 mm (tul. utama) 10.7.1 PBI 1971 maka didapatkan :
= 22 mm (sengkang)
Ea 2,1 x 106 Koefisien untuk perhitungan lebar retak
n = = = 17,5 A
Eb 1,2 x 105 p ; C3 = 1,50 ; C4 = 0,16 dan C5 = 30
'a 1850 Bt
0 = = = 0,915 Bt = luas penampang beton yang tertarik = 80 x
n x ' b 17,5 x 115,5 120 cm2,
10455,2
Perhitungan Tulangan Tumpuan maka p = 0,01
800 x 1200
Dari hasil SAP didapatkan Besarnya lebar retak pada pembebanan tetap
Mu = -15626600 kg.cm (tumpuan) akibat beban kerja dihitung dengan rumus
h = ht Sel.Beton geser 0,5 D32 berikut ini :
lentur
d C
(ht = Tinggi balok) w C3 . c C 4 . 5 10 6 (cm)
h = 1200 80 22 0,5 x 32 = 1082 mm p
a
p

= 108,2 cm
3,2 30 6
h 108,2 w 11,50 . 8 0,16 . 1850 10 (cm)
Ca = = 0,01 0,01
nxM 17,5 x 15626600
b x 'a 80 x 1850 w = -0,07 < 0,01 cm OK !
= 2,517
Dengan melihat tabel Perhitungan Lentur Cara Tulangan Lapangan
n, untuk Ca = 2,517 dengan = 0,4, Momen Positif = Mlx =5316582 Kg.cm
didapatkan : (lapangan)
= 0,4 = 1,410 > 0 = 0,915 Dengan cara yang sama didapatkan :
100n = 18,76 Luas Tulangan yang diperlukan adalah
Luas Tulangan yang diperlukan adalah Tulangan Tarik
Tulangan Tarik A = 29,92 cm2 = 2992 mm2
A =xbxh Dipasang 5D32 (As = 4021,2 mm2)
18,76 Tulangan Samping
= x 80 x 108,2 A = 402,12mm2
100 x 17,5
Dipasang 3D16 (As = 603,18 mm2)
= 92,7923 cm2 = 9279,23 mm2 Cek jarak tulangan tarik
Dipasang 13D32 (As = 10455,2 mm2)
Tulangan Samping Tulangan direncanakan dipasang 2 lapis,
A =10 % x Atarik ( PBI 71 Pasal.9.3(5) ) sehingga jarak tulangan sebesar :
=10 % x 10455,2 Lapis 1 (7 D32)
=1045,52 mm2 80 2 x8 2 x2,2 5 x3,2
s = `= 10,9 cm > 4,2
Dipasang 6D16 (As = 1206,37 mm2) 5 1
cm..OK(cukup 1 Lapis)

17
Kontrol Dimensi Balok b < ' bmt ......OK !
V = 44273,2 kg b < ' bm s ......OK ! diperlukan sengkang
T = 1208060 kg.cm
Direncanakan sengkang
V Diameter = 22 mm
b = = 44273,2 = 5,84
7 7 As = 7,602 cm2
bx xh 80 x x 108,2
8 8 As x a 7,602 x 1850
kg/cm2 as < = = 30,1cm
s xb 5,84 x 80
Untuk ht > b Jadi dipasang sengkang D22 100 mm
2,6 2,6
= 3 = 3 = 4,442 Sengkang di daerah > 1 m dari ujung balok :
h 108,2
0,45 0,45
b = 3,75 1 .5,84 = 4,28 kg/cm
b 80
Tegangan geser puntir beton pada penampang 3,75
balok persegi di tengah-tengah tepi penampang
yang vertikal (PBI 71 Pasal 11.8.1) : b < ' bmt ......OK !
xT
'b = 2 = 4,4422 x 1208060 = 7,74 kg/cm2 b < ' bm s ......OK ! diperlukan sengkang
b x ht 80 x 108,2
b ' b = 5,84 + 7,74 = 13,58kg/cm2 Direncanakan sengkang
Diameter = 22 mm
b m = 1,62 350 = 30,31 kg/cm2 As = 7,602 cm2
b ' b < bm ijin ......OK ! As x a 7,602 x 1850
as < = = 41,04 cm
Ukuran balok 80/120 sudah memenuhi syarat. s xb 4,28 x 80
Jadi dipasang sengkang D22 150 mm pada
Perhitungan Tulangan Geser daerah 1 meter dari ujung balok hingga tengah
( sengkang) balok.
Gaya geser maksimum pada tumpuan
Tabel 6.4- Hasil Penulangan Balok
V = 44273,2 kg
Dimens i Tumpuan Lapangan Samping
b = V ...... (PBI 71 Pasal.11.7(1)) Balok b h
7 Tarik Tekan Tarik Tekan Tumpuan Lapangan
bx h (cm) (cm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
8 Melintang 10455,2 5629,73 4021,23 2412,74 1206,37 603,18
= 44273,2 = 5,84 kg/cm2 80 120 13 7 5 3 6 3
7 N tul
80 x x 108,2 D-32 D-32 D-32 D-32 D-16 D-16
8
Tegangan beton yang diijinkan berdasarkan PBI
71 tabel 10.4.2 akibat geser oleh lentur dengan Dimensi Tumpuan Lapangan Samping
puntir, dengan tulangan geser : Balok b h Tarik Tekan Tarik Tekan Tumpuan Lapangan
Untuk pembebanan tetap : (cm) (cm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
12867,9 6433,9 3216,9 2412,7 603,18
' bmt = 1,35 ' bk Memanjang 1608,4
80 120 16 8 4 3 8 3
= 1,35 x 350 = 25,26 kg/cm2 N tul
D-32 D-32 D-32 D-32 D-16 D-16
Untuk pembebanan sementara:
' bm s = 2,12 ' bk B. Perencanaan Balok Sebelum
2 Komposit
= 2,12 x 350 =39,66 kg/cm
Balok pracetak berbentuk U-Shell
dengan tebal dinding tepi 17,5 cm dan sisi
Sengkang di tumpuan balok : bawah 35 cm. Pada bagian atas diberi sayap
b = V ...... (PBI 71 Pasal.11.7(1)) selebar 12 cm untuk perletakan pelat pracetak.
7 Elemen balok pracetak harus dikontrol terhadap
bx h
8 momen pada saat penumpukan, pengangkatan
= 44273,2 = 5,84 kg/cm2 dan pengecoran. Selain itu 1 unit elemen
7 pracetak beratnya harus lebih kecil dari
80 x x 108,2
8 kapasitas crane yaitu 10 ton. Perhitungan kontrol
tegangan dan momen sama dengan pelat

18
6.5.6 PERENCANAAN PLANK FENDER Berikut ini hasil perhitungan penulangan poer :
A. Perencanaan Plank Fender Setelah
Komposit
Penulangan poer dianalisa berdasarkan
gaya-gaya maksimum yang bekerja pada tiang
pancang. Untuk perhitungan penulangan , poer
dapat diasumsikan sebagai balok jika
perbandingan antara tebal dan lebar poer
adalah t = 1,2 = 0,8 > 0,4. Jika < 0,4
b 1,5
D. Perencanaan Plank Fender Sebelum
diasumsikan sebagai pelat.
Komposit
Perhitungan penulangan plank fender sama
Poer pracetak berbentuk Bak dengan
dengan perhitungan pelat atau balok.
tebal dinding tepi 17,5 cm dan sisi bawah 45 cm.
Pada bagian atas diberi sayap selebar 12 cm
untuk perletakan pelat pracetak. Elemen poer
Berikut ini hasil perhitungan penulangan plank
pracetak harus dikontrol terhadap momen pada
fender :
saat pengangkatan dan pengecoran. Selain itu 1
unit elemen pracetak beratnya harus lebih kecil
dari kapasitas crane yaitu 10 ton. Perhitungan
kontrol tegangan dan momen sama dengan pelat.

Berikut ini bentuk elemen pracetak:

B. Perencanaan Plank Fender Sebelum Gambar 6.2- Gambar Pracetak Pelat


Komposit
Poer pracetak berbentuk Bak dengan
tebal dinding tepi 20 dan 15 cm dan sisi bawah
85 cm. Pada bagian atas diberi sayap selebar 12
cm untuk perletakan pelat pracetak. Elemen poer
pracetak harus dikontrol terhadap momen pada
saat pengangkatan dan pengecoran. Selain itu 1
unit elemen pracetak beratnya harus lebih kecil
dari kapasitas crane yaitu 10 ton. Perhitungan
kontrol tegangan dan momen sama dengan pelat.

6.5.7 PERENCANAAN POER


C. Perencanaan Poer Setelah Komposit
Struktur poer berfungsi sebagai Gambar 6.3- Gambar Pracetak Balok
penyambung antara ujung atas tiang
pancang dengan balok memanjang maupun
melintang.
Pada perencanaan ini, adapun dimensi dan
tipe poer adalah:
Poer ganda = 300 x 175 x 120 cm
Poer tunggal = 170 x 170 x 120 cm
Perhitungan penulangan plank fender sama
dengan perhitungan pelat atau balok.

Gambar 6.4- Gambar Pracetak Plank Fender

19
~
Np = Harga rata-rata SPT disekitar 4B
diatas hingga 4B di bawah dasar tiang pondasi
Ni n
n
(B= diameter pondasi) =
i 1

K = Koefisien karakteristik tanah


= 12 t/m2 , tanah lempung
= 20 t/m2 , tanah lanau berlempung
= 25 t/m2 , tanah lanau berpasir
= 40 t/m2, tanah pasir
Ap = Luas penampang dasar tiang
qp = Tegangan di ujung tiang
qs = Tegangan akibat lekatan lateral
Gambar 6.5- Gambar Pracetak Poer 2
dalam t/m
~
Ns = Harga rata-rata sepanjang tiang
6.6 Perencanaan Pondasi yang tertanam, dengan batasan : 3 N 50
A. Data Spesifikasi Tiang Pancang As = Keliling x panjang tiang yang
terbenam (luas selimut tiang)
Adapun spesifikasi dari tiang pancang baja ini
Qad = Q admissible , yaitu daya
adalah sebagai berikut:
dukung yang diijinkan.
Dimensi Tiang: SF = Safety Factor, diambil 3
Tiang pancang baja JIS A 5525
Diameter = 1016,0 mm Harga N dibawah muka air tanah harus dikoreksi
Tebal = 19 mm menjadi N berdasarkan perumusan sebagai
Luas penampang = 595,1 cm2 berikut (Terzaghi & Peck) :
Berat = 467 kg / m N ' 15 0,5 ( N 15) , dengan
Momen Inersia = 740 x 103 cm4 N = jumlah pukulan kenyataan di
Section Modulus = 146 x 102 cm3 lapangan untuk di bawah muka air
Jari-jari girasi = 35,2 cm tanah.
Perhitungan daya dukung dilakukan pada setiap
Luas permukaan luar = 3,19 m2/m titik bore hole dermaga, yaitu titik B4.
Mutu Baja Grafik hubungan antara daya dukung pondasi
Digunakan baja BJ 37 dengan mutu sesuai dengan kedalaman dapat dilihat pada Gambar
LRFD sebagai berikut : 6.40
fy = 2400 kg/cm2
fu = 3700 kg/cm2 Dari hasil perhitungan analisa struktur
menggunakan SAP 2000 didapatkan beban
B. Daya Dukung Tiang Akibat Beban rencana pada tiang pancang tegak dan miring.
Vertikal Nilai beban rencana tersebut dapat dilihat pada
Perhitungan nilai daya dukung ultimate tiang Tabel 6.5. Penentuan kedalaman tiang pancang
pancang akibat beban vertikal menggunakan disesuaikan dengan kebutuhan beban rencana.
metode Luciano Decourt (1982), dalam Daya Type Type Combo Beban Rencana
Dukung Pondasi Dalam oleh Prof. Dr. Ir. Tiang Beban

Herman Wahyudi hal 15. Kapasitas daya P 5 -249575 kg


dukung ultimate sebuah tiang pancang dihitung Tegak V3 5 5583,97 kg
dengan persamaan :
QL Qp Qs = qp . Ap qs . As
M3 5 -165000 kg.m

~

P(tekan) 5 -327070 kg
= Np . K . Ap Ns 1 . As
3 Miring
P(tarik) 5 10601,82 kg

QL V3 5 -11549,9 kg
Qad
SF M3 5 -75817,7 kg.m

Dimana : Defleksi
Tiang U 5 7,2 mm

Tabel 6.5.-Output Gaya Dalam Tiang Pancang


dari SAP 2000
20
Tiang tegak e = jarak antara lateral load (H) yang bekerja
Qu = 3 x P = 3 x 249,575 = 748,72 ton dengan muka tanah.
Kedalaman tiang yang dibutuhkan untuk Dengan mengambil kedalaman seabed -13,6
memikil gaya ini adalah sedalam 34 m m (setelah pengerukan), elevasi dermaga
dari seabed atau +3,7 mLWS dan beban lateral bekerja pada
-47.6 m LWS. sumbu balok maka nilai e,
Grafik daya dukung tanah dapat dilihat pada e = 13,6 + 3,7 0,6 = 16,7 m
gambar 6.66.
Zf = titik jepit = 8 m (Bab 4.5.2(2c))
Tiang miring Hu = 2 x 453,324 / (16,7 + 8 )
a. Tiang tekan = 906,648 / 24,7
Qu = 3 x P = 3 x 327,070 = 981,21 ton = 36,7t
Kedalaman tiang yang dibutuhkan untuk H yang terjadi
memikil gaya ini adalah sedalam 38 m Tiang Tegak :
dari seabed atau -51,6 m LWS. V3 = 5,58 t < Hu.....OK!
b. Tiang tarik Tiang Miring
Qu = 3 x P = 3 x 10,601 = 31,8 ton V3 = 11,54 t < Hu .....OK!
Kedalaman tiang yang dibutuhkan untuk
memikil gaya ini adalah sedalam 11 m dari D. Kontrol kekuatan bahan
seabed atau -24.6 m LWS.
Tegangan yang terjadi akibat beban aksial
(P) dan momen (M) pada tiang yang didapat dari
Grafik Data Dukung Tanah Vs kedalaman analisa SAP 2000 harus lebih kecil dari
0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0
ton
tegangan ijin tiang pancang (fy). Tegangan pada
m 0
tiang pancang dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
P M .y

10
=
A I
20 y = 0,5 D = 0,508 m
Ql
maka tegangan tiang,
Qs
30 tegak Tekan Tiang tegak ,
= 249575 165000 x 0,508
miring Tekan
miring Tarik
40
0,05951 0,00740
2
= 15520860 kg/m
= 1552 kg/cm2 < 2400 kg/cm2 ...OK
50
Tiang miring ,
= 327070 75817,7 x 0,508
0,05951 0,00740
60

= 10700833 kg/m2
Gambar 6.6- Grafik daya dukung vs kedalaman = 1070 kg/cm2 < 2400 kg/cm2 ...OK
pada titik BS-1
E. Kontrol Momen
Momen yang terjadi, yaitu momen
C. Daya Dukung Tiang Akibat Beban yang didapat dari analisa SAP 2000
Horizontal harus lebih kecil dari momen bahan
Perhitungan daya dukung tiang terhadap beban tiang pancang (Mu).
lateral menggunakan cara Tomlinson dalam Mu = fy x Z
Daya Dukung Pondasi Dalam oleh Dr. Ir. = 2400 x 14600
Herman Wahjudi hal 55 : = 35040000 kg.cm
Fixed-headed pile : Hu = 2Mu / (e+Zf) = 350,4 ton.m
Momen yang terjadi :
Dimana: Momen Tiang Tegak :
Hu = ultimate lateral resistance M3 = 165 t.m < Mu.....OK!
Mu = 453,324 tm (diambil terkecil)
Momen Tiang Miring :
M3 = 75,8 t.m < Mu.....OK!
21
F. Kontrol kuat tekuk tiang pancang miring
2 EI min
Pcr
Z f e
2

Tiang Tegak :
2 2100000 740000
Pcr 2483693.3 kg 2483.6ton
800 16852
OK!!
Pcr > Pu (249.5 ton) .. (OK) Jadi dapatdisimpulkan bahwa tiang pancang
tegak dan tiang pancang miring stabil
Tiang Miring : terhadap frekuensi gelombang dan bisa
2 2100000 740000 berdiri sendiri.
Pcr 2483693.3 kg 2483.6ton
800 16852
H. Kalendering

Pcr > Pu (327.07 ton) .. (OK) Perumusan kalendering yang dipakai


adalah Alfred Hiley Formula (1930).
G. Kemampuan Tiang Berdiri Sendiri
Tiang pancang dicek kekuatannya pada
saat berdiri sendiri, khususnya terhadap
Karena perhitungan dilakukan sebelum
frekuensi gelombang (). Frekuensi tiang (t)
pemancangan, maka yang dihitung adalah nilai
harus lebih besar dari frekuensi gelombang
S atau penetrasi/blow, yaitu pengamatan yang
supaya tiang tidak bergoyang dan patah.
dilakukan rata-rata di tiga set terakhir, dengan
Frekuensi tiang pancang dihitung dengan
10 pukulan tiap setnya. Dan disyaratkan apabila
rumus berikut ini :
untuk kedalaman yang sama S > S, maka
El 1 pemancangan dihentikan.
t 1,73
w.l 3 6 det ik
g Dimana :
Dimana : S= nilai penetrasi/ blow rencana dari
w = berat tiang = Wp = 467 kg/m x L perhitungan
l = tinggi tiang di atas tanah S= nilai penetrasi/ blow saat pemancangan
. w= berat tiang (kg)
- tegak =17,3 m x 0,467ton/m =8,08 ton
Kalendering tiang pancang tegak
- miring =17,4 m x 0,467ton/m =8,12 ton
Data dan asumsi awal perhitungan
i = tinggi tiang di atas tanah (m)= 17,3 m kalendering adalah:
g= 10 m/s2 Hhammer = 2m, tinggi jatuh hammer untuk
kondisi normal.
tiang pancang tegak tiang = 101,6 cm
t = 1.9 cm
P = 249,575 ton
SF =3
Qu = 3 x 249,575 ton = 748,725 ton
W = 10 ton (hydraulic hammer)
= 2.5 (hydraulic hammer)
Panjang tiang pancang tegak yang
OK!! dibutuhkan
(L) = 34 + 17,3 1,2 1,2 + 0,4 = 49,3
Wp = berat tiang pancang (ton)
= L x 0,467
= 49,3 x 0,467
= 23,02 ton
n = 0.55 (hammer on steel pile
without cushion )
22
S = set/pile penetration for last blow
(cm or mm/blow)
C1 = Kompresi sementara dari cushion
( pile head & cap) 2.5 10 2 10 + 0.552 25,01
= 0 (without cushion) 981,21 =
S + 0.5 0.014 10 + 25,01
C2 = 10 mm (untuk steel pile)
C3 = 4 mm (soft ground SPT)
C = C1 + C2 + C3
= 0+ 10 + 4 = 14 mm = 0.014 m

2.5 10 2 10 + 0.552 23,02


748,725 =
S + 0.5 0.014 10 + 23,02
Jadi setting kalendering yang digunakan
untuktiang pancang miring adalah 18 mm.

I. Kontrol Posisi Tiang Miring

Posisi tiang miring harus dikontrol


terhadap kedalamannya sehingga tidak ada tiang
Jadi setting kalendering yang digunakan untuk yang bertemu. Tiang miring dipasang dengan
tiang pancang tegak adalah 27 mm. perbandingan 10:1. Maka :

Kalendering tiang pancang miring Panjang tiang 1


Data dan asumsi awal perhitungan Jarak vetikal (y1) = 38 + 17,3 = 55,3m
kalendering adalah: Jarak horizontal tiang didasar (x1) = = 5,5 m
Hhammer= 2m (hydraulic hammer)
tiang= 101,6cm z1 = = 55,57 m (panjang tiang)
t = 1.9cm
P = 327,070 ton karena jarak antar tiang 7,5 m, maka dapat
SF = 3 disimpulkan bahwa tiang pancang miring tidak
Qu = 3 x 327,070 ton = 981,21 ton bertemu dengan tiang tegak terdekatOK!!
W = 10 ton (hydraulic hammer)
= 2.5 (hydraulic hammer)
Panjang tiang pancang miring yang J. Perlindungan Korosi
dibutuhkan,
L = 38 + 17,3 1,2 1,2 + 0,4 = 53,3 Korosi tiang diasumsikan terjadi sampai tiang
ditumbuhi karang yaitu selama 10 tahun.
=53,5 m Dengan asumsi tingkat korosi = 0,3 mm/tahun,
maka untuk waktu perencanaan 10 tahun, tebal
Wp = L x 0,467
tiang yang digunakan adalah: 19 - (0.3 x 10) =
= 53,5 x 0,467
16 mm. Metode perawatan digunakan dengan
= 25,01 ton
menyediakan alokasi tebal tiang yang akan
n = 0.55 (hammer on steel pile without
terkorosi yaitu setebal 3mm.
cushion )
S = set/pile penetration for last blow (cm or
6.8 Perencanaan Trestle
mm/blow)
C1 = kompresi sementara dari cushion ( pile Pada Dermaga Tanjung Pakis ini, trestle
head & cap) dibagi menjadi 10 blok dengan dilatasi antar
= 0 (without cushion) blok selebar 10 cm. Masing-masing blok
C2 = 10 mm (untuk steel pile) panjangnya 170 m.
C3 = 4 mm (soft ground SPT)
C = C1 + C2 + C3
= 0+ 10 + 4 = 14 mm = 0.014 m

23
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar Tabel 8.6 Rekapitulasi
6.41 untuk gambar denah poer dan layout , Rekapitulasi
No. Uraian Jumlah Total
1 Pekerjaan Persiapan Rp 87.600.000,00 Rp 87.600.000,00
2 Dermaga CPO Rp 509.963.234.655,62 Rp 509.963.234.655,62
3 Trestle Rp 439.722.896.086,52 Rp 439.722.896.086,52
Jumlah Total Rp 949.773.730.742,15
PPn 10% Rp 94.977.373.074,21
Total + PPn Rp 1.044.751.103.816,36
Jumlah Akhir (dibulatkan) Rp 1.044.751.103.817,00
Terbilang: Satu Triliyun Empat Puluh Empat Milyar Tujuh Ratus Lima Puluh Satu Juta Seratus Tiga Ribu
Delapan Ratus Tujug Belas Rupiah

BAB IX
Gambar 6.41 Pembalokan dan Poer KESIMPULAN
Trestle
Dalam perencanaan Tugas Akhir ini dapat
Selebihnya cara perhitungan sama dengan diperoleh kesimpulan yaitu:
perencanaan dermaga. 1. Spesifikasi kapal rencana:
DWT : 80000
BAB VII
Displacement : 104,557 ton
METODE PELAKSASANAAN
Panjang kapal (LOA): 225 m
7.1 Pekerjaan Persiapan Lebar kapal (B) : 38,3 m
Persiapan meliputi : Pembersihan lahan, Draft : -14,9 m
Pembuatan pagar pembatas, Pembangunan
Direksi kit , Kontraktor kit , Pembangunan Los 2. Struktur jetty yang direncanakan
kerja, Penyediaan penerangan di daerah kerja, terdiri dari Dermaga, dan Testle.
Penyediaan Batching plan, Mendirikan Pos 3. Struktur Dermaga direncanakan
penjagaan dan pendatangan alat berat .
beton bertulang pracetak (precast)
7.2. Dermaga dengan spesifikasi:
Berikut ini tahapan tahapan dalam Dimensi struktur: 580 x 34 m2
pembangunan dermaga
- Pemancangan tiang baja. (dibagi menjadi 2 blok)
- Pemasangan Selimut Beton
- Fabrikasi Elemen Pracetak Dimensi balok melintang
- Pemasangan poer pracetak : 80 x 120 cm2
- Erection Balok dan Pengecoran tahap I Dimensi balok memanjang
- Erection Pelat dan Pengecoran tahap II 2
: 80 x 120 cm
- Erection Plank Fender
- Pemasangan Boulder dan Fender Tebal pelat : 40 cm
BAB VIII Mutu beton : K350
METODE PELAKSASANAAN Mutu baja : U32
8.4 Perhitungan Rencana Anggaran Poer pancang tunggal
Biaya : 170 x 170 x 120 cm3
Dalam prencaa anggaran biaya ini, Poer pancang ganda
tahapan pekerjaan yang dihitung meliputi: : 300 x 175 x 120 cm3
1. Pekerjaan persiapan
2. Pekerjaan Dermaga CPO Tiang pancang : 101,6;
3. Pekerjaan Trestle - t = 19 m
- Kemiringan tiang : 10 : 1

24
-Kedalaman tiang tegak DAFTAR PUSTAKA
: -47,6 m LWS
- Kedalaman tiang miring Japan Port and Harbour Association. 2002.
: -51,6 m LWS Technical Standards and
Umur pelaksanaan untuk elemen Commentaries for Port and Harbour
pracetak pada saat penumpukan, Facilities in Japan. Daicousa Printing,
pengangkatan dan pengecoran Japan.
dapat dilihat pada tabel berikut :
Precast/Prestressed Concrete Institute, 2004.
Cor
PCI Design Handbook. United State of
Elemen Tumpuk Angkat Tahap 1 Tahap 2 America.
Pelat 3 hari 3 hari 14 hari
Balok 3 hari 3 hari 7 hari 14 hari Sutami. 1971. Konstruksi Beton Indonesia.
Poer 3 hari 3 hari 7 hari 14 hari Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Untuk pelindung dermaga dari Triatmodjo, Bambang. 2008. Pelabuhan. Beta


tumbukan kapal pada saat Offset, Yogyakarta.
merapat digunakan fender karet
SCN 1100-E1.9, yang dipasang Triatmodjo, Bambang. 2008. Teknik Pantai.
Beta Offset, Yogyakarta.
pada setiap portal dermaga.
Untuk mengikat kapal pada Wahyudi, Herman. Daya Dukung Pondasi
tambatan digunakan boulder type Dalam. Surabaya.
BR 200 dengan kapasitas tarik Wangsadinata, Wiratman. 1971. Peraturan
sebesar 200 ton. Beton Bertulang Indonesia. Bandung:
Departemen Pekerjaan Umum dan
4. Struktur Trestle direncanakan beton Tenaga Listrik.
bertulang cast in situ dengan
Wangsadinata, Wiratman. 1971. Perhitungan
spesifikasi:
Lentur dengan Cara n Disesuaikan
Dimensi struktur : 170 x 8 m2 kepada Peraturan Beton Bertulang
(dibagi menjadi 10 blok) Indonesia 1971.
Dimensi balok melintang
: 60 x 90 cm2
Dimensi balok memanjang
: 60 x 90 cm2
Tebal pelat : 40 cm
Mutu beton : K350
Mutu baja : U32
Tiang pancang : 101,6 m;
- t = 19 mm
- Kemiringan tiang: 10 : 1
- Kedalaman tiang
- : -46.6 m LWS
Poer pancang tunggal
: 170 x 170 x 120 cm3
Rencana angan biaya total adalah sebesar
Rp.1.044.751.103.817,00

25

Anda mungkin juga menyukai