Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radar merupakan salah satu peralatan navigasi elektronik, Radar singkatan dari
radio detection and rangging adalah peralatan navigasi elektronik terpenting
dalam pelayaran. Pada dasarnya radar berfungsi untuk mendeteksi dan
mengukur jarak suatu objek di sekeliling kapal. Disamping dapat memberikan
petunjuk adanya kapal, pelampung, dan kedudukan pantai dan objek disekeliling
kapal, alat ini juga dapat memberikan baringan dan jarak antara kapal dan objek-
objek tersebut. Radar sangat bermanfaat untuk mengetahui kedudukan kapal lain
sehingga dapat membantu menghindari/mencegah terjadinya tubrukan di laut.
Radar akan sangat berguna pada saat cuaca buruk, keadaan berkabut dan
melewati alur pelayaran sempit serta berlayar dimalam hari terutama apabila
petunjuk pelayaran seperti lampu suar, pelampung, bukit atau bangunan secara
visual tidak dapat diamati. Kelebihan utama dari pada radar dibandingkan
dengan peralatan navigasi yang lain, dalam pengoperasiannya radar tidak
memerlukan stasiun-stasiun pemancar. Pada dasarnya radar menggunakan
prinsip pancaran gelombang elektronik. Alat pemancar khusus akan
memancarkan pulsa gelombang radio pendek yang dipancarkan dalam alur
sempit (narrow beam) oleh antenna berarah (directional antenna).
Dalam menjalankan kapal, penting bagi sang nahkoda untuk dapat
mengetahui tentang kondisi laut termasuk mengetahui kondisi kapal-kapal lain
yang ada di sekitar. Hal ini diperlukan agar jangan sampai terjadi tubrukan.
Informasi posisi kapal di sekitar dapat diketahui melalui radar kapal. Sebelum
membahas berbagai fungsi radar kapal yang lain, perlu dipahami bahwa terdapat
2 jenis radar kapal yang umum digunakan.
Pertama adalah radar kapal yang dijalankan dengan frekuensi x-band (10
GHz). Radar kapal ini beroperasi dengan frekuensi tinggi, digunakan untuk
memperoleh gambar yang tajam dengan resolusi tinggi. Selanjutnya jenis kedua
adalah radar yang beroperasi pada frekuensi S-band (3 GHz). Radar jenis ini

1
digunakan untuk mengidentifikasikan dan melakukan tracking khususnya pada
saat hujan, badai atau berkabut. Pergerakan gelombang radio ini diumpamakan
bergerak secara lurus pada kecepatan yang tetap dan apabila pulsa gelombang
yang dikirimkan mengenai sasaran seperti kapal, pantai sebuah pulau atau objek
lain, gelombang radio akan dipantulkan lagi dan diterima kembali oleh unit
penerima (receiver unit) di kapal pemancar dengan segera. Gema yang
dipantulkan disebut gema radio (radio echo). Dengan mengukur beda waktu
pengiriman/pemancar dan penerimaan gema dan dengan diketahinya kecepatan
perambatan gelombang radio, jarak antara kapal dengan sasaran dapat diketahui.
Informasi jarak ini akan ditunjukkan dalam skrin radar oleh tabung sinar katoda
(Cathode Ray Tube-CRT). Pulsa gelombang radio yang dipancarkan akan
mengalami dua kali jarak yaitu jarak dari kapal pengamat (own ship) ke sasaran
ketika pemancaran dan jarak untuk kembali ke penerima (receiver) dari sasaran.
Untuk menentukan jarak dan kedudukan sasaran, hanya setengah waktu
perjalanan yang diperhitungkan. Gelombang radio yang dipancarkan oleh
pemancar radar (radar transmitter) bergerak dengan cepat sehingga
pengukurannya menggunakan mikrodetik(m/s). Perambatan gelombang radio
bergerak dengan kecepatan 300 m/s. Untuk menghitung jarak dari kapal kepada
sasaran sangat mudah misalnya;Selang waktu pengiriman dan penerimaan
kembali gelombang radio adalah 100 s, jarak pergi dan kembali gelombang radio
adalah 100 x 300 =30.000 m dan jarak antara kedua kapal adalah setengahnya
yaitu 15.000 m = 8,1 mil laut. Jarak jangkau minimum radar adalah sama
dengan jarak yang dapat dilihat oleh mata manusia dan jarak maksimum
tergantung kepada jenis dan kemampuan radar. Meskipun demikian, target
dibalik sudut tidak akan tampak di radar. Informasi sasaran seperti pulau dan
kapal didalam skrin radar ditunjukkan dalam bentuk indicator kedudukan (plan
position) Indikator-PPi). Dengan metode ini informasi sasaran seperti pulau,
kapal lain yang ada disekeliling kapal pengamat dapat ditunjukkan pada skrin
radar. Pengukuran waktu pada radar dimulai dengan bermulanya isyarat picu
(trigger signal) yang dikirim kepada pemancar (magnetron) dan tabung sinar
katoda (CRT). Pada saat pemancaran, gelombang radio akan dipancarkan

2
melalui antenna (scanner) melalui pemandu gelombang (wave guide) yang
dikendalikan oleh switch pancar/terima elektronik (T/R electronic switch).
Begitu juga pada saat penerimaan, gema radio akan diterima oleh receiver
melalui T/R elektronik switch.
Penerapan alat navigasi yang baik dan benar erat kaitannya dalam keselamatan
selama kapal berlayar. Terutama ketika kapal berlayar di kawasan Indonesia
yang merupakan Negara kepulauan. Sebagian wilayah lautan Indonesia berada
pada daerah – daerah yang memiliki Alur Pelayaran Sempit, seperti Surabaya,
Samarinda, Sampit, Banjarmasin, Kupang, Labuan Bajo, Sangatta, Cilacap dan
daerah lain yang memiliki luasan perairan yang memiliki lebar kurang dari 100
Meter. Oleh karena itulah disebut Alur Pelayaran Sempit. Kecermatan dan
Keahlian Nahkoda kapal yang berlayar di Alur Pelayaran Sempit sangatlah
diperlukan untuk menghindari tubrukan antar kapal yang saling berpapasan.
Berhubungan dengan situasi alur pelayaran sempit semakin ramai di mana
kapal-kapal berada pada saat resiko tinggi tubrukan. Maka untuk mengurangi
dan mencegah resiko bahaya tubrukan laut dari sisi kecakapan Nahkoda dan
mualim jaga dalam pengamatan dan pengelihatan di alur pelayaran sempit maka
dibantu dengan menggunakan alat navigasi yang berada di kapal. Salah satunya
dengan penggunaan Radar singkatan dari Radio Detection And Ranging adalah
suatu alat bantu navigasi yang mampu mendeteksi (to detect) suatu obyek
tertentu di luar kapal, dan menentukan jarak antara obyek tersebut ke kapal
(ranging) dengan cara memancarkan energi electromagnetic keluar dari
transmitter kemudian di pantulkan oleh suatu obyek / target dan kemudian
kembali ke pesawat radar receiver, dengan prinsip kerja radar yang di ketahui
kita bisa memaksimalkan penggunaanya terutama dengan fungsi EBL
(Electronic Bearing Line) dan VRM (Variable Range Marker) dalam
bernavigasi di alur pelayaran ramai seperti alur pelayaran sempit (Narrow
Chanel).
Pada 19 November 2016, sebuah kapal kargo umum berbendera Vietnam
Tay Son 4 menuju Surabaya. Berangkat dari Singapura pada 16 November 2016.
Setelah melewati Selat Singapura dan Selat Karimata, ia melanjutkan perjalanan

3
ke Laut Jawa. Sekitar 02.50 LT, di mana dia berada di Perairan Tuban,
Indonesia, posnya sekitar 108° E dengan autopilot mode. Di anjungan mualim 2
bertugas sebagai mualim jaga dan juru mudi yang bertugas. Penanda jangkauan
variabel range market (VRM) diatur ke 1,54 mil laut (NM), sedangkan
sedangkan jangkauan radar diatur ke 6 NM. Pada pukul 02.54 LT, sebuah objek
muncul di citra radar pada kisaran 1,5 NM dan baringan 30°. Objeknya, telah
dikenal sebagai kapal Mulya Jati, tidak memiliki identifikasi seperti yang
muncul pada data target AIS, tetapi bergerak dengan haluan yang sama sekitar
080 °. Sekitar pukul 03.00 LT, objek semakin mendekat dengan jarak 1,3 NM
dan baringan 27°. Masih belum ada perubahan haluan baik dari Tay Son 4 atau
Mulya Jati. Pada waktu itu, kecepatan di kapal Tay Son 4 sekitar 9 knot,
sementara kecepatan air longitudinal sekitar 7 knot. Sekitar pukul 03.10 WIB,
baik kapal Tay Son 4 maupun Mulya Jati saling mendekat dengan jarak sekitar
0,7 NM. Kedua kapal mempertahankan haluannnya. Sekitar pukul 03.18 LT,
saat kapal Mulya Jati berjarak sekitar 0.2 NM dari Tay Son 4, dia mengarahkan
haluannya sedikit ke sekitar 090°. Setelah itu, Mulya Jati menyimpang menuju
mendekati Tay Son 4. Beberapa detik kemudian, Tay Son 4 melakukan
percobaan dengan mengubah haluan ke 106° untuk menghindari tubrukan.
Kapal Tay Son 4 kemudian bertubrukan dengan Mulya Jati di perempatan
pelabuhan di lepas pantai Perairan Tuban, Indonesia. Lokasinya 6,55 S dan
112,15 E atau sekitar 21 NM utara Pantai Tuban, Jawa Timur. Dalam hal ini
banyak kejadian tubrukan di alur pelayaran sempit. Dari masalah yang di ungkit
di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat penelitian berjudul
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN RADAR DI ATAS KAPAL PADA SAAT
MASUK ALUR PELAYARAN SEMPIT.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
Efektivitas penggunaan radar di atas kapal pada saat memasuki alur pelayaran
sempit?

4
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh radar terhadap pencegahan tubrukan pada saat
berlayar di Alur Pelayaran Sempit.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang ingin dicapai oleh penulis antara lain:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memberi sumbangan dalam perkembangan ilmu
pelayaran datar khususnya dalam penggunaan Radar di Alur Pelayaran
Sempit.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk nahkoda dan mualim jaga agar
melaksanakan pengamatan di alur pelayaran sempit dengan menggunakan
radar lebih efektif

5
6

Anda mungkin juga menyukai