Anda di halaman 1dari 16

Uraian Materi

1. Menentukan posisi dengan menggunakan Radar

 
       Menurut Sonnenberg (1977), Radar sebagai alat bantu navigasi (Aid to navigation). Radar
merupakan singkatan dari kata Radio Detection And Ranging. Artinya pesawat Radar adalah sebuah alat
bantu navigasi yang mampu mendeteksi (detection) suatu obyek tertentu diluar kapal, dan menentukan
jarak antara obyek tersebut ke kapal (ranging).  Sebuah radar harus mampu menunjukkan secara akurat 
sebuah target ukuran kecil dengan jarak sekitar 50 yards, atau sebuah target yang ada di pantai dengan
jarak sampai 20 mil dimana ketinggian target tersebut kira-kira 20 kaki, dan sebuah kapal dengan ukuran
5000 GT harus dapat dideteksi pada jarak 7 mil. Baringan terhadap target tersebut harus dapat dibaca
dengan akurat pada skala  10 di tabir layar radar dan diperlihatkan dari depan sampai belakang (0 0 – 3600)
dalam keadaan yang tidak stabil. Posisi kapal dapat diplotkan pada peta dari hasil baringan dan jarak
melalui radar yang dilakukan terhadap suatu objek yang terlihat di pantai dan gambarnya secara jelas
dapat terlihat di layar radar, tetapi lebih cenderung hanya digunakan jarak dari tiga buah objek yang
sesuai.
       Jika di kapal dilengkapi dengan radar sebagai alat bantu navigasi, maka fungsi radar dalam
kaitannya dengan navigasi ada 4 (Supriyono, 2005), yaitu:

 Untuk menentukan posisi kapal dari waktu ke waktu (position fixing)


 Memandu kapal keluar-masuk pelabuhan atau perairan sempit (piloting)
 Membantu menentukan ada/tidaknya resiko tubrukan (collission prevention)
 Membantu memperkirakan hujan melewati lintasan kapal (weather forecasting)

 
4.7.1.2. Menentukan posisi kapal (position  fixing)
           Menentukan posisi kapal dengan radar dapat dilakukan dengan beberapa cara,  yaitu :

1. Menggunakan baringan dan baringan

    Cara ini dilakukan bila terdapat 2 (dua) benda daratan atau lebih. Tombol yang dioperasikan adalah
‘EBL-brilliance’ dan ‘Cursor’. ‘EBL’(EBL = Electronic Bearing Line)  diarahkan ke benda yang dibaring
kemudian hasil baringan dapat dibaca pada skala angka yang terdapat disekeliling lingkaran layar radar.
Bila radar diletakkan pada ‘Head-Up’ maka baringan yang didapat adalah baringan relative. Sedangkan
bila radar diletakkan pada posisi ‘North-Up’ atau ‘Course-Up’ maka baringannya adalah baringan sejati.
Contoh gambar berikut ini pada posisi “North up”
         
Gambar 155 : Tampilan di layar radar “North Up”  dengan VRM
 

1. Menggunakan baringan dan jarak


    Cara ini digunakan terutama bila hanya ada satu benda daratan saja (satu titik target), dengan cara
mengoperasikan ‘Cursor’ (untuk menggerakkan EBL kearah benda daratan) dan VRM (Variable Range
Marker)  (untuk mengukur jarak benda). Contoh gambar berikut ini pada posisi “North up”
Gambar 156 : Tampilan di layar radar “North Up”  dengan VRM
 

1. Menggunakan jarak dengan jarak

    Cara ini digunakan apabila terdapat lebih dari satu benda sebagaimana halnya cara ‘baringan dengan
baringan’. Kelebihan dari cara ini adalah lebih sederhana dan cepat serta tidak terpengaruh dengan
kedudukan ‘North-Up’ atau ‘Head-Up’.
     Informasi dari radar dapat digunakan untuk menentukan posisi kapal baik secara sendiri atau
digabung dengan informasi lainnya. Contoh kasus berikut menggunakan gabungan antara informasi yaitu
:

 Jarak melalui pengamatan dengan radar dan baringan visual


 Jarak melalui pengamatan dengan radar dan baringan dengan radar
 Jarak melalui pengamatan dengan radar sebagai busur posisi.

     Karena ketidak akuratan radar yang disebabkan oleh lebar berkas pancaran pulsa radar, maka
baringan secara visual juga perlu dilakukan untuk dapat mengoreksi/memperbaikan baringan dengan
radar. Begitu juga jarak yang diperoleh dengan radar lebih cenderung salah dari pada baringan yang
diperoleh dengan radar. Pada umumnya menghindari untuk menggunakan baringan dengan radar kalau
memungkinkan. Penggunaan jarak dengan radar sebagai busur untuk menentukan posisi lebih lazim
digunakan dan lebih akurat dalam menentukan posisi jika hanya menggunakan informasi dari radar.
Contohnya lihat gambar 157.
     Dari informasi berikut ini yang diperoleh dari radar,  ditentukan posisi kapal dan haluan untuk
dikemudikan sejauh 7 mil dari Suar  di pulau Pakolor.
 
 
                                                                                                                                                                                           
                                                                   Credit : Silvester
Gambar 157 : Menentukan posisi melalui baringan /jarak dengan memakai radar.
Pada pkl. 0230, Suar p. Mandolang, diperoleh jarak dengan radar = 7.0 mil
                          Suar depan Tj.Merah, diperoleh jarak dengan radar = 8.0 mil
                          Suar Lilang, diperoleh jarak dengan radar = 12.0 mil
Demonstrasi menentukan posisi kapal dengan baringan radar
a). Bagaimana menentukan  posisi kapal ? :

 Gunakan jangka untuk mengukur jarak yang diperoleh dari radar sejauh 7.0 mil (ukur pada skala
lintang)
 Dengan menggunakan Suar p. Mandolang sebagai titik pusat objek I, jangkakan dengan radius 7
mil dari titik pusat tersebut.
 Ulangi pengukuran seperti tersebut diatas untuk kedua suar lainnya sesuai jarak masing-masing
 Titik yang terlukis karena perpotongan ketiga garis busur (lingkaran posisi) tersebut merupakan
posisi kapal. Titik ini merupakan posisi kapal pengamat yang harus diberi dengan tanda lingkaran
(?).
 Tulislah waktu pengamatan dan pembacaan topdal (0230, log 50) pada posisi tersebut di peta.
 Gunakan mistar jajar, baca baringan sejatinya terhadap objek yang paling dekat dan tuliskan
besar baringan dan jarak pada posisi pkl. 0230.

Jawaban : Baringan yang terdekat adalah ke Suar p. Mandolang sebesar 000 0 jarak 7 mil. Posisi dapat
ditentukan dengan mengukur pada lintang dan bujur di tempat tersebut dan diperoleh : 1 017,5’U- 125016’T
b). Bagaimana menentukan haluan kapal ?:

 Gunakan mistar jajar, tarik garis melewati posisi pada pkl 0230 yang ditarik menyinggung garis
busur baringan terhadap suar di pulau Pakolor 7.0 mil dari suar tersebut. Inilah haluan kapal yang
dikemudikan. Catatan : Bahwa haluan tersebut ke arah Selatan Daya
 Pindahkan arah mistar jajar tersebut ke mawar pedoman atau garis bujur lalu bacalah haluan
kapal tersebut, misalnya 2200.

           Jawaban :  2200 adalah haluan kapal yang dikemudikan dan melewati jarak baringan 7.0 mil
terhadap suar di pulau Pakolor (C4.5s126m27M) 

2. Membantu menentukan ada-tidaknya resiko tubrukan dengan kapal lain ( Collission


avoidance).

    Adanya kapal-kapal yang mendekat dapat dideteksi dengan menggunakan radar. Tanpa dihubungkan
dengan ARPA, radar dapat digunakan untuk ‘plotting’ secara manual, sehingga ada atau tidaknya resiko
tubrukan dengan kapal lain dapat ditentukan.

3. Memandu kapal keluar-masuk pelabuhan atau perairan sempit (Piloting)

    Pada posisi ‘Head-Up’, radar sangat efektif dan efisien untuk membantu para Nakhoda atau Pandu
dalam melayarkan kapalnya keluar-masuk pelabuhan, sungai, atau alur pelayaran sempit.

4. Memprediksi adanya hujan (Weather forecasting)

    Dengan menggunakan teknik ‘plotting’, dimungkinkan adanya hujan atau awan rendah dapat diketahui
secara dini, apakah hujan akan melintas pada lintasan kapal, sehingga tindakan-tindakan preventif yang
berkaitan dengan keselamatan muatan dapat dilakukan.
Gambar 158 : Contoh tampilan layar radar dengan fix ring marker.
 
4.7.1.3. Radar plotting
 

1. Fungsi plotting

Menurut Supriyono (2005), bagi seorang navigator, tujuan utama melakukan plotting adalah untuk
menentukan ada/tidaknya resiko tubrukan dengan kapal lain. Oleh karena itu fungsi utama Radar-
plotting adalah untuk mencegah sedini mungkin resiko tubrukan di laut. Aturan-aturan dalam PIMTL 1972
yang erat kaitannya dengan Radar-plotting terutama terdapat pada Bagian B (Mengemudikan dan
Melayarkan Kapal), antara lain:
- Seksi I:

 Aturan 5 (Pengamatan keliling),


 Aturan 6 (Kecepatan aman),
 Aturan 7 (Menentukan resiko tubrukan), dan
 Aturan 8 (Menghindari tubrukan).

- Seksi II:

 Aturan 13 (Penyusulan),
 Aturan 14 (Berhadap-hadapan),
 Aturan 15 (Bersilangan),
 Aturan 16 (Tindakan kapal yang menyimpang), dan
 Aturan 17 (Tindakan kapal yang bertahan)

- Seksi III

 Aturan 19 (Tindakan kapal-kapal dalam tampak terbatas)

         Selain itu, radar-plotting juga dapat digunakan untuk memperkirakan arah dan kuat arus di suatu
perairan, serta dapat memberikan kontribusi pengambilan keputusan Nakhoda dalam kaitannya dengan
analisa arah dan kecepatan pergerakan relatif awan.
 

1. Jenis-jenis plotting

       Radar plotting ada 2 macam yaitu:


1) True plotting (plotting sejati) atau juga disebut Geographical Radar plotting
Yaitu plotting dengan melukiskan seolah-olah kapal sendiri bergerak dari satu titik ke titik lain di layar
Radar. Ini akan lebih efektif apabila Radar memiliki fungsi ‘True Motion Display’ (Tampilan Gerakan
Sejati). Apabila tidak, maka plotting sebaiknya dilakukan diatas kertas lembar kerja plotting (Plotting
Sheet)
Dengan ‘true-plotting’ ini haluan dan kecepatan target dapat diketahui secara langsung. Namun untuk
menentukan ada dan tidaknya resiko tubrukan dan kapan waktu pendekatan antara kapal sendiri dengan
target, kurang dapat diperoleh informasi yang rinci seketika, yaitu masih dengan menggunakan
perkiraan. Plotting sejati ini lebih banyak dikembangkan dalam navigasi angkatan laut (navy-plotting)
yang bertujuan untuk pengejaran (pursuit) atau memperkirakan sudut tembakan peluru kendali dan
sejenisnya.
 
2). Relative plotting (Plotting  Relatif)
Plotting ini juga ada 2 model, yaitu sering dikatakan sebagai:

1. Plotting dengan segitiga besar

        Plotting model ini dikembangkan oleh US Navy (Angkatan Laut Amerika Serikat) di awal era
dikenalkannya teknik plotting. Dasar pemikiran plotting ini adalah berasal dari ‘true-plotting’.
      Teknik plotting segitiga besar paling efektif bila menggunakan ‘Manoeuvering Board’ yang dipublikasi
oleh US Hydrographic Office. Teknik ini tidak berkembang dalam dunia maritime secara meluas karena
terdapat keterbatsan-keterbatasan, apalagi setelah berkembangnya tehnologi maritime dengan
dikenalkannya ARPA. Para navigator yang pernah menggunakan tehnik plotting segitiga besar mengakui
bahwa tehnik plotting ini lebih teliti dari pada tehnik plotting segitiga kecil. Sebenarnya yang dimaksud
adalah lebih rinci untuk satu target, karena tiap satu lembar manoeuvering-board hanya dapat digunakan
untuk satu target.
       Kelemahan dari tehnik plotting segitiga besar adalah:

 Plotting lebih dari satu target dalam satu lembar plotting-sheet sulit dilaksanakan (Satu target
satu lembar ‘manoeuvering-board’)
 Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan C.P.A dan t.C.P.A lebih lama disbanding
dengan plotting segitiga kecil karena harus memindahkan garis-garisnya ke pusat lingkaran
kertas plotting.
 Bila menggunakan plotting-sheet selain ‘manoeuvering-board’ terdapat kesulitan
pelaksanaannya, berkaitan dengan skala jarak.
 Tidak terdapat korelasi dengan prinsip yang dikembangkan pada ARPA

1. Plotting dengan segitiga kecil

Teknik plotting segitiga kecil menggunakan azas kesederhanaan (simplicity). Pada awal dikenalkannya


teknik plotting ini, beberapa ahli navigasi menanggapi dengan sinis dan menentang karena dinilai ‘kusut’,
apalagi bila melakukan plotting lebih dari 2 target sekaligus. Dinilai dapat membuat ‘ambiguity’ dan
pengambilan keputusan yang keliru dalam menghindari tubrukan.
Namun setelah dipraktekkan berulang-ulang dan dikaji, ternyata teknik plotting ini banyak diterima
berbagai fihak karena:

 Tidak harus menggunakan ‘Manoeuvering Board’. Lebih dari itu, teknik plotting ini dapat dibuat
pada kertas kosong (plain paper).
 Beberapa target dapat di-plot pada satu lembar kertas kerja
 Tidak perlu pemindahan garis-garis atau, penentuan CPA dan TCPA lebih cepat dibanding
dengan teknik plotting lainnya
 Perobahan Haluan dan Kecepatan oleh kapal sendiri atau oleh kapal target dapat dilukiskan
tanpa merobah struktur plotting
 Menjadi dasar pembuatan program-program ARPA.

 
 
 

1. Plotting dan ARPA

ARPA adalah singkatan dari Automatic Radar plotting Aid, atau alat bantu plotting Radar secara otomatis.
Program yang dikembangkan ARPA berasal dari teknik plotting segitiga kecil dengan rasio yang sama
dan memanfaatkan arah baringan-baringan dan jarak-jarak pada tiap-tiap plotting, namun dengan interval
yang relatif sangat rapat (cepat) sesuai dengan resolusi komputer yang digunakan, oleh karena itu ARPA
mampu plotting sampai lebih dari 20 target sekaligus.
      Pada layar radar (PPI = Plan Position Indicator), jarak dan baringan dari gema sebuah kapal dapat
diperoleh melalui suatu pengamatan tetapi tindakan yang benar untuk menghindari  situasi yang  sangat
dekat tidak dapat diukur hanya dari suatu pengamatan.Untuk menghindari suatu situasi yang sangat
dekat, perlu membuat suatu plot terhadap beberapa pengamatan. Pengamatan terhadap jarak dan
baringan  tersebut harus diambil dalam interval yang sesuai.
                                                                                                                                                                                    
Credit : Silvester
Gambar 159 : Ilustrasi segitiga vektor dalam radar plotting
Keterangan  gambar :  O     = Earth (= titik referensi)           m = kapal lain/target
                                     rm   = haluan dan kecepatan relative  e = Posisi kecepatan awal
                                     P     = Closest Point of Approach (CPA)
                                     OP  = jarak CPA (DCPA = Distance of CPA)
                                     em  = Haluan sejati dan kecepatan  kapal target
                                     er    = Haluan sejati dan kecepatan kapal sendiri (kapal pengamat)
                                      ∠ pmO = aspek
         Waktu sampai ke CPA =
         Waktu CPA = Waktu baringan terakhir + waktu sampai ke CPA
 
4.7.1.4. Persiapan plotting
Radar-plotting adalah seni yang digunakan dalam usaha mencegah resiko tubrukan dilaut dan sebagai
sumber informasi navigasi dari dua kali observasi atau lebih dari tiap-target pada layar Radar. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut diatas, teknik plotting sebaiknya dilakukan diatas kertas plotting terlebih
dahulu. Kemudian pada tingkat lanjutan, atau nantinya pada saatnya simulasi (Program Radar Simulator)
dapat menggunakan layar Radar (plotter) sebagai tempat melakukan plotting. Demikian pula diharapkan
setelah di kapal para navigator telah dapat menggunakan teknik plotting dengan baik pada layar Radar
dan bukan pada kertas plotting
      Untuk praktek Radar-plotting pada kertas plotting diperlukan: Plotting sheet;  Pensil HB atau 2B;
Karet penghapus; Penggaris dengan ukuran 30 cm dan penggaris segi-tiga ukuran 8” atau 10” ; Jangka
lingkar
4.7.1.5. Beberapa pengertian yang terkait dengan Radar plotting

1. Relative Plot, yaitu plot yang didasarkan pada gerakan garis posisi dari target secara berturut-
turut yang terlihat dilayar radar. Plot ini dapat ditampilkan di layar radar dengan salah satu cara
yaitu “Ship Head up” atau “North up”.Kapal yang mengamati/kapal sendiri (own ship) selalu
berada pada titik pusat plot (layar radar), dan terlihat tetap.
2. Target’s bearing (Baringan target) yaitu sudut yang diukur dalam derajat, (notasi 3 angka)
salah satunya dari garis haluan kapal pengamat sehingga mendapatkan baringan relative 235 0,
atau baringan sejati sebesar 1460 terhadap garis baringan target yang terlihat. Baringan yang
diperoleh dapat berupa baringan ke arah depan kapal, ke arah belakang kapal atau baringan
yang tetap.
3. Target’s Range (Jarak target) yaitu jarak yang ditetapkan dalam mil laut dari kapal yang
mengamati (own ship) sampai kapal target. Jarak yang diperoleh bisa bertambah, berkurang atau
tetap.
4. Plotting Interval (Selang waktu ploting) yaitu waktu yang telah dilewati (dalam menit) antara
baringan dan jarak yang pertama dan terakhir dari target yang terbaca. Interval tersebut
dinyatakan dengan notasi “rm” yang berupa arah gerakan sejati atau relative.
5. Target’s Relative Motion (Gerakan relative kapal target) atau Target’s Apparent
Motion (Gerakan sejati kapal target) yaitu sebuah garis yang ditampilkan di layar radar berupa
garis posisi yang bergerak secara berturut-turut selama selang waktu ploting. Simbol “r”
merupakan posisi pertama dari garis gema, simbol “m” merupakan posisi terakhir dari arah
gerakan sejati atau relative yang ditandai dengan simbol  yang selalu mengarah dari “r” ke “m”.
6. Zero Speed Position = ZSP  yaitu posisi gema dari sebuah kapal target yang diperoleh  pada
akhir  selang waktu ploting. Ujung garis tersebut diberi simbol “e”. Titik tersebut ditetapkan
dengan menarik sebuah garis dari “r” ke arah yang berlawanan dengan haluan kapal pengamat
untuk suatu jarak yang sebanding dengan jarak yang ditempu oleh kapal  pengamat dalam
selang waktu ploting. Misalnya kapal dikemudikan dengan haluan sejati 040 0 pada kecepatan 15
knot, selang waktu ploting 12 menit. Buatlah garis dari titik 00 ke arah 2200 (0400 + 1800) untuk 3,0
mil dengan perhitungan  
7. Closest Point of Approach ( CPA = Titik jumpa terdekat ) kapal target yaitu  jarak terakhir
yang dihitung dalam mil laut antara dua buah kapal yang berdekatan. Ini ditentukan dengan
mengukur garis yang ditarik tegak lurus dari gerakan relative/sejati kapal target atau gerakan
relative/sejati yang dihasilkan terhadap kapal pengamat. Perhatikan bahwa setiap perubahan
haluan/dan kecepatan kapal pengamat dan kapal target akan merubah CPA.
8. Selang Waktu terhadap CPA kapal target. Waktu yang digunakan dalam menit untuk kapal
target mencapai CPA terhitung dari saat baringan dan jarak terakhir diambil. Ini dihitung
sepanjang gerakan garis sejati / relative yang diperoleh pada kecepatan sejati/relative, yaitu :

     Waktu (dalam menit ) =

1. Time of target’s CPA (Waktu CPA kapal target) yaitu selang waktu terhadap CPA kapal target
ditambahkan dengan waktu baringan dan jarak terakhir
2. Target’s True Motion (Gerakan sejati target ) yaitu haluan dan kecepatan yang sebenarnya
yang diperoleh selama intervalplotting yang ditentukan oleh kapal pengamat. Ini dapat
ditampilkan dalam bentuk diagram berupa garis dari titik “em” dan ditandai dengan simbol ? yang
selalu mengarah dari “e” ke “m”. Kecepatannya dihitung dengan membagikan jarak “em” dengan
intervalplotting dan dikalikan dengan 60’, contoh misalnya jara “em” = 3,4 mil, intervalplotting 12’,
maka : Kecepatan =

     Arah ini dapat diketahui dengan mengukur arah garis “em” melalui titik pusat PPI dan proyeksinya
dalam skala mawar pedoman.

200. Aspect Symbol “°Red” or “°Green” (Aspek) baringan kapal pengamat dari kapal target
dinyatakan dalam derajat merah dari 00 sampai 1800 atau derajat hijau dari 00 sampai 1800 sesuai
dengan apakah kapal pengamat ada di sisi sebelah kiri atau kanan dari masing-masing kapal
target .Hal ini dapat diketahui dengan mengambil sudut yang lebih kecil antara haluan sejati
kapal target dan saling timbal balik  dari baringan terakhir kapal target, misalnya haluan kapal
target = 2100, baringan sejati terakhir = 0500, timbal balik dengan baringan sejati terakhir 230 0,
sudut yang lebih kecil = 200.

        Aspek didefinisikan sebagai berikut :

 Sudut yang dibentuk oleh Haluan kapal target dengan arah baringan kapal sendiri dari kapal
target pada posisi plotting terakhir (pada titik “m”), atau
 Sudut pandang dari kapal target dihitung dari haluan (target) ke sisi mana ia melihat kapal yang
melakukan plotting.

      Secara praktis sebenarnya aspek berguna bagi navigator untuk menentukan tingkat bahaya      yang
mungkin akan timbul, terutama bila terdapat lebih dari satu target dalam melakukan plotting, dapat
memberikan prioritas tindakan secara garis besar dengan melihat ‘aspek’ yang ada pada tiap-tiap target.
Cara menentukan aspect adalah sebagai berikut:

 Misalnya setelah plotting seperti pada contoh diatas, haluan target = 273°.


 Baringan terakhir target (titik A) misalnya = 017°. Arah Baringan C dari A = 197°
 Selisih sudut antara 273° dengan 197° adalah 76°
 Karena kapal sendiri berada di lambung kiri kapal target, maka Aspect = 76° Red.
1. Sea speed (kecepatan di air) : Kecepatan kapal sendiri melewati lintasan di air yang
dinyatakan dalam knot
2. Ground Speed (kecepatan di bumi) : kecepatan dari kapal sendiri terhadap lintasan di
bumi yang dinyatakan dalam knot.
3. Detection (deteksi) : mengenali keberadaan sebuah target
4. Acquisition (akuisisi) : memilih target-target yang memenuhi persyaratan sebuah
prosedur melintasi suatu jalur dan inisiasi terhadap lintasan.
5. Tracking (melakukan lintasan) : proses mengamati perubahan secara bertahap dari
posisi kapal target  dan memperkirakan gerakan kapal target. 

 
4.7.1.6. Simbol-simbol yang digunakan dalam membaca radar plotting
Pada ARPA dari Radar merk Furuno tampilan simbol-simbol seperti dalam table berikut :

Vektor/
Arti Keterangan
simbol
  Target yang dinyatakan aman  
Tanda alarm (CPA/TCPA) ditampilkan dan
Target yang dinyatakan mengeluarkan bunyi alarm
  berbahaya (CPA/TCPA)
Vektor dan simbol berkedip.
Ditampilkan setelah sebuah target diperoleh sampai
  Tanda perolehan inisial
vektornya ditampilkan.
Bila penunjukkan indikasi  data sebuah target dengan
menggunakan bola gulir (track ball), maka simbol
Target yang datanya target berubah ke tanda  dan  target diberi tanda
  diperlihatkan pada tampilan data nomor. Walaupun demikian , bila sebuah target
hilang atau terdapat target yang berbahaya, simbol
yang terkait dengannya  masih bertanda .
Target yang hilang (simbol ini
Tanda alarm (LOST) akan tampil disertai dengan
akan tampil bila sebuah target
  bunyi alarm. Tidak ada garis vektor yang terlihat,
tidak dapat diperoleh untuk suatu
tertapi ada kedipan simbol.
alasan) atau ‘lost target’
Target yang masuk dalam Tanda alarm (GZ) terlihat dan ada bunyi alarm.
  lingkaran ‘guard zone’(GZ) Simbolnya berkedip
Tanda ini digunakan untuk menandai sebuah target
Tanda kursor untuk bola gulir
  bila diperoleh secara manual dan dibatalkan serta
(track ball)
menandainya berupa nomor
Simbol dan garis vektor terlihat hanya bila (posisi
Titik-titik di belakang simbol
  yang telah dilewati) di-on-kan. Jarak antara dapat
(Posisi target yang telah dilewati)
diatur 0,5, 1, 2 atau 4 menit.
Alarm untuk target yang berbahaya

Simbol di
Status Sifat alarm Bunyi alarm Kondisi
layar radar
Tracking target   (OFF) (OFF) • CPA>CPA Limit
• 0 > TCPA
• TCPA > TCPA Limit
Dangerous Bunyi beep (pee-poh) • CPA ≤ CPA Limit
  CPA/TCPA
Target Dapat diketahui • 0 ≤ TCPA≤ TCPA Limit
Alarm untuk Guard Zone

Simbol di
Status Sifat alarm Bunyi alarm Kondisi
layar radar
Sebuah bunyi alarm  yang
Target masuk Bunyi beep (pipipi) dihasilkan saat sebuah
ke dalam guard   GZ target masuk ke dalam jarak
zone Dapat diketahui 0,5 mil diantara lingkaran
bagian dalam dan luar. 
Alarm untuk target yang hilang

Simbol di
Status Sifat alarm Bunyi alarm Kondisi
layar radar
Target yang Bunyi beep (pipipi) Alarm  akan berbunyi sekali
hilang (Lost   LOST bila sebuah simbol target yang
target) Dapat diketahui hilang terlihat di layar radar.
                                                                                                                                                                                  
Credit : Silvester
                                                                                                                                                                          Credit :
Silvester
Gambar 160 : Contoh tampilan radar (dalam tampilan North up dan  Vektor Sejati)
 
        Pada ARPA dari Radar merk JRC model JAS-800MII tampilan simbol adalah seperti table berikut:

Symbol Arti
  Tracking, tanda target yang akan di-plot
  Target yang dinyatakan aman
  Target yang dinyatakan berbahaya
  Target yang dinyatakan sangat berbahaya
Simbol yang berkedip Target yang datanya diperlihatkan pada tampilan data
   Target yang hilang (tidak lagi terdeteksi) atau ‘lost target’
                   
  Target yang masuk dalam lingkaran ‘guard ring’
  Tanda ‘cursor’ dari track-ball
(berkedip) Titik awal penggambaran NAV-LINE atau SUPPRESSION AREA
 
 
  Titik-titik dibelakang symbol (Posisi target yang telah dilewati )
 
    
Credit : Silvester
 
4.7.1.7. Metode radar plotting
     Ada dua cara plotting yang dapat digunakan, yaitu cara yang pertama : plot gerakan relative (Relative
Motion Plot) dimana kapal yang melakukan pengamatan berada pada titik pusat layar radar (PPI) dan
cara yang kedua yaitu plot gerakan sejati (True Motion Plot) yang mana kapal yang melakukan
pengamatan bergerak sepanjang garis haluannya di layar radar. Pekerjaan plotting ini dapat dikerjakan
diatas plotting sheet seperti terlihat pada contoh plotting sheet berikut ini (gambar 161)
     Pada cara plot gerakan relative, arah gerakan  relative target sesegera mungkin diperoleh setelah
ploting yang pertama dari pengamatan. Bila telah diperoleh,  arah gerakan relative  memberikan CPA
(Closest Point of Approach) kapal target terhadap kapal yang mengamati. Tetapi plot relative tidak
memberikan haluan sejati dan kecepatan dari kapal target tanpa ploting selanjutnya. Peragaannya dapat
dilihat pada Radar Plot  Sheet nomor 1.
     Pada cara plot gerakan sejati, haluan sejati dan kecepatan kapal target sesegera mungkin diperoleh
setelah melakukan pengamatan ploting pertama, tetapi plot sejati tidak memberikan CPA
tanpa plotting selanjutnya. Peragaannya dilihat pada radar plotting sheet no. 2.
 

 Radar sebagai alat bantu mencegah tubrukan, informasi yang disyaratkan.

           Minimum ada 3 buah baringan radar dan jarak, dengan interval yang sesuai antara target-target
tersebut  diperlukan sebelum informasi yang dapat dipercaya diperoleh waktu ploting. Bila radar sedang
digunakan sebagai alat bantu pencegahan tubrukan, informasi dibawah ini menjadi persyaratan
untuk plotting :

1. Haluan sejati dan kecepatan kapal target


2. Aspek (yang merupakan baringan relatip kapal target dari kapal pengamat)
3. CPA kapal target
4. Waktu CPA (TCPA = Time of CPA)
5. Baringan relative dari kapal pengamat terhadap kapal target pada saat CPA. Bagaimana
mendapatkan informasi tersebut, dijelaskan pada Contoh radar plot nomor 3

     Dalam jurnal radar plotting, perwira jaga diwajibkan untuk membuat laporan, untuk itu maka dibuat
laporan  mengenai radar plotting dari perwira jaga bila diminta.  Laporan secara lengkap sesuai informasi
berikut ini  yang harus disampaikan oleh seorang perwira jaga, yaitu :

 Baringan terakhir terhadap kapal target


 Apakah garis baringan yang dilukis ke arah depan atau belakang atau tetap terhadap alur
gerakan kapal sendiri.
 Jarak antara yang terakhir terhadap kapal target
 Apakah jarak antara tersebut bertambah, atau berkurang atau tetap relative terhadap alur
gerakan kapal sendiri.
 Jarak dari CPA kapal target terhadap kapal sendiri.
 Selang waktu yang telah berlalu dari saat baringan terakhir sampai dengan saat CPA.
 Waktu kapal saat CPA
 Haluan sejati dan kecepatan kapal target
 Aspek-aspek dari kapal target.

Catatan :Untuk mengetahui  lebih lanjut tentang Pesawat radar dan radar plotting dengan cara yang
lebih mahir dengan memperhitungkan aspek akan dibahas dalam mata kuliah Alat Navigasi.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
                                                                                                                                                                                           
                                                                                  Credit : Silvester
Gambar 161 : Contoh plotting sheet untuk memindahkan hasil baringan dari radar
 
CPA dan Resiko tubrukan pada Plot Relative.
Contoh (Lihat Radar plotting nomor 1)
     Berikut ini baringan radar dan jarak yang diperoleh bila haluan kapal dikemudikan pada HS =
0800 dengan kecepatan 12 knot.
 
 
 
 
 

Wkt Target X Target Y Target Z


Baringan Baringan Baringan
Jarak Jarak Jarak
Sejati Sejati Sejati
09.00 143 0
10 mil 023 0
10 mil 310 0
9 mil
09.06 140 0
8 mil 022 0
8 mil 310 0
1        mil
 
Plot Gerakan Relative:

1. Kapal pengamat berada pada titik pusat plot


2. Plot posisi kapal target seperti terlihat padaplotting sheet, posisi pertama dari setiap target diberi
tanda huruf “r” dan posisi terakhir tanda huruf “m”
3. “rm” adalah arah gerakan dari setiap kapal target
4. Hasil dari setiap arah gerakan (“rm”) mengarah ke titik pusat. Garis tegak lurus dari titik pusat
terhadap setiap arah gerakan kapal target memberikan nilai CPA kapal target.
5. Selang waktu terhadap CPA dapat ditentukan dengan rumus :

Kapal target “X” akan mempunyai CPA dari selisih 2,0 mil
Kapal target “Y” berada pada baringan yang tetap dan CPA-nya akan berakibat tubrukan  yang akan
diperoleh CPA sebagai berikut :
                       
            Kapal target “Z” berada pada baringan yang tetap   dan CPA-nya akan berakibat tubrukan yang
akan diperoleh CPA sebagai berikut :                        
             
      
 
 
 
 
 
 
                           
Credit : Silvester
Gambar 162 : Contoh plotting  dengan gerakan relative (Relative motion)
 
          Jika data informasi yang sama tersebut diatas digunakan dalam plot gerakan sejati, haluan sejati
dan kecepatan kapal  target diperoleh sesegera mungkin tetapi CPA dan ancaman bahaya tubrukan tidak
dapat diperoleh tanpa adaplotting selanjutnya. Peragaannya lihat plotting Sheet nomor 2.
 
Haluan dan kecepatan kapal target dengan cara plot gerakan sejati.
Sebagai perbandingan, contoh radar plot nomor 2 dapat dikerjakan dengan data yang sama, seperti yang
digunakan dalam cara plot gerakan relative ( contoh radar plot no. 1).
Mari kita lihat contoh 2 (Radar Plot  nomor 2)
     Berikut ini baringan radar dan jarak yang diperoleh bila haluan kapal dikemudikan pada HS =
0800 dengan kecepatan 12 knot.

Target X Target Y Target Z


Wkt Baringan Baringan Baringan
Jarak Jarak Jarak
Sejati Sejati Sejati
09.00 143 0
10 mil 023 0
10 mil 310 0
9 mil
09.06 140 0
8 mil 022 0
8 mil 310 0
8 mil
 
Plot Gerakan Sejati

1. Kapal pengamat berlayar sepanjang garis haluannya pada arah 0800 dengan kecepatan 12 knot,
maka jarak yang ditempuh 1,2 mil dalam waktu 6 menit. Posisi kapal pengamat  di titik “ B”pada 
pkl. 09.00 dan di titik pada pkl. 09.06.
2. Dengan menggunakan baringan dan jarak terhadap kapal-kapal target pada pkl 09.00, buatlah
posisi ke tiga kapal target tersebut dari titik “B”. Tandai posisinya dengan huruf “r”
3. Dengan menggunakan baringan dan jarak terhadap kapal-kapal target pada pkl 09.06, buatlah
posisi ketiga kapal terget tersebut dari titik “C”. Tandai posisinya dengan huruf “m”
4. “rm” adalah haluan sejati dan jarak yang diperoleh dalam waktu 6 menit.

Kapal target “X” dikemudikan dengan haluan sejati 0100 pada kecepatan 21.5 knots
Kapal target “Y” dikemudikan dengan haluan sejati 1680 pada kecepatan 16,0 knots
Kapal target “Z” dikemudikan dengan haluan sejati 101 0 pada kecepatan 20,0 knots
                                                                                                                                                                                           
                                                          Credit : Silvester
Gambar 163 : Contoh plotting dengan gerakan sejati (True motion)
 
      Haluan sejati, kecepatan, aspek, CPA kapal target dan baringan relatif kapal pengamat terhadap
target saat CPA.
Contoh 3.
Berikut ini informasi yang didapat dari radar saat kapal dikemudikan pada haluan sejati 080 0 dengan
kecepatan 10 knot.
 

Waktu Baringan Relative Jarak


0900 050 0
7.0 mil
0906 046 0
5.6 mil
0912 038 0
4.2 mil
Tentukan : a. Haluan sejati, kecepatan dan aspek kapal target pada jam 0912

1. Waktu dan jarak kapal target pada saat CPA


2. Baringan relative kapal target pada saat CPA.
Berdasarkan  informasi sesuai permintaan, maka radar ploting dapat  diperoleh dengan salah satu cara
yaitu :
Cara (1) Plot Relative, Ship Head Up
Cara (2) Plot Relative, North Up
Cara (3) Plot sejati, North Up
Sebagai bahan pembanding, ketiga cara tersebut dapat diperagakan (dengan menggunakan Radar
Plotting Sheet) dalam contoh 3,4 dan 5 berikut ini.
Plot Relative, haluan Kapal “HEAD UP” (Cara 1)
Lihat Radar Plot Sheet nomor 3

1. Kapal pengamat (own ship) berada pada titik pusat ploting


2. Plot posisi kapal target seperti terlihat pada radar plot no. 3
3. Posisi kapal target pada pkl. 0900 ditandai dengan huruf “e” dan pada pkl 0912  ditandai dengan
huruf “m”
4. Garis “em” merupakan arah gerak relative dari kapal target, yang ditandai dengan tanda anak
panah dalam lingkaran yang selalu mengarah dari ‘e” ke “m”. Jika kapal target tidak merubah
haluan atau kecepatan pada  pkl. 0906, maka posisinya tetap pada garis “em”.
5. “Ep” garis tegak lurus dari titik pusat ke arah perpanjangan garis ‘rm” merupakan jarak ke kapal
target pada saat CPA, yaitu 2,0 mil
6. Waktu sampai ke CPA adalah :  =

CPA akan terjadi pada pkl. 0927 (yaitu diperoleh dari pkl. 0912 + 15’)

1. Baringan relative di saat CPA merupakan sudut antara garis haluan kapal dan garis “Ep” yaitu
sebesar 3370.
2. Dari titik “r” ditarik garis “re” sejajar dan sama dengan haluan kapal pengamat (kapal sendiri)
(0800) dan jarak yang ditempuh selama 12 menit (2 mil) yaitu garis “re” dengan anak panah yang
terlihat merupakan haluan dan jarak  kapal sendiri dari  pkl 0900 sampai dengan pkl. 0912. 
3. Garis “em” dengan anak panah yang terlihat, merupakan haluan dan jarak yang ditempuh kapal
target dari pkl. 0900 sampai pkl. 0912. Garis “em” merupakan garis dengan besar sudut
720 terhadap kapal sendiri oleh karena itu haluan kapal target adalah 008 0 (diperoleh dari 0800 –
720 ). Panjang “em” = 2,8 mil merupakan jarak yang ditempuh kapal target selama 12 menit
sesuai dengan kecepatannya  14.0 knot.
4. Sudut “XmE” adalah aspek yaitu baringan relative kapal target terhadap kapal sndiri yaitu sudut
“Merah 680”.

                                                                                                                                                                                           
                                        Credit : Silvester
Gambar 164 : Contoh plotting dengan gerakan relatif (relative motion)
 
Plot Relative, haluan Kapal “NORTH  UP” (Cara 2)
Contoh 4
Lihat Radar Plot Sheet nomor 4
Berikut ini informasi dari radar yang diperoleh saat mengemudikan kapal dengan haluan sejati  0800 pada
kecepatan 10 knot.

Waktu Baringan Relative Jarak


0900 050 0
7.0 mil
0906 046 0
5.6 mil
0912 038 0
4.2 mil
 
 
Tentukan (a) Haluan sejati, kecepatan dan aspek dari kapal target pada pkl. 0912
                (b) Waktu dan jarak kapal target saat CPA
                (c) Baringan relative kapal target saat CPA

1. Dengan menerapkan haluan sejati kapal sendiri 080 0 terhadap baringan relative, maka baringan
sejati dapat diperoleh sebagai berikut :

Waktu Baringan Relative Haluan Baringan Jarak


0900 050 0
080 0
130 0
7.0 mil
0906 046 0
080 0
126 0
5.6 mil
0912 038 0
080 0
118 0
4.2 mil
 
Catatan: Jika tampilan mawar pedoman layar radar stabil, setiap baringan yang diperoleh merupakan
baringan pedoman. Untuk mendapatkan baringan sejati, maka sembir harus digunakan, jika ada.

 Kapal pengamat (kapal sendiri) berada di titik pusat plot, haluan sejati 080 0.
 Plot posisi kapal target sebagaimana tertera pada radar plot no. 4
 Posisi kapal target pada pkl. 0900, diberi tanda huruf “r” dan pada pkl. 0912 diberi tanda huruf
“m”
 Garis “rm” merupakan haluan relative kapal target, yang ditandai dengan “anak panah dalam
lingkaran () , selalu mengarah dari “r” ke “m”. Jika kapal target tidak merubah haluan dan
kecepatannya dari pkl. 0900, maka posisinya berada pada garis “rm”
 Garis “Ep” adalah garis tegak lurus dari titik pusat terhadap perpanjangan garis “rm” merupakan
jarak kapal target saat CPA, yaitu 2,0 mil.
 Waktu sampai ke CPA adalah : = .

CPA akan terjadi pada pkl. 0927 (yaitu diperoleh dari pkl. 0912 + 15’)

 Baringan relative di saat CPA merupakan sudut antara garis haluan kapal dan garis “Ep” yaitu
sebesar 3370.
 Dari titik “r” ditarik garis “re” yang sejajar dan sama dengan haluan kapal pengamat (kapal
sendiri) (0800) dan jarak yang ditempuh selama 12 menit (2 mil) yaitu garis “re” dengan anak
panah yang terlihat merupakan haluan dan jarak kapal sendiri dari  pkl 0900 sampai dengan pkl.
0912. 
 Garis “em” dengan anak panah yang terlihat, merupakan haluan dan jarak yang ditempuh kapal
target dari pkl. 0900 sampai pkl. 0912. Haluan sejati 006 yang diperoleh langsung dari skala
derajat yang terdapat pada lingkaran plotting sheet yaitu arah dari “em” tidak dikerjakan sebagai
haluan kapal sendiri sebagaimana dikerjakan pada kasus sebelumnya (plot Ship’s head up,
conton plot 3) Garis “em” = 2,8 mile adalah sejauh lintasan kapal target selama 12 menit yaitu
sebesar 2,8 mil sesuai dengan kecepatan 14.0 knot.
 Sudut “XmE” adalah aspek yaitu baringan relative kapal target terhadap kapal sndiri yaitu sudut
“Merah 680”.

 
                                                                                                                                                                                           
                                                             Credit : Silvester
Gambar 165 : Contoh plotting dengan gerakan relatif (relative motion)
 
Plot Gerakan Sejati, haluan Kapal “NORTH  UP” (Cara 3)
Contoh 5
Lihat Radar Plot Sheet nomor 5
Berikut ini informasi dari radar yang diperoleh saat mengemudikan kapal dengan haluan sejati  0800 pada
kecepatan 10 knot.
 
 
 
 

Waktu Baringan Relative Jarak


0900 050 0
7.0 mil
0906 046 0
5.6 mil
0912 038 0
4.2 m

Anda mungkin juga menyukai