Anda di halaman 1dari 2

Kesimpulan

1. Mahkamah Kontitusi dapat membubarkan sebuah partai politik dengan alasan apabila
partai tersebut mempunyai ideologi, asas, tujuan program dan kegiatan partai politik yang
bersangkutan dianggap bertentangan dengan Undang-undang Dasar Tahun 1945. Namun
dalam pelaksanaannya fungsi Mahkamah Konstitusi masih terdapat pembatasan-
pembatasan yuridis yang berimplikasi terhadap prinsip demokrasi. Adapun pembatasan
pembatasan yuridis yang dimaksud terkait ketentuan Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, yang dinilai
menimbulkan kekaburan hukum (obscuur), dimana pembubaran partai politik di
Mahkamah Konstitusi hanya bisa dimohonkan oleh pemerintah yang dapat diwakili oleh
Jaksa Agung dan/atau Menteri yang ditugaskan. Apabila merujuk pada asas equality
before the law dan ketentuan Pasal 27 dan 28D UUD 1945, ketentuan pembatasan
pemohon dengan hanya menempatkan pemerintah sebagai pemohon tunggal seharusnya
tidak dapat dibenarkan karena tidak menempatkan setiap orang memiliki kedudukan yang
sama di hadapan hukum. Hak untuk mengajukan permohonan pembubaran partai politik
idealnya diberikan kepada perseorangan, kelompok masyarakat, dan badan hukum.
Dengan begitu, kewenangan MK dalam memutus pembubaran partai dapat berguna dan
kontrol terhadap partai politik juga akan berjalan lebih baik karena diawasi oleh seluruh
masyarakat Indonesia.

2. Pembubaran Partai Politik menyebabkan akibat hukum terhadap anggota, pengurus dan
status partai politik tersebut. Dengan syarat tidak memenuhi unsur ideologi, tujuan, asas,
kegiatan yang sesuai dengan konstitusi maka akibat hukumnya bermacam-macam, seperti
sanksi pidana terhadap orang-orang atau oknum yang dinyatakan bersalah,
dihilangkannya status sebagai wakil partai yang menjadi anggota Lembaga Perwakilan.
“pelaksanaan Putusan Pembubaran Partai Politik dilakukan dengan membatalkan
pendaftaran pada Pemerintah” dan “putusan Mahkamah Konstitusi diumumkan oleh
Pemerintah dalam Berita Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu paling lambat
14 (empat belas) hari sejak putusan diterima.
Rekomendasi

Diperlukan adanya penyempurnaan regulasi pembubaran partai politik, disamping itu


penyempurnaan ini diperlukan karena ketentuan-ketentuan pembubaran partai politik yang
ada didalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 masih sangat luas pengertiannya,
sehingga cenderung untuk menimbulkan debatebel (mengundang perdebatan) dan munculnya
penafsiran-penafsiran terhadap ketentuan-ketentuan tersebut. Untuk itu langkah yang perlu
dilakukan adalah merevisi Pasal 68 ayat (1) yang dinilai tidak demokratis dan menghambat
masyarakat untuk menggugat partai politik yang dinilai melanggar hukum.

Anda mungkin juga menyukai