Anda di halaman 1dari 21

DISKUSI 6 AKUNTANSI BIAYA.

07

Nama: Tri Dharma Nur Patria


NIM: 041149165
UPBJJ: Bogor

Selamat malam, salam sejahtera untuk Tutor Mata Kuliah Akuntansi Biaya
dan rekan - rekan mahasiswa lainnya.

Saya akan mencoba menanggapi diskusi kali ini.

Topik:

1. Jelaskan pengaruh bahan baku yang ditambahkan setelah departemen


pertama!
2. Jelaskan beberapa langkah modifkasi pada departmen selanjutnya
setelah ada penambahan bahan baku!
3. Jelaskan unit – unit dengan beragam tingkat penyelesaian yang
disebakan karena kontinuitas proses produksi!
4. Jelaskan masalah – masalah yang muncul ketika terdapat produk dalam
proses awal di suatu departemen!
5. Jelaskan metode yang dapat digunakan untuk menjawab masalah-
masalah di atas dan jelaskan perbedaan metode–metode tersebut!

Tanggapan:

1. Bahan baku yang ditambahkan setelah departemen pertama dapat


memiliki pengaruh sebagai berikut.
1) Tidak ada penambahan jumlah unit yang diproduksi, tetapi terdapat
penambahan kos produksi. Ketika penambahan bahan baku setelah
departemen pertama dan jumlah unit yang diproduksi tidak bertambah
maka tidak terdapat perubahan prosedur dalam penyusunan laporan kos
produksi. Departemen berikutnya yang menambahkan bahan baku dalam
prosesnya, akan memperlakukannya sebagaimana kos konversi. Contoh
penambahan bahan baku di departemen berikutnya tanpa adanya
penambahan kuantitas adalah penambahan ban pada perusahaan
perakitan mobil. Ban adalah bahan baku (mengapa?), tetapi penambahan
ban ini tidak akan menambah jumlah unit mobil yang dihasilkan.
2) Peningkatan jumlah unit yang diproduksi, tetapi tidak ada penambahan
kos produksi. Contoh penambahan bahan baku yang akan meningkatkan
jumlah unit yang diproduksi, tetapi tidak menambah kos produksi adalah
penambahan air pada perusahaan cat. Tentu saja ini dengan asumsi
bahwa air diperoleh tanpa kos. Penambahan air pada cat akan menambah
volume (jumlah unit) dari cat tersebut, tetapi karena air diperoleh secara
gratis maka tidak ada penambahan pada kos produksi. Prosedur
penyusunan laporan kos produksi akan berbeda dengan kondisi nomor 1.
3) Peningkatan jumlah unit yang diproduksi disertai dengan penambahan
kos produksi. Contohnya, penambahan gula pada perusahaan pembuat
sirup karena gula memiliki kos dan penambahan gula akan menambah
volume (jumlah unit) sirup yang diproses.

2. Beberapa langkah modifkasi pada departmen selanjutnya setelah


ada penambahan bahan baku.
Dalam proses produksi yang menggunakan bobot (weight) atau volume
untuk mengukur unit produksi, pada umumnya penambahan bahan baku di
departemen berikutnya akan berpengaruh pada peningkatan jumlah unit
dan/atau kos produksi. Sebagai contoh, sebuah perusahaan manufaktur
mengukur produknya dengan ukuran liter (volume). Departemen A
memproses 10.000 liter produk dan seluruhnya ditransfer ke Departemen B.
Di Departemen B ditambahkan bahan baku sebanyak 2.500 liter.
Penambahan ini akan menyebabkan volume produk menjadi 12.500 liter.
Penambahan ini dapat sekaligus meningkat kos produksi atau tidak.
Berikut ini contoh bagaimana penambahan bahan baku di departemen
berikutnya menyebabkan adanya peningkatan jumlah unit produksi.
Asumsikan bahwa PT Segar Manis memproduksi juicejeruk kualitas nomor
satu dengan menggunakan proses produksi yang konstan dan sistem kos
proses. Terdapat dua departemen yang tugasnya memproses juice jeruk
hingga siap dijual ke pelanggan, yaitu sebagai berikut.

Departemen A: Proses produksi yang berjalan di departemen ini adalah


mengambil sari jeruk dari buahnya.
Departemen B: Proses produksi di departemen ini adalah menambahkan
gula dan air pada sari jeruk transferan dari Departemen A, kemudian
mengemasnya dalam kemasan satu liter.

Berikut ini adalah laporan produksi dan data kos Departemen A dan B pada
bulan April 20XX.
Lapran Produksi Departemen A

Lapran Produksi Departemen B


Data Kos Departemen A dan Departemen B pada bulan April 20XX

Laporan kos produksi dalam kondisi terdapat penambahan bahan baku di


Departemen B yang mengakibatkan adanya penambahan volume unit yang
diproses, tidak mempengaruhi penyusunan laporan produksi Departemen A.
Laporan produksi Departemen A disusun dengan prosedur yang sama
dengan yang sudah dibahas sebelumnya, sedangkan prosedur penyusunan
laporan kos produksi Departemen B mengalami beberapa modifikasi.
Beberapa modifikasi tersebut adalah sebagai berikut.
Langkah 1: Kuantitas. Jumlah unit transferan dari Departemen A harus
dimodifikasi karena adanya penambahan jumlah unit di Departemen B
akibat penambahan bahan baku. Informasi unit ditambahkan ke produksi
harus ditunjukkan dalam skedul ini. Jumlah unit transferan dari Departemen
A sebanyak 40.000 ditambah dengan unit ditambahkan ke produksi sebesar
10.000 unit. Total unit diproses di Departemen B menjadi 50.000 unit.
Langkah 2: Unit ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen tetap sama dengan
yang telah dibahas sebelumnya. Perbedaan hanya terkait dengan jumlah
unit.
Langkah 3: Kos dipertanggungjawabkan. Modifikasi dilakukan pada
penentuan kos unit produk yang diperoleh dari Departemen A. Kos unit
dihitung dengan membagi kos total transferan dari Departemen A dengan
jumlah unit produk yang telah disesuaikan sehingga kos produksi transferan
dari Departemen A sebesar Rp480.000.000 dibagi 50.000 unit. Kos unit total
merupakan penjumlah kos per unit transferan dari Departemen A (setelah
adanya penyesuaian jumlah unit) ditambah dengan kos total ditambahkan di
Departemen B.
Langkah 4: Kos pertanggungjawaban. Penentuan kos total
pertanggungjawaban menggunakan prosedur yang sama dengan yang telah
dibahas sebelumnya.
Berikut adalah laporan kos produksi Departemen A dan Departemen B.
3. Unit–unit dengan beragam tingkat penyelesaian yang disebabkan
karena kontinuitas proses produksi.
sistem kos proses merupakan sistem kos yang umumnya diterapkan pada
perusahaan dengan karakteristik proses produksi yang berjalan secara
kontinu atau berkelanjutan. Kontinu di sini dapat diartikan bahwa proses
produksi akan terus berjalan dari satu periode waktu ke periode waktu
berikutnya dan produk yang diproses mengalir dari satu departemen ke
departemen lain. Kontinuitas proses produksi ini akan menyebabkan
departemen memiliki unit-unit dengan beragam tingkat penyelesaian, yaitu
sebagai berikut.
1. Unit masuk ke proses dan selesai selama periode waktu sekarang.
2. Unit telah diproses di periode sebelumnya dan selesai pada periode waktu
sekarang.
3. Unit masuk ke proses dan belum selesai pada periode waktu sekarang.
Pada akhir periode ketika laporan kos produksi disusun, masih terdapat
produk dalam proses akhir (periode). Oleh karena proses produksi berjalan
secara kontinu maka produk dalam proses akhir (periode) ini akan menjadi
produk dalam proses awal (periode). Sebagai contoh, di Departemen A pada
periode bulan Maret (31 Maret 20XX) terdapat produk dalam proses akhir
sebanyak 5.500 unit. Maka produk dalam proses akhir ini akan menjadi
produk dalam proses awal bulan April 20XX. Tabel berikut mengilustrasi
kontinuitas proses produksi.

4. Masalah-masalah yang muncul ketika terdapat produk dalam


proses awal di suatu departemen.
Keberadaan produk dalam proses awal menyebabkan masalah dalam sistem
kos proses karena beberapa hal berikut harus dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut.
1) Haruskah dibuat perbedaan tingkat penyelesaian antara produk selesai/
jadi yang berasal dari produk dalam proses awal dan produk masuk ke
proses periode tersebut? Sebagai contoh, PDP awal sebesar 1.000 unit
(BB 80%, Konversi 50%). Produk masuk ke proses sebanyak 19.000 unit.
Produk jadi di periode tersebut adalah 18.000 unit. Kalau Anda perhatikan
maka 18.000 unit produk jadi ini di dalamnya mengandung 1.000 unit
yang berasal dari PDP awal dan 17.000 unit berasal dari produk masuk ke
proses. Tingkat penyelesaian yang 1.000 unit dan 17.000 unit tentu
berbeda. PDP awal 1.000 unit hanya membutuhkan penyelesaian dengan
bahan baku 20% dan konversi 50%. Produk masuk ke proses
membutuhkan penyelesaian bahan baku 100% dan konversi 100%.
Pertanyaan nomor 1 ini terkait dengan apakah harus dibuat perbedaan
tingkat penyelesaian dari produk jadi tersebut?
2) Haruskah semua unit selesai selama periode waktu tertentu akan
dianggap 100% dalam unit ekuivalen dengan mengabaikan tingkat
penyelesaian produk dalam proses awal? Kembali ke contoh di nomor
satu. Produk jadi sebanyak 18.000 unit tersebut apakah akan memiliki
unit ekuivalen 18.000 juga? Mengingat 1.000 unit yang berasal dari PDP
awal membutuhkan penyelesaian yang berbeda dengan yang produk
masuk proses.
3) Haruskah kos produksi yang berasal dari produk dalam proses
digabungkan dengan kos produksi ditambahkan periode sekarang (dalam
skedul kos dipertanggungjawabkan) untuk mendapatkan besaran kos
ditambahkan ke departemen? Sebagai contoh, kos produksi PDP awal
sebesar Rp45.000.000 dan kos ditambahkan periode ini sebesar
Rp235.980.000. Haruskah yang Rp45.000.000 digabungkan dengan
Rp235.980.000?

5. Metode yang dapat digunakan untuk menjawab masalah-masalah


di atas dan perbedaan metode–metode tersebut.
Untuk menjawab hal-hal tersebut di atas sangat tergantung pada metode
apa yang dipilih. Terdapat 2 metode yang dapat digunakan, yaitu sebagai
berikut.
1. Metode Rata-rata Berbobot (Weighted Average Method)
Dalam metode ini, kos produk dalam proses awal ditambahkan pada kos
produksi periode sekarang dan jumlah ini kemudian dibagi dengan jumlah
unit ekuivalen untuk mendapatkan kos per unit ekuivalen rata-rata berbobot
(weighted average equivalent unit cost). Kos yang terkait dengan unit yang
masih diproses akan kehilangan identitasnya karena penggabungan atau
merger kos tersebut. Dengan metode ini, kos produk dalam proses awal
diperlakukan sebagai kos periode sekarang. Tidak ada perbedaan dibuat
antara produk selesai yang berasal dari produk dalam proses awal dan unit
masuk ke proses periode sekarang. Hanya terdapat satu kos untuk semua
unit dalam produk selesai, yaitu kos unit rata-rata berbobot (weighted
average unit cost). Perhitungan unit ekuivalen dan kos unit rata-rata
berbobot menggunakan formula sebagai berikut.
Unit Ekuivalen = Unit Selesai dan Ditransfer + (PDP Akhir × Tingkat Penyelesaian)

Kos Unit Rata-rata Bobotan = Kos PDP Awal + Kos ditambahkan Periode Sekarang
Unit Ekuivalen

2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)


Dalam metode MPKP, unit produk dalam proses awal dilaporkan terpisah dari
unit yang berasal dari periode sekarang. Produk dalam proses awal
diasumsikan diselesaikan terlebih dahulu proses produksinya daripada
unit masuk ke proses. Kos terkait dengan produk dalam proses awal
dipisahkan dengan kos unit masuk ke proses dan produk selesai periode
sekarang. Oleh karena pemisahan ini maka terdapat dua kos unit ekuivalen
untuk produk selesai atau jadi. Perhitungan unit ekuivalen dan kos unit
menggunakan formula sebagai berikut.

Unit Ekuivalen = Unit Selesai dan Ditransfer - (PDP Awal × Tingkat Penyelesaian) +
(PDP Awal × Tingkat Penyelesaian yang Dibutuhkan) + (PDP Akhir × Tingkat
Penyelesaian)

Kos Unit Sekarang = Kos ditambahkan Periode Sekarang


Unit Ekuivalen

Untuk mengilustrasi perhitungan unit ekuivalen dan kos unit, berikut ini data
Departemen A pada bulan September 20XX:
PDP awal (BB dan Konversi 40%) 800
Unit dimasukkan ke proses 1.200 2.000

Produk selesai dan ditransfer 1.800


PDP akhir (BB dan Konversi 20%) 200 2.000

Kos PDP awal Rp155.600.000


Kos produksi ditambahkan di Departemen 608.000.000

Dengan menggunakan metode rata-rata berbobot maka perhitungan unit


ekuivalen dan kos unit adalah sebagai berikut.

Unit Ekuivalen = 1.800 Produk Selesai × (200 PDP Akhir × 20%)


= 1.840 unit ekuivalen

Kos rata-rata bobotan = Rp155.600.000 + Rp608.000.000


1.840 unit ekuivalen
= Rp415.000 per unit

Dengan metode masuk pertama keluar pertama maka perhitungan unit


ekuivalen dan kos unit adalah sebagai berikut.
Unit Ekuivalen 1.800 = Produk Selesai - 800 PDP awal+(800 PDP Awal 60%)
+ (200 PDP Akhir x 20%) = 1.520 unit ekuivalen

Kos Unit= Rp608.000.000 = Rp400.000 per unit


1.520 unit ekuivalen

Tabel berikut menunjukkan perbedaan konsep dan prosedur penyusunan


laporan kos produksi antara Metode Rata-rata Berbobot dan Masuk Pertama
Keluar Pertama.

Untuk memperjelas penyusunan laporan keuangan dengan dua metode di


atas berikut data produksi dan kos produksi di Departemen A dan B di PT
Bulan Sabit pada bulan Oktober 20XX:
Tabel 7.5 dan 7.6 menunjukkan laporan kos produksi Departemen A dan B
diikuti dengan penjelasan masing-masing tahap penyusunan laporan kos
produksi dengan menggunakan metode rata-rata berbobot.

Departemen A
Langkah 1: Kuantitas. Dalam penyusunan skedul kuantitas tetap
mengikuti prosedur yang telah dibahas di modul dan kegiatan belajar
sebelumnya. Unit fisik secara total merupakan penjumlah produk dalam
proses awal dan produk masuk ke proses di Departemen tersebut di bulan
Oktober.

Langkah 2: Unit ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen pun tidak berbeda


prosedurnya dengan yang telah kita bahas. Hal ini dikarenakan dalam
metode rata-rata berbobot unit produk yang berasal dari produk dalam
proses awal dan masuk ke proses periode sekarang tidak dipisahkan atau
digabungkan. Tidak dilakukan pembedaan asal periode unit produksi dan
tidak melihat tingkat penyelesaian yang dibutuhkan oleh produk dalam
proses awal. Baik produk dalam proses awal maupun unit masuk ke proses
periode sekarang dianggap membutuhkan dan menikmati bahan baku 100%
dan konversi 100% untuk menjadi produk selesai atau jadi. Untuk
mendapatkan unit ekuivalen total adalah:
Unit Ekuivalen = Unit Selesai dan Ditransfer + (PDP Akhir × Tingkat Penyelesaian)

Langkah 3: Kos dipertanggungjawabkan. Prinsip dari metode rata-rata


berbobot adalah digabungkannya produk dalam proses awal dan unit masuk
ke proses periode sekarang, tidak hanya secara fisik, tetapi juga kos yang
melekat. Masing-masing elemen kos dipisahkan antara bahan baku, tenaga
kerja, dan overheadpabrik. Kemudian dari masing-masing elemen tersebut
ditentukan kos totalnya dengan menjumlahkan kos yang melekat pada
produk dalam proses awal dengan unit atau produk masuk ke proses periode
sekarang.

Untuk menghitung unit ekuivalen digunakan formula sebagaimana yang


telah kita bahas di awal, yaitu:

Kos Unit Sekarang=Kos Produk Dalam Proses Awal+Kos Produksi Periode Sekarang
Unit Ekuivalen

Langkah 4: Kos pertanggungjawaban. Penyusunan skedul kos pertang-


gungjawaban menggunakan prosedur yang sama dengan yang telah kita
bahas sebelumnya. Kos produksi yang berasal dari produk dalam proses
awal tidak dipisahkan dengan kos produksi periode sekarang sehingga kos
unit yang digunakan hanya satu.
Departemen B
Langkah 1: Kuantitas. Dalam penyusunan skedul kuantitas tetap
mengikuti prosedur yang telah dibahas di modul dan kegiatan belajar
sebelumnya. Unit fisik secara total adalah produk dalam proses awal
ditambah produk transferan dari Departemen A ditambah penambahan unit
akibat adanya penambahan bahan di Departemen tersebut di bulan Oktober.

Langkah 2: Unit Ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen pun tidak berbeda


prosedurnya dengan yang telah kita bahas. Hal ini dikarenakan dalam
metode rata-rata berbobot unit produk yang berasal dari produk dalam
proses awal dan masuk ke proses periode sekarang tidak dipisahkan atau
digabungkan. Tidak dilakukan pembedaan asal periode unit produksi dan
tidak melihat tingkat penyelesaian yang dibutuhkan oleh produk dalam
proses awal. Baik produk dalam proses awal maupun unit masuk ke proses
periode sekarang dianggap menikmati bahan baku 100% dan konversi
100%. Untuk mendapatkan unit ekuivalen total adalah:

Unit Ekuivalen = Unit selesai dan Ditransfer + (PDP Akhir × Tingkat Penyelesaian)

Langkah 3: Kos Dipertanggungjawabkan. Prinsip dari metode rata-rata


berbobot adalah digabungkannya produk dalam proses awal dan unit masuk
ke proses periode sekarang, tidak hanya secara fisik, tetapi juga kos yang
melekat. Berbeda dengan Departemen A, di Departemen B kos produksi
dipisahkan menjadi kos yang berasal dari Departemen A, bahan baku,
tenaga kerja, dan overhead pabrik. Prosedur ini juga sama dengan prosedur
yang sudah kita bahas. Untuk menghitung unit ekuivalen digunakan formula
sebagaimana yang telah kita bahas di awal, yaitu:

Kos Unit Sekarang=Kos Produk Dalam Proses Awal+Kos Produksi Periode Sekarang
Unit Ekuivalen

Langkah 4: Kos Pertanggungjawaban. Penyusunan skedul kos


pertanggungjawaban menggunakan prosedur yang sama dengan yang telah
kita bahas sebelumnya. Kos produksi yang berasal dari produk dalam proses
awal tidak dipisahkan dengan kos produksi periode sekarang sehingga kos
unit yang digunakan hanya satu. Kos produk dalam proses akhir dipisahkan
antara yang berasal dari Departemen A dan elemen-elemen kos produksi.

Adapun penyusunan laporan kos produksi dengan metode masuk pertama


keluar pertama (MPKP) ditunjukkan dalam Tabel 7.7 dan 7.8 sebagai
berikut.

Departemen A
Langkah 1: Kuantitas. Dalam penyusunan skedul kuantitas tetap
mengikuti prosedur yang telah dibahas di modul dan kegiatan belajar
sebelumnya. Unit fisik secara total merupakan penjumlah produk dalam
proses awal dan produk masuk ke proses di Departemen tersebut di bulan
Oktober.

Langkah 2: Unit Ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen dengan metode


MPKP berbeda dengan yang telah kita bahas. Hal ini dikarenakan dalam
metode masuk pertama keluar pertama, produk yang berasal dari produk
dalam proses awal dan masuk ke proses periode sekarang dipisahkan atau
tidak digabungkan. Dilakukan pembedaan asal periode unit produksi dan
tidak melihat tingkat penyelesaian yang dibutuhkan oleh produk dalam
proses awal. Baik produk dalam proses awal maupun unit masuk ke proses
periode dianggap membutuhkan dan menikmati bahan baku dan konversi
yang berbeda untuk menjadi produk selesai atau jadi. Untuk mendapatkan
unit ekuivalen total adalah:

Unit ekuivalen bahan baku = 35.000 – 4.000 + 0 + 9.000 = 40.000


Unit ekuivalen konversi = 35.000 – 4.000 + 2.400 + 5.400 = 38.800

Dalam perhitungan unit ekuivalen bahan baku dan konversi, Produk dalam
proses awal telah menikmati bahan baku sebesar 100% dan konversi 40%
sehingga agar Produk dalam proses awal tersebut menjadi produk selesai
masih dibutuhkan bahan baku 0% dan konversi 60%. Unit ekuivalen yang
dibutuhkan agar produk dalam proses awal menjadi produk selesai adalah
untuk bahan baku = 4.000 unit × 0% dan konversi = 4.000 unit × 60%.

Langkah 3: Kos Dipertanggungjawabkan. Asumsi metode MPKP adalah


produk dalam proses akhir akan diselesaikan terlebih dahulu sebelum unit
dimasukkan ke proses. Teknik ini berusaha mempertemukan aliran kos
dengan aliran unit aktual. Unit yang berasal dari produk dalam proses awal
harus dipisahkan dengan produk yang berasal dari unit yang dimasukkan ke
proses sehingga dalam perhitungan kos unit ekuivalen, produk dalam proses
awal tidak ikut disertakan. Kos unit ekuivalen hanya merepresentasi kos
produksi periode sekarang. Untuk menghitung unit ekuivalen digunakan
formula sebagaimana yang telah kita bahas di awal, yaitu:

Kos Unit Sekarang=Kos Produk Dalam Proses Awal+Kos Produksi Periode Sekarang
Unit Ekuivalen

Langkah 4: Kos Pertanggungjawaban. Metode MPKP mengasumsikan


bahwa produk dalam proses awal adalah yang pertama diselesai dan
ditransfer ke departemen berikutnya atau ke produk jadi. Sisanya berasal
dari produk periode sekarang sehingga dari jumlah 35.000 unit maka 4.000
unit berasal dari produk dalam proses akhir dan sisanya 31.000 berasal dari
periode sekarang. Kos terkait dengan produk dalam proses awal dipisah
dengan kos periode sekarang. Untuk menghitung kos produksi yang
ditransfer ke departemen berikutnya adalah dengan menjumlahkan kos
produk dalam proses awal yang telah melekat padanya ditambah dengan
kos produksi yang dibutuhkan agar produk dalam proses awal tersebut
selesai. Kos yang dibutuhkan merupakan perkalian dari produk dalam proses
dengan tingkat penyelesaian yang dibutuhkan dan kemudian dikalikan
dengan kos unit yang diambil dari skedul 3.
Departemen B
Langkah 1: Kuantitas. Dalam penyusunan skedul kuantitas tetap
mengikuti prosedur yang telah dibahas di modul dan kegiatan belajar
sebelumnya. Unit fisik secara total merupakan penjumlah produk dalam
proses awal, diterima dari Departemen A dan tambahan unit ke produk.

Langkah 2: Unit Ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen dengan metode


MPKP berbeda dengan yang telah kita bahas. Hal ini dikarenakan dalam
metode masuk pertama keluar pertama, produk yang berasal dari produk
dalam proses awal dan masuk ke proses periode sekarang dipisahkan atau
tidak digabungkan. Dilakukan pembedaan asal periode unit produksi dan
tidak melihat tingkat penyelesaian yang dibutuhkan oleh produk dalam
proses awal. Baik produk dalam proses awal maupun unit masuk ke proses
periode dianggap membutuhkan dan menikmati bahan baku dan konversi
yang berbeda untuk menjadi produk selesai atau jadi. Untuk mendapatkan
unit ekuivalen total adalah:

Unit ekuivalen bahan baku = 44.000 – 6.000 + 0 + 2.000 = 40.000


Unit ekuivalen konversi = 44.000 – 6.000 + 4.800 + 600 = 43.400

Dalam perhitungan unit ekuivalen bahan baku dan konversi, Produk dalam
proses awal telah menikmati bahan baku sebesar 100% dan konversi 20%
sehingga agar Produk dalam proses awal tersebut menjadi produk selesai
masih dibutuhkan bahan baku 0% dan konversi 80%. Unit ekuivalen yang
dibutuhkan agar produk dalam proses awal menjadi produk selesai adalah
untuk bahan baku = 6.000 unit × 0% dan konversi = 6.000 unit × 80%.

Langkah 3: Kos Dipertanggungjawabkan. Asumsi metode MPKP adalah


produk dalam proses akhir akan diselesaikan terlebih dahulu sebelum unit
dimasukkan ke proses. Teknik ini berusaha mempertemukan aliran kos
dengan aliran unit aktual. Unit yang berasal dari produk dalam proses awal
harus dipisahkan dengan produk yang berasal dari unit yang dimasukkan ke
proses sehingga dalam perhitungan kos unit ekuivalen, produk dalam proses
awal tidak ikut disertakan. Kos unit ekuivalen hanya merepresentasi kos
produksi periode sekarang (baik yang digunakan untuk menyelesaikan
produk dalam proses awal, tambahan unit maupun transferan dari
Departemen A). Untuk menghitung unit ekuivalen digunakan formula
sebagaimana yang telah kita bahas di awal, yaitu:

Kos Unit Sekarang = Kos Produksi Periode Sekarang


Unit Ekuivalen

Langkah 4: Kos Pertanggungjawaban. Metode MPKP mengasumsikan


bahwa produk dalam proses awal adalah yang pertama diselesai dan
ditransfer ke departemen berikutnya atau ke produk jadi. Sisanya berasal
dari produk periode sekarang. Kos terkait dengan produk dalam proses awal
dipisah dengan kos periode sekarang. Untuk menghitung kos produksi yang
ditransfer ke departemen berikutnya adalah dengan menjumlahkan kos
produk dalam proses awal yang telah melekat padanya ditambah dengan
kos produksi yang dibutuhkan agar produk dalam proses awal tersebut
selesai. Kos yang dibutuhkan merupakan perkalian dari produk dalam proses
dengan tingkat penyelesaian yang dibutuhkan dan kemudian dikalikan
dengan kos unit yang diambil dari skedul 3.

Untuk produk dalam proses akhir, selain elemen-elemen kos produksi


periode sekarang, juga masih ditambah dengan kos yang berasal dari
departemen sebelumnya, yaitu Departemen A. Hati-hati untuk perhitungan
kos yang berasal dari Departemen A. Meskipun jumlah unit sebesar 2.000
unit sama dengan jumlah unit ekuivalen bahan baku, tetapi informasi jumlah
unit ini berasal dari skedul yang berbeda. Jumlah unit produk dalam proses
akhir yang berasal dari Departemen A berasal dari informasi di skedul 1,
yaitu item informasi mengenai produk dalam proses akhir. Untuk bahan
baku, informasi jumlah unit ekuivalen diambil dari skedul 2. Pada kasus ini
kebetulan jumlah keduanya sama, tetapi di kasus lain bisa jadi berbeda.

Demikian tanggapan dari saya, atas kesempatan yang diberikan saya


ucapkan terima kasih.

*Sumber: BMP EKMA4315 Akuntansi Biaya, Modul 7

Anda mungkin juga menyukai