AKUNTANSI BIAYA
SISTEM PRODUKSI – LANJUTAN
Bagian terakhir dari modul ini akan membahas mengenai produk rusak,
produk cacat, bahan sisa, dan bahan buangan. Bagaimana perlakuan dari hal-
hal tersebut secara akuntansi dalam sistem kos proses akan dibahas.
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu untuk:
1. menjelaskan pengaruh penambahan bahan baku setelah departemen
pertama;
2. menyusun laporan kos produksi dengan adanya penambahan bahan
baku;
3. menyusun laporan kos produksi dengan kondisi adanya produk dalam
proses awal, baik dengan menggunakan metode rata-rata berbobot
(weighted average) maupun dengan metode masuk pertama keluar
pertama (MPKP) atau first-in-first-out (FIFO);
4. perlakuan akuntansi atas adanya produk rusak, produk cacat, bahan sisa,
dan bahan sisa buangan.
Laporan Kos Produksi – Penambahan Bahan
Baku setelah Departemen Pertama
Berikut ini adalah laporan produksi (Gambar 9.1 dan 9.2) dan data
kos Departemen A dan B pada bulan April 20XX.
Gambar 9.1.
Laporan Produksi Departemen A bulan April 20XX
LAPORAN PRODUKSI
Keterangan
-
Roni
Supervisor
Gambar 9.2.
Laporan Produksi Departemen B bulan April 20XX
LAPORAN PRODUKSI
Keterangan
-
Amin
Supervisor
Akuntansi Biaya z
Departemen
A B
Produk dalam proses akhir:
Departemen A (BB 100%, konversi 20%) 10.000
Departemen B (BB 100%, konversi 70%) 5.000
Kos:
Bahan baku Rp300.000.000 Rp120.000.000
Tenaga kerja langsung 168.000.000 97.000.000
Overhead pabrik 84.000.000 48.500.000
Tabel 9.1.
Laporan Kos Produksi Departemen A
PT Segar Manis
Laporan Kos Produksi
Untuk Bulan yang berakhir 30 April 20XX
Kuantitas
Unit dipertanggungjawabkan:
Unit dimasukkan ke proses 50.000
Unit pertanggungjawaban:
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B 40.000
Produk dalam proses akhir 10.000 50.000
Ekuivalen Produksi
Bahan Kos
Baku Konversi
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B 40.000 40.000
Produk dalam proses akhir:
10.000 × 100% 10.000
10.000 × 20% 2.000
Unit ekuivalen Total 50.000 42.000
Kos Dipertanggungjawabkan
Kos ÷ Unit = Kos
Total Ekuivalen Unit
Kos ditambahkan ke departemen:
Bahan baku Rp300.000.000 50.000 Rp6.000
Tenaga kerja langsung 168.000.000 42.000 4.000
Overhead pabrik 84.000.000 42.000 2.000
Kos total dipertanggungjawabkan Rp552.000.000 Rp12.000
Kos Pertanggungjawaban
Tabel 9.2.
Laporan Kos Produksi Departemen B
PT Segar Manis
Laporan Kos Produksi
Untuk Bulan yang berakhir 30 April 20XX
Kuantitas
Unit dipertanggungjawabkan:
Unit diterima dari Departemen A 40.000
Unit ditambahkan ke produksi 10.000 50.000
Unit pertanggungjawaban:
Unit selesai dan ditransfer ke Produk Jadi 45.000
Produk dalam proses akhir 5.000 50.000
Ekuivalen Produksi
Tenaga Overhead
Kerja Pabrik
Unit selesai dan ditransfer ke Produk Jadi 45.000 45.000
Produk dalam proses akhir:
5.000 × 100% 5.000
5.000 × 70% 3.500
Unit ekuivalen Total 50.000 48.500
Kos Dipertanggungjawabkan
Unit Kos ÷ Unit = Kos
Total Ekuivalen Unit
Kos transferan dari Dep A:
Tranfer-masuk 40.000 Rp480.000.000 40.000 Rp12.000
Unit ditambahkan ke produksi 10.000
Unit dan kos unit disesuaikan 50.000 50.000 Rp9.600
Kos ditambahkan ke departemen:
Bahan baku Rp120.000.000 50.000 Rp2.400
Tenaga kerja langsung 97.000.000 48.500 2.000
Overhead pabrik 48.500.000 48.500 1.000
Kos total ditambahkah Rp265.500.000 Rp5.400
Kos total dipertanggungjawabkan Rp745.500.000 Rp15.000
Kos Pertanggungjawaban
Kos produksi:
Bahan baku Rp132.280.000 Rp63.800.000
Tenaga kerja langsung 120.600.000 41.190.000
Overhead pabrik 80.400.000 27.460.000
Diminta:
a) Hitunglah unit produk dalam proses akhir Departemen 1 dan 2.
b) Buatlah laporan kos produksi Departemen 1 dan 2.
Laporan Kos Produksi –
Produk Dalam Proses Awal
S istem kos proses merupakan sistem kos yang umumnya diterapkan pada
perusahaan dengan karakteristik proses produksi yang berjalan secara
kontinu atau berkelanjutan. Kontinu di sini dapat diartikan bahwa proses
produksi akan terus berjalan dari satu periode waktu ke periode waktu
berikutnya dan produk yang diproses mengalir dari satu departemen ke
departemen lain. Kontinuitas proses produksi ini akan menyebabkan
departemen memiliki unit-unit dengan beragam tingkat penyelesaian, yaitu
sebagai berikut.
1. Unit masuk ke proses dan selesai selama periode waktu sekarang.
2. Unit telah diproses di periode sebelumnya dan selesai pada periode
waktu sekarang.
3. Unit masuk ke proses dan belum selesai pada periode waktu sekarang.
Dari modul dan kegiatan belajar sebelumnya telah kita ketahui bahwa
pada akhir periode ketika laporan kos produksi disusun, masih terdapat
produk dalam proses akhir (periode). Oleh karena proses produksi berjalan
secara kontinu maka produk dalam proses akhir (periode) ini akan menjadi
produk dalam proses awal (periode). Sebagai contoh, di Departemen A pada
periode bulan Maret (31 Maret 20XX) terdapat produk dalam proses akhir
sebanyak 5.500 unit. Maka produk dalam proses akhir ini akan
menjadi produk dalam proses awal bulan April 20XX. Tabel 9.3
mengilustrasi kontinuitas proses produksi.
Tabel 9.3.
Kontinuitas Proses Produksi Departemen A
Departemen A
Maret April Mei
Unit:
PDP awal - 5.500 6.000
Masuk ke proses 30.000 35.000 37.500
Produk selesai/jadi 24.500 34.500 43.500
PDP akhir 5.500 6.000 5.600
Akuntansi Biaya z
Unit Ekuivalen = Unit Selesai dan Ditransfer + (PDP Akhir × Tingkat Penyelesaian)
Unit Ekuivalen = Unit Selesai dan Ditransfer - (PDP Awal × Tingkat Penyelesaian)
+ (PDP Awal × Tingkat Penyelesaian yang Dibutuhkan) + (PDP Akhir × Tingkat Penyelesaian)
Rp155.600.000 + Rp608.000.000
Kos rata-rata bobotan =
1.840 unit ekuivalen
= Rp415.000 per unit
Unit Ekuivalen = 1.800 Produk Selesai - 800 PDP awal + (800 PDP Awal × 60%)
+(200 PDP Akhir × 20%) = 1.520 unit ekuivalen
Rp608.000.000
Kos Unit = = Rp400.000 per unit
1.520 unit ekuivalen
Departemen
A B
Unit:
PDP awal
BB 100%; Konversi 40% 4.000
BB 100%; Konversi 20% 6.000
Unit masuk ke proses 40.000
Ditransfer ke Departemen 2 35.000
Penambahan unit di Departemen 2 5.000
Ditransfer ke produk jadi 44.000
Produk dalam proses akhir:
BB 100%; Konversi 60% 9.000
BB 100%; Konversi 30% 2.000
Kos produksi:
Proporsi kos transferan 1 dalam PDP awal
F F 0 Rp60.000.000
Proporsi kos produksi ditambahkan untuk PDP
awal oleh Departemen:
Bahan baku Rp21.000.000 Rp18.000.000
Tenaga kerja langsung 9.840.000 15.420.000
Overhead pabrik 16.500.000 6.900.000
Total Rp47.340.000,00 Rp100.320.000
Departemen A
Langkah 1: Kuantitas. Dalam penyusunan skedul kuantitas tetap mengikuti
prosedur yang telah dibahas di modul dan kegiatan belajar sebelumnya. Unit
fisik secara total merupakan penjumlah produk dalam proses awal dan
produk masuk ke proses di Departemen tersebut di bulan Oktober.
1
Kos yang berasal dari Departemen A atau kos ditransfer dari Departemen A.
Langkah 2: Unit ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen pun tidak berbeda
prosedurnya dengan yang telah kita bahas. Hal ini dikarenakan dalam metode
rata-rata berbobot unit produk yang berasal dari produk dalam proses awal
dan masuk ke proses periode sekarang tidak dipisahkan atau digabungkan.
Tidak dilakukan pembedaan asal periode unit produksi dan tidak melihat
tingkat penyelesaian yang dibutuhkan oleh produk dalam proses awal. Baik
produk dalam proses awal maupun unit masuk ke proses periode sekarang
dianggap membutuhkan dan menikmati bahan baku 100% dan konversi
100% untuk menjadi produk selesai atau jadi. Untuk mendapatkan unit
ekuivalen total adalah:
Unit Ekuivalen = Unit Selesai dan Ditransfer + ( PDP Akhir × Tingkat Penyelesaian )
Tabel 9.5.
Laporan Kos Produksi Departemen A – Metode Rata-rata Berbobot
PT Bulan Sabit
Laporan Kos Produksi
Untuk Bulan yang berakhir 31 Oktober 20XX
Kuantitas
Unit dipertanggungjawabkan:
Produk dalam proses awal 4.000
Unit dimasukkan ke proses 40.000 44.000
Unit pertanggungjawaban:
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B 35.000
Produk dalam proses akhir 9.000 44.000
Ekuivalen Produksi
Bahan Kos
Baku Konversi
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B 35.000 35.000
Produk dalam proses akhir:
9.000 × 100% 9.000
9.000 ×60% 5.400
Unit ekuivalen Total 44.000 40.400
Kos Dipertanggungjawabkan
Kos ÷ Unit = Kos
Total Ekuivalen Unit
Kos ditambahkan ke departemen:
Bahan baku
Produk dalam proses awal Rp21.000.000
Ditambahkan selama perioda 210.000.000
Total Rp231.000.000 44.000 Rp5.250
Overhead pabrik
Produk dalam proses awal 16.500.000
Ditambahkan selama perioda 135.000.000
Total 151.500.000 40.400 3.750
Kos total dipertanggungjawabkan Rp467.340.000 Rp11.100
Kos Pertanggungjawaban
Kuantitas
Unit dipertanggungjawabkan:
Produk dalam proses awal 6.000
Unit diterima dari Departemen A 35.000
Penambahan unit 5.000 46.000
Unit pertanggungjawaban:
Unit selesai dan ditransfer ke produk jadi 44.000
Produk dalam proses akhir 2.000 46.000
Ekuivalen Produksi
Bahan Kos
Baku Konversi
Unit selesai dan ditransfer ke produk jadi 44.000 44.000
Produk dalam proses akhir:
2.000 × 100% 2.000
2.000 ×30% 600
Unit ekuivalen Total 46.000 44.600
Kos Dipertanggungjawabkan
Kos ÷ Unit = Kos
Unit Total Ekuivalen Unit
Kos dari Departemen sebelumnya:
Produk dalam proses awal 6.000 Rp60.000.000
Diterima dari Departemen A 35.000 388.500.000
Unit ditambahkan dalam produksi 5.000
unit disesuaikan dan kos unit 46.000 Rp448.500.000 46.000 Rp9.750
Overhead pabrik
Produk dalam proses awal 6.900.000
Ditambahkan selama perioda 60.000.000
Total 66.900.000 44.600 1.500
Kos total dipertanggungjawabkan Rp773.820.000 Rp16.950
Kos Pertanggungjawaban
Departemen B
Langkah 1: Kuantitas. Dalam penyusunan skedul kuantitas tetap mengikuti
prosedur yang telah dibahas di modul dan kegiatan belajar sebelumnya. Unit
fisik secara total adalah produk dalam proses awal ditambah produk
transferan dari Departemen A ditambah penambahan unit akibat adanya
penambahan bahan di Departemen tersebut di bulan Oktober.
Unit Ekuivalen = Unit selesai dan Ditransfer + (PDP Akhir × Tingkat Penyelesaian)
Departemen A
Langkah 1: Kuantitas. Dalam penyusunan skedul kuantitas tetap mengikuti
prosedur yang telah dibahas di modul dan kegiatan belajar sebelumnya. Unit
fisik secara total merupakan penjumlah produk dalam proses awal dan
produk masuk ke proses di Departemen tersebut di bulan Oktober.
Dalam perhitungan unit ekuivalen bahan baku dan konversi, Produk dalam
proses awal telah menikmati bahan baku sebesar 100% dan konversi 40%
sehingga agar Produk dalam proses awal tersebut menjadi produk selesai
masih dibutuhkan bahan baku 0% dan konversi 60%. Unit ekuivalen yang
dibutuhkan agar produk dalam proses awal menjadi produk selesai adalah
untuk bahan baku = 4.000 unit × 0% dan konversi = 4.000 unit × 60%.
PT Bulan Sabit
Laporan Kos Produksi
Untuk Bulan yang berakhir 31 Oktober 20XX
Kuantitas
Unit dipertanggungjawabkan:
Produk dalam proses awal 4.000
Unit dimasukkan ke proses 40.000 44.000
Unit pertanggungjawaban:
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B 35.000
Produk dalam proses akhir 9.000 44.000
Ekuivalen Produksi
Bahan Kos
Baku Konversi
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B 35.000 35.000
(-) Produk dalam proses awal 4.000 4.000
(=) Unit dimasukkan dan selesai 31.000 31.000
(+) Unit dibutuhkan untuk menyelesaikan produk dalam proses awal 0 2.400
(+) Produk dalam proses akhir:
9.000 × 100% 9.000
9.000 ×60% 5.400
Unit ekuivalen Total 40.000 38.800
Kos Dipertanggungjawabkan
Kos ÷ Unit = Kos
Total Ekuivalen Unit
Kos produk dalam proses awal Rp47.340.000
Kos ditambahkan ke departemen:
Bahan baku 210.000.000 40.000 Rp5.250
Tenaga kerja langsung 75.000.000 38.800 1.933
Overhead pabrik 135.000.000 38.800 3.479
Kos total dipertanggungjawabkan Rp467.340.000 Rp10.662
Kos Pertanggungjawaban
Kuantitas
Unit dipertanggungjawabkan:
Produk dalam proses awal 6.000
Unit diterima dari Departemen A 35.000
Unit ditambahkan ke proses 5.000 46.000
Unit pertanggungjawaban:
Unit selesai dan ditransfer ke produk jadi 44.000
Produk dalam proses akhir 2.000 46.000
Ekuivalen Produksi
Bahan Kos
Baku Konversi
Unit selesai dan ditransfer ke produk jadi 44.000 44.000
(-) Produk dalam proses awal 6.000 6.000
(=) Unit dimasukkan dan selesai 38.000 38.000
(+) Unit dibutuhkan untuk menyelesaikan produk
dalam proses awal 0 4.800
(+) Produk dalam proses akhir:
9.000 × 100% 2.000
9.000 ×60% 600
Unit ekuivalen Total 40.000 43.400
Kos Dipertanggungjawabkan
Kos ÷ Unit = Kos
Unit Total Ekuivalen Unit
Kos dari Departemen A dan PDP awal:
Kos produk dalam proses awal 6.000 Rp100.320.000
Transferan selama perioda 35.000 Rp390.863.196 40.000 Rp9.772
Unit ditambahkan ke proses 5.000
Unit disesuaikan dan kos unit 40.000
Kos ditambahkan ke departemen:
Bahan baku Rp120.000.000 40.000 Rp3.000
Tenaga kerja langsung 105.000.000 43.400 2.419
Overhead pabrik 60.000.000 43.400 1.382
Kos total dipertanggungjawabkan Rp776.183.196 Rp16.573
Kos Pertanggungjawaban
Dalam perhitungan unit ekuivalen bahan baku dan konversi, Produk dalam
proses awal telah menikmati bahan baku sebesar 100% dan konversi 20%
sehingga agar Produk dalam proses awal tersebut menjadi produk selesai
masih dibutuhkan bahan baku 0% dan konversi 80%. Unit ekuivalen yang
dibutuhkan agar produk dalam proses awal menjadi produk selesai adalah
untuk bahan baku = 6.000 unit × 0% dan konversi = 6.000 unit × 80%.
L A TIH A N
Departemen
A B
Unit:
PDP awal
BB 100%; Konversi 1/5 1.000
BB 1/10; Konversi 2/5 200
Unit masuk ke proses 9.000
Ditransfer ke Departemen 2 8.500
Ditransfer ke produk jadi 8.100
Produk dalam proses akhir:
BB 100%; Konversi 1/3 1.500
BB 1/6; Konversi 1/4 600
Kos produksi:
Proporsi kos transferan 2 dalam PDP awal
F F 0 Rp13.000.000
Proporsi kos produksi ditambahkan untuk PDP
awal oleh Departemen:
Bahan baku Rp20.000.000 Rp10.000.000
Tenaga kerja langsung 5.760.000 5.250.000
Overhead pabrik 3.840.000 3.500.000
Total Rp29.600.000 Rp31.750.000
Diminta:
a) Susunlah laporan kos produksi Departemen A dan B dengan metode
rata-rata berbobot.
b) Susunlah laporan kos produksi Departemen A dan B dengan metode
masuk pertama keluar pertama.
2
Kos yang berasal dari Departemen A atau kos ditransfer dari Departemen A.
Perlakuan Atas Penyusutan, Produk Cacat,
Produk Rusak, Bahan Sisa, dan
Bahan Sisa Buangan
bukan kos produksi. Sebagai contoh, dapat Anda lihat laporan kos produksi
Departemen Pencampuran PT Gelora Jaya bulan Juli 20XX (Tabel 9.9)
dengan menggunakan metode rata-rata berbobot.
Perbedaan penyusunan laporan kos produksi dengan kondisi terjadinya
penyusutan produk dalam proses dengan laporan kos produksi yang telah kita
bahas sebelumnya hanya pada skedul kuantitas, skedul unit ekuivalen, dan
skedul kos pertanggungjawaban.
Skedul kuantitas. Pada skedul ini, untuk menetapkan jumlah unit total
yang diproses selama periode maka unit yang ditransfer dan selesai harus
ditambah dengan penyusutan produk dalam proses (baik normal maupun
abnormal) ditambah dengan produk dalam proses akhir.
Skedul unit ekuivalen: Perhitungan unit ekuivalen dengan menggunakan
formula sebagai berikut.
Unit ekuivalen = Produk jadi dan ditransfer + Penyusutan normal + Penyusutan abnormal
+ (Produk dalam proses akhir × tingkat penyelesaian)
Kuantitas
Unit dipertanggungjawabkan:
Produk dalam proses awal (BB 1/4; Konversi 1/2) 500
Unit dimasukkan ke proses 7.200 7.700
Unit pertanggungjawaban:
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B 2.400
Penyusutan normal produk dalam proses 2.500
Penyusutan abnormal produk dalam proses 1.000
Produk dalam proses akhir (BB 2/5; Konversi 2/3) 1.800 7.700
Ekuivalen Produksi
Bahan Kos
Baku Konversi
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B 2.400 2.400
Penyusutan normal produk dalam proses 2.500 2.500
Penyusutan abnormal produk dalam proses 1.000 1.000
Produk dalam proses akhir:
1.800 × 2/5 720
1.800 × 2/3 1.200
Unit ekuivalen Total 6.620 7.100
Kos Dipertanggungjawabkan
Kos ÷ Unit = Kos
Total Ekuivalen Unit
Kos ditambahkan ke departemen:
Bahan baku
Produk dalam proses awal Rp750.000
Ditambahkan selama perioda 24.270.000
Total Rp25.020.000 6.620 Rp3.779
Overhead pabrik
Produk dalam proses awal 1.152.000
Ditambahkan selama perioda 21.168.000
Total 22.320.000 7.100 3.144
Kos total dipertanggungjawabkan Rp80.820.000 Rp11.639
Kos Pertanggungjawaban
Sebagaimana yang sudah kita bahas sistem kos pekerjaan - order, produk
rusak, produk cacat, bahan sisa, dan bahan sisa buangan harus diperhatikan
dalam sistem kos proses. Perbedaan keempat hal ini dipahami karena
berkonsekuensi pada perlakuan akuntansi yang akan diterapkan. Untuk
mengingat kembali masing-masing hal tersebut, berikut merupakan
penjelasannya.
1. Produk Rusak
Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar produksi dan
dijual sesuai nilai sisanya atau dibuang. Jika dalam suatu proses penjaminan
kualitas ditemukan adanya produk rusak maka produk rusak tersebut akan
dikeluarkan dari produksi dan tidak ada pekerjaan tambahan yang digunakan
untuk memperbaikinya. Contohnya, apabila undangan yang dicetak ternyata
tintanya luntur maka undangan tersebut akan dikeluarkan dari produksi dan
tidak ada tindakan apa pun pada undangan tersebut.
2. Produk Cacat
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar produksi,
tetapi masih bisa diperbaiki dengan tambahan proses produksi tertentu dan
kemudian menjadi produk yang baik lagi dan dijual dengan harga reguler.
Sebagai contoh, televisi yang diproduksi tidak dapat mengeluarkan suara
maka dilakukan perbaikan yang diperlukan agar televisi tersebut normal
kembali dan dapat dijual berdasarkan harga reguler.
3. Bahan Sisa
Bahan sisa adalah bahan baku yang merupakan sisa dari proses produksi,
yang tidak dapat digunakan lagi dalam proses produksi untuk tujuan yang
sama. Akan tetapi, bahan sisa ini masih dapat digunakan untuk tujuan lain
atau dijual ke pihak luar perusahaan. Sebagai contoh, pada perusahaan
furnitur, kayu sisa yang digunakan bisa jadi masih dapat digunakan untuk
tujuan lain atau dijual ke pihak luar.
4. Bahan Sisa Buangan
Bahan sisa buangan (beberapa literatur menggunakan istilah bahan
sampah) adalah bahan baku yang merupakan sisa dari proses produksi yang
tidak dapat digunakan lagi dan tidak memiliki harga jual. Satu-satunya cara
adalah dengan membuang bahan sisa tersebut.
Kos produk rusak total = (produk rusak × kos transferan per unit) + (Unit ekuivalen produk
rusak × kos unit ekuivalen)
1. Metode Pengabaian
Kos transferan masuk per unit disesuaikan sebagai berikut.
Perbedaan antarproduk rusak dan produk cacat adalah pada produk cacat
masih mungkin dilakukan perbaikan pada produk tersebut sehingga masih
ada harapan produk akan menjadi produk normal. Untuk memperbaiki
produk rusak tersebut digunakan bahan dan konversi berupa tenaga kerja dan
Akuntansi Biaya z
Kas 210.000
Overhead pabrik kendali 210.000
Kas XXX
Produk dalam proses – Departemen A XXX
Umumnya bahan sisa tidak dicatat pada akun khusus, yaitu sediaan
bahan sisa. Akun ini hanya digunakan jika bahan sisa memiliki nilai yang
material.
Bahan sisa buangan adalah bahan sisa yang berasal dari proses produksi
dan tidak dapat digunakan lagi maupun dijual. Perusahaan tidak mendapatkan
kas dari bahan sisa buangan ini karena memang tidak memiliki harga dan
sebaliknya perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk membuang bahan
sisa ini. Pada umumnya, biaya yang dikeluarkan untuk membuang bahan sisa
akan dibebankan pada akun overhead pabrik.
Akuntansi Biaya z
L A TIH A N