Disusun oleh:
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI
2015
Keputusan konsumen memilih atau membeli jasa sangat tergantung pada bagaimana penyedia
jasa dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam setiap tahapan proses
keputusan konsumen. Proses keputusan konsumen tidaklah sesederhana yang dibayangkan,
tetapi melalui berbagai tahapan yang dimulai dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan keputusan sesudah pembelian.
Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh faktor budaya. Penyesuaian terhadap budaya ini
menjadi sangat penting karena munculnya peluang pasar di era globalisasi. Untuk ini penyedia
jasa harus memperhatikan dan mulai melakukan penyesuaian terhadap perbedaan budaya across
border market
Aspek perishability bahwa jasa tidak dapat disimpan, sehingga penyedia jasa tidak dapat
menciptakan inventory untuk jasanya. Pada saat permintaan meningkat sedangkan kapasitas
tidak memadai maka perusahan akan mengalami kerugian. Dan sebaliknya pada saat permintaan
turun maka ada kapasitas yang tidak digunakan. Untuk itu penyedia jasa dituntut mengelola
permintaan dengan baik. Ada lima pendekatan yang dapat digunakan untuk managing demand
capacity yaitu tidak melakukan apa-apa; mengurangi permintaan; peningkatan permintaan;
sistiem reservasi melalui persediaan permintaan dan antrian formal melalui persediaan
permintaan.
Menyesuaikan kapasitas dan permintaan perusahaan jasa umumnya sulit dilakukan, karena jasa
bersifat tidak tahan lama (perishable). Selain itu variabilitas dalam kapasitas jasa juga sangat
tinggi. Penyebabnya adalah partisipasi pelanggan dalam penyampaian jasa, padahal setiap
pelanggan bersifat unik.
Melalui suatu system jasa, dapat dilakukan penyesuaian antara jumlah permintaan dan kapasitas
yang tersedia dengan menggunakan, baik ukuran-ukuran yang bersifat aktif maupun pasif.
Dengan menggunakan smooth demand, permintaan yang kurang beraturan (bervariasi secara
silikal) dapat diminimalisasi dengan menggunakan beberapa strategi. Gambar berikut
menjelaskan mengenai strategi untuk menyesuaikan jumlah kapasitas penawaran dengan
permintaan dari usaha jasa.
Dengan menjadwalkan secara sempurna (hati hati) sif para pekerja, profil penawaran jasa dapat
disesuaikan sedemikian rupa dengan permintaan. Cara ini dapat dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan jasa yang menghadapi permintaan yang sangat terpengaruh oleh waktu dan musim,
seperti perusahaan telekomunikasi, rumah sakit, bank dan kantor polisi. Dengann menggunakan
strategi ini, beberapa cara dapat dilakukan, seperti meramalkan berapa kira-kira jumlah
permintaan pada saat tertentu, kemudian menjadwalkannya sedemikian rupa sehingga masalah
ketidakseimbangan tersebut dapat diatasi atau cara lain, misalnya menyesuaikan jam kerja atau
persyaratan operator, seperti menjadwalkan shift pekerja dengan hati-hati.
Beberapa institusi jasa seperti kantor polisi, pemadam kebakaran, unit gawat darurat rumah sakit,
harus siaga 24 jam setiap hari dan setiap minggu. Bagi organisasi seperti ini, para pekerja
dijadwalkan bekerja 5 hari dalam seminggu dan 2 hari libur secara bergantian, dan tidak harus
sabtu dan minggu. Pimpinan harus memikirkan secara hati hati, bagaimana menjadwalkan hari
kerja mingguan stafnya sehingga mendapat kebagian hak yang sama seperti yang libur pada hari
sabtu dan minggu, dengan tidak mengurangi jumlah karyawan yang harus standby pada saat
yang dibutuhkan.
Selain menggunakan jadwal sif kerja (scheduling work shift), strategi ini dapat dilakukan dengan
cara-cara lain, yaitu seperti berikut:
1. Meningkatkan partisipasi konsumen (increasing customer participation) dalam proses jasa
(produksi), contohnya dalam restoran cepat saji yang mengurangi jumlah pelayanan, termasuk
jumlah pegawai kebersihan.
2. Menyesuaikan kapasitas (creating adjustable capacity), contohnya restoran Benihana di Tokyo,
mengatur setiap area sedemikian rupa sehingga hanya ada dua meja dengan masing masing
delapan kursi dengan menyediakan hanya satu kepala pelayan yang mengatur semua kebutuhan
konsumen.
3. Saling berbagi kapasitas (sharing capacity), contohnya adalah dalam pengadaan fasilitas
bandara yang membutuhkan investasi besar, seperti gerbang /pintu (gate), peralatan yang dapat
menangani bagasi (buggage-handling equipment), dan lain lain.
4. Mempekerjakan karyawan untuk beberapa jenis pekerjaan (cross training capacity), contohnya
pada restoran cepat saji, semua karyawan bisa mengerjakan hamper semua jenis pekerjaan.
5. Menggunakan tenaga paruh waktu (using part-time employees), tenaga tenaga paruh waktu
ini dapat dimanfaatkan, misalnya pada waktu nasabah bank sangat penuh, atau di restoran pada
saat makan siang, atau mereka dapat juga dimanfaatkan pada waktu karyawan tetap sakit atau
cuti.
6. Yield management
Strategi ini pertama kali dilaksanakan oleh perusahaan penerbangan, pada saat di Amerika
Serikat memberlakukan ketentuan untuk menetapkan harga tiket bebas sesuai dengan keinginan
masing masing perusahaan penerbangan. Yield management adalah strategi yang bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan maksimal dengan mengakomodasikan beberapa strategi, seperti
kombinasi dari system reservasi, overbooking, dan partitioning demand.
Strategi Mengelola Penawaran dan Permintaan jasa
Menyesuaikan kapasitas dan permintaan perusahaan jasa umumnya sulit dilakukan, karena jasa
bersifat tidak tahan lama (perishable). Selain itu variabilitas dalam kapasitas jasa juga sangat
tinggi. Penyebabnya adalah partisipasi pelanggan dalam penyampaian jasa, padahal setiap
pelanggan bersifat unik.
Sebagian besar operasi jasa memiliki batas maksimum kapasitas produktif. Jika permintaan
melampaui penawaran, maka ada kemungkinan perusahaan akan kehilangan sebagian
pelanggannya atau mungkin juga pelanggan terpaksa menunggu. Kondisi ini kontras dengan
keadaan bila penawaran melebihi permintaan, di mana kapasitas produktif tersebut akan hilang
begitu saja karena tidak dapat disimpan. Oleh karena itu setiap perusahaan jasa perlu memahami
faktor-faktor yang mernbatasi kapasitasnya dari pola permintaan yang dihadapi.
Pengelolaan permintaan harus diprogram sedemikian rupa agar permintaan dan kapasitas dapat
seimbang sehingga tercipta situasi kerja yang kondusif dan stabil. Pada setiap waktu dapat terjadi
salah satu situasi dan kondisi seperti dibawah ini:
1. Permintaan berlebihan
Dalam kondisi ini, tingkat permintaan jauh melampaui kapasitas maksimum yang tersedia.
Sebagai akibatnya ada sebagian pelanggan yang tidak dapat dilayani dan perusahaan kehilangan
para pelanggan tersebut.
2. Permintaan melampaui kapasitas optimum
Dalam kondisi ini, tidak ada satupun pelanggan yang ditolak atau tidak dilayani. Akan tetapi
kondisinya sangat ramai/penuh sesak, sehingga hampir semua pelanggan kemungkinan besar
mempersepsikan adanya penurunan kualitas jasa yang diberikan perusahaan.
3. Permintaan dan penawaran seimbang pada tingkat kapasitas optimum
Staf dan fasilitas perusahaan sibuk tanpa harus memiliki beban kerja yang berlebihan, dan para
pelanggan menerima jasa berkualitas tanpa ada penundaan.
4. Kapasitas berlebihan
Permintaan berada di bawah tingkat kapasitas optimum, sehingga ada sebagian sumber daya
yang terbuang percuma (ada kapasitas menganggur).
Pada keempat kondisi di atas, kapasitas maksimum yang tersedia dibedakan dengan kapasitas
optimum. Apabila permintaan melampaui kapasitas maksimum, maka sebagian pelanggan
potensial tidak terlayani dan perusahaan kemungkinan akan kehilangan mereka selamanya.
Sedangkan jika permintaan berada di antara kapasitas optimum dan maksimum, maka ada risiko
bahwa semua pelanggan yang dilayani pada saat itu akan menerima pelayanan yang kurang baik,
sehingga mereka tidak puas.
Implikasi Variasi/Permintaan Terhadap Kapasitas
Permintaan melebihi kapasitas (peluang bisnis hilang)
Permintaan melampaui kapasitas optimum (kualitas jasa menurun)
Kapasitas berlebih (pemborosan suniber daya)
Meskipun demikian, kadangkala kapasitas optimum dan maksimum sama saja. Misalnya
panggung pertunjukan (musik, drama, teater, film) atau stadion, semakin banyak yang menonton
(bahkan bila kapasitas terisi penuh), maka para penonton akan semakin puas dan gembira. Di
lain pihak ada pula situasi di mana pelanggan akan merasakan pelayanan yang lebih baik jika
perusahaan tidak beroperasi pada kapasitas penuhnya. Sebagai contoh, kualitas jasa fotokopi bisa
menurun apabila semua mesin fotokopi terpakai dan jadwalnya sangat padat. Akibatnya sebagian
pelanggan terpaksa harus menunggu gilirannya.
Ada dua pendekatan pokok untuk mengatasi masalah fluktuasi permintaan, yaitu menyesuaikan
tingkat kapasitas untuk memenuhi variasi permintaan dan mengelola tingkat permintaan. dua
solusi dasar bagi permintaan yang fluktuatif. Pertama adalah menyesuaikantingkat kapasitas
untuk memenuhi berbagai jenis permintaan. Pendekatan ini yang membutuhkan kerjasama antara
pengelola/pimpinan dan sumber daya manusia, menuntut pemahaman tentang apa yang menjadi
kapasitas produktif dan bagaimana meningkatkan atau menurunkannya secara bertahap.
Pendekatan kedua adalah mengelola tingkat permintaan, dengan menggunakan strategi
pemasaran untuk meratakan puncaknya dan mengisi lembahnya untuk menghasilkan aliran
permintaan jasa ynag lebih konsisten. Beberapa lembaga menggunakan pendekatan ini.
(lovelock:316).
Sedangkan persoalan peningkatan fojus pelanggan/permintaan dapat juga menerapkan
pendekatan relationship marketing, menyatukan kualitas, layanan pelanggan dan pemasaran.
Harus mengenali kebutuhan-kebutuhan public
Kualitas harus ditentukan dari perspektif pelanggan
Konsep kualitas harus mempengaruhi unsur-unsur proses
Yield Management
Karena sifat jasa penerbangan yang sangat perishable (artinya, kursi di pesawat tidak bisa
disimpan), maka peruasahaan berusaha mengurangi kerugian dengan menawarkan system diskon
pada waktu waktu sepi, meskipun pada waktu yang bersamaan mereka menetapkan harga
penuh untuk penumpang bisnis/first class. Yield management memungkinkan perusahaan untuk
mengalokasikan seluruh kapasitas yang ada dengan cara menyesuaikannya dengan permintaan
dari beberapa segmen pasar yang berbeda.
Yield management sangat cocok dilakukan pada perusahaan-perusahaan jasa dengan
karakteristik sebagai berikut.
Mempunyai kapasitas yang relatif tetap (relatively fixed capacity)
Ability to segment market
Perishable inventory
Product sold in advance
Fluctuating demand
Aplikasi Yield Management
Penerapan strategi Yield Management pada perusahaan hotel dan perusahaan-perusahaan
penerbangan pada contoh berikut ini akan memberi gambaran yang lebih jelas mengenai konsep
ini.
a. Penerapan Holiday Inn Reservation Optimization (HIRO)
Industri perhotelan, sama halnya dengan industry penerbangan, adalah industry yang
membutuhkan investasi yang sangat besar, terutama untuk pembangunan dan pemeliharaan.
Holiday Inn mengalami situasi tradisional yang sama dan berusaha menggunakan manajemen
kapasitas untuk meningkatkan penghasilan.
Untuk mencapai tujuannya, perusahaan Holiday Inn mengusahakan agar yang akan diperoleh
melampaui kapasitas penuh (maximum occupancy) dan ini harus sejalan dengan usahanya untuk
meningkatkan kepuasaan konsumen dengan suatu model yang disebut HIRO (Holiday Inn
Reservation Optimization). Holiday Inn dapat mencapai keuntungan yang luar biasa dengan
menggunakan system yield management.
HIRO menggunakan cara yang sama seperti yang dijalankan American Airline dengan model
SABRE (semi-automated business research environment), yaitu menggunakan catatan penjualan
masa lalu sebagai pedoman untuk menganalisis berapa kamar yang dibutuhkan dan yang dipesan
untuk masing-masing hotel. Dengan menggunakan yield management, dianalisis berapa
kebutuhan optimal dengan mempertimbangkan banyak faktor. System HIRO ini
memperhitungkan dengan cermat tingkat kapasitas penuh dengan menyaring permohonan diskon
untuk konsumen-konsumen tertentu. HIRO menggunakan cara overbooking untuk
mengantisipasi adanya pembatalan pesanan dan dengan memanfaatkan system yield
management di bidang jasa, Holiday Inn berhasil membantu manajer hotel dalam
menyeimbangkan antara kemampuan untuk menetapkan harga penuh (tanpa diskon) dengan
tetap mempertahankan kepuasaan dan loyalitas konsumen.
b. Aplikasi yield management di American Airlines dengan menerapkan model SABRE (semi-
automated business research environment)
Pada laporan tahunan 1987, American Airlines secara luas mendeskripsikan fungsi dari yield
management sebagai selling the right seats to the right customs at the right prices. Pernyataan
ini sebetulnya hanya merupakan sebagian dari kelebihan yield management, karena yang
terpenting adalah motivasi yang mendasar di balik strategi ini.
Pada dasarnya, system yield management pada American Airlines mempunyai tiga fungsi yaitu
sebagai berikut.
Overbooking
Discount allocation
Traffic management
System yield management yang diterapkan pada perusahaan penerbangan besar disebut
DINAMO (Dynamic Inventory and Maintenance Optimizer), yang secara penuh diterapkan pada
tahun 1988. DINAMO merupakan langkah terakhir dalam proses pengembangan dalam rangka
merespons perubahan industry penerbangan dan memanfaatkan penemuan penemuan baru di
bidang teknologi computer.
Beberapa perubahan yang menyebabkan penggunaan system yield management semakin
dibutuhkan oleh perusahaan penerbangan adalah sebagai berikut.
Penerapan system pemesanan melalui computer (SABRE) pada tahun 1966, yang
memungkinkan pengontrolan jumlah persediaan tiket.
Diperkenalkan supersaver discount fares pada tahun 1977
Deregulasi di bidang jadwal dan penentuan harga pada tahun 1979.
C. Peramalan Permintaan (Forecasting Demand) dan Beberapa Metode Peramalan
Ramaln permintaan adalah ramalan apasaja yang akan terjadi dengan penjualan produk yang ada
di dalam perusahaan. Penentuan peramalan permintaan dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
- Tetapkan penggunaan ramalan
- Pilih persoalan untuk diramal
- Tetapkan rentang waktu ramalan
- Pilih model-model peramalan
- Kumpulkan data
- Buatlah ramalan
- Sahkan dan laksanakan hasilnya
Peramalan permintaan banyak manfaatnya bagi setiap perusahaan, karena memberikan masukan
dan informasi yang berharga bagi proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Peramalan
permintaan menunjukkan perkiraan yang akan terjadi pada suatu keadaan tertentu, sedangkan
perencanaan menggunakan peramalan untuk membantu pengambil keputusan dalam
mempengaruhi hasil yang akan terjadi melalui berbagai strategi.
Beberapa teknik peramalan memungkinkan kita untuk mengubah bermacam macam informasi
dari database ke dalam bentuk strategi yang dapat dijadikan alat bersaing yang menguntungkan.
Teknik yang sering digunakan meliputi tiga metode dasar yaitu: Model Subjektif (Subjective
Models), Model Kausal (Causal Models), dan Model Runtut Waktu (Time Series Models).
1. Model Subjektif (Model Kualitatif)
Hampir semua teknik peramalan, seperti model runtut waktu dan model kausal, didasarkan pada
pola yang relative stabil sepanjang waktu, sehingga kita dapat mengharapkan penggunaan
peramalan yang masuk akal. Model subjektif atau model kualitatif ini terdiri dari tiga metode,
yaitu the Delphi method, cross impact analysis, and historical analogy.
a. Metode Delphi
Metode ini dikembangkan oleh Olaf Helmer pada perusahaan perusahaan Rand tahun 1950-an.
Metode Delphi ini dilakukan dengan membentuk suatu kelompok panel yang terdiri atas para
ahli dan dengan menggunakan suatu prosedur sistematis, diperoleh kesepakatan pendapat dari
kelompok ahli tersebut.
Model subjektif atau model kualitatif ini mempunyai beberapa kelemahan atau keterbatasan,
seperti yang dijelaskan oleh Makridakis dan Wheelwright (1989), di antaranya seperti berikut.
1. Dalam Tahap Pemerolehan Informasi
Ketersediaan
Persepsi selektif
Informasi konkret
Ilusi korelasi
Penyajian data
2. Dalam Tahap Pengolahan Informasi
Tidak konsisten
Pandangan
Penyesuaian
Law of small numbers
Pembenaran
3. Dalam Tahap Output
Harapan yang berlebihan
Ilusi pengendalian
4. Dalam Tahap Umpan Balik
Hasil tidak relevan dengan struktur belajar
Kesalahan persepsi terhadap fluktuasi kebetulan
Atribusi keberhasilan atau kegagalan
Hindsight
1. Model Kuantitatif (Model Kausal Dan Model Runtut Waktu)
Dalam kenyataannya, dalam membuat ramalan jangka pendek, akan lebih mudah dilakukan
apabila data tidak rumit (uncomplicated).
Kesimpulan
Managing Demand (Pengelolaan permintaan) yang baik akan berdampak positif tidak hanya bagi
kinerja manusia yang bekerja pada lembaga ini tetapi juga dapat memberikan manfaat pada
masyarakat dan bangsa ini, tetapi apabila hal itu tidak dimanage dengan baik maka akan
berdampak pada kapasitas dan ketidakstabilan dalam kinerja karyawannya dan hasil yang
diberikannya. Kapasitas yang berlebih tetapi permintaan yang sedikit akan berakibat para
karyawan kebanyakan hanya berdiam dan kurang inovatif dalam berkarya tetapi apabila
permintaan dan kapasitas dapat diseimbangkan maka situasi dan kinerja lembaga ini akan
berjalan dengan baik.