Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN III.

PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi


BAB 9
PENGELOLAAN PRODUKSI DAN OPERASI

PENDAHULUAN
Produksi dan operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang harus dikelola manajer. Setiap
organisasi atau perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa secara sadar ataupun tidak,
memiliki fungsi produksi. Perusahaan tersebut harus memikirkan bagaimana barang atau jasa
yang mereka produksi dapat disampaikan dan memenuhi keinginan konsumen. Untuk itu
perusahaan memerlukan fungsi produksi. Fungsi produksi akan bekerjasama dengan fungsi-
fungsi lain seperti pemasaran, keuangan dan sebagainya.
Seperti halnya fungsi lain dalam bisnis, fungsi produksi dan operasi dapat menjadi
competitive edge perusahaan atau malah “borok” yang membebani perusahaan. Sebagai
contoh, kemampuan perusahaan dalam menekan biaya inventory (persediaan) akan menjadi
competitive edge yang berarti bagi perusahaan. Sebaliknya kesalahan dalam memilih lokasi
pabrik akan menyebabkan biaya operasi menjadi lebih besar dan akhirnya akan menurunkan
daya saing perusahaan. Sebagai contoh, pada saat inflasi dua digit yang terjadi di Amerika pada
tahun 70-an, banyak perusahaan yang kehilangan posisi pada persaingan pasar. Untuk
mendapatkan kembali posisi tersebut, para manajer puncak menugaskan manajer operasi
untuk meningkatkan produksi, meningkatkan kualitas, dan mengurangi biaya produksi. Untuk
melaksanakan hal tersebut sangat banyak yang harus dilakukan. Manajer operasi harus
mengerti teknologi yang tepat untuk perusahaannya, pendelegasian yang lebih baik, dan
mengorbankan kekuatan pengambilan keputusan. Pengurangan kekuatan pengambilan
keputusan berarti mengurangi birokrasi pengambilan keputusan sehingga keputusan dapat
diambil dengan lebih cepat.

PERBEDAAN PRODUKSI, MANUFAKTUR, DAN OPERASI


Setiap perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa mempunyai fungsi produksi. Sehingga
setiap perusahaan memerlukan manajer operasi. Berikut ini akan dijelaskan definisi produksi,
operasi, dan manufaktur.
Produksi
Produksi merupakan keseluruhan proses yang digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi
barang atau jasa. Proses ini terdiri dari pengerjaan, ide, serta perencanaan desain teknis.
Contohnya pada redaksi majalah, proses produksi yang mereka lakukan adalah perencanaan,
budgeting (penganggaran), penyusunan jadwal, pembuatan desain dan layout, penulisan,
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
editing, pengetikan, seni dan persiapan foto, pengecekan, pencetakan, pemotongan, penjilidan,
serta pengiriman yang tepat waktu.
Produksi tidak terbatas pada proses produksi barang (manufacture) tetapi juga perusahaan
yang menghasilkan jasa. Sebagai contoh, produksi tidak hanya dilakukan oleh perusahaan
penghasil shampo tetapi juga salon yang menghasilkan perawatan rambut. Dimana dalam salon
tersebut terdapat proses produksi untuk menghasilkan jasa perawatan rambut.
Manufaktur
Manufaktur merupakan proses fisik untuk memproduksi barang, dan tidak tergolong jasa.
Dilihat dari ruang lingkupnya, manufaktur mempunyai lingkup yang lebih sempit dibanding
proses produksi. Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa perusahaan penghasil shampo
merupakan perusahaan manufaktur sedangkan salon tidak tergolong perusahaan manufaktur.
Manufacture berasal dari bahasa latin yaitu kata manu yang berarti tangan dan facto yang
berarti membuat. Jadi manufacture berarti buatan tangan. Dalam hal ini yang menjadi takanan
bukan buatan tangan atau buatan mesin karena pada saat itu semua barang dibuat dengan
tangan (hand made), namun penekanannya lebih kepada barang yang dihasilkan.
Operasi
Operasi merupakan keseluruhan fungsi atau kegiatan yang dibutuhkan untu melaksanakan
rencana strategis agar perusahaan dapat terus beroperasi. Secara tradisional operasi terdiri dari
fungsi pembelian, pengelolaan material, produksi, kontrol persediaan dan kualitas, serta
pemeliharaan. Fungsi operasi meliputi fungsi produksi dan manufaktur.
Seorang manajer operasi menghadapi tantangan dalam mengkombinasikan sumberdaya
manusia dan sumberdaya lainnya untuk menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas, tepat
waktu dan dengan biaya yang rendah. Dengan input dari pihak marketing, manajer operasi
menentukan produk apa yang akan dibuat, bagaimana produk tersebut didesain, dan proses
produksi apa yang akan digunakan.
Tugas manajer operasi dalam jangka pendek adalah menggunakan fasilitas yang ada dengan
sebaik-baiknya, dalam jangka panjang adalah mencari cara untuk meningkatkan produksi.

SEJARAH SINGKAT MANUFAKTUR


Inovasi Awal
Sampai dengan abad ke-19, proses manufaktur sebagian besar dikerjakan oleh tangan. Industri
modern dimulai dengan adanya penggunaan energi bahan bakar dalam proses manufaktur dan
pengembangan produksi masal (mass production).
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
Penggunaan bahan bakar memungkinkan semakn luasnya penggunaan mesin pada pabrik-
pabrik, penggunaan mesin yang semakin luas tersebut memungkinkan dilaksanakannya
produksi

masal. Di Amerika pertumbuhan industri tersebut diawali dengan penemuan mesin uap pada
abad ke-19.
Produksi masal atau mass production adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
barang dalam sekali proses. Adapun keuntungan dari mass production:
1. Mekanisasi, yaitu penggunaan mesin untuk menggantikan pekerjaan manusia. Mengganti
tenaga manusia dengan mesin mengakibatkan peningkatan produktivitas, sebagai contoh
dalam memindahkan sampah, buldoser dapat mengangkat jumlah yang lebih banyak dan
dapat bekerja lebih lama daripada manusia.
2. Standardisasi, yaitu penggunaan bagian-bagian yang dapat dipertukarkan (interchangeable).
Keuntungan dari standardisasi adalah kemudahan dalam memperbaiki. Satu bagian dapat
diganti dengan bagian lain yang telah sesuai standar. Contohnya mesin mobil yang rusak
dapat diperbaiki hanya dengan mengganti bagian yang rusak dan tidak perlu mengganti
seluruh mobil dengan yang baru.
3. Spesialisasi, yaitu membagi proses produksi ke dalam kegiatan terkecil sehingga seorang
pekerja hanya mempunyai satu tugas saja. Misalnya pada pabrik mobil pegawai bagian
pengecatan hanya melakukan pengecatan dan pegawai bagian pengelasan hanya
melakukan pengelasan.
4. Assembly lines, yaitu suatu sistem conveyor atau alat yang memungkinkan produk bergerak
ke masing-masing stasiun kerja (work station) dalam proses produksi. Assembly lines
ditemukan oleh Hendry Ford dan Charles Sorenson.
5. Otomatisasi (automation), yaitu penggunaan mesin untuk melakukan pekerjaan dengan
intervensi manusia yang sangat sedikit. Pada perusahaan atau pabrik dengan proses
otomatisasi tinggi, pekerja mengoperasikan mesin dan mesin tersebut yang melakukan
pekerjaan sebenarnya.

Awal abad ke-20, para manajer sangat tertarik pada peningkatan produktivitas. Frederick
Taylor, Bapak Scientific Management, merupakan pendahulu dalam penggunaan metode
scientific untuk meningkatkan produktivitas. Dasar filosofinya adalah bahwa perlu ditentukan
berapa banyak output yang dapat dihasilkan oleh satu orang pekerja setiap harinya, dan
dengan menggunakan fungsi tersebut manajemen menentukan sistem operasi yang produktif.
Prinsip kerja tersebut sampai saat ini masih menjadi bagian dari prosedur yang digunakan pada
proses produksi dan operasi.
Industrialisasi
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
Selama tahun 1920, sebagian negara di dunia menjadi negara industri yang semakin maju dan
kompetitif. Setelah Perang Dunia II, Jepang dan Jerman (barat) menjadi negara yang
industrialisasinya kuat. Beberapa negara lain seperti Amerika, Kanada, Inggris, Perancis, Italia
yang tergabung dalam G-7, saat ini merupakan industri maju yang menikmati keunggulan
karena menguasai teknologi. Persaingan antarnegara yang menghasilkan produk yang relatif
sama semakin kuat, konsumen dihadapkan oleh bebagai pilihan produk yang mungkin tidak
pernah dipahaminya.
Konsumerisme
Ekspansi industri pada tahun50-60-an berkembang sangat cepat, seiring dengan meningkatnya
taraf hidup masyarakat. Upah meningkat, harga naik, dan tingkat produksi meningkat. Pada
tahun 70-an terjadi tekanan baru, ketidakpuasan mulai terjadi. Banyak kritik yang berkaitan
dengan fasilitas yang digunakan dalam proses manufaktur, seperti keadaan beberapa pabrik
yang telah tua, ketinggalan zaman, tidak efisien, dan kotor. Ketidakpuasan konsumen semakin
hari semakin meningkat. Kondisi ini memicu mereka untuk bersatu dan melakukan aktivitas
yang melindungi haknya. Konsumerisme merebak di mana-mana, yang ditandai dengan
bermunculannya organisasi kemasyarakatan yang bertujuan untuk melindungi hak konsumen.
Di Indonesia, lembaga yang bergerak dalam perlindungan hak-hak konsumen adalah Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), konsumerisme berbeda dengan konsumisme.
Konsumerisme merupakan gerakan yang bertujuan melindungi kepentingan konsumen, bukan
merupakan perilaku negatif yang dicirikan oleh keinginan mengkonsumsi produk secara
berlebihan. Kecenderungan perilaku konsumtif tersebut mungkin lebih cocok diistilahkan
dengan konsumisme.
Perubahan dalam Proses Manufaktur
Saat ini, Amerika tengah memikirkan kembali cara lama mereka dalam menghasilkan barang
atau jasa agar dapat bersaing dengan produk luar negeri seperti Jepang. Perusahaan-
perusahaan Jepang telah memberikan perhatian lebih kepada peningkatan produksi. Jepang
terkenal dengan sistem manufaktur yang fleksibel, mereka dapat merespon keinginan
konsumen dengan sangat cepat.
Salah satu konsep yang digunakan oleh orang Jepang adalah Kaizen atau continuous
improvement. Ide konsep ini adalah pembentukan tim dari pekerja-pekerja yang terdiri dari
berbagai departemen (tidak hanya departemen manufaktur) yang kecil. Melalui konsep ini pula,
mudah dilakukan perubahan proses manufaktur dengan biaya yang murah sehingga dapat
meningkatkan proses produksi.
Trend bisnis berubah dari perusahaan yang besar, pabrik yang tidak fleksibel dengan fixed
cost yang besar, menuju perusahaan yang lebih kecil danlebih efisien dalam penggunaan
fasilitas. Pabrik tersebut dilengkapi dengan peralatan yang lebih baik untuk memenuhi
permintaan dalam berbagai tingkat kualitas dan memberikan pelayanan kepada konsumen
dengan lebih baik.
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
Pabrik yang lebih kecil dan fleksibel merupakan bagian dari concurrent engineering yaitu
penggunaan cross functional team yang mendesai produk dan proses manufaktur pada saat
bersamaan. Cross functional team merupakan tim yang anggotanya berasal dari berbagai
fungsi. Keuntungannya adalah pengurangan biaya dan waktu serta mempermudah pembuatan
desain produk dengan komponen yang lebih sedikit.
Perubahan pada manajemen operasi ini membuat karir sebagai manajer produksi semakin
disukai, mereka mendapatkan status dan gaji yang lebih tinggi.
Isu Lingkungan
Perusahaan yang memproduksi baik barang maupun jasa harus melihat ulang prose operasi
mereka sehubungan dengan adanya peningkatan peraturan yang berhubungan dengan polusi
lingkungan. Karena lebih murah untuk mencegah polusi daripada untuk membersihkan limbah,
maka perusahaan harus mendesain produk dan proses produksinya untuk mencegah atau
mengurangi polusi. Sebagai contoh pada industri kulkas yang saat ini tidak lagi menggunakan
freon karena dapat merusak ozon.
Tidak hanya penghasil barang yang harus melihat kembali proses produksinya, namun
penghasil jasa juga harus menemukan cara sehingga proses operasi mereka lebih ramah
lingkungan. Contohnya adalah McDonald’s yang mengganti pembungkus makanan yang terbuat
dari styreofoam dengan kertas recycle. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam konteks isu
lingkungan adalah perlu dikajinya operasi perusahaan dengan mengaplikasikan prinsip reduce,
reuse dan recycle.

TUGAS MANAJER PRODUKSI DAN OPERASI


Manajer produksi dan operasi bertanggung jawab terhadap produk yang akan dijual. Ada
banyak sistem yang digunakan pada proses produksi, karena banyaknya produk yang dihasilkan
dan diinginkan oleh pasar. Urusan produksi dan operasi sangat bervariasi tergantung pada
ukuran perusahaan, jenis perusahaan, teknologi yang dipakain dan sebagainya. Perusahaan
kecil seperti industri rumah tangga jelas berbeda dalam hal produksi dan operasi dengan
perusahaan besar seperti Unilever, Procter & Gamble.
Setiap bisnis mempunyai tujuan yang berfokus pada produksi barang atau jasa dengan hasil
terbaik, lebih cepat dan dengan biaya yang rendah. Sehingga manajer operasi dan produksi
harus dapat menghasilkan produk dengan efektif dan efisien yang dilengkapi dengan kontrol
kualitas yang baik. Misalnya pada industri perbankan saat ini banyak digunakan Automated
Teller Machine (ATM) atau Anjungan Tunai Mandiri yang memberikan pelayanan lebih cepat,
fleksibel, dan akurat.
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
Pekerjaan manajer produksi dan operasi adalah melihat proses produksi sehingga sesuai
dengan tujuan perusahaan. Untuk itu ada beberapa aktivitas yang dilakukan oleh manajer
produksi dan operasi, yaitu:
1. Perencanaan produk
2. Pemilihan lokasi pabrik dan pemilihan layout
3. Pengendalian persediaan
4. Membeli dan mengelola material
5. Produksi dan manufaktur
6. Mengendalikan produksi
7. Mengendalikan kualitas
8. Mengelola pabrik
Manajer produksi dan operasi memiliki tanggung jawab terhadap perencanaan produk
seperti menyiapkan pemrakiraan (forecasting), membuat jadwal (schedules), serta membuat
anggaran (budget). Untuk pembuatan semua itu perlu adanya kerjasama dengan manajemen
puncak dari bidang lain seperti keuangan dan pemasaran.
Pada awal berdirinya pabrik, manajer operasi dan produksi menentukan lokasi dan loyout
pabrik. Mereka juga melakukan perekrutan, training, dan pengembangan sumberdaya manusia
yang berhubungan dengan departemen produksi dan operasi. Agar pekerjaannya dapat
berjalan dengan baik, maka manajer produksi dan operasi harus bekerjasama dengan
departemen lain khususnya marketing dan distribusi, penyimpanan dan pengantaran.

MENGORGANISASIKAN PROSES PRODUKSI


Mengorganisasikan proses produksi pada hakikatnya merupakan penetapan kegiatan produksi
guna melaksanakan proses produksi. Cara melaksanakan produksi berbeda antara satu
perusahaan dengan perusahaan lain. Pemilihan proses produksi dipengaruhi oleh berbagai hal
misalnya jenis produksi yang dihasilkan, karakteristik proses yang harus dilewati, karakteristik
tenaga kerja yang tersedia, dan sebagainya. Secara garis besar, pengorganisasian proses
produksi dapat dikelompokkan menjadi organisasi tradisional, organisasi seluler, proses dan
proyek.
Organisasi Tradisional
Bentuk organisasi tradisional pada umumnya seperti pada gambar 9.1. dari gambar tersebut
kita ketahui bahwa setiap manajer memiliki daerah otoritas dan tanggung jawab tertentu.
Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan untuk terjadi hubungan dan tumpang tindih
tanggung jawab antara satu manajer dengan manajer lain. Dalam organisasi tradisional
terdapat alat ukur kinerja masing-masing departemen. Misalnya kinerja manajer kualitas
ditentukan dengan dasar biaya, tingkat kesalahan, dan biaya pengerjaan ulang.
Organisasi Seluler
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
Dewasa ini, banyak perusahaan yang mulai menggunakan organisasi seluler. Dengan tipe ini
pekerja berada dan bekerja sama dalam satu team yang disebut cell untuk menghasilkan suatu
produk atau satu bagian produk. Setiap cell bertanggung jawab pada kualitas dan kuantitas
produk yang mereka hasilkan. Setiap cell juga memiliki otoritas untuk berkreasi dengan tujuan
peningkatan kinerja dan kualitas produk.
Perbedaan yang mendasar antara organisasi tradisional dan organisasi seluler adalah semua
pekerja dalam cell bertanggung jawab terhadap produk atau output yang dihasilkan. Cell lebih
ramping, dapat memonitor diri sendiri, serta mengoreksi dengan sendirinya.
Proses dan Proyek Manufaktur
Mengorganisasikan proses produksi sangat berhubungan dengan tipe proses manufaktur
perusahaan tersebut.
Proses Manufaktur
Proses manufaktur berbeda-beda tergantung pada jenis produk yang dihasilkannya.

 Assembly process atau proses perakitan merupakan proses peletakan bagian-bagian produk
secara bersama-sama sehingga menghasilkan produk yang utuh, contohnya pada pabrik
mobil Opel yang melakukan assembling di Indonesia. Merangkai bagian-bagian mobil
tersebut di Indonesia.
 Continuous process atau proses kontinu merupakan teknik produksi yang digunakan secara
terus-menerus untuk menghasilkan satu jenis produk dalam jumlah yang banyak (produk
masal), contohnya pada perusahaan Coca cola.
 Intermittent process adalah teknik produksi yang menggunakan satu proses untuk
menghasilkan sejumlah produk, kemudian mengubahnya untuk memproduksi sejumlah
produk yang berbeda, contohnya pabrik tas kulit dan ikat pinggang kulit. Pada proses
penyamakan kulit, kulit melalui proses yang sama, namun kemudian masing-masing melalui
proses yang berbeda untuk menjadi ikat pinggang dan tas.
 Proses analitik yaitu proses untuk mendapatkan barang yang diinginkan dengan jalan
dengan jalan memisahkan dari barang lain, misalnya gas alam cair (LNG) yang harus
dipisahkan dari karbondioksida.
 Proses sintetik yaitu proses produksi untuk menghasilkan output dengan jalan
menggabungkan beberapa jenis barang yang berbeda. Misalnya untuk menghasilkan
makanan ternak dibutuhkan jagung, bekatul, air dan konsentrat serta beberapa “bahan”
lainnya, semua bahan tersebut dicampur melalui proses tertentu sehingga menjadi
makanan ternak.
 Proses ekstraktif adalah proses untuk menghasilkan barang dengan jalan mengambilnya
dari alam, misalnya rotan, pasir, damar, dan sebagainya.
Proyek Manufaktur
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
Proyek manufaktur umumnya melibatkan pekerjaan yang besar dan tidak rutin. Untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut dibutuhkan peralatan-peralatan yang harus dibawa ke lokasi
di mana proyek dilaksanakan, misalnya proyek pembangunan jembatan. Setelah proyek selesai
peralatan yang digunakan dibawa kembali ke tempat semula.
PERENCANAAN LOKASI DAN LAYOUT PABRIK
Perencanaan Lokasi
Perencanaan lokasi merupakan salah satu keputusan yang harus dilakukan pada awal
perencanaan proses produksi. Pemilihan lokasi akan mempengaruhi biaya operasi, harga
produk, dan kemampuan perusahaan untuk bersaing. Kesalahan dalam langkah ini akan
mengakibatkan biaya yang mahal. Sebagai contoh yang terjadi pada perusahaan TV swasta
SCTV yang memilih lokasi di Surabaya dan kemudian memutuskan untuk berpindah ke Jakarta,
harus menanggung biaya transportasi yang cukup besar.
Ada beberapa variabel yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan pemilihan lokasi.
Berdasarkan keutamaannya, variabel yang menentukan letak lokasi dibagi menjadi:
1. Variabel utama yang terdiri dari
a. Ketersediaan bahan baku. Jika bahan baku/bahan mentah merupakan komponen yang
amat penting dari keseluruhan proses operasi perusahaan, maka akan sangat baik bila
dalam menentukan letak pabrik kedekatan dengan bahan baku menjadi hal yang
diprioritaskan. Beberapa jenis industri yang mengutamakan ketersediaan bahan baku
dalam memilih lokasi pabrik antara lain: industri baja, semen, alumunium, gula dan
rotan. Informasi yang perlu didapat meliputi jumlah kebutuhan bahan mentah untuk
satu periode selama usia investasi, kelayakan harga, kapasitas, kualitas dan kontinuitas
sumber bahanmentah serta biaya-biaya pendahuluan yang diperlukan.
b. Letak pasar yang dituju. Pada industri barang konsumsi, kecenderungan bobot variabel
ini lebih diperhatikan. Demikian juga untuk perusahaan yang tidak berskala besar.
c. Tenaga listrik dan air. Untuk jenis industri hulu, misalnya industri baja, alumunium, dan
semen, keperluan akan pembangkit tenaga listrik amat mutlak diperlukan. Sedangkan
perusahaan kertas akan memerlukan jumlah air yang besar.
d. Ketersediaan tenaga kerja. Tersedianya tenaga kerja baik terdidik maupun terlatih akan
berpengaruh terhadap biaya produksi yang ditanggung perusahaan, misalnya untuk
perusahaan rokok.
e. Fasilitas transportasi. Fasilitas ini berkaitan erat dengan pertimbangan bahan mentah
dan dan pertimbangan pasar. Jika lokasi mendekati sumber bahan mentah, maka
fasilitas transportasi terutama diperhitungkan dalam kaitannya dengan ongkos
transportasi menuju pasar, demikian juga sebaliknya.
2. Variabel yang bukan utama meliputi:
a. Hukum dan peraturan yang berlaku, baik di tingkat negara maupuntingkat lokal
b. Iklim dan keadaan tanah
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
c. Sikap masyarakat setempat
Menurut jenisnya, faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi dibagi menjadi faktor
kualitatif dan kuantitatif. Contoh faktor kualitatif adalah kualitas hidup masyarakat setempat
misalnya pendidikan, rekreasi, kegiatan budaya, dan lain-lain. Sedangkan faktor kuantitatif
seperti biaya tenaga kerja, kedekatan dengan konsumen atau dengan bahan mentah,
kemudahan transportasi, biaya dan ketersediaan energi serta pajak.
Dalam memilih lokasi pabrik, manajer operasi harus melakukan penilaian terhadap
alternatif lokasi yang akan dipilihnya. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menilai lokasi pabrik, yaitu:
1. Metode Kualitatif
Metode ini berdasar pada penilaian oleh suatu tim yang dibentuk khusus terhadap faktor-
faktor yang ditentukan terlebih dahulu.
2. Metode Transportasi
Metode ini digunakan bila perusahaan yang telah memiliki beberapa lokasi pabrik dan
bermaksud untuk menambah pabrik atau adanya relokasi pelayanan dari setiap pabrik yang
telah ada.
3. Metode Analisis Biaya
Konsepnya berdasar pada pemanfaatan biaya variabel untuk membantu pemilihan
alternatif lokasi, sehingga dapat disusun hubungan persamaan untuk masing-masing
alternatif lokasi antara biaya yang ditanggung oleh masing-masing lokasi dengan volume
produksi yang diinginkan.
Layout Pabrik
Setelah lokasi pabrik dipilih, manajer produksi perlu merancang layout pabrik. Perancangan
layout pabrik bersifat situasional di mana jenis layout yang dipilih tergantung pada kondisi yang
dihadapi oleh perusahaan, misalnya fasilitas produksi, ruang yang tersedia, serta tergantung
pada jenis produk, skala produksi dan sebagainya. Perancangan layout pabrik yang baik akan
meningkatkan efisiensi dalam proses produksi. Dalam merancang layout, manajer produksi
harus memperhatikan ruang gerak, ruang kerja, kantor, ruang konferensi, gudang dan ruang
pengantaran.
Ada tiga tipe layout, yaitu: tipe proses, produk, dan posisi tetap. Layout proses mengatur
alur kerja diseputar proses. Semua pekerja yang memiliki tugas yang sama, bekerja dalam satu
kelompok. Produk akan bergerak dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya, tetapi tidak
harus semua stasiun kerja dilewati. Tipe ini cocok untuk perusahaan yang menghasilkan produk
yang tidak memiliki banyak perbedaan.
Tipe layout produk mengatur stasiun kerja atau departemen dalam satu garis, di mana
produk akan melewati garis tersebut. Tipe ini cocok untuk produk yang dihasilkan dalam
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
kuantitas cukup banyak dengan proses yang terus menerus. Sebagai contoh adalah pabrik mobil
dan pabrik makanan kaleng.
Beberapa produk tidak dapat dipindah-pindahkan dalam proses produksinya. Tipe layout
posisi tetap (fixed position) memungkinkan produk tetap pada suatu tempat, sedangkan pekerja
dan mesin-mesin yang akan datang sesuai dengan kebutuhan. Produk yang sulit dipindah-
pindahkan seperti kapal, pesawat, dan proyek-proyek konstruksi menggunakan layout posisi
tetap dalam proses produksinya.
PENGELOLAAN MATERIAL, PEMBELIAN DAN PERSEDIAAN
Pengelolaan material, pembelian, dan persediaan meliputi perencanaan, pemesanan,
penyimpanan serta distribusi barang dan material yang dibutuhkan untuk proses produksi.
Pembelian
Pihak dari dalam perusahaan yang ahli menentukan di mana tempat yang tepat untuk membeli
berbagai jenis barang yang diperlukan diseut agen pembelian (purchasing agent). Walau agen
pembelian melakukan banyak keputusan pembelian, namun otoritasnya terbatas. Pembelian
yang memerlukan biaya di luar kebiasaan, membutuhkan izin dari manajer pembelian. Untuk
itu dibutuhkan prosedur pembelian (purchasing procedure) yang merupakan rangkaian langkah
yang dilaksanakan oleh perusahaan ketika akan membeli suatu barang atau produk.
Pada beberapa perusahaan, departemen pembelian bertanggung jawab pada semua barang
yang dibeli dari pihak luar, namun ada juga yang hanya bertanggung jawab pada material dan
barang yang dibutuhkan untuk proses produksi. Demikian juga pada pengelolaan persediaan,
ada manajer yang bertanggung jawab pada semua persediaan, yaitu bahan baku, komponen
persediaan, dan barang setengah jadi (sub assemblies), termasuk juga persediaan barang jadi.
Ada juga yang hanya bertanggung jawab pada komponen persediaan serta sub assemblies
namun tidak bertanggung jawab pada barang jadi. Dalam melakukan fungsi pembelian,
perusahaan akan melakukan berbagai kebijakan seperti kebijakan dalam menentukan jumlah
produk yang akan dibeli dan menentukan pemasok.
Dalam menenentukan kebijakan penentuan jumlah produk yang akan dibeli, ada tiga
macam kebijakan yang dapat dilakuka oleh perusahaan, yaitu:
1. Hand-to-mouth purchasing, yaitu pembelian produk dalam jumlah sedikit seperti yang
dibutuhkan.
2. Forward purchasing yaitu kebijakan pembelian yang relatif banyak dalam pembelian produk
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan untuk jangka waktu yang cukup lama.
3. Anticipatory purchasing yaitu kebijakan pembelian produk dalam jumlah sangat besar yang
berguna untuk mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin muncul di waktu yang akan
datang.
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
Agen pembelian harus menentukan pemasok yang cocok. Tetapi itu tidak berarti bahwa
pemasok yang mampu menyediakan kualitas tertinggi akan memberikan harga tertinggi, dan
sebaliknya. Mengenai harga dan kualitas, pemasok hendaknya dapat memberikan jumlah
seperti apa yang diinginkan, mematuhi jadwal pengantaran, memberikan jaminan, serta
memberikan pelayanan yang konsisten.
Hal yang harus dihindari oleh agen pembelian adalah jika terjadi singel source purchasing
(pembelian dari satu sumber), yaitu pembelian yang dilakukan hanya dari satu pemasok saja.
Karena jika hal tersebut terjadi, itu sama artinya dengan pepatah: ‘meletakkan semua telur
dalam satu keranjang’. Pemasok tersebut tidak dapat memenuhi pesanan perusahaan dan tidak
ada pilihan lain bagi perusahaan. Apabila perusahaan memiliki beberapa pemasok dan jika
salah satu pemasok tidak dapat memenuhi pesanan, maka dapat dipesan dari pemasok lain.
Kebijakan yang sering dilakukan untuk mendapatkan pemasok terbaik adalah kebijakan bid-
purchasing (lelang), yaitu meminta tawaran dari berbagai pemasok dan memilih salah satu yang
terbaik. Kriteria terbaik tidak hanya ditentukan oleh pemasok yang dapat memberikan harga
termurah, namun agen pembelian harus mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti yang
telah disebutkan di atas.
Setelah menentukan pemasok atau vendor dalam melakukan fungsi pembelian, maka
perusahaan akan melakukan contract purchasing yaitu negosiasi antara pemasok dan
perusahaan untuk menentukan harga, tanggal pengantaran, dan kondisi-kondisi lain dalam
penjualan tersebut.
Selain menentukan jumlah dan pemasok yang akan dipilih, ada kebijakan lain yang harus
ditentukan perusahaan, yaitu menentukan apakah produk tersebut akan dibuat sendiri dalam
perusahaan, atau membeli produk tersebut (make versus buy atau in house versus out of
house). Pada umumnya pemasok telah memiliki spesialisasi dalam peralatan, teknisi, bahan
baku, dan tenaga pemasangan untuk menghasilkan produk yang baik. Biasanya lebih mudah
dan praktis untuk membeli dari pemasok daripada membuatnya sendiri. Perusahaan yang
memutuskan akan membuat sendiri harus dapat mengalokasikan ruangan untuk pembuatan
produk tersebut, membeli bahan baku dan peralatan, serta menyediakan tenaga kerja yang
akan membuatnya. Karena itu jumlah yang diminta harus cukup banyak sehingga biaya akhir
perusahaan dalam membuat produk tersebut sama atau lebih kecil daripada jika membeli dari
pemasok.
Persediaan
Persediaan atau inventory merupakan pasokan yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk
proses produksi atau untuk penjualan kepada konsumen, pengelolaan persediaan (Inventory
Management) menentukan berapa banyak persediaan yang tersedia serta pemesanan,
penerimaan, penyimpanan, dan perawatan persediaan tersebut. Tujuan utama dari
pengelolaan persediaan adalah menurunkan biaya pemesanan dan penyimpanan persediaan,
namun mempunyai pasokan yang cukup untuk menjalankan proses produksi dan penjualan.
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
Pengelolaan persediaan yang baik akan meningkatkan kualitas produk, meningkatkan
efisiensi proses produksi, yang akhirnya akan meningkatkan laba perusahaan. Dan sebaliknya,
pengelolaan persediaan yang tidak baik dapat menjadi penyebab kekalahan dan kebangkrutan
perusahaan.
Dalam menentukan jumlah persediaan yang disimpan perusahaan dapat menggunakan
economic order quantity (EOQ), yaitu suatu titik dimana biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan adalah sama. Gambar 9.5 mengilustrasikan titik EOQ yang merupakan pertemuan
antara garis biaya pemesanan dan garis biaya penyimpanan. Biaya pemesanan akan menurun
seiring dengan semakin banyaknya jumlah produk yang dibeli pada setiap kali pesan. Misalnya,
perusahaan dalam satu tahun memerlukan 10 ribu unit bahan baku yang dipesan beberapa kali.
Jika setiap kali pesan jumlahnya 500 unit, maka biaya pemesanannya adalah 20 satuan. Jika
jumlah setiap kali pesan meningkat menjadi 1.000 unit, maka biaya pemesanannya menjadi 10
satuan. Sebaliknya, biaya penyimpanan akan meningkat seiring dengan semakin banyaknya
jumlah produk yang dibeli pada setiap kali pesan. Jika jumlah produk setiap kali pesan hanya
500 unit maka biaya penyimpanannya yang berupa antara lain biaya gudang, asuransi, biaya
keamanan, akan lebih sedikit dibandingkan dengan jika jumlah setiap kali pesan 1.000 unit.
Penyimpanan produk sebesar 1.000 unit jelas akan lebih beresiko dibandingkan dengan
menyimpan produk sebesar 500 unit saja. Oleh karena itu, jika hanya mempertimbangkan biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan, titik EOQ tersebut secara teoritis merupakan jumlah yang
terbaik untuk dibeli karena mendatangkan biaya yang paling murah.
Ada tiga tipe utama persediaan yang diklasifikasikan berdasarkan letaknya dalam proses
produksi. Pertama, persediaan bahan baku yang merupaka persediaan yang dibeli perusahaan
untuk membuat produk jadi, dalam hal ini termasuk barang jadi yang dibeli dari perusahaan lain
yang digunakan untuk memproduksi produk jadi perusahaan tersebut. Kedua, barang dalam
proses merupakan persediaan yang berada dalam proses produksi, atau barang yang belum jadi
dan berada dalam proses penyelesaian. Tipe yang ketiga adalah persediaan barang jadi yang
merupakan persediaan barang jadi tetapi belum terjual.
Akhir-akhir ini telah dikembangkan beberapa metode yang membantu pengelolaan
materian dan persediaan, yaitu Just In Time (JIT), Material Requirement Planning (MRP), dan
Manufacture Resource Planning (MRP II). Sebagai pengembangan dari MRP, sekarang telah
dihasilkan MRP III.
MRP merupakan sistem komputer yang menganalisis dan memproyeksikan kebutuhan
material kemudian menjadwalkan kedatangan material tersebut ke bagian yang memerlukan
pada saat yang tepat. Dengan kata lain, MRP berusaha untuk meletakkan material pada tempat
yang tepat, dalam jumlah tepat, dan saat yang tepat pula.
MRP menganalisis data persediaan, jadwal produksi, dan daftar barang yang dibutuhkan
untuk memproduksi satu buah produk (bill of product). Dari analisis tersebut didapatkan status
persediaan, rencana waktu pemesanan, dan perubahan tanggal jika terjadi perubahan jadwal.
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
MRP dikembangkan lagi dan menghasilkan MRP II yang menggunakan sistem komputer
yang lebih kompleks untuk mengintegrasikan data dari berbagai departemen termasuk
departemen keuangan, pemasaran, akuntansi, teknik, dan manufaktur. Dengan MRP II,
perusahaan dapat mengubah sumber-sumber yang mereka butuhkan seperti fasilitas,
peralatan, material, dan manusia ke dalam bentuk kebutuhan uang. Sistem ini juga
memungkinkan manajer untuk mengetahui pengaruh proses produksi terhadap laba
perusahaan dan membuat pemrakiraan yang lebih tepat. Jika perencanaan suatu departemen
berubah, dan akibat dari perubahan tersebut akan mempengaruhi departemen lai maka MRP II
akan memberitahukan pengaruh tersebut pada departemen-departemen lain.
Just In Time (JIT) dikembangkan oleh Taiichi Ohno dari perusahaan motor Toyota dari
Jepang. Dasar dari Just In Time adalah bahwa material harus datang atau ada tepat pada saat
diperlukan oleh proses produksi. Dan hasilnya perusahaan tersebut hanya memiliki sedikit
sekali persediaan bahkan mungkin tidak memiliki persediaan. Dengan bantuan jadwal dari MRP,
manajer menentukan kapan, jenis apa, dan berapa banyak material yang dibutuhkan, kemudian
memesannya sehingga material dapat datang tepat pada saat yang dibutuhkan.
Untuk dapat menerapkan sistem JIT diperlukan kerjasama yang baik antara pemasok
dengan pihak produksi dan pembelian. Karena keterlambatan dalam pengantaran akan
mengakibatkan kemacetan proses produksi yang akhirnya akan merugikan perusahaan.
Perawatan mesin-mesin juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan dalam penerapan JIT.
Karena mesin yang rusak akan mengakibatkan kemacetan dan biaya yang sangat mahal, maka
manajer harus memperhatikan penggunaan dan perawatan peralatan dengan efisiensi. Sistem
JIT akan memberikan manfaat maksimal pada perusahaan yang memiliki jadwal produksi yang
relatif stabil.

PENGENDALIAN PRODUKSI
Setiap perusahaan harus memiliki sistem untuk melihat apakah proses produksi berjalan
sesuai dengan rencana atau tidak. Pengendalian produksi merupakan koordinasi dari material,
peralatan dan sumber daya manusia untuk mencapai efisiensi produksi. Ada dua Aspek penting
dalam pengendalian produksi, yaitu jalur produksi dan jadwal produksi.
Jalur Produksi
Penentuan jalur produksi merupakan langkah awal dari pengendalian produksi. dalam
penentuan jalur produksi dibutuhkan data mengenai jalur kerja atau workflow, rangkaian
mesin, dan proses operasi yang menggambarkan perjalanan produk dari awal sampai akhir.
Penentuan jalur ini tergantung pada tipe produk dan layout pabrik.
Guna menentukan jalur produksi pertama-tama ditentukan alur kerja, kemudian dibuat
route sheet yang berisi acuan pekerjaan yang melewati proses tertentu. di dalamnya terdapat
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
informasi mengenai langkah-langkah khusus dan perintah-perintah yang ada di setiap langkah
tersebut, serta informasi operasi lain seperti waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan
mesin-mesin. penentuan jalur produksi serta layout akan mempengaruhi jadwal dan biaya
produksi.
Jadwal Produksi
Penentuan jalur produksi erat kaitanya dengan penentuan jalur produksi. manajer
produksi harus mempersiapkan tabel waktu (timetables) yang menunjukkan rangkaian proses
produksi yang efisien. kemudian memastikan bahwa semua material telah berada pada tempat
yang tepat dan pada saat yang tepat.
Penentuan jadwal tidak hanya penting bagi perusahaan manufaktur, tetapi juga bagi
perusahaan jasa. Misalnya pada perusahaan angkutan, manajer operasi harus menentukan
jadwal perawatan dan perbaikan kendaraan, serta jadwal sopir dan petugas administrasi.
Ada berbagai macam teknik penentuan jadwal dari yang sederhana sampai dengan yang
kompleks. metode yang sering digunakan oleh manajer operasi untuk penentuan jadwal adalah
Gantt Chart serta critical Path method atau metode jalur kritis.
Gantt chart ditemukan oleh Henry Gantt. Henry Gantt merupakan grafik balok yang
menunjukkan hubungan antara waktu yang dijadwalkan dengan waktu yang terjadi sebenarnya.
bagian sebelah kanan dari diagram tersebut berisi daftar aktivitas yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu rangkaian pekerjaan. karena didalamnya berisi waktu yang dijadwalkan
dan waktu yang sebenarnya terjadi, maka manajer dapat menentukan kemungkinan
percepatan -percepatan bila diperlukan.
Gantt Chart sangat membantu bagi perusahaan yang tidak memiliki banyak tugas,
Waktu penyelesaian tugas yang relatif panjang, serta jalur produksi yang pendek dan tidak
rumit. kelemahan grant chard adalah tidak dapat menunjukkan hubungan antar tugas, namun
masalah tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan critical Path method.
Untuk menentukan jadwal proyek yang besar, manajer operasi harus memecah proses
operasi yang kompleks ke dalam satuan tugas yang lebih kecil. satuan tugas yang lebih kecil
akan lebih mudah untuk dianalisis dan dikendalikan. Critical Path metode (CPM) atau metode
jalur kritis melakukan pemecahan aktivitas yang kompleks menjadi rangkaian kegiatan yang
lebih sederhana.
Untuk menentukan jalur kritis, manajer harus menentukan semua aktivitas yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan menyelesaikan proyek tersebut, hubungan antar, serta waktu
yg dibutuhkan untuk tiap aktivitas. Setelah itu, manajer menentukan jalur kritis yaitu jalur
terpanjang dan terlama dalam grafik tersebut. Sementara itu jalir diluar jalur kritis dapat
diselesaikan bersamaan dengan penyelesaian jalur kritis. Jadi Waktu penyelesaian jalur kritis
merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
Diagram CPM membantu manajer untuk mengetahui akibat dari keterlambatan suatu
tugas terhadap penyelesaian proyek secara keseluruhan. penentuan jadwal pada perusahaan
yang besar dan rumit seringkali sangat sulit, sehingga para manajer menggunakan komputer
untuk membuat dan menggunakan CPM.
PENGGUNAAN TEKNOLOGI
Sistem CAD, CAE dan CAM
Penggunaan komputer dapat meningkatkan kecepatan dan fleksibilitas proses produksi.
computer aided design (CAD) dan Computer aided engineering (CAE) memungkinkan
terciptanya ribuan desain baru. pembuatan desain dapat dilakukan dengan komputer, di mana
pembuat dapat melakukan percobaan-percobaan dengan desainnya tanpa mengeluarkan biaya
dan risiko yang besar. Bahkan pembuat juga dapat mengubah-ubah desain produk yang sudah
ada.
Computer aided Manufacturing (CAM) merupakan sistem komputer untuk
mengembangkan dan mengontrol sistem operasi. komputer akan menganalisis langkah-langkah
yang dibutuhkan dalam membuat suatu produk, dan komputer akan mengirimkan perintah-
perintah pada mesin-mesin yang akan memproduksi produk tersebut.
Dengan menggunakan CAF dan CAM, proses manufaktur dapat mengembangkan desain
melalui simulasi komputer dan memecahkan masalah pada awal proses. hasilnya adalah
berkurangnya waktu pembuatan desain, mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas.
Computer integrated Manufacturing (CIM)
CIM merupakan sistem manufaktur yang menggunakan sistem komputer untuk
melakukan otomatisasi di seluruh proses manufaktur. didalam CIM, terdapat sistem komputer
dalam proses manufaktur (seperti fms dan robot) dan sistem komputer yang digunakan
sebelum proses manufaktur (seperti CAD dan CAM). dengan menggunakan CIM, perubahan
yang terjadi pada CAD akan segera dikirim dan memengaruhi mesin-mesin produksi juga
departemen-departemen yang perlu mengetahuinya.
Robot
Robot merupakan alat yang dikontrol komputer yang dapat melakukan tugas-tugasnya
sendiri. robotik merupakan teknologi pembuatan desain, konstruksi, dan operasi robot. robot
dapat diletakkan pada suatu posisi yang tetap (fix) atau berubah-ubah. robot yang berada pada
posisi tetap memiliki lengan yang bergerak dan melakukan tugas-tugas yang diinstruksikan
komputer. jenis tugas robot pun bermacam-macam dari yang mudah (simpel) sampai kompleks.
Robot dapat dioperasikan dengan sedikit sekali campur tangan manusia. dengan
menggantikan tenaga manusia kepada robot, akan meningkatkan efisiensi pekerjaan khususnya
pekerjaan yang membutuhkan konsistensi, keakuratan, kecepatan, dan kekuatan.
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
Flexible Manufacturing System (FMS)
FMS merupakan sistem manufaktur yang mengintegrasikan komputer, robot, peralatan
mesin dan material serta bagian handling mesin. dengan automatic guided vehicle (AGVs),
material dapat masuk dan keluar dari stasiun kerja (workstation) dengan mudah.
Sistem manufaktur yang fleksibel membutuhkan biaya yang besar, namun dengan
adanya mesin-mesin tersebut akan mengurangi tenaga kerja dan menghasilkan kualitas produk
yang konsisten. Dengan menggunakan sistem yang fleksibel, perusahaan tidak perlu
mengeluarkan biaya yang besar Jika ingin melakukan perubahan pada sistem tersebut .
Peralatan FMS dapat diprogram untuk melakukan suatu pekerjaan dan kemudian diprogram
kembali untuk melakukan pekerjaan lain. Sistem ini sangat menguntungkan bagi produk-produk
yang bervariasi atau berdasarkan spesifikasi konsumen yang berbeda-beda.
Proses otomatisasi pada Perusahaan Jasa
Perusahaan jasa juga dapat melakukan otomatisasi pada proses produksinya untuk
meningkatkan pelayanan kepada konsumen. Namun, pengukuran kualitas dan produktivitas
lebih sulit dilakukan pada perusahaan jasa karena jasa lebih tidak ter standardisasi daripada
barang. Selain itu perusahaan jasa cenderung menggunakan tenaga kerja untuk menghasilkan
jasa tersebut.
Perusahaan retail menggunakan point of sale terminal untuk mengatur persediaan,
menentukan item-item yang perlu di pesan lagi dan memberitahukan produk mana yang terjual
dengan baik. optical scanner juga banyak digunakan pada perusahaan retail. Optical scanner
akan membaca bar codes dan secara otomatis mencatat harga dan jenis barang tersebut yang
akan mengubah catatan persediaan. Selain perusahaan retail, optical scanner juga banyak
digunakan pada perpustakaan, toko kaset, dan persewaan vidio. Keuntungan penggunaan point
of sale terminal dan optical scanner adalah lebih cepat dan pencatatan persediaan yang lebih
efisien dan akurat. Otomatisasi juga dilakukan pada industri perawatan kesehatan yang
menggunakan berbagai macam robot untuk melayani konsumennya.
PENINGKATAN KUALITAS
Komputer, sistem JIT (just in time), dan robot merupakan alat-alat yang dapat digunakan
dalam proses produksi dan operasi untuk meningkatkan kualitas, layanan, produktivitas, dan
dapat menurunkan biaya. peningkatan produktivitas dan kualitas mempunyai efek jangka
panjang pada kesuksesan perusahaan.
Pengertian pada kualitas secara umum bergantung pada tingkat ketepatan barang atau
jasa tersebut memenuhi spesifikasi dan syarat-syarat yang diberikan oleh penilai. Jika penilai
tersebut dipandang dari sudut pandang konsumen, maka kualitas merupakan tingkat
pemenuhan kebutuhan yang dapat diberikan oleh barang atau jasa kepada konsumen.
sedangkan dari sudut pandang perusahaan, kualitas merupakan tingkat di mana produk
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
tersebut memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut. penciptaan
standar kualitas dan pengukuran kecepatan barang dalam memenuhi standar nya dilakukan
oleh fungsi quality control. quality control melakukan peninjauan pada produk sebelum
sebelum produk tersebut keluar dari pabrik.
Dalam melakukan penilaian terhadap kualitas, Konsumen akan mempertimbangkan
berbagai dimensi kualitas, yaitu:
1. performance atau kinerja yang merupakan karakteristik-karakteristik pengoperasian
produk yang utama, misalnya kejelasan gambar dan kejernihan suara merupakan
dimensi performace dari TV Sony.
2. Features, karakteristik tambahan bagi suatu produk, misalnya paket hantaran ke
rumah yang dilakukan oleh Mc Donald’s.
3. Reliability, konsistensi prestasi produk selama periode tertentu, misalnya intensitas
cahaya yang dikeluarkan oleh bola lampu Phillips dalam periode penggunaan 1
tahun.
4. conformance, kemampuan produk dalam memenuhi standar tertentu, misalnya
komputer Packard Bell yang cocok menggunakan software IBM.
5. Durability, tingkat keawetan produk, misalnya batu baterai energizer yang dapat
digunakan lebih lama dari pesaingnya.
6. Serviceability kemudahan produk untuk di reparasi, misalnya ketersediaan bengkel
dan suku cadang sepeda motor Honda.
7. Aesthetics, dimensi keindahan, rasa, bau suatu produk, misalnya kelembutan,
bentuk, dan aroma Ice cream Walls.
8. Perceived quality, image kualitas yang diciptakan melalui pemasaran, merek (brand
name) dan reputasi, misalnya reputasi Kenwood pada industri sound system.
Untuk menentukan membeli sebuah mobil misalnya Honda dengan Toyota, maka
Konsumen akan membandingkan kedua produk dalam dimensi-dimensi seperti di atas.
Dilihat dari sisi perusahaan, perusahaan akan menjamin kualitas produk mereka melalui
aktivitas penjaminan kualitas (quality assurance activities). Quality assurance adalah suatu
sistem yang mengandung kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, dan arahan arahan yang
menciptakan dan mempertahankan standar-standar kualitas tertentu dari suatu produk. sistem
ini terdiri atas elemen-elemen internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas. Gambar 9.6
dibawah menunjukkan beberapa elemen kunci dari system quality assurance. Sistem ini diawali
dengan formulasi tujuan manajemen kualitas yang merefleksikan baik prioritas konsumen
maupun kapabilitas dan kapasitas organisasi tersebut. Spesifikasi kualitas produk kemudian
diformulasikan sebagai bagian dari spesifikasi produk secara keseluruhan. standar tersebut
mengacu hanya pada produk tersebut, pada pelayanan, atau dua-duanya.
Standar dari produk tersebut akhirnya digunakan untuk mengontrol kualitas dari bahan
mentah yang dipasok supplier, kualitas proses produksi, atau kualitas output yang diterima
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
konsumen. Sedangkan yang dimaksud dengan standar yang berhubungan dengan pelayanan
yaitu berkaitan dengan interaksi antara karyawan dengan konsumen dalam pelayanan.
Pengawasan Kualitas (Quality control)
Manajer bagian quality control bertanggung jawab dalam penentuan standar sebagai
panduan dalam memenuhi spesifikasi pihak luar, misalnya konsumen. hal lain yang harus
menjadi perhatian manajer bagian quality control adalah memilih prosedur guna mengukur
kualitas produk, menetapkan prosedur yang tepat, menentukan letak atau aktivitas yang
menyebabkan kerusakan produk, dan menyelesaikan masalah tersebut dengan cepat. produk
yang dikembalikan lagi oleh Konsumen juga harus dianalisis oleh manajer bagian quality
control, sehingga dapat dicari penyelesaian dan kekurangan pada produk tersebut. Elemen-
elemen pengawasan kualitas atau sistem penjaminan kualitas (quality assurance) dapat dilihat
pada gambar 9.6 di bawah.

Gambar 9.6

Elemen Sistem Quality Assurance

Prioritas Konsumen Tujuan Manajemen Kualitas Kapasitas Organisasi

Spesifikasi Kualitas Produk

Data Preferensi Data Pengalaman


Konsumen dan Keterampilan
Karyawan
K
U
Input
A Sistem
K Pelayanan
A
L
R I
Y
Sistem Produksi
T
A yang Baik A
W
S
A
K K
N O A
P N R
S Y
Output
E U A
N M W
E A
G N N
A
KONSUMEN W
A
S
A
N
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi

Keluhan dan pengembalian barang yang dilakukan konsumen dapat mengurangi


penjualan yang akhirnya mengakibatkan hilangnya konsumen. untuk itu produk yang dihasilkan
harus berkualitas. ada empat langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas, yaitu :
1. menentukan karakteristik kualitas. langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menentukan karakteristik kualitas berdasarkan kesukaan (preferensi) konsumen.
untuk dapat menentukan kesukaan konsumen secara akurat dibutuhkan
informasi yang cukup.
2. Membuat standar kualitas. setelah karakteristik kualitas ditentukan, langkah
berikutnya yaitu menentukan tingkat kualitas yang akan dihasilkan atau
diproduksi oleh perusahaan. standar kualitas ini berguna untuk membandingkan
kualitas yang diinginkan dan kualitas yang sebenarnya. bentuk, ukuran, warna,
tekstur, tingkat konsistensi, waktu pengantaran dan keakuratan merupakan hal-
hal yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen dalam membuat standar
kualitas. biaya pencapaian pencapaian kualitas pada tingkat tertentu harus
diperkirakan dan dibandingkan dengan biaya penolakan (cost of potential
rejection).
3. Membuat program untuk memeriksa kualitas. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan program pemeriksaan kualitas adalah dimana dan siapa orang yang
akan melakukan pemeriksaan tersebut, serta bagaimana prosedur dalam
melakukan pemeriksaan tersebut. Jumlah produk yang akan diikutsertakan
dalam program tersebut juga harus menjadi perhatian, apakah semua produk
atau hanya sebagian. Karena jika semua produk diikutsertakan maka biaya yang
dibutuhkan akan semakin besar. Untuk itu harus ditentukan jumlah yang terbaik.
Banyak perusahaan yang menggunakan metode random sampling dalam
menentukan produk yang akan diperiksa. Cara lain yang juga dapat digunakan
adalah analisis statistik.
4. Membangun komitmen pada kualitas. Komitmen pada kualitas dapat terbentuk
melalui tiga elemen, yaitu :
 quality focus, semua karyawan dari tingkat manajemen atas sampai
dengan pegawai operasional harus yakin dan percaya bahwa kualitas
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
output merupakan hal yang harus diperhatikan. Memenuhi kebutuhan
akan kualitas yang diinginkan konsumen harus menjadi tujuan bagi
semua karyawan.
 Quality intelligent, karyawan harus mengerti mengenai standar kualitas
yang ditetapkan dan mengetahui bagaimana standar tersebut dapat
dipenuhi.
 Quality skill, karyawan harus memiliki keahlian dan keterampilan untuk
memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan oleh pihak manajemen.
Komitmen karyawan untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi merupakan hal
yang sangat penting. Untuk itu dapat dilakukan melalui berbagai program peningkatan motivasi
misalnya job enrichment, goal setting, dan team development.
Quality Circle
Quality Circle merupakan metode pengelompokan karyawan dalam unit-unit kecil yang
bekerja bersama-sama untuk meningkatkan kualitas dan proses produksi guna mencapai tujuan
perusahaan. Biasanya jumlah anggota unit-unit tersebut antara 7 sampai dengan 11 orang,
mereka bekerja dalam lingkungan kerja yang berhubungan. Mereka bertemu kira-kira seminggu
sekali untuk membicarakan alur kerja, masalah-masalah yang ada di dalamnya dan
penyelesaian masalah yang mungkin dapat dilakukan. Keikutsertaan dalam quality circle ini
bersifat sukarela, mereka melakukan diskusi dengan moderator atau pemimpin diskusi yang
mereka pilih sendiri. Hasil diskusi tersebut diberikan kepada pihak manajemen.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk kesuksesan quality circle. Pertama
adalah cerdas, yang berarti bahwa anggota quality circle harus dapat menggunakan analisis
statistik dan analisis desain pekerjaan, serta mereka harus mengerti aspek teknis dan
pekerjaannya. Syarat yang kedua ialah manajemen harus memberikan kepercayaan yang cukup
kepada para partisipan quality circle. Ketiga, para partisipan harus terdidik untuk bekerja
bersama sebagai satu tim. Mereka harus memiliki semangat kelompok. Keempat adalah bahwa
quality circle bekerja sebagai bagian dari kontrol kualitas.
Dalam quality circle ada tiga prinsip yang digunakan yaitu :
1. Tujuan dari quality circle adalah untuk meningkatkan kualitas secara periodik
dan terus menerus.
2. Setiap proses dalam perusahaan (seperti keuangan, akuntansi dan R&B) berfokus
untuk memberikan produk atau jasa yang lebih baik dari yang telah dihasilkan
oleh perusahaan.
3. Setiap karyawan bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas.
Meningkatkan produktivitas
BAGIAN III. PRODUKSI DAN PEMASARAN Bab 9 Pengelolaan Produksi dan Operasi
Produktivitas menggambarkan banyaknya barang dan jasa yang dapat dihasilkan. Dalam
kondisi ekonomi yang baik, seharusnya produktivitas tinggi dan meningkat secara teratur. Salah
satu alat ukur produktivitas yaitu produktivitas tenaga kerja, yang ditunjukkan dengan harga
output (yang disesuaikan dengan inflasi) tiap jam kerja. Selain tenaga kerja, teknologi yang
digunakan juga mempunyai peran yang cukup besar dalam menghasilkan output.

Anda mungkin juga menyukai