Anda di halaman 1dari 29

BEBAN

EKONOMI
AKIBAT
PENYAKIT
Nama Kelompok :

Defina Fitri Lutfianti (10821004)

Putri Listiya Kirnanda (10821019)

Salmaqonita Khusnul Irvani Sari​(10821025)

Yoanolga Vilona Kaulika Devara​ (10821030)


A. Transisi
Epidemiologi
Proses terjadinya perkembangan penyakit dalam jangka waktu yang
lama yang sangat dipengaruhi oleh transisi demografi, yaitu
perubahan kondisi penduduk dari pertumbuhan penduduk yang
rendah dengan tingkat fertilitas dan mortalitas yang tinggi menuju
pertumbuhan penduduk yang rendah dengan tingkat fertilitas dan
mortalitas yang rendah.
PENYAKIT EPIDEMI
01 Tuberkulosis (TBC)

Penyakit yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang
sangat mudah menular melalui udara. Merupakan penyakit dengan kasus cukup tinggi di Indonesia

Data disamping menunjukkan jika di


tahun 2020 kasus tuberculosis
terbanyak ditemukan di kelompok
umur 45-54 tahun dengan presentase
sebesar 17,3%. Lalu diikuti oleh umur
15-24 tahun sebesar 16,7% dan umur
25-34 tahun berjumlah 16,8% kasus.

Sumber : Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2021


PENYAKIT EPIDEMI 02 Malaria
Malaria
epidemi yang
merupakan
disebabkan
suatu
oleh
penyakit
parasit
plasmodium yang menginfeksi sel darah
merah yang ditularkan kepada manusia lewat
gigitan nyamuk Anopheles maupun melalui
transfusi darah ataupun jarum suntik yang
digunakan secara bergantian.

Presentase Pengobatan ACT


Dari data disamping, ada 25 provinsi
Menurut Provinsi Tahun 2020
dengan 73,5% yang presentasi pengobatannya
sudah diatas 90% dimana pencapaian tersebut
sesuai dengan target yang diinginkan.
Meskipun terdapat pula provinsi dengan
presentase pengobatan ACT terendah berada
di provinsi DI Yogyakarta yaitu sebesar 50%.

Sumber : Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2021


PENYAKIT EPIDEMI
03 Demam Berdarah (DBD)

Suatu penyakit epidemi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan kepada manusia lewat
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Biasa ditandai dengan mengalami demam tinggi yaitu selama dua hingga tujuh
hari tanpa ada sebab, mudah lesu, gelisah, nyeri atau lemah pada bagian ulu hati. Kadang muncul tanda
pendarahan pada kulit yang tergigit nyamuk seperti bintik-bintik merah.

Tercatat pada tahun 2020 terdapat kasus DBD sebanyak 108.303 yang apabila
dibandingkan dengan tahun 2019 sebanyak 138.127 kasus, jumlah pada tahun 2020 telah menurun.
Jumlah kasus kematian karena DBD pada tahun 2020 juga mengalami penurunan dibandingkan tahun
2019, dari 919 menjadi 747 kematian. Kesakitan dan kematian dapat digambarkan dengan
menggunakan indikator incidence rate (IR) per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) dalam
bentuk persentase.

IR DBD tertinggi di tempati oleh provinsi Bali (273,1), Nusa Tenggara Timur (107,7), dan
DI Yogyakarta (93,2). Sedangkan IR DBD terendah ditempati oleh provinsi Aceh (0,0), Maluku (4,2),
Papua (5,0).

Besaran masalah DBD dapat diketahui dari angka kematian atau CFR yang diperoleh dari
proporsi dengan presentase nasional sebesar 0,7% dimana CFR provinsi dikatakan tinggi apabila telah
melebihi 1%. Terdapat sebelas provinsi yang memiliki CFR diatas 1% pada tahun 2020 yang
menyebabkan perlunya langkah peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
PENYAKIT EPIDEMI
04 Leptospirosis

Merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Grafik disamping merupakan situasi
Leptospira yang ditularkan kepada manusia oleh oleh hewan.
leptospirosis di Indonesia pada tahun
2011-2020. Dapat dilihat pada sepuluh
tahun ini kasus leptospirosis di
Indonesia memiliki keenderungan
naik, terutama pada tiga tahun
terakhir, yaitu pada tahun 2018, 2019
dan 2020 yang hampir menacapai
angka 1.200 kasus. Namun, terlihat
juga perkembangan penurunan angka
kematian pada kasus ini khususnya
pada tiga tahun terakhir.

Sumber : Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2021


PENYAKIT
DEGENERATIF
Merupakan suatu jenis penyakit yang
timbul karena adanya proses penuaan.
PENYAKIT DEGENERATIF
01 Hipertensi
Suatu kondisi kronis dimana tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri meningkat yang menyebabkan
jantung memompa darah lebih keras untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Hal tersebut bisa menyebabkan gangguan pada
aliran darah, rusaknya pembuluh darah, timbulnya penyakit degeneratif, hingga kematian .

Peningkatan prevalensi hipertensi


terjadi hampir di seluruh provinsi di
Indonesia, seperti Provinsi DKI Jakarta
13,4%, Kalimantan Selatan 13,3%, dan
Sulawesi Barat 12,3%. Pada data Riskesdas
2018, Provinsi Kalimantan Selatan
mempunyai prevalensi tertinggi, yaitu
sebesar 44,13% lalu diikuti oleh Jawa Barat
sebesar 39,6%, Kalimantan Timur 39,3%,
dan Papua yang memiliki prevalensi
hipertensi terendah, yaitu sebesar 22,2%,
Maluku Utara 24,65%, dan Sumatera Barat
25,16%.

Sumber : Badan Litbangkes, Kementrian Kesehatan RI, 2019


PENYAKIT DEGENERATIF
02 Kanker

Suatu penyakit yang timbul karena adanya pertumbuhan sel yang tidak normal pada jaringan tubuh yang lama-
kelamaan berubah menjadi sel kanker (Kemenkes, 2015).

Grafik Prevalensi Kanker Tahun 2013-2018 di Indonesia Dari data Riskesdas pada tahun 2013 dan
tahun 2018 menunjukkan adanya peningkatan
prevalensi kanker yang ada di Indonesia dari
yang semulanya 1,4% menjadi 1,49%.
Provinsi yang mengalami peningkatan
tertinggi adalah Provinsi Gorontalo dari 0,2%
berdasarkan Riskesdas 2013 menjadi 2,44%
berdasarkan Riskesdas 2018.
Sedangkan provinsi yang mengalami
penurunan prevalensi adalah Provinsi Jambi,
Bengkulu, Kalimantan Timur, Suawesi
Selatan, Maluku, dan Maluku Utara.
Prevalensi kanker yang tergolong tinggi
adalah Provinsi DI Yogyakarta, yaitu 4,1%
berdasarkan Riskesdas 2013 dan 4,86%
berdasarkan Riskesdas 2018.

Sumber : Badan Litbangkes, Kementrian Kesehatan RI, 2019


PENYAKIT DEGENERATIF
03 Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit kardiovaskular yang disebabkan adanya masalah sehingga
menyebabkan penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah menuju jantung (arteri koroner), akibatnya pasokan
oksigen dalam darah yang menuju jantung terhambat.

Menurut data WHO yang merupakan organisasi


kesehatan dunia pada tahun 2015, menunjukkan
bahwa 70% kematian yang terjadi di dunia
disebabkan oleh penyakit tidak menular, dan 45%
nya disebabkan oleh penyakit jantung dan
pembuluh darah, yaitu sekitar 17 juta kematian.
Menurut yang tertera pada riskedas (riset
kesehatan dasar) pada tahun 2018, resiko terkena
penyakit jantung tertinggi terdapat pada usia 75
tahun keatas dengan persentase sekitar 4,7%.
Sedangkan prevalensi penyakit jantung menurut
riskesdas mencapai 1,5%, yaitu sekitar 1.017.290
jiwa.
Sumber : Laporan Nasional Riskedas 2018
PENYAKIT DEGENERATIF
04 Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang diakibatkan oleh
gangguan pengeluaran insulin, resistensi insulin atau keduanya. Bila gula darah tetep tinggi, dikhawatirkan akan terjadi
kerusakan pada mata, ginjal, jantung, dan saraf.

Prevalensi pada tahun 2013-2018


menunjukkan adanya peningkatan,
kecuali provinsi Nusa Tenggara Timur
dengan provinsi yang memiliki
prevalensi tertinggi pada tahun 2013 dan
2018, diantaranya DI Yogyakarta, DKI
Jakarta, Sulawesi Utara, dan Kalimantan
Timur. Provinsi dengan peningkatan
prevalensi tertinggi sebesar 0.9%, yaitu
Riau, DKI Jakarta, Banten, Gorontalo,
dan Papua Barat.

Pada tahun 2018, prevalensi diabetes menunjukkan bahwa provinsi Nusa Tenggara Timur memilki prevalensi terendah
sebesar 0.9%, lalu disusul oleh Maluku, dan Papua sebesar 1.1%. Prevalensi di bawah ini didasarkan pada diagnosis
dokter yang berpengaruh terhadap keteraturan dan kepatuhan pencatatan rekam medis.
PANDEMI GLOBAL
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) pandemi adalah wabah yang berjangkit
serempak dimana-mana, meliputi daerah
geografi yang luas.
COVID-19
(2019)

COVID-19 adalah merupakan suatu penyakit menular yang


disebabkan oleh sindrom pernapasan akut 2 (SARS-CoV-2).
Penyakit COVID-19 ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China
pada Desember 2019. COVID-19 ini dapat menyebabkan gangguan
ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, bahkan
kematian.

Diketahui angka kesembuhan harian COVID-19 per 15 Maret 2022


bertambah sebanyak 27.615 orang, yang terdiri dari 27.549
transmisi lokal dan 66 Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang
mengakibatkan angka kumulatifnya terus meningkat melebihi 5,4
juta orang sembuh atau secara detailnya sebanyak 5.462.344 orang
(92,2%) (Gugus COVID-19, 2022).
VARIAN COVID-19

VARIAN B.1351

VARIAN B.117

VARIAN B.1617
B. Kerugian Ekonomi Akibat Sakit

Permasalahan masyarakat Indonesia yang sering terjadi


yaitu permasalahan ekonomi. Sedangkan pembangunan
ekonomi adalah upaya pembangunan nasional yang
diarahkan untuk mencapai kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan dan hidup sehat demi terciptanya
derajat kesehatan yang optimal. Meningkatnya berbagai
jenis penyakit di Indonesia sangat berdampak besar bagi
perekonomian di Indonesia.
Ada beberapa Kerugian Ekonomi Akibat Sakit yaitu :

Kerugian Ekonomi Kerugian Ekonomi Akibat Kerugian Ekonomi Akibat


Akibat Penyakit Penyakit Tidak Menular Pandemi Global
Menular
1. Kerugian Ekonomi Akibat Penyakit Menular

Menurut data dari Kemenkes, pada tahun 2016, perkiraan


kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh tiga penyakit
menular mencapai hampir Rp 2 Triliun. Sedangkan
Kementrian kesehatan juga menyampaikan hasil riset
data penyakit TBC yang mengakibatkan kerugian
ekonomi mencapai Rp 136,7 miliar yang berasal total
dari kerugian akibat kasus TBC sebesar Rp 130,5 miliar
dan TB kebal obat (MDR) sebesar Rp 6,2 miliar.
2. Kerugian Ekonomi Akibat Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular menyebabkan kerugian ekonomi


secara internasional kumulatif sebesar USD 47 triliun
pada 2030 mendatang, atau sekitar 75% dari PDB
internasional pada tahun 2010. Namun, beban biaya yang
akan ditanggung oleh negara-negara berkembang yang
diakibatkan oleh penyakit tidak menular sejak 2011 akan
menjadi USD 7 triliun dolar, yang setara dengan PDB
gabungan Perancis, Spanyol, dan Jerman
3. Kerugian Ekonomi Akibat Pandemi Global

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, anggaran


belanja Indonesia meningkat 12,3% yang apabila di
rupiahkan menjadi sebesar Rp 2.593,5 triliun.
Sedangkan pendapatan negara mengalami penurunan
drastis sampai minus 16%.
C. Menghitung Kerugian Ekonomi
Akibat Sakit

Pada tahun 2020, penyakit jantung menempati posisi pertama


pembiayaan katastropik terbesar, yaitu 49%, lalu kanker sebesar
18%, stroke sebesar 13%, gagal ginjal sebesar 11% dst. Dari total
keseluruhan biaya katastropik sejumlah Rp20 triliun, sekitar Rp9,8
triliun digunakan untuk pelayanan kesehatan peserta yang mengidap
penyakit jantung dengan total 12,9 kasus. Lalu Rp3,5 triliun
digunakan untuk kanker dengan umlah kasus 2,5 juta. Dan di posisi
ketiga terdapat stroke dengan jumlah kasus 2 juta dan
menghabiskan angaran sebesar Rp2,5 triliun dst. Jika dijumlahkan
dari data BPJS dari tahun 2016-2020, biaya pelayanan kesehatan
mencapai sekitar Rp374,86 triliun.
Nilai ekonomis waktu yang hilang dalam mengukur ekonomi
dibedakan menjadi tiga, yaitu :

YLL (Years of YLD (Year Lived DALY (Disability


Life Loss) With Disability) Adjusted of Life Year)
1. YLL (YEARS OF LIFE LOSS)

Jumlah tahun yang hilang atau tidak sempat dilalui dikarenakan


meninggal sebelum mencapai usia harapan hidup rata-rata. Jika
diumpamakan usia harapan hidup rata-rata adalah 65 tahun, dan seseorang
yang meninggal saat berumur 10 tahun, maka dinyatakan bahwa orang
tersebut telah meninggal sebelum mencapai usia harapan hidup rata-rata.
Maka dinyatakan bahwa YLL orang tersebut adalah 55 tahun, yaitu tahun-
tahun yang seharusnya bisa dilalui seandainya tidak mengalami kematian.
Dengan begitu cara mudah untuk menghitungnya adalah :

YLL = ∑ d (L-t)
D = jumlah kematian dikarenakan suatu penyakit
L = usia harapan hidup
T = usia seseorang ketika meninggal.
2. YLD (Year Lived With Disability)

Year lived with disability (YLD) adalah jumlah tahun yang


tidak bisa produktif dikarenakan seseorang jatuh sakit,
sehingga tidak bisa melaksanakan kegiatanya sehari-harinya
(Zheng, Jiang, Li & Pan, 2017). Jika diumpamakan seseorang
dalam setahun itu tidak dapat melakukan aktifitas sehari-
harinya selama 35 hari, maka YLD orang tersebut adalah 35
hari. YLD juga dapat dihitung bedasarkan suatu kelompok
individu atau penduduk tertentu selama satu tahun yang terkena
suatu penyakit, sehingga dapat diketahui rata-rata lama kondisi
tidak produktif penyakit tersebut.
3. DALY (Disability Adjusted of Life Year)

Disability adjusted of life year (DALY) merupakan penjumlahan


antara YLL dan YLD. Yaitu tahun-tahun yang menjadi tidak produktif di
masa yang akan datang karena meninggal atau disabled (cacat). DALY
dapat dihitung dengan formula berikut :

DALY = YLL + YLD


YLL hanya menghitung tahun yang hilang dan seharusnya dapat
dijalani seandainya tidak mati. Jadi YLL belum memperhitungkan hari-
hari dimana seseorang tidak bisa hidup seara produktif setelah mengalami
sakit stroke misalnya. Terdapat seseorang yang setelah mengalami stroke
menjadi cacat sehingga kehilangan waktu hidupnya atau waktu hidupnya
tidak berfungsi. Hal itu disebut dengan “dissability days”, yaitu jumlah
hari yang hilang ketika seseorang sakit.
D. Cost of Illness (COI)

Cost of Illness adalah analisis beban


biaya pada penyakit yang bertujuan
untuk mengukur beban ekonomi akibat
penyakit serta dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah maksimum biaya
yang dapat disimpan atau dihemat
apabila penyakit tersebut dapat dicegah.
Tujuan utama dari Cost of illness yakni :

a. Mengevaluasi beban ekonomi pada suatu penyakit yang terjadi


dalam masyarakat. Hal tersebut dapat memberikan sebuah
informasi yaitu sumber daya yang ada pada suatu penyakit
yang dapat diketahui peringkat penyakitnya menurut beban
ekonomi.
b. Menentukan komponen biaya utama dan biaya total menurut
kejadian, dimana dapat membantu pembuat kebijakan
menetapkan biaya pengeluaran pada penyakit.
c. Menemukan penyakit di manajemen klinik tingkat nasional.
d. Menentukan sebuah layanan kedepan dengan tepat dan
menjelaskan mengenai variasi biaya.

2
7
faa t COI Bagi
Man akit
Rumah S Menentukan Jenis
Memilih Kerja
Sama
Pelayanan
dengan Asuransi
Menyesuaikan dengan Memilih asuransi yang
kondisi penyakit yang ada sesuai untuk diajak
kerjasama
Menentukan Menyusun
Tarif Kebutuhan SDM
Menentukan tarif pelayanan Bahan untuk menyusun
sesuai dengan kondisi formasi kebutuhan karyawan
konsumen
Memilih dan standar penggajian
karyawan
Strategi Menyusun Rencana
Pemasaran Pengembangan Usaha
Memilih strategi pemasaran
yang sesuai dengan kebutuhan Bahan untuk melaksanakan
pasar kajian dan menyusun
pengembangan usaha
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai