(Maya, dkk)
DOI: http://dx.doi.org/10.22435/spirakel.v13i1.5439
Jl. A.Yani KM.7 Kemelak Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, Indonesia
*Korespondensi penulis pertama: e-mail maya_arisanti@yahoo.co.id
Abstract
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) control focuses on preventation efforts with the mosquito
nest eradication movement (PSN). The larva free number (ABJ) is an indicator of the success of
PSN and early prevention by ensuring a negative house with Aedes sp. This research is
descriptive used secondary data on Indonesia’s health profile in 2010-2019. This study
describes cases of DHF, incidence rate and larva free rate (ABJ) for 10 years. The results
showed that DHF cases in Indonesia from 2010-2019 fluctuating where the higehest cases
occurred in 2016 which was 204.171 cases and the lowest occurred in 2018 which was 65.602
cases. The highest incidence of DHF occurred in 2016 which was 78,85 per 100.000 population.
Indonesia’s ABJ for 10 years is still below the target <95% in the range 24,1-80,2%.
Transmission of DHF still occurs in Indonesia, this can be seen from the still finding cases of
DHF every year and indicators of morbidity due to DHF which is still high above 49 per 100.000
population. The low ABJ affects the occurrence of dengue cases in Indonesia.
Abstrak
Gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan upaya pencegahan yang
diutamakan dalam pengendalian demam berdarah dengue (DBD). Angka bebas jentik (ABJ)
indikator keberhasilan kegiatan PSN dan pencegahan awal dengan memastikan rumah negatif
dengan larva Aedes sp. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder
profil kesehatan Indonesia tahun 2010-2019. Penelitian ini menggambarkan kasus DBD, angka
Incidence Rate dan ABJ di Indonesia selama 10 tahun. Hasil penelitian menunjukkan kasus
DBD di Indonesia dari tahun 2010-2019 mengalami perubahan fluktuatif dimana kasus paling
tinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu 204.171 kasus dan paling rendah terjadi pada tahun 2018
yaitu 65.602 kasus. Puncak insiden tertinggi DBD terjadi pada tahun 2016 yaitu 78,85 per
100.000 penduduk. ABJ Indonesia selama 10 tahun masih di bawah target (<95%) yaitu
dikisaran 24,1-80,2%. Penularan DBD masih terjadi di Indonesia, hal ini terlihat dari masih
ditemukannya kasus DBD setiap tahunnya dan indikator angka kesakitan akibat DBD yang
masih tinggi yaitu di atas 49 per 100.000 penduduk. ABJ yang masih rendah berpengaruh
terhadap terjadinya kasus DBD di Indonesia.
34
SPIRAKEL, Vol. 13, No. 1, 2021: 34-41 Kejadian Demam Berdarah...(Maya, dkk)
DOI: http://dx.doi.org/10.22435/spirakel.v13i1.5439
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) persentase kabupaten/kota yang mencapai
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus angka kesakitan incidence rate (IR) ≤ 49
dengue dan ditularkan melalui vektor per 100.000 penduduk. Pada awal tahun
nyamuk Aedes sp. Kasus DBD banyak 2020 sebanyak 73,35% (377 kab/kota) telah
ditemukan pada musim penghujan ketika mencapai IR ≤ 49 per 100.000 penduduk.1
muncul banyak genangan air dari Data 10 tahunan dibutuhkan untuk melihat
wadah/media yang menampung air hujan sejauh mana program yang telah
menjadi tempat perindukan nyamuk. dilaksanakan berdampak pada penurunan
Sampai dengan saat ini jumlah kasus dan pencapaian target ABJ nasional.
kabupaten/kota terjangkit DBD di Indonesia
sebanyak 477 kabupaten/kota atau sebesar METODE
92,8% dari seluruh kabupaten/kota yang
ada di Indonesia. Jumlah ini cenderung Penelitian ini adalah analisis secara
meningkat sejak tahun 2010 sampai dengan deskriptif dengan menggunakan data
2019.1 sekunder profil kesehatan Indonesia tahun
2010-2019. Penelitian ini menggambarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor kasus DBD, angka incidence rate dan
92 tahun 1994 mengatur tentang angka bebas jentik di Indonesia selama 10
pengendalian DBD yang dititikberatkan tahun. Variabel yang diteliti dalam penelitian
pada upaya pencegahan dengan gerakan ini adalah kasus DBD, IR, dan angka bebas
pemberantasan sarang nyamuk (PSN). jentik. Kasus DBD per tahun dalam
Pada tahun 2015 diluncurkanlah Gerakan 1 penelitian ini adalah kasus DBD yang terjadi
Rumah 1 Jumantik (G1R1J) dengan selama satu tahun berdasarkan laporan dari
pendekatan pemberdayaan masyarakat sarana pelayanan kesehatan.
yang bertujuan untuk menurunkan angka
penderita dan angka kematian akibat DBD HASIL
melalui pembudayaan kegiatan PSN 3M
Plus.2 Pada gambar 1 dapat dilihat kasus
Indikator keberhasilan PSN ditentukan DBD di Indonesia selama 10 tahun terakhir.
berdasarkan angka bebas jentik (ABJ) Pola kasus DBD terjadi kecendrungan
sebagai upaya pencegahan awal penularan peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun
DBD dengan memastikan ada/tidaknya 2016. Di tahun 2017-2019 kasus DBD
larva Aedes sp. pada tiap rumah.3 Nilai ABJ cenderung menurun. Kasus paling tinggi
≥ 95% merupakan sasaran program terjadi pada tahun 2016 yaitu 204.171
pengendalian DBD di Indonesia sebagai kasus dan paling rendah terjadi pada tahun
upaya untuk membatasi penularan DBD.4 2018 yaitu 65.602 kasus.
Selain itu, sasaran program pengendalian
juga menitikberatkan peningkatan
35
SPIRAKEL, Vol. 13, No. 1, 2021: 34-41 Kejadian Demam Berdarah...(Maya, dkk)
DOI: http://dx.doi.org/10.22435/spirakel.v13i1.5439
Angka kesakitan akibat DBD dapat IR Indonesia sudah sesuai harapan yaitu
digambarkan dengan menggunakan dibawah 49,0 per 100.000 penduduk.
indikator IR per 100.000 penduduk. Pada Namun tahun 2019 terjadi peningkatan
gambar 2 dapat dilihat IR paling tinggi angka kesakitan menjadi 51,5 per 100.000
terjadi pada tahun 2016 yaitu 78,85 per penduduk.
100.000 penduduk. Di tahun 2017 dan 2018
Angka bebas jentik merupakan persentasi dibandingkan dengan target ABJ, selama
jumlah rumah/bangunan yang tidak terdapat 10 tahun ABJ Indonesia masih di bawah
jentik nyamuk. Pada gambar 3 dapat dilihat target (<95%) yaitu dikisaran 24,1-80,2%.
tren penurunan ABJ pada tiap lima tahun
yaitu tahun 2014 dan tahun 2018. Jika
36
SPIRAKEL, Vol. 13, No. 1, 2021: 34-41 Kejadian Demam Berdarah...(Maya, dkk)
DOI: http://dx.doi.org/10.22435/spirakel.v13i1.5439
37
SPIRAKEL, Vol. 13, No. 1, 2021: 34-41 Kejadian Demam Berdarah...(Maya, dkk)
DOI: http://dx.doi.org/10.22435/spirakel.v13i1.5439
terhadap perkembangbiakan nyamuk DBD. fluktuatif dan di tahun 2019 masih berada di
Area dengan tingkat kepadatan penduduk angka 51,53 per 100.000 penduduk. Artinya
tinggi/daerah sangat padat masuk kedalam untuk angka Indonesia sendiri pun masih
area rawan kasus DBD. Pertumbuhan tidak sesuai target. Sama halnya yang
breeding place di wilayah Kabupaten Bantul terjadi di Malaysia, IR dari tahun 2011-2016
sangat erat hubungannya dengan wilayah pun bersifat fluktuatif dimana di tahun 2016
yang padat permukiman.15 Penelitian di terdapat 328,3 per 100.000 penduduk.21
Jambi menyatakan kepadatan penduduk DBD diperkirakan akan masih cenderung
memiliki hubungan dengan kejadian DBD, meningkat dan meluas sebarannya. Hal ini
semakin bertambah kepadatan penduduk disebabkan karena vektor penular DBD
semakin tinggi kemungkinan bertambahnya tersebar luas baik di tempat permukiman
kejadian DBD.16 Penelitian di Kota maupun di tempat umum, kepadatan
Palembang menyatakan bahwa kepadatan penduduk, mobilitas penduduk serta
penduduk tidak berpengaruh nyata urbanisasi yang semakin meningkat.22,23
terhadap kasus DBD. Meskipun demikian, Hasil ABJ Indonesia selama 10 tahun
nyamuk Aedes berkembang biak di wilayah terakhir masih di bawah target ABJ yaitu
permukiman penduduk dimana daerah yang <95%. Angka ABJ merupakan indikator
terjangkit DBD umumnya adalah keberhasilan dilakukannya PSN. Program
kota/wilayah yang padat penduduknya.13 G1R1J merupakan kebaruan dari program
Penelitian di Kota Bogor menyatakan faktor- PSN. Program ini menitikberatkan upaya
faktor yang berpengaruh terhadap jumlah pemberdayaan masyarakat dalam
penderita DBD adalah kepadatan penduduk, melaksanakan PSN. Kegiatan ini
mobilitas penduduk.17 Penelitian di melibatkan setiap anggota keluarga untuk
Puskesmas Gamping Kabupaten Sleman melakukan pemeriksaan, pemantauan dan
menyatakan bahwa ada hubungan antara pemberantasan jentik nyamuk. Surveilans
kepadatan penduduk dengan kejadian berbasis masyarakat merupakan suatu
DBD.18 upaya untuk mengidentifikasi dan
Mobilitas penduduk merupakan faktor melaporkan situasi kesehatan di
yang dapat mempengaruhi kejadian DBD di lingkungannya dalam rangka pengawasan
suatu wilayah. Mobilitas yang tinggi kesehatan masyarakat. Data yang diperoleh
memudahkan penyebaran penyakit dari nantinya dapat menjadi bahan early warning
satu tempat ke tempat lainnya. Seseorang system DBD di wilayah tersebut.24
yang mempunyai mobilitas tinggi dapat Keberhasilan pengendalian dan
menularkan DBD di tempat baru atau pencegahan DBD dengan G1R1J sangat
sebaliknya orang tersebut dapat terkena bergantung pada besarnya partisipasi aktif
DBD di tempat baru tersebut.19 Penelitian di masyarakat.25 Penelitian di Desa
wilayah Puskesmas Hajimena, Lampung Watudambo Kecamatan Kauditan
Selatan menyatakan bahwa mobilitas menyatakan bahwa terdapat hubungan
penduduk mempunyai hubungan yang yang bermakna dan signifikan antara
bermakna dengan kejadian DBD, mobilitas tindakan pemberantasan sarang nyamuk
penduduk yang tinggi memberi peluang dengan kejadian kasus demam berdarah
untuk terjadinya penularan DBD di daerah dengue. Semakin tinggi tindakan
lain.20 Penelitian di Kupang menyatakan masyarakat dalam PSN maka akan
bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi mengurangi kasus atau kejadian DBD di
mobilitas penduduk dengan kejadian DBD.19 lingkungan sekitar.26 Penelitian di
Sesuai rencana strategis Kementerian Kabupaten Grobogan menyatakan bahwa
Kesehatan RI tahun 2015-2019 yaitu ada perbedaan keberadaan jentik antara
menurunnya angka kesakitan akibat sebelum dan sesudah penggerakan
penyakit menular dengan meningkatkan jumantik. 27
Penelitian di Kulon Progo
persentase kabupaten/kota dengan angka dimana pada desa endemis ABJ 78,0% dan
kesakitan DBD ≤49 per 100.000 desa non endemis 73,1%, hal ini
penduduk.14 Target 2019 diharapkan menunjukkan antusias warga dalam
sekurang-kurangnya 68% kab/kota telah melakukan PSN DBD masih kurang.28
mencapai target tersebut. Untuk IR Salah satu upaya untuk meningkatkan
Indonesia sendiri selama 10 tahun masih antusias masyarakat untuk melakukan PSN
38
SPIRAKEL, Vol. 13, No. 1, 2021: 34-41 Kejadian Demam Berdarah...(Maya, dkk)
DOI: http://dx.doi.org/10.22435/spirakel.v13i1.5439
39
SPIRAKEL, Vol. 13, No. 1, 2021: 34-41 Kejadian Demam Berdarah...(Maya, dkk)
DOI: http://dx.doi.org/10.22435/spirakel.v13i1.5439
40
SPIRAKEL, Vol. 13, No. 1, 2021: 34-41 Kejadian Demam Berdarah...(Maya, dkk)
DOI: http://dx.doi.org/10.22435/spirakel.v13i1.5439
41