TINJAUAN PUSTAKA
11
12
kerja, evaluasi, dan umpan balik terhadap hasil evaluasi (Prastowo, 2011:
104 -105).
Pengertian modul dalam buku Teknik Penyusunan Modul yang
diterbitkan oleh Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional) tahun 2008
menyatakan bahwa modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang
dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat
pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta
didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal memuat
tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi. Modul berfungsi
sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat
belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing (Depdiknas, 2008: 4).
Russel (1974) menjelaskan bahwa modul sebagai suatu paket
pembelajaran yang berisi satu unit konsep tunggal. Sedangkan Houston &
Howson (1992) mengemukakan modul pembelajaran meliputi seperangkat
aktivitas yang bertujuan mempermudah siswa mencapai seperangkat tujuan
pembelajaran (Wena, 2013: 230).
Pengertian pembelajaran kontesktual menurut Johnson (2014: 64)
mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa
menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan
keseharian mereka untuk menemukan makna. Senada dengan pendapat
Johnson terkait pengertian pembelajaran kontekstual Komalasari (2013:7)
menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan
pembelajarann yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk menemukan makna
materi tersebut bagi kehidupannya.
Berdasarkan beberapa definisi modul dan pembelajaran kontekstual
tersebut dapat disimpulkan bahwa modul berbasis kontekstual adalah sarana
pembelajaran dalam bentuk tertulis atau cetak yang disusun secara
sistematis, yang memuat materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran
berdasarkan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi,
16
c. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bagi
guru bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa
bertanya merupakan bagian penting dalam melakukan inquiri, yaitu
menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
d. Masyarakat belajar (learning community)
Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Guru
disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-
kelompok belajar.
e. Pemodelan (modelling)
Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model
yang bisa ditiru. Guru dapat menjadi model, misalnya memberi contoh
cara mengerjakan sesuatu. Tetapi guru bukan satu-satunya model,
artinya model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, misalnya
siswa ditunjuk untuk member contoh pada temannya, atau
mendatangkan seseorang di luar sekolah, misalnya mendatangkan
veteran kemerdekaan ke kelas.
f. Refleksi (reflection)
Cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi
dan pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya
ketika pelajaran berakhir, siswa merenung ”kalau begitu, sikap saya
selama ini salah, ya! Seharusnya, tidak membuang sampah ke sungai,
supaya tidak menimbulkan banjir”.
19
c) Tes awal. Tes ini berguna untuk menetapkan posisi peserta didik, dan
mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan dari mana ia harus
memulai belajar, apakah perlu mempelajari modul tersebut atau tidak.
d) Pengalaman belajar. Bagian ini merupakan rincian materi secara untuk
setiap tujuan pembelajaran khusus, yang berisi sejumlah materi, diikuti
dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang
tujuan belajar yang dicapainya.
e) Sumber belajar. Pada bagian ini disajikan tentang sumber-sumber belajar
yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik. Penetapan sumber
belajar ini perlu dilakukan dengan baik oleh pengembang modul,
sehingga peserta didik tidak kesulitan memperolehnya.
f) Tes akhir. Tes akhir ini instrumennya sama dengan isi tes awal, hanya
lebih di fokuskan pada tujuan awal pada setiap modul.
Dengan pembelajaran modul kontekstual ini, peserta didik mendapat
kesempatan lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian, dan
petunjuk dalam lembaran kegiatan, menjawab pertanyaan-pertanyaan serta
melaksanakan tugas-tugas harus diselesaikan dalam setiap tugas. Karena itu
setiap peserta didik dalam batasan-batasan tertentu dapat maju sesuai dengan
irama kecepatan dan kemampuan masing-masing (Mulyasa, 2006: 233-234).
4. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran Kontekstual dengan
Modul
Beberapa keunggulan pembelajaran dengan sistem modul dapat
dikemukan sebagai berikut.
a. Berfokus pada kemampuan individual peserta didik, karena pada
hakikatnya mereka memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan
bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya.
b. Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar
kompetensi dalam setiap modul yang harus dicapai oleh peserta didik.
c. Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara
pencapaiannya, sehingga peserta didik dapat mengetahui keterkaitan
antara pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya.
21
KD 4.6: Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi
darah, jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan gangguan
sistem peredaran darah manusia melalui berbagi bentuk media
presentasi.
Pembelajaran struktur dan fungsi sistem peredaran darah meliputi materi
sistem peredaran darah, sistem peredaran getah bening (limfa) dan
kelainan/penyakit pada sistem peredaran darah. Pada penelitian ini materi
struktur dan fungsi peredaran darahnya di fokuskan pada materi sistem
peredaran manusia. Adapun analisis materinya yaitu sebagai berikut.
1. Sistem Peredaran Darah
Sistem Peredaran darah pada manusia terdiri dari darah dan alat-alat
peredaran darah.
a. Darah merupakan cairan berwarna merah yang terdapat didalam
pembuluh darah. Fungsi darah tersebut diantaranya mengangkut sari–sari
makanan dan oksigen ke seluruh tubuh dan mengangkut sisa oksidasi ke
alat pengeluaran. Darah terdiri dari beberapa komponen darah yaitu
plasma darah dan sel–sel darah. Sel–sel darah tersebut diantaranya: sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping-keping drah
(trombosit). Sedangkan plasma darah adalah cairan darah yang terdapat
didalam tubuh manusia yang terdiri atas 90% air dan 10% zat –zat
terlarut. Darah dapat digolongkan dengan beberapa sistem penggolongan
darah yaitu sistem penggolongan darah AB0. Sistem penggolongan darah
Rhesus dan sistem penggolongan MN. Adapun manfaat penggolongan
darah adalah untuk membantu proses transfusi darah supaya tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan trasnfusi darah ke orang yang menerima
darah (resepien) dari orang yang memberikan darah (donor).
b. Alat Peredaran darah pada manusia terdiri dari:
1. Jantung
Merupakan pompa berotot. Fungsinya sebagai alat pemompa
darah. Jantung terdiri dari otot jantung (miokardium), yang bagian
luarnya dilapisi oleh selaput jantung (pericardium) yang terdiri dari
26
bahan ajar berbasis pendekatan CTL ini adalah 95,31% dimana validitas bahan
ajar termasuk sangat layak (baik), (3) rata-rata untuk semua aspek penilaian
pada angket respon siswa terhadap pembelajaran dan bahan ajar adalah sebesar
96,52% dimana pembelajaran dan bahan ajar termasuk kategori layak (baik),
(4) penggunaan modul siswa disertai video pembelajaran berbasis CTL mampu
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil
respon siswa bahwa 100% siswa menyatakan berminat menggunakan bahan
ajar tersebut.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Tati, dkk (2009) Jurusan
Pendidikan Matematika UNSRI dengan judul “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berbasis Kontekstual Pokok Bahasan Turunan di Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) 3 Palembang”. Hasil penelitian menunjukan (1) nilai
rata-rata hasil tes siswa mengalami peningkatan yaitu mencapai 81,11 atau
sudah melampaui standar ketuntasan minimum yaitu sebesar 66,61, (2) hasil
observasi menunjukan bahwa tujuh prinsip pembelajaran kontekstual telah
mencapai 84,95% atau termasuk kriteria baik.
Sementara apabila melihat perbandingan dengan penelitian tersebut,
terdapat hal yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimana
penggunaan modul berbasis kontekstual memberikan nilai tambah terhadap
hasil belajar serta dapat meningkatkan motivasi. Namun terdapat perbedaan
dari rencana yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu 1) penelitian ini
dilakukan secara mandiri oleh peserta didik dalam proses pembelajaran secara
langsung dengan menggunakan modul berbasis kontekstual 2) penelitian ini
mengungkapkan keterkaitan anatara modul pembelajaran dengan hasil belajar,
yang dapat menjelaskan bagaimana hasil belajar yang terjadi dari penggunaan
modul berbasis kontekstual dalam penelitian ini.