Anda di halaman 1dari 55

KODE PERILAKU (Code of Conduct)

Profil Diseminator :

AGUS JOKO SUNGKONO 081 259 147 95


agusjokosungkono@yahoo.co.id

4/4/2012

Agus Joko Sungkono - PMI Kab. Madiun

Menu Tujuan Definisi 10 CoC Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3

KODE PERILAKU (Code of Conduct)

TUJUAN

Pedoman Perilaku :
1. Bermaksud menjaga standar perilaku relawan 2. Bukan menyangkut teknis operasi 3. Berusaha mempertahankan standar yang tinggi menyangkut kemandirian, efektifitas, dan hasil yang ingin dicapai oleh LSM yang bergerak di bidang respons bencana dan oleh Gerakan PM dan BSM.

Pedoman Perilaku :
4. Merupakan pedoman suka rela, yang berarti bahwa pedoman ini dijalankan atas dasar keinginan organisasi yang menerimanya dengan maksud mempertahankan standarstandar yang tercantum dalam pedoman ini. 5. Dalam kasus konflik bersenjata, Pedoman Perilaku ini perlu ditafsirkan dan diterapkan sesuai dengan Hukum Humaniter Internasional.

DEFINISI

DEFINISI
1. Ornop atau LSM: Ornop atau LSM (Organisasi Non-pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat) di sini mengacu pada organisasi, baik nasional maupun internasional, yang dibentuk terpisah dari pemerintah negara tempat organisasi itu didirikan.

DEFINISI
2. NGHA (Non-Governmental Humanitarian Agencies): Dalam teks ini, istilah Non-Governmental Humanitarian Agencies (Organisasi Kemanusiaan Non-pemerintah) mengacu pada komponen-komponen Gerakan PM dan BSM Internasional yaitu: Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), dan Perhimpunan-perhimpunan Nasional serta LSM-LSM seperti dimaksud di atas. Pedoman Perilaku ini mengacu khusus pada NGHA yang bergerak di bidang respons bencana.

DEFINISI
3. IGO: IGO (Inter-Governmental Organization/ Organisasi Antarpemerintah) ialah organisasi yang terdiri dari dua pemerintah atau lebih. Dengan demikian, termasuk di dalamnya adalah badan-badan PBB dan organisasiorganisasi regional.

DEFINISI
4. Bencana: Bencana adalah kejadian buruk yang menyebabkan kematian, penderitaan manusia yang berat, dan kerugian materi dalam skala besar.

CoC 1

CoC 2

CoC 3

CoC 10

CoC 4

10 KODE PERILAKU
(10 Code of Conduct)
CoC 9 CoC 5

CoC 8

CoC 7

CoC 6

KODE PERILAKU 1
1: Kewajiban kemanusiaan adalah prioritas utama Hak untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan dan untuk memberikan bantuan semacam itu merupakan prinsip kemanusiaan dasar yang dimiliki semua warga negara di semua negara. Sebagai bagian dari masyarakat internasional, kita mengakui kewajiban kita untuk memberikan bantuan kemanusiaan di manapun diperlukan. Karena itulah kita memerlukan akses tanpa hambatan terhadap populasi yang terkena bencana, yang merupakan hal yang sangat penting bagi kita untuk dapat melaksanakan kewajiban tersebut.

KODE PERILAKU 1
Motivasi utama dari tindakan kita memberikan respons terhadap bencana adalah untuk mengurangi penderitaan yang dialami oleh kelompok-kelompok yang paling tidak mampu mengatasi dampak bencana. Bilamana kita memberikan bantuan kemanusiaan, hal itu bukanlah suatu tindakan partisan atau tindakan politis sehingga tidak boleh dipandang sebagai tindakan semacam itu.

KODE PERILAKU 2
2: Bantuan diberikan tanpa mempertimbangkan ras, kepercayaan ataupun kebangsaan penerima bantuan dan tanpa pembeda-bedaan yang merugikan dalam bentuk apapun. Prioritas bantuan ditentukan sematamata berdasarkan kebutuhan. Bilamana mungkin, bentuk bantuan perlu kita tentukan berdasarkan hasil asesmen yang komprehensif atas kebutuhan yang dihadapi korban bencana dan atas kemampuan yang sudah ada pada masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

KODE PERILAKU 2
Keseluruhan program perlu mencerminkan pertimbangan asas proporsionalitas. Penderitaan manusia di manapun juga harus dikurangi; jiwa adalah hal yang sangat berharga di manapun juga. Oleh karenanya, bantuan yang diberikan perlu mencerminkan tingkat penderitaan yang akan diatasi. Dalam melaksanakan pendekatan tersebut, kita mengakui sangat pentingnya peran kaum perempuan di masyarakatmasyarakat yang rawan bencana, dan perlu memastikan agar peran ini didukung, tidak dihilangkan, oleh program bantuan kita.

KODE PERILAKU 2
Pelaksanaan kebijakan yang bersifat semesta (universal), tidak memihak (impartial), dan mandiri (independent) seperti itu hanya dapat berjalan efektif apabila kita dan mitra kita mempunyai akses terhadap sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk memberikan bantuan yang pantas serta mempunyai akses yang sama terhadap semua korban bencana.

KODE PERILAKU 3
3: Bantuan tidak boleh digunakan untuk kepentingan politik ataupun agama Bantuan kemanusiaan harus diberikan berdasarkan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat. Walaupun NGHA mempunyai hak untuk memegang suatu opini keagamaan atau politik tertentu, kita menegaskan bahwa pemberian bantuan sama sekali tidak boleh tergantung pada apakah si penerima bantuan juga memegang opini keagamaan atau politik yang sama.

KODE PERILAKU 3

Kita tidak boleh mengaitkan janji, penyerahan, ataupun distribusi bantuan kita dengan apakah si penerima bantuan menganut atau menerima suatu keyakinan politik atau keagamaan tertentu.

KODE PERILAKU 4
4: Kita hendaknya berusaha untuk tidak menjadi alat kebijakan luar negeri pemerintah NGHA adalah lembaga yang bekerja secara mandiri dari pemerintah. Karena itulah kita merumuskan kebijakan kita sendiri beserta strategi pelaksanaannya, dan kita tidak menjalankan kebijakan pemerintah manapun juga, kecuali sejauh kebijakan pemerintah yang bersangkutan sejalan dengan kebijakan kita sendiri.

KODE PERILAKU 4
Kita sekali-kali tidak boleh dengan sengaja ataupun karena kelalaian membiarkan diri kita atau staf kita dimanfaatkan sebagai alat untuk mengumpulkan informasi yang sensitif dari segi politik, militer ataupun ekonomi bagi pemerintah ataupun lembaga lain yang mungkin mempunyai tujuan di luar kepentingan kemanusiaan. Demikian pula, kita tidak boleh bertindak sebagai alat kebijakan luar negeri dari pemerintah donor.

KODE PERILAKU 4
Demikian pula, kita tidak boleh bertindak sebagai alat kebijakan luar negeri dari pemerintah donor. Bantuan yang kita terima harus kita pergunakan untuk menanggapi kebutuhan korban, dan bantuan yang kita terima itu tidak boleh diberikan kepada kita karena pihak donor perlu membuang kelebihan komoditasnya atau karena pihak donor mempunyai kepentingan politik tertentu.

KODE PERILAKU 4
Kita menghargai dan mendorong pemberian bantuan tenaga dan keuangan secara sukarela oleh perorangan demi mendukung kerja kita, dan kita mengakui kemandirian tindakan yang didorong oleh motivasi suka rela semacam itu. Demi menjaga kemandirian kita, kita harus menghindari ketergantungan terhadap satu sumber dana saja.

KODE PERILAKU 5

5: Kita harus menghormati budaya dan adat istiadat setempat Kita harus berusaha menghargai budaya, tatanan, dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat dan negara tempat kita bekerja

KODE PERILAKU 6
6: Kita harus berusaha meningkatkan respons bencana dengan kapasitas setempat Semua orang dan masyarakat memiliki kemampuan maupun kerentanan, pun pada saat bencana. Bilamana mungkin, kita harus memperkuat kemampuan ini dengan cara mempekerjakan staf lokal, membeli barang lokal, dan berhubungan bisnis dengan perusahaan setempat. Bilamana mungkin, kita harus bekerja melalui NGHA lokal sebagai mitra dalam perencanaan dan pelaksanaan, dan bekerja sama dengan badan-badan pemerintah lokal bilamana sesuai.

KODE PERILAKU 6
Koordinasi yang tepat atas respons bencana perlu kita beri prioritas yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya di negara yang bersangkutan oleh pihak-pihak yang paling terlibat dalam operasi bantuan itu, dan seyogyanya wakil dari badan-badan PBB yang relevan perlu dilibatkan.

KODE PERILAKU 7
7: Perlu dicari cara untuk melibatkan para penerima bantuan dalam proses manajemen bantuan Bantuan bencana jangan sekali-kali dipaksakan pada penerima bantuan. Pemberian bantuan secara efektif dan proses rehabilitasi yang berkesinambungan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya apabila penerima bantuan turut dilibatkan dalam perancangan, manajemen, dan pelaksanaan program bantuan yang bersangkutan. Kita harus berusaha agar masyarakat berpartisipasi sepenuhnya dalam programprogram bantuan dan rehabilitasi yang kita jalankan.

KODE PERILAKU 8
8: Pemberian bantuan harus bertujuan untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana di kemudian hari, selain untuk memenuhi kebutuhan pokok Semua kegiatan bantuan berpengaruh terhadap prospek pembangunan jangka panjang, dan pengaruh ini bisa positif atau negatif. Karena itu, kita perlu berusaha untuk menjalankan program bantuan yang dapat secara aktif mengurangi kerentanan para penerima bantuan terhadap bencana di kemudian hari sehingga membantu menciptakan gaya hidup yang sifatnya berkelanjutan.

KODE PERILAKU 8
Perlu kita berikan perhatian secara khusus terhadap masalah-masalah lingkungan dalam proses perencanaan dan manajemen program bantuan. Kita juga harus berusaha untuk memperkecil dampak negatif dari bantuan kemanusiaan yang kita berikan, yaitu dengan berupaya menghindari terciptanya ketergantungan jangka panjang para penerima bantuan pada bantuan dari luar.

KODE PERILAKU 9
9: Kita bertanggung jawab kepada pihak yang kita bantu maupun kepada pihak yang memberi kita sumber daya Kita sering bertindak sebagai institusi penghubung dalam kemitraan antara pihak yang ingin membantu dan pihak yang membutuhkan bantuan di kala bencana. Karena itulah kita harus bertanggung jawab kepada kedua belah pihak.

KODE PERILAKU 9
Semua transaksi kita dengan donor dan penerima bantuan harus mencerminkan sikap keterbukaan dan transparansi. Kita mengakui perlunya membuat laporan kegiatan, baik dari segi keuangan maupun dari segi keefektifan. Kita mengakui kewajiban untuk melakukan pemantauan secara semestinya atas pelaksanaan distribusi bantuan dan untuk melakukan asesmen secara reguler atas dampak bantuan bencana. .

KODE PERILAKU 9
Kita juga harus berusaha melaporkan, secara terbuka, dampak dari kegiatan kita dan faktorfaktor apa yang memperkecil ataupun yang memperbesar dampak tersebut. Program-program kita perlu didasarkan pada standar profesionalisme dan keahlian yang tinggi, dengan tujuan memperkecil kemungkinan terbuangnya sumber daya yang berharga secara sia-sia.

KODE PERILAKU 10
Kita 10: Dalam kegiatan informasi, publisitas, dan promosi yang kita lakukan, kita harus memandang korban bencana sebagai manusia yang bermartabat, bukan sebagai objek belas kasihan Respek terhadap korban bencana sebagai mitra sejajar dalam bekerja tidak boleh hilang dari diri kita. Dalam memberikan informasi kepada publik, kita harus menyajikan gambaran yang objektif tentang situasi bencana yang bersangkutan, yaitu dengan menjelaskan pula kemampuan dan aspirasi yang dimiliki para korban, bukan hanya kerentanan dan kekhawatiran yang ada pada mereka.

KODE PERILAKU 10
Walaupun kita perlu bekerja sama dengan media demi meningkatkan respons masyarakat, kita tidak boleh membiarkan keinginan pihak-pihak luar ataupun pihakpihak dalam akan publisitas menjadi hal yang lebih penting daripada prinsip 'memaksimalkan keseluruhan bantuan bencana' itu sendiri. Kita perlu menghindari kompetisi memperoleh liputan media dengan lembaga-lembaga bantuan bencana lainnya pada situasi di mana liputan media bisa merugikan pelayanan yang kita berikan kepada penerima bantuan atau merugikan keamanan staf kita sendiri atau merugikan keamanan para penerima bantuan.

Lampiran 1
Rekomendasi bagi pemerintah negara yang terkena bencana

Lampiran 1
1: Pemerintah-pemerintah perlu mengakui dan menghormati kegiatankegiatan kemanusiaan yang mandiri dan tidak memihak yang dilakukan oleh NGHA NGHA adalah organisasi yang mandiri (independen). Kemandirian dan ketidakmemihakan ini perlu dihormati oleh pemerintah tuan rumah.

Lampiran 1
2: Pemerintah tuan rumah perlu memfasilitasi akses cepat terhadap korban bencana bagi NGHA Supaya organisasi-organisasi kemanusiaan non-pemerintah (NGHA) dapat bertindak secara sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan mereka, mereka perlu memperoleh akses yang cepat dan tidak memihak terhadap korban bencana dengan tujuan memberikan bantuan kemanusiaan. Adalah kewajiban pemerintah tuan rumah, sebagai bagian dari pelaksanaan tanggung jawabnya secara berdaulat, untuk tidak menghalangi pemberian bantuan kemanusiaan dan untuk menyetujui tindakan tidak memihak serta tidak bersifat politis yang dilakukan oleh NGHA.

Lampiran 1
Pemerintah tuan rumah perlu memfasilitasi agar staf bantuan dapat masuk secara cepat, terutama dengan mengecualikan mereka dari keharusan memperoleh visa jalan, visa masuk, dan visa keluar atau dengan memberikan visa-visa tersebut secara cepat. Pemerintah-pemerintah perlu memberikan izin lintas udara dan izin mendarat bagi pesawat terbang yang mengangkut pasokan dan personil bantuan internasional selama tahap darurat bencana.

Lampiran 1
3: Pemerintah-pemerintah perlu memfasilitasi agar barang-barang dan informasi bantuan dapat masuk secara tepat waktu pada masa bencana Pasokan dan perlengkapan bantuan dibawa masuk ke sebuah negara semata-mata untuk tujuan meringankan penderitaan manusia, bukan untuk memperoleh keuntungan komersial. Pasokan semacam itu lazimnya perlu diberi izin untuk melakukan perjalanan secara bebas dan tanpa hambatan dan tidak boleh dikenai persyaratan mengenai dokumen asal-usul atau faktur dari konsulat, persyaratan mengenai izin impor dan/atau ekspor, atau persyaratanpersyaratan lainnya ataupun dikenai pajak impor, biaya mendarat, atau biaya pelabuhan.

Lampiran 1
Masuknya untuk sementara waktu perlengkapanperlengkapan yang diperlukan bagi pemberian bantuan, termasuk kendaraan, pesawat terbang ringan, dan peralatan telekomunikasi, perlu difasilitasi oleh pemerintah tuan rumah yang menerima bantuan tersebut, yaitu dengan cara untuk sementara waktu tidak memberlakukan persyaratan menyangkut perijinan ataupun pendaftaran terhadap perlengkapan-perlengkapan tersebut.

Lampiran 1
Demikian pula, pemerintah-pemerintah hendaknya tidak memberlakukan pembatasan mengenai pengeluaran (reekspor) perlengkapan-perlengkapan bantuan tersebut ketika operasi pemberian bantuan telah selesai. Untuk memfasilitasi komunikasi di masa bencana, pemerintah tuan rumah perlu mengalokasikan frekuensi radio tertentu yang boleh digunakan oleh organisasiorganisasi bantuan untuk melakukan komunikasi di dalam wilayah negaranya maupun komunikasi internasional dalam rangka komuniksi bencana dan perlu mengumumkan frekuensi radio tersebut kepada komunitas respons bencana sebelum terjadinya bencana.

Lampiran 1
Perencanaan bencana (disaster information and planning service) secara terkoordinasi Pada akhirnya, tanggung jawab atas keseluruhan perencanaan dan koordinasi terhadap kegiatan bantuan terletak di tangan pemerintah tuan rumah. Perencanaan dan koordinasi tersebut akan berjalan dengan jauh lebih baik jika NGHA diberi informasi mengenai bantuan yang dibutuhkan, mengenai instansi-instansi yang melakukan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan bantuan, dan mengenai risiko keamanan yang mungkin dihadapi oleh NGHA.

Lampiran 1

Pemerintah-pemerintah didorong untuk memberikan informasi semacam itu kepada NGHA. Agar kegiatan bantuan dapat terkoordinasi secara efektif dan terlaksana secara efisien, pemerintah tuan rumah didorong untuk menunjuk sebuah pihak tertentu sebagai penghubung tunggal antara NGHA-NGHA yang datang dan pihak berwenang nasional.

Lampiran 1

5: Bantuan bencana di masa konflik bersenjata

Di masa konflik bersenjata, kegiatan bantuan diatur oleh ketentuan-ketentuan Hukum Humaniter Internasional yang relevan.

Lampiran 2 Rekomendasi bagi pemerintah donor

Lampiran 2
1: Pemerintah donor perlu mengakui dan menghormati kegiatan kemanusiaan yang mandiri (independen) dan tidak memihak yang dilakukan oleh NGHA NGHA adalah organisasi mandiri yang kemandirian serta ketidakmemihakannya perlu dihormati oleh pemerintah donor. Pemerintah donor tidak boleh memanfaatkan NGHA untuk mencapai tujuan politis atau ideologis apapun.

Lampiran 2
2: Pemerintah donor perlu memberikan bantuan dengan jaminan kemandirian operasi. NGHA menerima bantuan dana dan materi dari pemerintah donor dengan semangat yang sama seperti ketika memberikan bantuan kepada korban bencana: yaitu semangat kemanusiaan dan semangat kemandirian bertindak. Pelaksanaan kegiatan bantuan pada akhirnya merupakan tanggung jawab NGHA sehingga perlu berjalan sesuai dengan kebijakan NGHA.

Lampiran 2
3: Pemerintah donor perlu menggunakan jasa baiknya untuk membantu NGHA memperoleh akses terhadap korban bencana Pemerintah donor perlu mengakui pentingnya menerima tanggung jawab sampai tingkat tertentu untuk mengupayakan agar staf NGHA memperoleh akses yang aman dan bebas ke lokasi bencana. Pemerintah donor hendaknya siap untuk melakukan diplomasi dengan pemerintah tuan rumah mengenai permasalahan akses tersebut bilamana diperlukan.

Lampiran 3

Rekomendasi bagi organisasi antarpemerintah

Lampiran 3
1: Organisasi antarpemerintah perlu mengakui NGHA, baik yang nasional maupun yang internasional, sebagai mitra yang berharga NGHA bersedia bekerja dengan badan-badan PBB dan organisasi-organisasi antar pemerintah lainnya demi meningkatkan respons bencana. NGHA melakukan hal itu dengan semangat kemitraan yang menghormati integritas serta kemandirian semua mitra. Organisasi antar pemerintah harus menghormati kemandirian dan ketidakmemihakan NGHA. NGHA perlu diajak bicara oleh badan-badan PBB dalam penyusunan rencana bantuan.

Lampiran 3
2. Organisasi antarpemerintah perlu membantu pemerintah tuan rumah dalam menyediakan sebuah kerangka koordinasi yang menyeluruh bagi operasi bantuan bencana internasional maupun nasional
NGHA pada umumnya tidak mempunyai mandat untuk menyediakan kerangka koordinasi yang menyeluruh bagi bencana yang memerlukan respons internasional. Tanggung jawab tersebut jatuh ke tangan pemerintah tuan rumah dan badan-badan PBB yang relevan. Karena itu, pemerintah tuan rumah dan badan-badan PBB yang relevan didorong untuk menyediakan kerangka koordinasi secara tepat waktu dan efektif dalam rangka melayani negara yang terkena bencana dan masyarakat respons bencana nasional maupun internasional.

Lampiran 3
2. Organisasi antarpemerintah perlu membantu

pemerintah tuan rumah dalam menyediakan sebuah kerangka koordinasi yang menyeluruh bagi operasi bantuan bencana internasional maupun nasional
Akan tetapi, NGHA bagaimanapun juga perlu melakukan

segala upaya untuk memastikan koordinasi yang efektif atas kegiatan-kegiatan mereka sendiri.

Lampiran 3
3. Organisasi antarpemerintah perlu memberikan perlindungan keamanan kepada NGHA sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan bagi badan-badan PBB. Bilamana pelayanan keamanan perlu disediakan oleh organisasi antar pemerintah sesuai ketentuan yang ada, maka pelayanan tersebut perlu diberikan kepada NGHA sebagai mitra operasional mereka bilamana NGHA memintanya.

Lampiran 3
4. Organisasi antarpemerintah perlu memberi NGHA akses yang sama terhadap informasi yang relevan seperti yang diberikan kepada badan-badan PBB Organisasi antarpemerintah didorong untuk memberikan kepada NGHA yang menjadi mitra operasional mereka seluruh informasi yang ada kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan bantuan bencana yang efektif.

Terima Kasih

Agus Joko Sungkono

Anda mungkin juga menyukai