Anda di halaman 1dari 4

Urgensi Paradigma Qurani Dalam Menghadapi Perkembangan IPTEK dan

Paradigma Qurani telah berkontribusi dalam mewujudkan kemajuan dan kemodernan


pada zaman keemasan Islam yang ditandai dengan kemajuan pesat perkembangan Iptek di dunia
Islam, yang berimplikasi terhadap kemajuan di bidang lainnya; ideologi, politik, ekonomi,
budaya, militer, pendidikan, perdamaian, keamanan, kesejahteraan dan lainnya. Namun, dengan
berkembangnya teknologi di dunia, berbagai tantangan global hadir di tengah-tengah
masyarakat.

Paradigma Qurani dalam menyoroti segala persoalan harus tetap menjadi komitmen umat
Islam agar umat tidak kehilangan jati dirinya dalam menghadapi tantangan
modernitas. Tujuannya agar bisa menghadapi persoalan yang datang dengan tetap berpedoman
dengan Al Qur’an, tidak hanya dengan kepandaian. Dalam menghadapi globalisasi, pendidikan
yang sesuai dengan nilai-nilai yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an dan Hadits merupakan
solusi yang perlu diperhatikan. Seiring dengan perkembangan yang ada, umat Islam perlu
membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat membentuk penuntut ilmu yang berakhlak
mulia dan berpedoman kepada Al-Qur’an dalam menjalani kehidupannya.

Sekularisasi hanya akan mengikis keimanan yang ada di hati umat dan akan melahirkan
generasi yang ambivalen (bersikap mendua) dalam kehidupan. Di satu sisi ia sebagai seorang
muslim, di sisi lain ia meminggirkan ajaran Islam dari dirinya dan kehidupannya sehingga Islam
lepas dari aktivitas hidupnya, yaitu suatu sikap hipokrit yang harus dijauhkan dari kepribadian
umat Islam. Umat Islam akan maju kalau Al-Quran menjadi tuntunan dan Rasulullah sebagai
panutan. Umat Islam akan tertinggal, dan masuk pada situasi stagnasi kalau Al-Quran dijauhkan
dari kehidupan dirinya. Paradigma Qurani adalah proses menghadapi realitas sekaligus tujuan
yang harus digapai dalam perjalanan hidup umat Islam.

Menurut Al-Faruqi, sebagaimana ditulis Juhaya S Praja (2002: 73), kunci sukses dunia
Islam tentu saja adalah kembali kepada Al-Quran. Ismail Razi Al-Faruqi membuat kerangka
pemikiran terkait langkah guna Islam menjadi lebih maju dan tidak tertinggal dengan peradaban
barat. Al-Faruqi menjabarkan dengan langkah sebagai berikut.

1. Memadukan sistem pendidikan Islam. Dikotomi pendidikan umum dan pendidikan


agama harus dihilangkan.
2. Meningkatkan visi Islam dengan cara mengukuhkan identitas Islam melalui dua tahapan;
Tahap pertama yaitu mewajibkan bidang studi sejarah peradaban Islam; Tahap
keduayaitu Islamisasi ilmu pengetahuan.
3. Untuk mengatasi persoalan metodologi ditempuh langkah-langkah berupa penegasan
prinsip-prinsip pengetahuan Islam sebagai berikut.
a) The unity of Allah
b) The unity of creation
c) The unity of truth and knowledge
d) The unity if life
e) The unity of humanity

Berikutnya, al-Faruqi menyebutkan bahwa langkah-langkah kerja yang harus ditempuh


adalah sebagai berikut :

1. Menguasai disiplin ilmu modern


2. Menguasai warisan khazanah Islam
3. Membangun relevansi yang Islami bagi setiap bidang kajian atau wilayah penelitian
pengetahuan modern.
4. Mencari jalan dan upaya untuk menciptakan sintesis kreatif antara warisan Islam dan
pengetahuan modern.
5. Mengarahkan pemikiran Islam pada arah yang tepat yaitu sunatullah

Keselarasan Antara Quran Dengan Sains dan IPTEK

Keselarasan yang ada antara Quran dengan sains dan IPTEK dapat ditinjau dari berbagai
sudut pandang. Keduanya ini mempunyai pengaruh pada manusia, di antaranya: Quran dengan
sains dan IPTEK sama-sama memberikan kekuatan, sains dan IPTEK memberi manusia
peralatan dan mempercepat laju kemajuan, Islam menetapkan maksud tujuan upaya manusia dan
sekaligus mengarahkan upaya tersebut. Sains dan IPTEK membawa revolusi lahiriah (material),
Quran membawa revolusi batiniah (spiritual). Sains dan IPTEK memperindah akal dan pikiran,
Quran memperindah jiwa dan perasaan. Islam secara terang melalui al-Qur’an mendorong
umatnya untuk senantiasa melakukan pembaharuan di berbagai aspek kehidupan. Sebab dengan
mempelajari dan mengembangkan sains (ilmu pengetahuan) umat Islam dapat mencapai
kesadaran akan keagungan Allah. dan sains dapat mengharmoniskan dunia dengan manusia, dan
Islam menyelaraskan dengan dirinya.

Islam dan Sains tidak saling bertentangan, bahkan sebaliknya yakni memiliki keselarasan.
Bahkan, antara Islam dan sains memiliki keselarasan dan dapat mempertegas antara satu dan
yang lainnya. Ada banyak ayat yang telah ditafsirkan oleh cendekiawan atau pengkaji al-Qur’an
terkait dengan kesesuaiannya dengan sains. Dalam menguatkan argumentasi di atas adalah ayat-
ayat al-Qur’an yang memiliki kesesuaian dengan teori Heliosentris. Teori ini beranggapan bahwa
matahari adalah merupakan pusat peredaran planet-planet, termasuk di dalamnya adalah bumi,
sedangkan bulan adalah mengelilingi bumi yang kemudian bersama-sama bumi berputar
mengelilingi matahari. Sedangkan matahari hanyalah berputar mengelilingi sumbunya saja. Al-
Qur'an sebagai wahyu Allah yang bersumber langsung dari Allah telah memberikan informasi-
informasi tentang alam semesta, khususnya yang berhubungan dengan matahari, bulan dan bumi.
Ada 20 ayat yang menyebut kata matahari, dan ada 463 ayat yang menyebut kata bumi serta ada
5 ayat yang menyebut kata bulan. Belum lagi ayat yang menjelaskan tentang langit, pergantian
siang dan malam, serta ayat yang menyebut tentang bintang-bintang.

Keselarasan Islam dan sains dapat dibuktikan dengan banyak hal. Salah satunya dengan
produk berupa tokoh-tokoh Islam yang cemerlang dan memiliki kontribusi dalam bidang sains.
Pada abad pertengahan, dunia Islam telah memainkan peranan penting baik di bidang sains
teknologi. Harun Nasution menyatakan bahwa cendekiawan-cendekiawan Islam tidak hanya
mempelajari sains-teknologi dan filsafat dari buku Yunani, tetapi menambahkan ke dalam
hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan dalam lapangan sains-teknologi dan hasil
pemikiran mereka dalam ilmu Filsafat. Dengan demikian, lahirlah ahli-ahli ilmu pengetahuan
dan filsuf-filsuf Islam, seperti, al-Farazi (abad VIII) sebagai astronom Islam yang pertama
kali menyusun Astrolabe (alat yang digunakan untuk mengukur tinggi bintang) dan
sebagainya. Para ilmuwan tersebut memiliki pengetahuan yang bersifat desekuaristik, yaitu
ilmu pengetahuan umum yang mereka kembangkan tidak terlepas dari ilmu agama atau tidak
terlepas dari nilai-nilai Islam.
REFERENSI

Mahfud, C. (2019). Tantangan Global dan Lokal Islam di Indonesia. Yogyakarta: Samudra Biru.

http://repository.um-surabaya.ac.id/4524/1/MODUL_PAI_(UMSurabaya).pdf

https://www.researchgate.net/publication/341430801_Keselarasan_Islam_dan_Sains/link/
5ebfe0ba458515626cacb1f1/download

Nurul Anam -. “Al-Qur’an Dan Hadits: Dialektika Sains-Teknologi Dan Ilmu Agama.” Al-
Adalah 7, no. 1 (2008): 213–26.

Anda mungkin juga menyukai