Anda di halaman 1dari 2

Nama : Citra Maharani Sanriadi

Absen : 09
Kelas : XII IPS 1
PORTOFOLIO BAHASA INDONESIA

Kasus COVID-19 di Indonesia Terkonfirmasi Melebihi 1 Juta

Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia hingga saat ini masih belum menunjukkan
tanda-tanda penurunan. Terhitung sejak Selasa 26 Januari 2021, jumlah kasus positif COVID-19
di Indonesia telah sampai pada angka psikologis 1 juta. Lebih tepatnya 1.012.350 kasus.

Berdasarkan data dari situs worldometers.info, Indonesia berada pada urutan ke-19
dibandingkan dengan total kasus infeksi virus Corona di negara lain. Dengan total kasus tersebut,
maka Indonesia menjadi negara pertama di Asean yang mencapai 1 juta kasus. Indonesia
"unggul" atas negara tetangga yakni Filipina yang kini mencatatkan 516.166 kasus positif
COVID-19. Di level Asia, Indonesia juga menjadi negara keempat, setelah India, Turki, dan
Iran, yang melewati angka satu juta kasus.

Lonjakan kasus positif Covid-19 terjadi sejak masuk Januari 2021. Jumlah kasus positif
baru beberapa kali berada di atas angka 10 ribu dalam satu hari. Tercatat sudah 34 provinsi dan
510 kabupaten/kota di Indonesia yang terinfeksi virus COVID-19. Sejumlah daerah pun sudah
kekurangan ranjang khusus pasien virus corona yang membutuhkan perawatan. Tingkat
keterisian atau bed occupancy rate rumah sakit sudah mencapai 80 persen di beberapa daerah.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengendalikan virus, mulai dari
penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), PSBB proporsional, hingga Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat ini.

Pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan ini bukan lagi
saat untuk merenung karena situasi di Indonesia sudah sangat serius. Ia memperkirakan keadaan
pada saat ini bukan angka yang sebenarnya.
“Keadaannya bisa saja tiga kali lipat dengan angka yang ada sekarang atau sekitar 3 juta orang
terpapar (1 persen) dari total penduduk di Indonesia. Angka satu juta penduduk ini seharusnya
sudah terjadi pada September dan Agustus 2020 lalu, 10 bulan penanganan ini ternyata belum
mendekati keadaan yang sebenarnya,” ujarnya..

Hal ini disebabkan karena kapasitas testing yang rendah. Indonesia termasuk dalam
negara dengan kapasitas terendah di dunia dengan 32 ribu per 1 juta penduduk. Menurutnya, ada
banyak kasus yang selama ini tidak terdeteksi dan dianggap enteng, padahal bisa menjadi pemicu
penularan lanjutan sehingga menimbulkan wabah tersembunyi atau silent outbreak.

“Silent outbreak terjadi ketika RS penuh dan kematian meningkat. Intervensi karantina sangat
dibutuhkan untuk mereka yang tidak terdeteksi. Jika tidak, maka kita akan semakin jauh dari kata
terkendali, membumbung tinggi, tidak bisa melandai,” ujarnya.

Menurutnya, pemerintah perlu menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)


ketat secara merata di Jawa dan Bali dengan dosis yang sama di setiap daerah sebelum Indonesia
mengalami dampak yang jauh lebih buruk.

“Keadaan sekarang berada di belakang kecepatan virus menyebar. Perlu dilakukan peningkatan
screening, klinik demam, tracing diperkuat. PSBB ketat seharusnya minimal 1 bulan karena gak
akan efektif jika hanya 2 minggu. Jangan sampai protokol kesehatan lagi yang dikejar-kejar
padahal situasi sekarang sudah semakin serius. Bukan tidak mungkin kasus meledak besar
ditengah program vaksinasi dan tidak ada jaminan vaksinasi akan berhasil,” tegasnya.

Pihak Kementerian Kesehatan akan senantiasa melakukan upaya 3T (Testing, Treacing,


Treatment) dengan optimal agar penularan virus ini bisa ditekan dengan maksimal. Satgas
Penanganan COVID-19 pun segera mengingatkan kembali masyarakat untuk tetap menaati
protokol kesehatan. Langkah pencegahan dengan mempraktikkan protokol kesehatan tetaplah
menjadi jurus terbaik menghadapi pandemi. Dengan kesadaran serta kewaspadaan masyarakat
akan bahayanya virus ini, pencegahan akan mudah untuk dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai