Anda di halaman 1dari 23

PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI KELOMPOK RENTAN

“MEDIA PENYULUHAN PADA ANAK TUNANETRA, TUNARUNGU DAN


TUNAGRAHITA”

Disusun Oleh :

Nama : 1. Pebrian Widana

2. Heni Elia Puspita

3. Widya Dava Safitri

4. Meilin Alfa Legita

5. Isnaini Marita

Kelas : 1B

Semester :2

Dosen Pengampuh :

Yupen Widodo, SKM, MDSc

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KESEHATAN GIGI
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas materi tentang Media
Penyuluhan Pada Anak Tunanetra, Tunarungu dan Tunagrahita.

Dalam penyusunan makalah ini,penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan.akan tetapi, dengan bantuan berbagai pihak ,tantangan tersebut dapat
teratasi.Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini,semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,


baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata,
semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita sekalian.

Palembang, 28 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................I

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3

1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................3

BAB II............................................................................................................................4

PEMBAHASAN............................................................................................................4

1.1 Pengertian Media Penyuluhan..........................................................................4

1.2 Anak Berkebutuhan Khusus (Tunarungu, Tunanetra dan Tunagrahita)...........5

1. Tunarungu...........................................................................................................5

2. Tunanetra............................................................................................................6

3. Tunagrahita.........................................................................................................7

1.3 Media Penyuluhan pada Anak Berkebutuhan Khusus......................................7

1.3.1 Media Penyuluhan Demonstrasi pada Anak Tunarungu........................7

1.3.2 Media Penyuluhan Demonstrasi pada Anak Tunagrahita......................9

1.3.3 Media Penyuluhan Metode Tanya Jawab pada Anak Tunanetra..........10

BAB III.........................................................................................................................13

PENUTUP....................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14
EVALUASI..................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermartabat, namun
kenyataannya layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus masih kurang
optimal. Salah satu penyebabnya adalah kurang optimalnya pengguaan media
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus di sekolah
baik segregasif maupun inklusif.

Dalam pembelajaran (instructional), sumber informasi adalah dosen, guru,


instruktur, peserta didik, bahan bacaan dan sebagainya. Menurut Schramm (1977),
media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs 1997 mendifinisikan media
pembelajaran sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran.
Sedang menurut Arief S. Sadiman (1986) media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses
belajar terjadi.

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu


proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran (media) tertentu ke
penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran (media) dan penerima pesan adalah
komponen komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah
isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa,
orang lain ataupun penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media
pembelajaran dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.

Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh
guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-
kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol non-verbal atau visual. Proses penuangan
pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi itu disebut encoding. Selanjutnya

1
penerima pesan (bisa siswa, peserta latihan ataupun guru dan pelatihnya sendiri)
menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses
penafsiran simbolsimbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut
decoding.

Adakalanya penafsiran tersebut berhasil, adakalanya tidak. Penafsiran yang


gagal atau kurang berhasil berarti kegagalan atau kekurangberhasilan dalam
memahami apa-apa yang didengar, dibaca, atau dilihat dan diamatinya.

Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses


komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah barriers atau noises.

Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai


berikut. Pertama, verbalisme, artrinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak
mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan
penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan
guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda
oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan
dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan,
model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena
beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik
mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan,
cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan
bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki
kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara
terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga
timbulnya konsep.

Kita kenal adanya hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat,


kepercayaan, inteligensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit,
keterbatasan daya indera dan cacat tubuh. Siswa yang senang terhadap mata pelajaran,
topik serta gurunya tentu lain hasil belajarnya dibandingkan dengan yang benci atau
tak menyukai semua itu.

Dua jenis hambatan yang lain; pertama hambatan kultural seperti perbedaan
adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan; kedua

2
hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan
sekitar. Proses belajar mengajar di tempat yang tenang, sejuk dan nyaman tentu akan
berbeda dengan proses yang dilakukan di kelas yang bising, panas dan berjubel.
Perbedaan adat-istiadat, norma sosial dan kepercayaan kadang-kadang bisa menjadi
sumber salah paham. Karena adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam diri
guru maupun siswa, baik sewaktu mengcode pesan maupun mendecodenya, proses
komunikasi belajar mengajar sering kali berlangsung secara tidak efektif dan efisien.

Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat


menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya
belajar, minat, inteligensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak
geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu diatasi dengan pemanfaatan media
pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari media pembelajaran?

2. Apa itu anak tunarungu, tunanetra dan tunagrahita?

3. Apa saja media penyuluhan yang dapat digunakan dalam metode demonstrasi dan
tanya jawab untuk anak tunarungu,tunanetra serta tunagrahita?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari media pembelajaran secara umum.

2. Untuk mengetahui pengertian anak tunarungu, tunanetra dan tunagrahita.

3. Untuk mengethaui apa saja media penyuluhan yang dapat digunakan dalam metode
demonstrasi dan tanya jawab untuk anak tunarungu, tunanetra dan tunagrahita.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Media Penyuluhan

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
’tengah’, ’perantara’ atau ’pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971)
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,
atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam
proses belajar mengajar cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.
Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 2002: 137). Sedangkan pembelajaran adalah
proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2002: 17). Jadi, media pembelajaran adalah media yang
digunakan pada proses pembelajaran sebagai penyalur pesan antara guru dan siswa
agar tujuan pengajaran tercapai. Media pembelajaran yang baik harus memenuhi
beberapa syarat. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada
siswa. Selain itu media juga harus merangsang siswa mengingat apa yang sudah
dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan
mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong
siswa untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.

Promosi kesehatan dan prevensi penyakit adalah sejumlah kegiatan yang


dirancang dan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan secara individu maupun
berkelompok melalui kombinasi dari beberapa strategi, termasuk strategi
implementasi perubahan perilaku, pendidikan kesehatan, deteksi resiko kesehatan
serta peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, sedangkan kuratif dan rehabilitatif
pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual (Nubatonis et al., 2017)
Promosi kesehatan mulut harus mencakup pembuatan kebijakan publik mengenai
kesehatan dan lingkungan yang mendukung, pengembangan keterampilan pribadi dan
reorientasi layanan kesehatan mulut. Definisi terakhir ini berbeda dari edukasi

4
kesehatan mulut yang sebagian besar ditujukan untuk meningkatkan kesehatan mulut
melalui perolehan pengetahuan, yang nantinya mengarah pada motivasi dan akhirnya
perubahan tindakan yang sesuai dengan model anggapan kesehatan (Veiga et al.,
2015) Pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan segala upaya atau aktivitas
seseorang dalam menjaga dan meningkatkan.kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut
(Andriani, 2020).

Dalam proses promosi kesehatan, diperlukan media untuk membantu dalam


menyampaikan pesan kesehatan. Media adalah suatu alat yang digunakan oleh
petugas kesehatan dalam menyampaikan bahan, materi, dan pesan- pesan kesehatan
untuk membantu dan memperagakan sesuatu didalam proses promosi kesehatan
(Notoatmodjo, 2012). Pemilihan media promosi kesehatan harus didasarkan pada
selera serta usia sasaran, memberi dampak yang luas, dan disampaikan dengan cara
yang menarik (Komala et al., 2014) Pemilihan metode dan media pembelajaran dalam
pemberian edukasi sangat penting dilakukan, terutama untuk anak-anak karena dapat
menunjang keberhasilan dari edukasi yang diberikan.

Metode pembelajaran dan media edukasi yang bagus dan efektif akan
memberikan dampak yang positif terhadap anak-anak, yaitu berupa perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku anak kearah yang positif.

1.2 Anak Berkebutuhan Khusus (Tunarungu, Tunanetra dan Tunagrahita)

1. Tunarungu

Tunarungu (hearing impaiement) merupakan satu istilah umum yang


menunjukkan ketidakmampuanmendengar dari yang ringan sampai yang berat
sekali yang digolongkan kepadatuli (deaf) dan kurang dengan(hard of
hearing).

Ciri-ciri anak tuna rungu

a. a. Tidak mampu mendengar

5
b. b. Terlambat perkembangan bahasa

c. c. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi

d. d. Kurang/tangga bila diajak bicara.

e. e. Ucapan kata tidak jelas

f. f. Kualitas suara aneh/monoton

g. g. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar

h. h. Banyak perhatian terhadap getaran

i. i. Keluar nanah dari keluar telinga

j. j.Terdapat kelainan organis telinga

2. Tunanetra

Istilah tunanetra berasal dari kata tuna yang berarti rusak dan netra
yang berarti mata. Jadi tunanetra yaitu individu yang mengalami kerusakan
atau hambatan pada organ mata. Selain itu tunanetra juga diartikan sebagai
seseorang yang sudah tidak mampu memfungsikan indra penglihatannya untuk
keperluan pendidikan dan pengajaran walaupun telah dikoreksi dengan lensa
(Cahya, 2013). Menurut Rudiyati (2002), anak penyandang tuna yang
kehilangan informasi secara visual memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Rasa curiga terhadap orang lain 

b. Perasaan mudah tersinggung 

c. Verbalisme 

d. Perasaan rendah diri

e. Adatan

f. Suka berfantasi 

6
3. Tunagrahita

Anak Tunagrahita adalah anak yang mempunyai keterbatasan dan


kemampuan dibawah rata-rata, anak tunagrahita ringan memiliki keterbatasan
dalam hal berfikir, kemampuan berfikir rendah, dan daya ingatnya lemah,
berfikir abstrak, serta kurang mampu berfikir logis. Anak tungrahita ringan
membutuhkan perhatian dan bimbingan khusus yang lebih terutama dalam
kepribadian dan pendidikannya demi kebaikan dan kelangsungan hidupnya di
masa depan. Tunagrahita adalah suatu kondisi sejak masa perkembangan yang
kurang sempurnanya fungsi-fungsi intelek sehingga nampak akibatnya secara
sosial (Reti Shintia,2020)

Kebersihan mulut penting untuk kesehatan individu dengan kelainan


intelektual atau perkembangan. Anak-anak dengan retardasi mental ringan
memiliki tingkat kecerdasan tertinggi dibandingkan dengan derajat retardasi
mental lainnya. Anak tunagrahita mengalami keterlambatan kemampuan
kognitif (di bawah rata-rata normal) dan perilaku adaptif, akibatnya mereka
tidak mampu merawat dirinya sendiri, termasuk merawat kesehatan gigi dan
mulut.16 Orang dengan cacat intelektual seperti tunagrahita memiliki
kebersihan mulut yang buruk dan tingkat keparahan lebih besar.tunagrahita
mempunyai prevalensi lebih tinggi pada gingivitis dan periodontitis.

1.3 Media Penyuluhan pada Anak Berkebutuhan Khusus

1.3.1 Media Penyuluhan Demonstrasi pada Anak Tunarungu

Peran dan fungsi media pembelajaran dalam perseptif pendidikan luar


biasa mungkin sedikit berbeda dari persptif pendidikan pada umumnya
(sekolah reguler). Perbedaan itu bukan hanya dari hakekat medianya
melainkan dari peran dan fungsi media itu sendiri. Di sekolah reguler,
mungkin keberadaan media hanya diperankan sebagai alat bantu belajar

7
semata. Peran tunggal itu tidak salah, karena fungsi media pembelajaran (alat
peraga) memang sebagai alat bantu belajar agar lebih bermakna. Dalam
pespektif pendidikan kebutuhan khusus, terutama dalam pendidikan anak
tunagrahita. sekurang-kurangnya media pembelajaran dapat diperankan dalam
tiga hal yaitu; media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran (alat
peraga), media sebagai alat untuk mengungkap masalah dan hambatan
belajar (asesmen), dan media sebagai alat bantu dalam pengembangan aspek
psikologi dasar (teraputik). Ulasan pengembangan media pembelajaran ini
hanya akan lebih difokuskan pada media pembelajaran untuk membaca dan
matematik. Pengembangan yang dimaksudkan disini adalah mengaplikasikan
atau memanfaatkan alat bantu teknologi seperti komputer di dalam
menyajikan bahan ajar. Pemanfaatan alat bantu seperi komputer juga akan
dibatasi pada program yang sangat sederhana yaitu memanfaatkan fasilitas
program Power Point, bukan aplikasi program Flass, Firework atau corel. dan
program lainnya. Power point ini sebetulnya diperuntukkan untuk aktivitas
presentasi agar lebih hidup dan menarik. Namun dalam beberapa hal dari
program ini sebetulnya dapat dimanfaatkan untuk mengolah bahan ajar seperti
untuk belajar membaca atau berhitung yang sering kali sulit untuk dilakukan
dalam proses belajar konvensional. Misalnya; gerakkan obyek yang pelan,
proses hilangnya suatu obyek atau proses pindahnya suatu obyek dari satu
tempat ketampat lainnya.

Demonstrasi merupakan teknik yang mempertunjukkan secara


langsung objeknya atau menunjukkan suatu prosedur menggunakan alat
peraga dan media sebagai alat bantu dalam menyampaikan materi. Alat peraga
yang biasanya digunakan dalam penyampaian materi penyuluhan menyikat
gigi dengan demonstrasi adalah phantom gigi. Penyuluhan dengan teknik
demonstrasi menggunakan phantom gigi memiliki keuntungan dalam proses
penerimaan sasaran terhadap materi penyuluhan akan lebih berkesan secara
mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna,
terlebih bila peserta ikut secara aktif dalam penyuluhan. Penyuluhan juga
dapat dilakukan dengan alat bantu berupa video. Penyuluhan menggunakan
video memiliki beberapa keuntungan yaitu dinamis, mengesankan dan
merangsang, sehingga mempercepat pengembangan pemahaman seseorang.

8
Hal ini dikarenakan kurangnya kegiatan rutin menyikat gigi dan penyuluhan
kesehatan gigi pada anak tunarungu. Wawancara juga dilakukan dengan salah
satu guru mengatakan bahwa anak tunarungu lebih mengerti menggunakan
media gambar, karena saat proses belajar mengajar guru menggunakan metode
pembelajaran dengan media gambar dan wujud asli dari suatu benda.

1.3.2 Media Penyuluhan Demonstrasi pada Anak Tunagrahita

Metode pembelajaran merupakan alat yang dapat membantu proses


belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang
disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik
dan sempurna (Sutandi, 2013, cit., Putriani, 2016). Berdasarkan hasil
wawancara dari Kepala SLB Negeri 1Kota Jambi bahwa di SLB tersebut
diperoleh informasi bahwa terdapat 67 murid tunarungu berkriteria ringan.
Hasil survey awal pada 9 murid tunarungu di SLB tersebut, semuanya
menggosok gigi dengan cara horizontal. Sedangkan media video jarang
digunakan karena guru kurang mengerti cara menggunakan laptop untuk
menayangkan video dan keterbatasan adanya infokus.

Berdasarkan informasi diatas, maka perlu adanya suatu upaya untuk


mengatasi permasalahan cara menggosok gigi, agar anak tunagrahitaT dapat
menyikat gigi dengan baik dan benar.

Media pendidikan kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk


menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh
komunikator.Pendidikan kesehatan tidak dapat lepas dari media karena
melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan
dipahami, sehingga sasaran dapat lebih mempelajari pesan tersebut sehingga
sampai memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang positif (Notoatmodjo,
2010).

Pendidikan kesehatan dapat diberikan dengan komunikasi langsung


dengan masyarakat atau individu. Untuk itu dapat digunakan berbagai teknik
dan media seperti teks (leafleat, flyer, flipbook) lisan (demonstrasi) gambar

9
(poster, flanelgraph) atau media audio (radio,tape), audio visual ( televise,
film, video tape, bioskop) (Nursalam2011). Pendidikan kesehatan gigi dan
mulut pada anak tunagrahita dapat menggunakan metode demonstrasi dan film
animasi, demonstrasi adalah salah satu menyajikan informasi dengan cara
mempertunjukan secara langsung objeknya atau menunjukan suatu proses atau
prosedur. dan penyajian ini disertai penggunaan alat peraga. Sedangkan film
animasi yaitu menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama– sama
dengan suara alamiah atau suara yang sesuai (Sutandi & Sutjipto,2013).Untuk
meningkatkan kemampuan menggosok gigi pada anak tunagrahita sedang
dapat dilakukan dengan menggunakan demonstrasi, metode demonstrasi
merupakan salah satu cara yang baik dalammengajarkan kemandirian pada
anak tunagrahita yaitu dimana anak dapat melihat benda yang digunakan
benar-benar nyata sehingga harsat untuk mengetahui lebih dalam dan dapat
diulang dan dicoba oleh peserta.

Metode film animasi juga dapat meningkatkan kemampuan


menggosok gigi pada anak tuna grahita hal ini dikarenakan bahwa video dapat
menyampaikan pesan dan informasi pada anak tunagrahita dengan
menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat diulang-ulang, serta
menanamkan sikap dan segi efektif lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Bahtiyar Rifai (2016) dengan judul “Perbandingan Pengaruh
Penyuluhan Kesehatan Metode Audio visual Dan Demonstrasi Terhadap
Tingkat Pengetahuan Menggosok Gigi” dengan hasil Perbedaan tingkat
pengetahuan menggosok gigi setelah metode audio visual dan setelah
demonstrasi dengan nilai (,007:,007) dari nilai rata-rata tersebut,kedua metode
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara metode audiovisual
dandemonstrasi terhadap pengetahuan menggosok gigi.ada dua metode yang
digunakan dalam memberikan penyuluhan kebersihan gigi dan mulut yaitu
demonstrasi dengan menggunakan pantom gigi dan film animasi dengan
memutar video menggunakan laptop dan LCD

10
1.3.3 Media Penyuluhan Metode Tanya Jawab pada Anak Tunanetra

Media ini dinamakan media pandai ( phantom dan audio ) penggunaan


kedua media ini bertujuan untuk mengembangkan dan melatih fungsi indra
yang masih berfungsi pada tunanetra yaitu perabaan dan pendengaran yang  di
aplikasikan dengan cara metode fun learning yang di dalamnya juga
memanfaatkan teknologi penggunan media .

Fun learning sendiri  berarti  belajar sambil bermain. Sehingga


tercipatnya suasana belajar yang menyenangkan dan efektif  pada anak-anak
tunanetra. Untuk mengaplikasikan  metode fun learning maka akan di
implementasikan dalam beberapa tahap kegiatan yaitu phantom learning,
audio learning dan games pandai.

Phantom fun learning sendri yakni  dimana para anak-amak


penyandang tunanetra akan memanfaatkan indra peraba mereka untuk
menyentuh dan meraba bagian-bagian tubuh dari phantom tersebut dan
sekaligus ini menjadi bagian dari orientasi atau pengenalan bentuk-bentuk
tubuh pada mereka baik dari kepala sampai kaki. Setelah itu dengan media
phantom tersebut mereka akan di ajarkan tentang bagaimana cara melakukan
perawatan  yang baik dan benar pada anggota-anggota tubuh.

Audio laerning, pada tahap ini anak-anak tunanetra akan belajar


mengenai perawatan diri melalui sebuah musik dengan lagu yang sederhana.
Namun sebelumnya akan di buat sebuah aplikasi android khusus anak
tunanetra. Penggunaanya hanya sederhana, yaitu hanya perlu mengetuk layar
ponsel sebanyak dua kali maka akan terdengar musik-musik yang berisikan
tentang pesan dan cara melakukan perawatan diri . penggunaan music ini
sanagat efektif untuk meningkatakan daya tangkap dan daya ingat anak-anak
tunanetra. Dan dengan penggunaan aplikasi ini, secara tidak langsung para
anak-anak tuanetra ikut merasakan perkembangan teknologi.

Games pandai, tahap ini merupakan salah satuh bentuk evaluasi 


dengan menggunakan metode bermain agar para anak-anak tunanetra  tidak
merasa ketakutan karena di uji tapi akan merasa jauh lebih menyenagkan dan

11
semangat. Dimana pada tahapan ini siswa akan bermain menggunakan media
phantom.  Melalui indra perabaaan, mereka akan menentukan bentuk tubuh
yang mereka raba atau sentuh kemudian akan memperagakan dan mepraktikan
cara merawat atau menjaga kebersihan diri pada bentuk tubuh yang mereka
sentuh, dan secara tidak langsung pun anak-anak tunanetra dapat bersosialisasi
kepa orang lain tentang bagaimana cara merawat diri terutama tentang
kebersihan mulutnya

Maka melalui media ini diharapkan agar terbentuknya kemandirian


dalam merawat diri pada anak-anak tunanetra dan terciptanya sebuah media
penyuluhan terbaru, inofatif kreatif serta efektif yang dapat digunaka pada
anak-anak tunanetra. Dan secara tidak langsungpun anak-anak yang
berkebutuhan khusus merasakan perkembangan teknologi revolusi industri 
4.0 serta mendaptakan hak-haknya untuk menggunakan teknologi.

Kemudian di adakannya tanya jawab antara tenaga kesehatan gigi dan


mulut kepada anak tunanetra terkait apa yanng mereka dengarkan dan mereka
pelajari dan diberikan evaluasi terkait pengetahuan yang mereka dapatkan saat
itu.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, Oleh karena proses pembelajaran merupakan proseskomunikasi


dan berlangsung dalam suatu sistem, maka mediapembelajaran menempati
posisi yang cukup penting sebagai salahsatu komponen sistem pembelajaran.
Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai
proseskomunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal.Media
pembelajaran adalah komponen integral dari sistempembelajaran. Posisi media
pembelajaran sebagai komponen komunikasi.Dalam proses pembelajaran,
media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (tenaga
kesehatan) menuju penerima (abk). Sedangkan metode adalah prosedur untuk
membantusiswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai
tujuan pembelajaran.

Kemudian media juga disesuaikan dengan metode yang digunakan


dalam penyampaiannya serta memperhatikan pula abu manakah sasaran yang
dituju dengan metode dan media yang telah dipersiapkan oleh tenaga
kesehatan ketika penyuluhan tanpa memperhatikan itu semua kegiatan
penyuluhan tersebut tidak akan berjalan dengan lancar dan seimbang. Fungsi
media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan mediadan hambatan yang
mungkin timbul dalam proses pembelajaran

13
DAFTAR PUSTAKA

Mais, Asrorul. 2016. Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jember:


Pustaka Abadi

Ginting, Septiana dan Zulmiyetri. 2018. “Efektivitas Metode Demonstrasi dalam


Meningkatkan Keterampilan Membuat Smoothies bagi Anak Tunarungu”.
Jurnal Penelitian Pendidikan Kebutuhan Khusus Volume 6.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/view/101617 (Diakses pada
tanggal 29 Maret pukul 16.41)

Pratiwi, Selvira Linda, dkk. 2019. “Efektivitas Penyuluhan Menyikat Gigi Metode
Horizontal antara Demonstrasi dan Video terhadap Penurunan Plak. Jurnal
Kedokteran gigi Volume 3.
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/dnt/article/view /1049 (Diakses pada
tanggal 28 Maret 2022 pukul 19.52)

Veriza, Ervon, dkk. 2020. “Perbedaan Penyuluhan Kesehatan Gigi Menggunakan


Media Gambar Dengan Video Dalam Meningkatkan Perilaku Menyikat Gigi
Pada Anak Tunarungu Di SLB Negeri 1 Kota Jambi”. Jurnal Dunia Kesmas
Volume9.http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/article/view/2
368/0. ( Diakses pada tanggal 29 Maret 2022 pukul 17.23)

14
EVALUASI

Essay

1. Apa itu media pembelajaran?

Jawaban:

Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 2002: 137). Sedangkan pembelajaran adalah
proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2002: 17). Jadi, media pembelajaran adalah media yang
digunakan pada proses pembelajaran sebagai penyalur pesan antara guru dan siswa
agar tujuan pengajaran tercapai.

2. Sebutkan berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat


pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media menurut Arsyad 1997?

Jawaban:

1. Motivasi

2. Perbedaan Individual

3. Tujuan Pembelajaran

4. Organisasi Isi

5. Persiapan sebelum Belajar

6. Emosi

15
7. Partisipasi

8. Umpan Balik

9. Penguatan (Reinforcement)

10. Latihan dan Pengulangan

11. Penerapan

3. Jelaskan enam jenis dasar dari media pembelajaran menurut Heinich dan Molenda
(2005)?

Jawaban:

1. Teks

Merupakan elemen dasar bagi menyampaikan suatu informasi yang mempunyai


berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya memberi daya tarik dalam
penyampaian informasi.

2. Media Audio

Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan membantu meningkatkan


daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik,
atau rekaman suara dan lainnya.

3. Media Visual

Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual seperti gambar/foto,


sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan buletin dan lainnya.

4. Media Proyeksi Gerak

Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang, program TV, video kaset (CD, VCD,
atau DVD).

5. Benda-benda Tiruan (Miniatur)

16
Seperti benda-benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan diraba oleh siswa. Media
ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik obyek maupun situasi sehingga proses
pembelajaran tetap berjalan dengan baik.

6. Manusia

Termasuk di dalamnya guru, siswa, pakar atau ahli di bidang tertentu.

4. Jelaskan 3 kelebihan kemampuan media!

Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan


kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian
dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat
diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua,
kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau
kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya
diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang
penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau
audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya
siaran TV atau Radio

5. Sebutkan prinsip penggunaan media pembelajaran!

Jawaban:

1. Setiap media memiliki kelebihan dan kekurangan.

2. Gunakan media seperlunya, jangan berlebihan.

3. Penggunaan media mampu mengaktifkan pelajar.

4. Pemanfaatan media harus terencana dalam program

pembelajaran.

5. Hindari penggunaan media yang hanya sekadar mengisi waktu.

6. Perlu persiapan yang cukup sebelum menggunakan media.

17
Pilihan Ganda

1. Agar pengembangan program pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus di

sekolah dapat berjalan efektif, maka beberapa unsur yang harus dipertimbangkan,

kecuali…

a. tujuan dan sasaran yang akan di capai

b. materi dan lembar kegiatan

c. tingkat kompetensi yang di miliki siswa saat ini

d. perbedaan kemampuan anak

2. di dalam menentukan kemampuan ideal yang harus dikuasai siswa, salah satu ajuan

nya adalah…

a. pencapaian tujuan pembelajaran

b. rencana pembelajaran yang dibuat

c. hasil evaluasi belajar sebelumnya

d. standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK dan KD)

3. untuk memenuhi semau mata pembelajaran program kekhususan anak

berkebutuhan khusus adalah….

a. memahami setiap ABK sebagai individu yang memiliki keunikan

b. orientasi pembelajaran bertitik tolak pada anak (child center learning)

c. pembelajaran yang aktif, kooperatif, kreatif, dan efektif

d. semua benar

4. untuk menentukan bahan ajar yang relevan dengan pembelajaran anak

berkebutuhan khusus meliputi…

18
a. menyusun SKKD

b. membuat silabus

c. membuat jaringan tema

d. semua benar

5. dalam mengajar guru sering menggunakan media yang sedapat mendekati

benda aslinya, keadaan ini sesuai dengan prinsip…

a. model

b. keperagaan

c. pengalaman langsung

d. kebermagnaan

19

Anda mungkin juga menyukai