Anda di halaman 1dari 22

Nama : Farisa Yasmin Taufik

NIM : P17320121418

Kelas : 1 C

Resume Bahaya Penggunaan/Pemberian Obat pada Pasien

1. Prosedur Pemberian Obat

A. Konsep dan Teknik Pemberian Obat Melalui Oral, Sublingual dan Bukal
1. Pemberian Obat Melalui Oral
Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati, dan
mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
a. Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat dan tempatnya.
3) Air minum dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu,
dan tepat tempat.
4) Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
- Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka
tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke
tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul
jangan dilepaskan pembungkusnya.
- Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadian tablet dalam bentuk bubuk dan
campur dengan minuman.
- Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
5) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat
dengan mencatat hasil pemberian obat.
6) Cuci tangan.
2. Pemberian Obat Melalui Sublingual
Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang absorpsinya
baik melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah diberikan sendiri.
Karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan permeabilitas usus tidak
perlu dipikirkan.
a. Persiapan
Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Memberikan obat kepada pasien.
4) Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga
terlarut seluruhnya.
5) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara
selama obat belum terlarut seluruhnya.
6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat
dengan mencatat hasil pemberian obat.
7) Cuci tangan.
3. Pemberian Obat Melalui Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan cara meletakkan obat
diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi. Tujuannya yaitu mencegah efek
lokal dan sistemik, untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan
secara ora, dan untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar.
c. Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
d. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Memberikan obat kepada pasien.
4) Memberitahu pasien agar meletakkan obat diantara gusi dan selaput mukosa pipi
sampai habis diabsorbsi seluruhnya.
5) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara
selama obat belum terlarut seluruhnya.
6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat
dengan mencatat hasil pemberian obat.
7) Cuci tangan.

B. Menyiapkan Obat Dari Ampul Dan Vial


1. Menyiapkan obat ampul
a. Persiapan alat
1) Catatan pemberian obat atau kartu obat
2) Ampul obat sesuai resep
3) Spuit dan jarum yang sesuai
4) Jarum steril ekstra (bila perlu)
5) Kapas alcohol
6) Kassa steri
7) Baki obat
8) Gergaji ampul (bila perlu)
9) Label obat
10) Bak spuit
11) Bengkok
b. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan obat dari ampul
1) Pertahankan sterilitas spuit, jarum dan obat ketika mempersiapkan obat dengan
menggunakan prinsip steril
2) Buang bekas ampul pada tempat khusus setelah dibungkus dengan kertas tissue
c. Prosedur kerja
1) Cuci tangan
2) Siapkan alat-alat
3) Periksa label obat dengan catatan pemberian obat sesuai dengan prinsip 5 benar
yaitu benar nama pasien, benar nama obat, benar dosis obat, benar cara
pemberian obat, dan benar waktu pemberian obat
4) Lakukan penghitungan dosis sesuai dengan yang dibutuhkan
5) Pegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan cara melentikkan
jari tangan pada leher ampul beberapa kali atau dengan cara memutar ampul
dengan tangan searah jarum jam
6) Letakkan kassa steril diantara ibu jari tangan dengan ampul, kemudian patahkan
leher ampul kearah menjauhi tenaga kesehatan dan orang sekitar
7) Buang leher ampul pada tempat khusus
8) Buka penutup jarum spuit, kemudian masukkan jarum ke dalam ampulntepat di
bagian tengah ampul
9) Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dengan dosis yang diperlukan
10) Jika terdapat gelembung udara dalam spuit harus dikeluarkan terlebih dahulu
11) Periksa kembali jumlah larutan dalam spuit, bandingkan dengan volume yang
dibutuhkan
12) Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat
13) Bila perlu ganti jarum spuit yang baru, jika obat dapat mengiritasi kulit
14) Beri label spuit dengan label obat yang sesuai
15) Tempatkan spuit dalam bak spuit, kapas alcohol dan kartu obat diatas baki
16) Buang dan simpan kembali peralatan yang diperlukan
17) Cuci tangan
2. Menyiapkan obat vial
a. Peralatan
1) Catatan pemberian obat atau kartu obat
2) Spuit dan jarum yang sesuai
3) Vial obat sesuai resep
4) Jarum steril ekstra (bila perlu)
5) Kapas alcohol
6) Baki obat
7) Label obat
8) Bak spuit
9) Bengkok
b. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyiapkan obat dari vial
1) Jika obat perlu dicampurkan, ikuti petunjuk dalam vial
2) Pertahankan kesterilan spuit, jarum dan obat saat menyiapkannya
3) Perlu pencahayaan yang baik saat menyiapkan obat ini
c. Prosedur kerja
1) Cuci tangan
2) Siapkan peralatan
3) Periksa label vial dengan catatan atau kartu obat sesuai prinsip 5 benar
4) Hitung dosis yang diperlukan. Bila perlu rotasikan cairan yang ada dalam vial
dengan menggunakan tangan agar tercampur sempurna. Tidak boleh mengocok
larutan dalam vial karena dapat menyebabkan larutan menjadi berbuih.
5) Buka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh bagian karetnya
6) Usap bagian karet tersebut dengan kapas alcohol
7) Buka tutup jarum
8) Masukkan udara ke dalam spuit sesuai dengan jumlah obat yang dibutuhkan
9) Dengan hati-hati masukkan jarum secara tegak lurus tepat di tengah-tengah karet
dari vial dan ujung jarum dijaga di atas permukaan obat.
10) Aspirasi sejumlah obat yang diperlukan sesuai dosis dengan menggunakan salah
satu metode di bawah ini:
- Pegang vial menghadap ke atas, gerakkan ujung jarum ke bawah hingga
berada pada bagian bawah cairan obat. Kemudian tarik plunger hingga spuit
terisi cairan obat sesuai dengan dosis yang diperlukan. Hindari untuk
menghisap tetes terakhir dari vial.
- Pegang vial menghadap ke bawah (terbalik), pastikan ujung jarum berada di
bawah cairan obat dan secara bertahap aspirasi cairan obat sesuai dengan
dosis yang diperlukan.
11) Bila terdapat udara pada bagian atas spuit, maka keluarkan udara yang ada dalam
spuit tersebut ke dalam vial
12) Pada saat volume obat dalam spuit sudah tepat, maka cabut jarum dari vial dan
tutup jarum dengan penutup jarum
13) Jika masih terdapat gelembung dalam spuit:
- Pegang spuit secara vertical, dengan jarum menghadap ke atas.
- Tarik plunger ke bawah dan jentikkan spuit dengan jari.
- Dorong plunger perlahan ke atas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga agar
tidak mengeluarkan larutan.
14) Periksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit, bandingkan dengan volume
yang dibutuhkan
15) Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat yang sesuai
16) Ganti jarum spuit yang baru
17) Beri label spuit dengan label obat yang sesuai
18) Tempatkan spuit (dalam bak spuit), kapas alkohol, dan kartu obat di atas baki
19) Buang atau simpan kembali peralatan yang tidak diperlukan Mencuci tangan

C. Konsep dan Teknik Pemberian Obat Melalui Intervena (Selang IV), Intracutan (IC),
Subcutan (SC), dan Intramuscular (IM)
1. Pemberian Obat Melalui Intervena (selang IV)
a. Alat dan bahan :
1) Spuit dan jarum sesuai ukuran
2) Obat dalam tempatnya
3) Selang intravena
4) Kapas alcohol
b. Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5) Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6) Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian
tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
7) Setelah selesai tarik spuit.
8) Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9) Cuci tangan
10) Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya
2. Pemberian Obat Melalui Jaringan Intrakutan (IC)
Memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dilakukan sebagai tes
reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan
intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis. Secara umum, dilakukan pada
daerah lengan, tangan bagian ventral.
a. Persiapan Alat dan Bahan:
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat dalam tempatnya.
3) Spuit 1 cc / spuit insulin.
4) Kapas alkohol dalam tempatnya.
5) Cairan pelarut.
6) Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit).
7) Bengkok.
8) Perlak dan alasnya.
b. Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan ada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan panjang,
buka dan ke ataskan.
4) Pasang perlak / pengalas di bawah bagian yang disuntik.
5) Ambil obat untuk tes alergi, kemudian larutkan / encerkan dengan akuades
(cairan pelarut). Selanjutnya, ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai ±1 cc. Lalu
siapkan pada bak injeksi atau steril.
6) Desinfeksi dengan kapas alkoho pada daerah yang akan disuntik.
7) Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri.
8) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas yang sudutnya 15-20
terhadap permukaan kulit.
9) Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.
10) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan massage.
11) Cuci tangan.
12) Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat / tes obat, tanggal, waktu, dan jenis
obat.
3. Pemberian Obat Melalui Jaringan Subcutan (SC)
Pemberian obat melalui suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan
atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah
sekitar umbilikus (abdomen). Umumnya, pemberian obat melalui jaringan subkutan ini
dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar
gula darah. Terdapat dua tipe larutan insulin yang diberikan, yaitu jernih dimaksudkan
sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin reguler). Larutan yang keruh termasuk tipe
lambat karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi obat.
a. Persiapan Alat dan Bahan:
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat dalam tempatnya.
3) Cairan pelarut.
4) Bak injeksi.
5) Bengkok.
6) Perlak dan alasnya.
b. Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Bebaskan daerah yang disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apabila
menggunakan baju, maka dibuka atau dikeataskan.
4) Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan siberikan. Setelah
itu, tempatkan pada bak injeksi.
5) Desinfeksi dengan kapas alcohol
6) Tegakkan dengan tangan kiri (daerh yang akan dilakukan suntikan subkutan).
7) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas, yang sudut 45o dengan
permukaan kulit.
8) Lakukan aspirasi. Bila tidak ada daerah, semprotkan obat perlahan-lahan hingga
habis.
9) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Masukan spuit yang telah dipakai 
ke dalam bengkok.
10) Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis/dosis obat.
11) Cuci tangan.
4. Pemberian Obat Melalui intramuscular (IM)
Memberikan obat melalui intramaskular merupakan pemberian obat dengan
memasukannya kedalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat dilakukan di
dorsogluteal (posisi tengkurak), ventrogluteal (posisi berbaring), vastus lateralis (daerah
paha), atau deltoid (lengan atas). Tujuannya agar absorsi obat dapat lebih cepat.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat dalam tempatnya.
3) Spuit dan jarum yang sesuai dengan ukuran: untuk orang dewasa, panjangnya
2,5-3,75 cm sedangkan untuk anak, panjangnya 1,25-1,5 cm.
4) Kapas alcohol dalam tempatnya.
5) Cairan pelarut.
6) Bak injeksi.
7) Bengkok.
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Ambil obat kemudian masuk kedalam spuit sesuai dengan dosis. Setelah itu,
letakan pada bak injeksi.
4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan).
5) Disenfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
6) Lakukan penyuntikan:
- Dorsogluteal, dengan menganjurkan pasien untuk tengkurap dan lututnya di
putar kea rah dalam atau miring. Fleksikan lutut bagian atas dan pinggul,
serta letakan didepan tungkai bawah.
- Ventrogluteal, dengan menganjurkan pasien untuk miring, tengkurap, atau
terlentang. Lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan
dalam keadaan fleksi.
- Vastuslateralis (paha), menganjurkan pasien untuk berbaring telentang
dengan lutut sedikit fleksi.
- Deltoid (lengan atas), dengan menganjurkan pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar dan dengan lengan atas fleksi.
7) Lakukan penusukan menggunakan jarum dengan posisi tegak lurus.
8) Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah, semprotkan
obat secara perlahan-lahan hingga habis.
9) Setelah selesai, ambil spuit dengan menariknya. Tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alkohol, kemudian letakan spuit yang telah digunakan pada
bengkok.
10) Catat reaksi pemberian, jumblah dosis dan waktu pemberian.
11) Cuci tangan.
D. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Secara Topical (Kulit, Mata, Telinga dan
Hidung)
1. Pemberian Obat Pada Kulit
Memberikan obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan mengoleskannya
dikulit yang bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi
iritasi kulit atau mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat bermacam-
macam seperti krim, losion, aerosol dan spray.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya (seperti krim, losion, aerosol dan sray).
2) Pinset anatomis.
3) Kain kasa.
4) Kertas tisu.
5) Balutan.
6) Pengalas.
7) Air sabun, air hangat.
8) Sarung tangan.
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4) Gunakan sarung tangan.
5) Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit
mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6) Berikan obar sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan
dan mengompres.
7) Kalau perlu, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah yang diobati.
8) Cuci tangan.
2. Pemberian Obat Pada Mata
Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau saleb mata digunakan untuk
persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran
refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa saleb.
2) Pipet.
3) Pinset anatomi dalam tempatnya.
4) Korentang dalam tempatnya.
5) Plester.
6) Kain kasa.
7) Kertas tisu.
8) Balutan.
9) Sarung tangan.
10) Air hangat/ kapas pelembab.
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala menegadah dengan posisi perawat disamping
kanan.
4) Gunakan saryng tangan.
5) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata
kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
6) Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari
telunjuk di atas tulang orbita.
7) Teteskn obat mata diatas sakus kunjungtiva. Stelah tetesan selesai sesuai dengan
dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan berlahan-lahan, apabila
menggunakan obat tetes mata.
8) Apabila obat mata jenis saleb, pengang aplikasi saleb diatas pinggir kelopak
mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak
mata bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat kebawah, secara
bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk
memejamkan mata dan merenggangkan kelopak mata.
9) Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10) Cuci tangan.
11) Catat obat, jumblah, waktu dan tempat pemberian.
3. Pemberian Obat pada Telinga
Memberika obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes telinga atau salep. Pada
umumnya, obat tetes telinga dapat berupa obat antibiotic diberikan pada gangguan infeksi
telinga, khususnya otitis media pada telinga tengah.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya.
2) Penetes.
3) Speculum telinga.
4) Pinset anatomi dalam tempatnya.
5) Korentang dalam tempatnya.
6) Plester.
7) Kain kasa.
8) Kertas tisu.
9) Balutan.
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan digunakan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan
daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
4) Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/kebelakang pada
orang dewasa dan kebawah pada anak-anak.
5) Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah tetesan sesuai
dosis pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara.
6) Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukan atau oleskan salep
pada liang telinga.
7) Pertahankan posisi kepala ±2-3 menit.
8) Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu.
9) Cuci tangan.
10) Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.
4. Pemberian Obat Pada Hidung
Memberikan obat tetes pada hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan
keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya.
2) Pipet.
3) Speculum hidung.
4) Pinset anatomi dalam tempatnya.
5) Korentang dalam tempatnya.
6) Plester.
7) Kain kasa.
8) Kertas tisu.
9) Balutan
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dijalankan.
3) Atur posisi pasien dengan cara:
- Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
- Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
- Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
5) Berikan tetesan obat sesuan dengan dosis pada tiap lubang hidung.
6) Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit.
7) Cuci tangan.
8) Catat cara, tanggal, dan dosis pemberian obat.

E. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Melalui Anus / Rectum dan Vagina
1. Pemberian Obat Melalui Rectum
Memberikan obat melalui rectum merupakan pemberian obat dengan memasukan
obat melalui anus dan kemudian raktum, dengan tujuan memberikan efek local dan
sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat Supositotia yang bertujuan
untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah fases, dan
merangsang buang air besar.
Pemberian obat yang memiliki efek lokal, seperti Dulcolac Supositoria, berfungsi
untuk meningkatkan defekasi secara lokal. Pemberian obat dengan efek sistemik, seperti
obat Aminofilin Supositoria, berfungsi mendilatasi Bronkhus. Pemberian obat Supositoria
ini diberikan tepat pada dinding Rektal yang melewati sphincter ani interna. Konta
indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat Supositoria dalam tempatnya.
2) Sarung tangan.
3) Kain kasa.
4) Vaseline/pelican/pelumas.
5) Kertas tisu.
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Gunakan satung tangan.
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5) Oleskan pelicin pada ujung oabat Supositoria.
6) Regangkan glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukan Supositiria secara
berlahan melalui anus, Sphincher ana interna, serta mengenai dinding rectal ± 10
cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
7) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
8) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama ± 45 menit.
9) Setelah selesai, lepaskan sarung tangan kedalam bengkok
10) Cuci tangan.
11) Catat obat, jumblah dosis, dan cara pemberian.
2. Pemberian Obat Melalui Vagina
Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan memasukkan obat melalui
vagina, yang bertujuan untun mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina
atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang digunakan untuk
mengobati infeksi lokal.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya.
2) Sarung tangan
3) Kain kasa
4) Kertas tisu
5) Kapas sublimat dalam tempatnya.
6) Pengalas
7) Korentang dalam tempatnya
b. Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Gunakan sarung tangan
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa
5) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
6) Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumbert
7) Apabila jenis obat Supositoria, maka buka pembungkus dan berikan pelumas
pada obat
8) Renggangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang
dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
9) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orivisium dan labia dengan tisu
10) Anjurkan untuk tetap dalam posisi selama ±10 menit agar obat bereaksi.
11) Cuci tangan
12) Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.

F. Konsep dan Teknik Pemberian Obat Melalui Wadah Cairan Intravena


Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam
wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan
mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
1. Alat dan bahan :
a. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
b. Obat dalam tempatnya
c. Wadah cairan ( kantong / botol )
d. Kapas alcohol dalam tempatnya
2. Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan
ke ataskan
d. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong
e. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran.
f. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian
tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong / wadah cairan.
g. Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong cairan dengan
perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
h. Periksa kecepatan infus.
i. Cuci tangan
j. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pmberian obat

2. Prinsip 12 Benar dalam Pemberian Obat

Prinsip Pemberian Obat Kepada Pasien. Perawat bertanggungjawab terhadap


keamanan pasien dalam pemberian terapi, oleh karena itu dalam memberikan obat,
seorang perawat harus melakukan tujuh hal yang benar : klien yang benar, obat yang
benar, dosis yang benar, waktu yang benar, rute yang benar, dan dokumentasi yang
benar serta informasi yang benar.

1. Benar Pasien

Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara
mencocokkan program pengobatan pada pasien, nama, nomor register, alamat untuk
mengidentifikasi kebenaran obat. Hal ini penting untuk membedakan dua klien dengan nama yang
sama, karena klien berhak untuk menolak penggunaan suatu obat, dan klien berhak untuk
mengetahui alasan penggunaan suatu obat.

2. Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generik dan pasien harus mendapatkan informasi tersebut
atau menghubungi apoteker untuk menanyakan nama generik dari nama dagang obat yang asing.
Jika pasien meragukan obatnya, maka perawat harus memeriksanya lagi dan perawat harus
mengingat nama dan obat kerja dari obat yang diberikan. Sebelum mempersiapkan obat ke
tempatnya, perawat harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu saat
mengembalikan obat ke tempat penyimpanan, saat obat diprogramkan, dan ketika memindahkan
obat dari tempat penyimpanan obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi.

3. Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan agar perhitungan obat benar untuk diberikan
kepada pasien maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti
alat untuk membelah tablet, spuit atau sendok khusus, gelas ukur, obat cair harus dilengkapi alat
tetes. Beberapa hal yang harus diperhatikan:

a. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

b. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan dengan
mempertimbangkan berat badan klien (mg/BB/hari), dosis obat yang diminta/diresepkan, dan
tersedianya obat. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat
lain.

c. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.

d. Dosis yang diberikan kepada klien sesuai dengan kondisi klien

Rute Pemberian Obat

4. Benar Cara Pemberian

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda dan rute obat yang diberikan diantaranya
inhalasi, rektal, topikal, parenteral, sublingual, peroral. Faktor yang menentukan pemberian rute
terbaik ditentukan oleh tempat kerja obat yang diinginkan, sifat fisik dan kimiawi obat, kecepatan
respon yang diinginkan, dan keadaan umum pasien.
a. Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan yang memiliki epitel untuk absorpsi
yang sangat luas sehingga berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya.

b. Rektal yaitu pemberian obat melalui rektum yang berbentuk enema atau supositoria yang
memiliki efek lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral. Pemberian rektal
dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti pasien yang tidak sadar/kejang (stesolid supp),
hemoroid (anusol), konstipasi (dulcolax supp).

c. Topikal yaitu pemberian obat melalui membran mukosa atau kulit misalnya tetes mata, spray,
krim, losion, salep.

d. Parenteral yaitu pemberian obat yang tidak melalui saluran cerna atau diluar usus yaitu melalui
vena (perinfus/perset).

e. Oral adalah rute pemberian obat yang paling banyak dipakai karena aman, nyaman, dan
ekonomis dan obat juga dapat diabsorpsi melalui rongga mulut seperti Tablet ISDN.

5. Benar Waktu

Untuk dapat menimbulkan efek terapi dari obat dan berhubungan dengan kerja obat itu sendiri,
maka pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan. Beberapa hal
yang harus diperhatikan sesuai dengan prinsip benar waktu yaitu:

a. Perawat bertanggung jawab untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk
pemeriksaan diagnostik seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.

b. Memberikan obat-obat yang dapat mengiritasi mukosa lambung seperti aspirin dan kalium
bersama-sama dengan makanan.

c. Pemberian obat juga diperhatikan apakah bersama-sama dengan makanan, sebelum makan, atau
sesudah makan.

d. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (T ½). Obat yang memiliki waktu paruh
pendek diberikan beberapa kali sehari dengan selang waktu tertentu, sedangkan obat yang
memiliki waktu paruh panjang diberikan sehari sekali.
e. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari untuk mempertimbangkan kadar
obat dalam plasma tubuh. Misalnya dua kali sehari, tiga kali sehari, empat kali sehari, atau enam
kali sehari.

f. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

6. Benar Dokumentasi

Pemberian obat harus sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Perawat harus
selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien
terhadap pengobatan. Perawat harus mendokumentasikan kepada siapa obat diberikan, waktunya,
rute, dan dosis setelah obat itu diberikan

7. Benar Evaluasi

Setelah pemberian obat, perawat selalu memantau atau memeriksa efek kerja obat kerja tersebut

8. Benar Pengkajian

Sebelum pemberian obat, perawat harus selalu memeriksa tanda-tanda vital (TTV).

9. Benar Reaksi dengan Obat Lain

Pada penyakit kritis, penggunaan obat seperti omeprazol diberikan dengan chloramphenicol.

10. Benar Reaksi Terhadap Makanan

Pemberian obat harus memperhatikan waktu yang tepat karena akan mempengaruhi efektivitas
obat tersebut. Untuk memperoleh kadar yang diperlukan, ada obat yang harus diminum setelah
makan misalnya Indometasin dan ada obat yang harus diminum sebelum makan misalnya
Tetrasiklin yang harus diminum satu jam sebelum makan.

11. Hak Klien Untuk Menolak

Perawat harus memberikan “inform consent” dalam pemberian obat dan klien memiliki hak untuk
menolak pemberian obat tersebut
12. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien

Perawat memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan pendidikan kesehatan khususnya yang


berkaitan dengan obat kepada pasien, keluarga pasien, dan masyarakat luas diantaranya mengenai
perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit,
interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, efek samping dan reaksi yang merugikan
dari obat, hasil yang diharapkan setelah pemberian obat, alasan terapi obat dan kesehatan yang
menyeluruh, penggunaan obat yang baik dan benar, dan sebagainya.

3. Bahaya Obat/Efek Samping Obat/Adverse drug reaction


a) Hipersensitivitas
Peningkatan aktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah
dipajankan atau dikenal sebelumnya. Respon imun, baik nonspesifik maupun
spesifik biasanya menguntungkan bagi tubuh, berfungsi protektif terhadap infeksi
atau pertumbuhan kanker, tetapi dapat pula menimbulkan hal yang tidak
menguntungkan bagi tubuh seperti reaksi hipersensitivitas tersebut. Komponen–
komponen sistem imun yang berperan pada fungsi proteksi adalah sama dengan
yang menimbulkan reaksi hipersensitivitas.

b) Alergi
Alergi adalah reaksi hipersentivitas yang diperantarai oleh mekanisme
imunologi. Pada keadaan normal mekanisme pertahanan tubuh baik humoral
maupun selular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh
antigen atau gangguan mekanisme ini akan menimbulkan suatu keadaan
imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas. Hipersensitivitas sendiri
berarti gejala atau tanda yang secara objektif dapat ditimbulkan kembali dengan
diawali oleh pajanan terhadap suatu stimulus tertentu pada dosis yang ditoleransi
oleh individu yang normal. Menurut Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas
dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu tipe I, II, III dan IV. Reaksi hipersensitivitas tipe I
yang disebut juga reaksi anafilaktik atau reaksi alergi.

c) Toleransi
Suatu fenomena berkurangnya respon terhadap dosis obat yang sama. Untuk
memperoleh respon yang sama perlu dosisnya diperbesar.
Ada tiga macam toleransi:
1. Toleransi primer, ialah toleransi bawaan yang terdapat pada sebagian orang dan
binatang.
2. Toleransi sekunder, ialah toleransi yang diperoleh akibat penggunaan obat yang
sering diulangi.
3. Toleransi silang. ialah toleransi yang terjadi akibat penggunaan obat-obat yang
mempunyai struktur kimia yang serupa, dapat pula terjadi antara zat zat yang
berlainan, misalnya alkohol dan barbital

d) Habituasi
Suatu gejala ketergantungan psikhologik terhadap suatu obat (psychological
dependence). Menurut WHO:
1. selalu ingin menggunakan obat.
2. tanpa atau sedikit kecenderungan untuk menaikkan dosis.
3. timbul beberapa ketergantungan psikis.
4. memberi efek yang merugikan pada suatu individu.
Habituasi terjadi melalui beberapa cara, yaitu:
1. Induksi enzim, yaitu obat menstimulasi suatu enzim untuk menguraikan obat
tersebut.
2. Reseptor-reseptor sekunder, yang dibentuk khusus oleh obat tertentu misalkan
Morfm.
3. Penghambatan resorpsi pada penggunaan obat per oral.

e) Adiksi
Suatu gejala ketergantungan psikhologik dan lisis terhadap obat. Menurut WHO:
1. ada dorongan untuk selalu menggunakan suatu obat.
2. ada kecenderungan untuk menaikkan dosis.
3. timbul ketergantungan psikis dan biasanya diikuti ketergantungan fisik.
4. merugikan terhadap individu maupun masyarakat.

f) Toksisitas
Segala hal yang memiliki efek berbahaya dari zat kimia atau obat pada organisme
target. Dapat juga diartikan sebagai tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan
terhadap organisme.

g) Interaksi antarobat
Saling pengaruh antar obat sehingga terjadi perubahan efek. Dalam tubuh, obat
mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat dikeluarkan lagi dari tubuh.
Prosesnya meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi.

Anda mungkin juga menyukai