Anda di halaman 1dari 50

PSAK Ringkasan 1

Kelompok D
● Yudha Rahadian
● Satria Bagus Wijayana
● Regita
● Myla Galuh Saumi
PSAK 13: PROPERTI INVESTASI
Definisi
● Properti Investasi adalah:
○ properti (tanah atau bangunan—atau bagian dari bangunan—atau keduanya) yang dikuasai (oleh
pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai,
atau kedua-duanya, dan tidak untuk:
■ Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif;
atau
■ Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari
Pengakuan
● Properti Investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika
○ Manfaat ekonomik terkait Properti Investasi kemungkinan besar akan mengalir ke entitas di masa
depan, dan
○ Biaya Perolehan Properti dapat diukur dengan andal
Pengukuran
Pengukuran Saat Pengakuan

● Properti investasi diukur sebesar Biaya Perolehan ditambah Biaya Transaksi


● Biaya Perolehan awal dari hak atas properti yang dikuasai dengan cara sewa
(mengacu pada PSAK 30), diakui pada jumlah yang lebih rendah antara
○ Fair value
○ Current value pembayaran sewa minimum
Pengukuran
Pengukuran Setelah Pengakuan

Model Nilai Wajar Model Biaya

● Mengacu pada PSAK 68 ● Diukur sesuai PSAK 16


○ Mencerminkan penghasilan rental dari sewa ● Jika memenuhi kriteria untuk menggunakan
dan asumsi lain
○ Hak atas properti sewaan diukur kembali jika PSAK 58, dapat menggunakan PSAK 58
perlu
○ Tidak dapat diukur secara andal apabila
perubahan rentang nilai wajar sangat besar &
probabilitas berbagai hasil sulit dinilai
● Jika tidak mampu diukur secara andal, maka
dapat menggunakan Model Biaya sesuai PSAK
16
○ Nilai Residu dinolkan
Pengungkapan
● Dilakukan berdasarkan Model Pengukuran yang digunakan
○ Jika menerapkan Nilai Wajar
■ Klasifikasi & pencatatan dilakukan melihat apa dan bagaimana
● Jika sulit untuk diklasifikasi, kriteria yang digunakan adalah untuk membedakan Properti
Investasi dari Properti yang digunakan sendiri dengan Properti yang dimiliki untuk dijual
dalam kegiatan usaha sehari-hari
■ Sejauh mana penentuan nilai wajar Properti Investasi didasarkan pada appraisal dari appraiser
profesional & relevan. Jika tidak ada penilaian, maka diungkapkan:
● Jumlah yang diakui dalam laba rugi terkait
○ Penghasilan rental dari properti investasi
○ Beban operasi langsung yang timbul dari Properti Investasi
○ Perubahan kumulatif dalam nilai wajar
● Keberadaan dan jumlah pembatasan atas kemampuan realisasi Properti Investasi
● Kewajiban kontraktual
Pengungkapan: yang Diungkapkan
Nilai Wajar Nilai Biaya
● Rekonsiliasi antara jumlah tercatat properti ● Metode Penyusutan yang digunakan
investasi pada awal dan akhir periode ● Masa manfaat atau tarif penyusutan
● Ketika penilaian disesuaikan secara signifikan ● Jumlah tercatat bruto dan akumulasi
untuk tujuan pelaporan, maka entitas tersebut penyusutan pada awal & akhir periode
mengungkapkan rekonsiliasi antara penilaian ● Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan
tersebut dan penilaian yang telah disesuaikan akhir periode
yang dilaporkan dalam laporan keuangan, ● Nilai wajar properti investasi dalam kasus
dengan menunjukkan secara terpisah jumlah “dikecualikan”
agregat dari pengakuan kewajiban sewa yang
telah ditambahkan kembali, dan penyesuaian
signifikan lain.
ISAK 31: INTERPRETASI ATAS RUANG LINGKUP
PSAK 13: PROPERTI INVESTASI
Latar Belakang
● PSAK 13: Properti Investasi bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk
Properti Investasi
● Terdapat model bisnis berkembang di mana entitas memiliki aset selain tanah dan
bangunan yang digunakan untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai
Interpretasi
● Bangunan menurut definisi Properti Investasi adalah struktur berkarakteristik fisik
yang diasosiasikan dengan suatu bangunan.
○ Karakteristik fisik adalah dinding, lantai, dan atap yang melekat pada aset tersebut
PSAK 14: PERSEDIAAN
Definisi
● Persediaan adalah aset yang
○ Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
○ Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
○ Bahan atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa
Pengakuan Sebagai Beban
● Jika dijual, maka jumlah tercatat diakui sebagai beban pada periode di mana
pendapatan atas penjualan tersebut diakui.
● Penurunan nilai di bawah nilai perolehan menjadi nilai realisasi neto. Seluruh
kerugian diakui sebagai beban pada periode terjadinya kerugian tersebut.
● Pemulihan kembali dari penurunan nilai karena ada peningkatan nilai realisasi neto
diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban pada periode pemulihan
tersebut
Pengukuran
● Biaya Persediaan diukur pada mana yang lebih rendah antara biaya perolehan
dengan nilai realisasi neto.
● Biaya perolehan terdiri dari
○ Biaya Pembelian,
○ Biaya Konversi, dan
○ Biaya Lain-lain.
Pengukuran Biaya Pembelian
● Biaya-biaya yang secara langsung
dapat diatribusikan pada perolehan

Biaya Persediaan

Biaya Konversi
● Biaya yang secara langsung terkait
Persediaan

dengan unit yang diproduksi, termasuk


overhead

Biaya Lain-lain
● Biaya yang termasuk dalam biaya
persediaan hanya agar persediaan
berada dalam kondisi dan lokasi kini
Nilai Realisasi Neto
Pengungkapan
Yang diungkapkan adalah
● Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran, termasuk rumus biaya yang
digunakan
● Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi
entitas
● Jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
● Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan
● Jumlah setiap penurunan nilai
● Jumlah dari setiap pemulihan nilai
● Keadaan atau peristiwa yang menyebabkan terjadinya pemulihan
● Jumlah tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan liabilitas
PSAK 16: ASET TETAP
Definisi

Aset tetap adalah aset yang berwujud, yang:


● Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif.
● Diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode.
Pengakuan
Biaya perolehan aset tetap diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
● Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi
masa depan dari aset tersebut
● Biaya perolehan dapat diukur secara andal

Entitas merevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan ini terhadap


seluruh biaya perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya
tersebut termasuk biaya awal untuk memperoleh atau
mengkonstruksi aset tetap dan biaya selanjutnya yang timbul untuk
menambah, mengganti bagian atau memperbaikinya.
Pengukuran Awal
Aset tetap yang memenuhi kualifikasi pengakuan sebagai aset
diukur pada biaya perolehan
Biaya perolehan meliputi:
● Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak
pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi
diskon dan potongan lain.
● Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung.
● Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset
tetap dan restorasi lokasi aset tetap
Pengukuran Selanjutnya

Model biaya Model revaluasi


Setelah pengakuan sebagai Nilai wajar pada tanggal revaluasian
aset, aset tetap dicatat pada dikurangi akumulasi penyusutan dan
biaya perolehan dikurangi akumulasi penurunan nilai setelah tanggal
akumulasi penyusutan dan revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan
akumulasi rugi penurunan keteraturan yang cukup reguler untuk
nilai. memastikan bahwa jumlah tercatat tidak
berbeda secara material dengan jumlah
yang ditentukan dengan menggunakan nilai
wajar pada akhir periode pelaporan.
Penyajian
Laporan keuangan mengungkapkan untuk setiap kelompok aset tetap
● Dasar pengukuran yang digunakan.
● Metode penyusutan.
● Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan.
● Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan.
● Rekonsiliasi jumlah tercatat.
● Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik dan aset tetap
yang dijaminkan untuk liabilitas.
● Jumlah pengeluaran yang diakui dalam aset tetap dalam konstruksi.
● Jumlah komitmen kontraktual untuk memperoleh aset tetap.
● Jumlah kompensasi dari pihak ketiga dari aset tetap.
ISAK 36: INTERPRETASI ATAS INTERAKSI ANTARA
KETENTUAN MENGENAI HAK ATAS TANAH DALAM
PSAK 16: ASET TETAP
Latar Belakang
● PSAK 16: Mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, memberikan informasi terkait
investasi entitas di aset tetap dan perubahannya.

● Penentuan perlakuan akuntansi skema hak atas tanah yang bersifat sekunder sebagai
pembelian aset tetap atau sebagai sewa (sejak berlakunya PSAK 73 pada 1 Januari
2020).
Interpretasi
● Jika suatu ketentuan kontraktual memberikan hak yang secara substansi menyerupai
pembelian aset tetap, maka hak tersebut dicatat sesuai dengan PSAK 16.

● Jika suatu hak atas tanah memberikan hak yang secara secara substansi
merepresentasikan pembelian aset tetap, maka entitas akan menerapkan ketentuan
dalam PSAK 16, termasuk aturan tentang nilai tanah yang pada umumnya tidak
mengalami depresiasi atau penyusutan.
PSAK 26: BIAYA PINJAMAN
Definisi
Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lain yang ditanggung entitas sehubungan
dengan peminjaman dana.
Biaya pinjaman dapat mencakup:
● Beban bunga yang dihitung menggunakan metode suku bunga efektif;
● Beban keuangan dalam sewa pembiayaan;
● Selisih kurs yang berasal dari pinjaman dalam mata uang asing sepanjang
selisih kurs tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga.
Bergantung pada keadaan, aset berikut dapat menjadi aset kualifikasian:
❏ Persediaan;
❏ Pabrik;
❏ Fasilitas pembangkit listrik;
❏ Aset takberwujud;
❏ Properti investasi.
Pengakuan
❏ Entitas mengkapitalisasi biaya pinjaman yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan perolehan,
konstruksi, atau pembuatan aset kualifikasian sebagai
bagian dari biaya perolehan aset tersebut.

❏ Biaya pinjaman tersebut dikapitalisasi sebagai bagian


biaya perolehan aset ketika kemungkinan besar biaya
pinjaman tersebut menghasilkan manfaat ekonomi
masa depan untuk entitas dan dapat diukur secara
andal.
Pengukuran Awal
Entitas mulai mengkapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian
biaya perolehan aset kualifikasian pada tanggal awal.

Tanggal awal kapitalisasi adalah tanggal ketika entitas pertama


kali memenuhi seluruh kondisi berikut:
● Terjadinya pengeluaran untuk aset;
● Terjadinya biaya pinjaman; dan
● Entitas telah melakukan aktivitas yang diperlukan untuk
mempersiapkan aset agar dapat digunakan atau dijual
sesuai dengan intensinya.
Pengukuran Selanjutnya

Penghentian Sementara Penghentian Kapitalisasi


Kapitalisasi ➢ Penghentian kapitalisasi biaya pinjaman ketika secara
substansial seluruh aktivitas yang diperlukan untuk
Penghentian sementara mempersiapkan aset kualifkasian agar dapat digunakan
kapitalisasi biaya pinjaman atau dijual sesuai dengan intensinya telah selesai.
selama perpanjangan periode
dimana pengembangan aktif ➢ Konstruksi aset kualifikasian diselesaikan per bagian dan
atas aset kualifikasian juga setiap bagian dapat digunakan selama berlangsungnya
dihentikan. konstruksi bagian lain, entitas menghentikan kapitalisasi
biaya pinjaman untuk bagian tersebut ketika aktivitas
untuk menyiapkannya agar dapat digunakan atau dijual
sesuai dengan intensinya selesai secara substansial.
Penyajian

Entitas mengungkapkan:
● Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi selama periode;

● Tarif kapitalisasi yang digunakan untuk menentukan


jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi.
PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk
Dijual dan Operasi yang Dihentikan
Klasifikasi Aset Tidak Lancar (atau Kelompok Lepasan*) yang
Diklasifikasikan sebagai Dimiliki untuk Dijual
Aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual jika jumlah tercatatnya akan
dipulihkan terutama melalui transaksi penjualan daripada melalui pemakaian berlanjut.

Syarat:

o Aset harus berada dalam keadaan segera dapat dijual (kurang dari 1 tahun); dan

o Penjualannya harus mungkin terjadi (highly probable).

Highly probable jika:

1. Berkomitmen terhadap rencana penjualan tersebut

2. Telah memulai program aktif untuk mencari pembeli dan menyelesaikan rencana tersebut

3. Aset harus dipasarkan secara aktif pada harga wajar sesuai dengan harga kininya

4. Diperkirakan memenuhi ketentuan pengakuan sebagai penjualan dalam waktu satu tahun dari tanggal klasifikasi

5. Tidak mungkin terjadi perubahan signifikan atau pembatalan atas rencana tersebut
*Kelompok lepasan = disposal group
Pengukuran Aset Tidak Lancar (Kelompok Lepasan)
● Aset tidak lancar (kelompok lepasan) yang dimiliki untuk dijual atau yang
didistribusikan kepada pemilik diukur pada:
○ nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatat; atau
○ nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual
● Mengakui rugi penurunan nilai dan keuntungan peningkatan nilai wajar
● Tidak boleh menyusutkan (amortisasi) aset tidak lancar yang dimiliki untuk
dijual
● Pada saat aset tidak lancar tersebut dijual, selisih nilai pengukuran dan nilai
perolehan diakui sebagai keuntungan/kerugian pelepasan aset
Pengukuran dan Penyajian serta Pengungkapan
Diukur nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatat Penyajian Aset Tidak Lancar Dimiliki untuk Dijual
● Disajikan pada Statement of Financial Position
atau nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk ● Kelompok terpisah sebagai Aset Dimiliki untuk Dijual
menjual. Tidak ada penyusutan lagi ● Disposal group disajikan terpisah dan tidak boleh
di-net off
● Pengungkapan tentang rencana penjualan

PENGUKURAN AWAL PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

PENGUKURAN SELANJUTNYA PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Nilai terpulihkan adalah tertinggi Penyajian Keuntungan/Kerugian


antara nilai wajar setelah Jika sudah tidak memenuhi kriteria, dihentikan ● Keuntungan/Kerugian penyesuaian nilai & pelepasan
dikurangi biaya menjual atau nilai pengklasifikasiannya dan diukur nilai yang lebih rendah aset disajikan pada Statement of Comprehensive
pakai aset Income
antara nilai tercatat sebelum direklasifikasi atau nilai
terpulihkan pada tanggal dihentikan ● keuntungan/kerugian aset yang pengukuran aset
yang tidak memenuhi kategori dihentikan, disajikan
pada laba/rugi operasi yang dilanjutkan
ISAK 11 : DISTRIBUSI ASET NON KAS
KEPADA PEMILIK
ISAK 11: Latar Belakang & Ruang Lingkup

● Latar Belakang: terkadang perusahaan mendistribusikan aset selain kas kepada pemilik
dalam bentuk dividen. Tidak ada panduan khusus dalam SAK mengenai cara mengukur
distribusi kepada pemilik dalam laporan keuangan
● Ruang Lingkup: ISAK 11 diterapkan untuk:
○ Distribusi aset non-kas (aset tetap,bisnis (PSAK 22), bagian kepemilikan pada entitas
lain atau kelompok lepasan sesuai PSAK 58)
○ Distribusi yg memberikan pilihan kepada pemilik untuk menerima alternatif aset
non-kas atau kas
Interpretasi ini hanya diterapkan atas distribusi yang semua pemilik pada kelas instrumen
ekuitas yang sama diperlakukan sama
Interpretasi Utang Dividen

SAAT PENGUKURAN Akuntansi untuk Mencatat


PENGAKUAN UTANG DIVIDEN Perbedaan antara Nilai Tercatat
UTANG DIVIDEN Aset yang Didistribusikan dan
Nilai Tercatat Utang Dividen
Ketika Entitas Menyelesaikan
Utang Dividen?

Ketika entitas menyelesaikan utang dividen,


bagaimana entitas mencatat perbedaan antara
Bagaimana entitas mengukur utang
nilai tercatat aset yang didistribusikan dan nilai
Kapan entitas mengakui utang dividen? dividen?
tercatat utang dividen?

Diakui pada saat dividen disetujui dan tidak lagi ●Tanggal pada saat dividen diumumkan Ketika entitas menyelesaikan utang dividen, maka
merupakan diskresi entitas ●Distribusi aset non-kas sebagai dividen diukur entitas harus mengakui perbedaan, jika ada, antara
pada “Nilai Wajar” aset yg didistribusikan nilai tercatat aset yang didistribusikan dan nilai
tercatat utang dividen dalam laba rugi.
PSAK 68: PENGUKURAN NILAI WAJAR
Definisi
Nilai Wajar:

● Pengukuran berbasis pasar, tidak spesifik atas suatu entitas.


● Tersedia bagi beberapa aset & liabilitas, tidak tersedia untuk aset & liabilitas lainnya.
● Diukur dengan tujuan untuk mengestimasi harga di mana ada transaksi teratur untuk mengalihkan aset dan
liabilitas dalam kondisi pasar saat ini, pada tanggal pengukuran.
● Definisi ini difokuskan kepada aset dan liabilitas karena keduanya merupakan subjek utama pengukuran
akuntansi.
● Diterapkan ketika Pernyataan lain mensyaratkan atau mengizinkan pengukuran atau pengungkapan mengenai
nilai wajar (dan pengukuran, seperti nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual (fair value less costs to
sell), berdasarkan nilai wajar atau pengungkapan mengenai pengukuran tersebut),
Pengukuran
● Diukur menggunakan asumsi; pihak yang berpartisipasi dalam pasar menentukan
harga aset atau liabilitas berdasarkan kondisi pasar saat itu
● Karakteristik atas aset dan liabilitas khusus yang dipertimbangkan pihak
berpartisipasi dalam pasar saat menentukan harga pada tanggal pengukuran,
termasuk
○ Umur, kondisi dan lokasi aset
○ Restriksi atas penjualan atau penggunaan
● Nilai wajar dapat diperoleh melalui observasi maupun diestimasi menggunakan
penilaian lain
Pengukuran Aset Non-keuangan
Memperhitungkan kemampuan pelaku pasar untuk menghasilkan manfaat ekonomik dengan
menggunakan aset dalam penggunaan tertinggi dan terbaiknya, yang mempertimbangkan:

■ Penggunaan yang secara fisik dimungkinkan (physically possible)


memperhitungkan karakteristik fisik aset
■ Penggunaan yang secara hukum diizinkan (legally permissible)
memperhitungkan adanya pembatasan hukum atas penggunaan aset.
■ Penggunaan yang layak secara keuangan (financially feasible)

melalui penggunaan aset secara terpisah, nilai wajar adalah harga diterima dalam transaksi
menjual aset kepada pelaku pasar yang akan menggunakan secara terpisah.
Pengukuran Liabilitas dan Instrumen Ekuitas milik Entitas Sendiri
Mengasumsikan:
● Liabilitas akan tetap terutang dan pelaku pasar yang menerima pengalihan (transferee)
disyaratkan untuk memenuhi kewajiban tersebut. Liabilitas tidak akan diselesaikan dengan
pihak lawan atau diakhiri pada tanggal pengukuran.
● Instrumen ekuitas milik entitas sendiri akan tetap beredar dan penerima pengalihan akan
mengambil alih hak dan tanggung jawab yang terkait. Instrumen tersebut tidak akan dibatalkan
atau diakhiri pada tanggal pengukuran.
● Jika Quoted Price tidak ada & ada item yang identik dimiliki oleh entitas lain, entitas mengukur
nilai wajar liabilitas atau instrumen ekuitas dari perspektif pelaku pasar yang memiliki item yang
identik sebagai aset pada tanggal pengukuran
Pengakuan
Entitas mengungkapkan informasi yang membantu Yang diungkapkan
pengguna laporan keuangannya untuk menilai kedua hal
sebagai berikut: ● Alasan pengukuran nilai wajar berulang dan tidak
berulang
● untuk aset dan liabilitas yang diukur pada nilai ● Level hirarki nilai wajar
wajar secara berulang (recurring) atau tidak ● Jumlah perpindahan antar hirarki nilai wajar 1 dan
berulang (non-recurring) dalam laporan posisi 2, alasan dan kebijakan akuntansinya.
keuangan setelah pengakuan awal, teknik ● Untuk level 2 dan 3, deskripsi teknik penilaian dan
penilaian dan input yang digunakan untuk input dalam pengukuran.
mengembangkan pengukuran tersebut. ● Level 3, rekonsiliasi saldo awal dan akhir,
● untuk pengukuran nilai wajar yang berulang yang perubahan selama periode, keuntungan kerugian
menggunakan input yang tidak dapat diobservasi yagn direalisasi dan belum direalisasi.
yang signifikan (Level 3), dampak dari pengukuran ● Jika penggunaan teringgi dan terbaik aset non
terhadap laba rugi atau penghasilan komprehensif keuangan berbeda dari penggunaannya, fakta
lain untuk periode tersebut. tersebut harus diungkapkan.
CASE STUDY 1
ISSUE 1: REVALUATION OF LAND
1. PSAK 16: Pada tahun 20X3, perusahaan sudah mengakui aset tetap dalam kelompok
tanah sebesar biaya perolehan awalnya yang diketahui sebesar Rp 15 M.

Pada tahun 20X4, nilai tanah perusahaan direvaluasi menjadi Rp 80 M yang berarti
perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 65 M atas revaluasi tersebut. Jika
satu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama juga
direvaluasi. Kenaikan sebesar Rp 65 M diakui dalam penghasilan komprehensif lain (OCI)
dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi. (Par. 39)

Pada tahun 20X5, nilai tanah perusahaan kembali direvaluasi menjadi Rp 30 M atau
mengalami kerugian sebesar Rp 50 M dari nilai tercatat sebelum dilakukan revaluasi.
Kerugian tersebut mengurangi saldo revaluasi sebesar Rp 50 M. (Par. 40)
ISSUE 1: REVALUATION OF LAND
2. Jurnal
31 Dec 20x3 Land Rp 15 M

Cash Rp 15 M

31 Dec 20x4 Land Rp 65 M

Revaluation Surplus Rp 65 M

31 Dec 20x5 Revaluation Surplus Rp 50 M

Land Rp 50 M
ISSUE 2: INVENTORY
1. kami menyarankan PT vendi untuk mencatat nilai inventory wool sebesar nilai realisasi bersihnya Rp 20 mio, karena dalam
standar akuntansi mengharuskan untuk mencatat inventorynya sesuai dengan nilai terendah dari perbandingan biaya
perolehan (cost) dengan net realisasi bersih. (Par. 9)

Diasumsikan bahwa perusahaan sudah mencatat:

Loss due to decline Rp 15 mio

Inventory Rp 15 mio

berdasarkan dengan nilai inventory yang disajikan pada laporan keuangan sebesar Rp 45 mio.

Jika merujuk pada Paragraf 9 PSAK 14, perusahaan harus menilai inventorynya pada angka yg lebih rendah dari Biaya
Perolehan dan NRV, maka perusahaan harus melakukan penyesuaian nilai inventorynya menjadi sebesar NRV atau Rp 20 mio
dengan mencatat:

Loss due to decline Rp 25 mio

Inventory Rp 25 mio
ISSUE 2: INVENTORY

Inventory Rp 60 mio

Cash Rp 60 mio

Loss due to decline Rp 15 mio

Inventory Rp 15 mio

Loss due to decline Rp 25 mio

Inventory Rp 25 mio

Anda mungkin juga menyukai