Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

DISUSUN OLEH :

ADINDA AMALIA (205030200111069)

REZKYAN KRESNA D. (205030200111072)

CHANDRA FAJAR. A.W (205030200111054)

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

PRODI ADMINISTRASI BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2022
KATA PENGATAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikna makalah yang berjudul “Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan” tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Latifah Hanum, M.S.A, A.K. yang telah
memberikan bimbingan dan teman-teman yang telah memberikan kontribusi dalam
menyelesaikan makalah ini. Berkat bantuan tersebut kami dapat menyelasaikan tugas
makalah ini dengan lancar dan optimal.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka
dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Penulis

2 Maret Malang

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
1.3. Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3
2.1. Definisi Nomor Pokok Wajib Pajak............................................................................................3
2.2. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)................................................................................3
2.3. Definisi Surat Pemberitahuan (SPT)..........................................................................................3
2.4. Tata Cara Pengisian SPT.............................................................................................................3
2.5. Definisi SKP................................................................................................................................3
2.6. Peneriksanaan Pajak..................................................................................................................3
2.7. Penyidikan Pajak........................................................................................................................3
2.8. Keberatan dan Banding dalam Kasus-Kasus..............................................................................4
BAB III....................................................................................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................................................7
KESIMPULAN.........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di Indonesia masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dan masih kesulitan dalam hal
ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang di tetapkan oleh pemerintah. Terkatang
masyarakat mengalami masalah pajak tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
menyelesaikannya. Salah satu solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut adalah
masyarakat harus memahami ketentuan umum dan tata cara perpajakan sertaperaturan
perundang-undangan perpajakan.

Perundang-undangan perpajakan khususnya Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan


Tata Cara Perpajakan terus mengalami perubahan untuk disempurnakan karena teknologi
informasi, ekonomi, sosial, dan politik terus berkembang. Perubahan ini bertujuan untuk lebih
memberikan keadilan, meningkatkan pelayanana kepada Wajib Pajak, meningkatkan kepastian
dan penegakan hukum, serta mengantisipasi adanya perubahan teknologi informasi yang
berakibat adanya perubahan ketentuan material pajak. Selain itu juga bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme aparatur perpajakan, meningkatkan keterbukann administrasi
perpajakan, dan meningkatkan kebutuhan Wajib Pajak.

Sebaiknya pemerintah melakukan perubahan terhadap sistem, mekanisme, dan tata cara
pelaksanaan kewajiban perpajakan menjadi lebih sederhana. Hal ini dimaksudkan agar Wajib
pajak dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan dengan lebih baik. Oleh karena itu,
makalah ini ditulis untuk membahas tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan di
Indonesia, yang di dalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hubungan warga
negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dan merupakan
sarana peran serta rakyat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)?
2. Apa saja fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)?
3. Apa definisi dari Surat Pemberitahuan (SPT)?
4. Bagaimana tata cara pengisisan Surat Pemberitahuan (SPT)
5. Apa definisi dari SKP?
6. Bagaimana proses dari pemeriksaan pajak?
7. Bagaimana proses dari penyidikan pajak?

1
8. Bagaimana tata cara keberatan dan banding dalam kasus-kasus?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
2. Mengetahui fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
3. Mengetahui definisi dari Surat Pemberitahuan (SPT)
4. Mengetahui tata cara pengisisan Surat Pemberitahuan (SPT)
5. Mengetahui definisi dari SKP
6. Mengetahui proses dari pemeriksaan pajak
7. Mengetahui proses dari penyidikan pajak
8. Mengetahui tata cara keberatan dan banding dalam kasus-kasus
9.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Nomor Pokok Wajib Pajak

2.2. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

2.3. Definisi Surat Pemberitahuan (SPT)

2.4. Tata Cara Pengisian SPT

2.5. Definisi SKP

2.6. Peneriksanaan Pajak

2.7. Penyidikan Pajak


Penyidikan pajak adalah serangkaian Tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti untuk menemukan tersangka yang berkaitan dengan
pajak. Penyidikan tindak pidana perpajakan dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang memiliki wewenang khusus.

Wewenang penyidik tersebut adalah:

1. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan


berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan
tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
2. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan
3. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
4. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan;
5. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
6. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan;
7. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempatpada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang,
benda,dan/atau dokumen yang dibawa;

3
8. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
9. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
10. menghentikan penyidikan
11. melakukan tindakan lain untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tindak pidana di bidang perpajakan dapat berupakealpaan atau kesengajaan yang dilakukan
oleh Wajib Pajak. Kealpaan adalah Wajib Pajak alpa tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan
SPT tapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Berikut kriteria kesengajaan
tersebut:

1. tidak mendaftarkan diri, atau penyalahgunaan NPWP atau NPPKP;


2. tidak menyampaikan SPT;
3. menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap
4. menolak untuk dilakukan pemeriksaan;
5. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu;
6. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau
tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya; atau
7. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara.

2.8. Keberatan dan Banding dalam Kasus-Kasus


A. Keberatan
Keberatan dapat dilakukan Wajib Pajak Ketika jumlah rugi, jumlah pajak, dan
potongan atau pemungutan pajak tidak sesuai maka Wajib Pajak dapat melakukan keberata
pajak. Keberatan dapat ditujukan kepada Direktur Jenderal Pajak. Keberata tersebut
diajukan atas suatu:
(1) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
(2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
(3) Surat Ketetapan Pajak Nihil;
(4) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
(5) pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Tata cara pengajuan keberatan adalah sebagai berikut.

4
1. Satu keberatan harus diajukan terhadap satu jenis pajak dan satu masa pajak atau
tahun Pajak.
2. Keberatan diajukan secara tertulis dalam dengan mengemukakan jumlah pajak
terutang, jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut
penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan yang menjadi dasar penghitungan.
3. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal dikirim surat
ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak, kecuali
apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
4. Wajib Pajak yang masih mempunyai utang pajak, wajib melunasi pajak yang masih
harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan.
5. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dianggap sebagai Surat
Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.
6. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima,
Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.
Atas keberatan yang diajukan, Direktur Jenderal Pajak dapat mengabulkan
seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besar.
7. Apabila dalam jangka waktu tersebut nomor 6 telah terlampaui dan Direktur
Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan Wajib
Pajak dianggap dikabulkan.
8. Terhadap Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, yang seharusnya
dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan, tetapi belum
dibayar pada saat pengajuan keberatan, maka jangka waktu pelunasannya
tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan
Keberatan.
9. Terhadap Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Sural
Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali yang
dialami oleh Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, yang seharusnya

5
dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) bulan sejak tanggal diterbitkan tapi belum
dibayar pada saat pengajuan keberatan, maka jangka waktu pelunasannya
tertangguh sampai dengan 1 bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan
Keberatan.
10. Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data, informasi, atau
keterangan lain dalam proses keberatan yang tidak diberikan pada saat
pemeriksaan, selain data dan informasi yang pada saat pemeriksaan belum
diperoleh Wajib Pajak dari pihak ketiga, pembukuan, catatan, data, informasi atau
keterangan lain, dimaksud tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian
keberatannya.

B. Banding
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan atas
keberatan yang diajukannya, Wajib Pajak masih dapat mengajukan banding kepada Badan
Peradilan Pajak.
Tata cara pengajuan permohonan banding adalah:
1. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan
diterima dan dilampiri dengan Salinan Surat Keputusan Keberatan.
2. Terhadap Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, yang seharusnya dilunasi
dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan tapi belum dibayar pada
saat pengajuan keberatan, maka jangka waktu pelunasannya tertangguh sampai
dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.
3. Terhadap Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang dialami oleh
Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, yang seharusnya dilunasi dalam jangka
waktu 2 (dua) bulan sejak tanggal diterbitkan tapi belum dibayar pada saat
pengajuan keberatan, maka jangka waktu pelunasannya tertangguh sampai dengan
1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding,

6
4. Jumlah Pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan pada
nomor 3 tidak termasuk sebagai utang pajak.
5. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding belum
merupakan pajak yang terutang sampai dengan Putusan Banding

Apabila banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib pajak dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sebesar serratus persen dari jumlah pajak berdasarkan
Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan.

Apabila putusan Pengadilan Pajak mengabulkan seluruh atau sebagian banding


kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar dua
persen sebulan untuk paling lama dua puluh empat bulan.

7
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Kesimpulan Rezkyan

Kesimpulan Chandra

Penyidikan pajak merupakan Tindakan yang dilakukan penyidik dalam hal tindak pidana di
bidang perpajakan yang bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan bukti untuk menemukan
tersangka yang sudah melakukan pelanggaran terhadap undang-undang perpajakan. Wewenang
penyidikan pajak dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang berada di lingkungan Direktorat
Jendral Pajak. Tindak pidana di bidang perpajakan yang biasanya dilakukan oleh Wajib Pajak adalah
kealpaan atau ketidaksengajaan.

Keberatan merupakan Tindakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Ketika terjadi Ketika jumlah
pajak, jumlah rugi, dan pemotongan atau pemungutan pajak tidak sesuai. Keberatan ditujukan
kepada Diektur Jenderal pajak. Sedangkan banding merupakan Tindakan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak Ketika belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan atas keberatan yang diajukannya.
Banding dapat diajukan kepada Badan Peradilan pajak.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. (2018). Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Resmi, S. (2017). Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai