Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENYIMPANAN DOKUMEN, SURAT KETETAPAN PAJAK, WAKIL


WAJIB PAJAK DAN KETENTUAN TENTANG KEWAJIBAN
MERAHASIAKAN DAN RAHASIA JABATAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Kode Etik dan Pemeriksaan Pajak
Dosen Pengampu: Rina Sulistyowati, S.E., MP., M.Ak.

Disusun oleh:

Budi Susilo 2101030122


Feny Dwi Widyati 2101030133
Greshela Ayudya 2101030134
Hayatun Nufus Kamilah 2101030123
Nurul Istiqomah 2101030130

PROGRAM STUDI D3 PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN LAMONGAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkat,

dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan dan kekuatan kepada kami

sehingga dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Makalah Penyimpanan

Dokumen, Surat Ketetapan Pajak, Wakil Wajib Pajak dan Ketentuan Tentang

Kewajiban Merahasiakan dan Rahasia Jabatan” sebagai salah satu persyaratan

untuk memenuhi nilai mata kuliah Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya.

Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih banyak

kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan bimbingannya. Dengan

segala kerendahan hati dan rasa syukur, penulis mengucapkan mohon maaf jika

makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak halangan dan rintangan dalam

menyelesaikan paper ini, dengan demikian tidak menutup kemungkinan terdapat

kekurangan dan kesalahan, karena segala kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Lamongan, 25 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
1.1 Latar Belakang...............................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6

1.3 Tujuan.............................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7
2.1 Penyimpanan Dokumen.................................................................................7

2.2 Surat Ketetapan Pajak....................................................................................8

2.3 Wakil Wajib Pajak........................................................................................16

2.4 Ketentuan Tentang Kewajiban Merahasiakan dan Rahasia Jabatan............18

BAB III PENUTUP...............................................................................................20


3.1 Kesimpulan...................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1 Surat Tagihan Pajak............................................................................9
Gambar II. 2 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar...............................................11
Gambar II. 3 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar..................................................12
Gambar II. 4 Surat Ketetapan Pajak Nihil.............................................................13
Gambar II. 5 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.............................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan penataan dokumen perusahaan sebagai bagian integrasi

pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi masih harus terus ditingkatkan. Upaya-

upaya penyelenggaraan pembinaan kearsipan yang dilaksanakan secara terencana,

sistematik dan terpadu serta berkesinambungan merupakan suatu kebutuhan bagi

perusahaan. Dokumen merupakan informasi terekam yang berperan sebagai

sumber informasi bagi pengambilan keputusan pimpinan secara akurat, cepat,

tepat dan sesuai dengan jenjang tingkatannya. Disamping itu dokumen sebagai

bukti tertulis merupakan alat bukti kuat dan mempunyai kedudukan di dalam

hukum acara di Indonesia. Pada saatnya nanti dokumen juga berfungsi sebagai

bahan bukti sejarah perjuangan bangsa dan bahan pertanggungjawaban nasional

kepada generasi yang akan datang.

Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau Surat Ketetapan

Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Lalu berdasarkan keputusan Ditjen Pajak, pihak

yang berkuasa mengeluarkan surat tersebut adalah Kantor Pajak Pratama (KPP)

dan dikeluarkan berdasarkan hasil pemeriksaan pajak.

Wakil adalah orang dalam atau individu yang dipercaya oleh Wajib Pajak

secara khusus. Kuasa Wajib Pajak adalah orang yang menerima kuasa khusus dari

Wajib Pajak dalam melakukan hak dan kewajiban perpajakan tertentu sesuai

peraturan perundang-undangan.

5
Setiap pejabat dan tenaga ahli dilarang memberitahukan kepada pihak lain

mengenai segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh wajib

pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya. Adapun yang dimaksud dengan

tenaga ahli adalah para ahli, antara lain ahli bahasa, akuntan, pengacara, dan

sebagainya yang ditunjuk oleh direktur jendral pajak untuk membantu

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Selain itu, pihak tertentu juga hanya dapat memanfaatkan keterangan dan/atau

bukti tertulis sesuai dengan tujuan diajukannya permintaan keterangan dan/atau

bukti tertulis dari atau tentang wajib pajak.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana tata kerja penyimpanan dokumen?

1.2.2 Bagaimana penjelasan mengenai surat ketetapan pajak?

1.2.3 Bagaimana penjelasan mengenai wakil wajib pajak?

1.2.4 Bagaimana penjelasan mengenai ketentuan tentang kewajiban

merahasiakan dan rahasia jabatan?

1.3 Tujuan

1.3.1 Memahami tentang tata kerja penyimpanan dokumen.

1.3.2 Memahami tentang surat ketetapan pajak.

1.3.3 Memahami tentang wakil wajib pajak.

1.3.4 Memahami ketentuan tentang kewajiban merahasiakan dan rahasia

jabatan.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyimpanan Dokumen

Menurut UU KUP Pasal 12 s.d. Pasal 15 UU No. 8/1997:

a. Dokumen perusahaan dapat dialihkan ke dalam mikrofilm atau media

lainnya. “Mikrofilm” adalah film yang memuat rekaman bahan tertulis,

tercetak, dan tergambar dalam ukuran yang sangat kecil. “Media

lainnya” adalah alat penyimpanan informasi bukan kertas dan memiliki

tingkat pengamanan yang dapat menjamin keaslian dokumen yang

dialihkan atau ditransformasikan.

b. Dalam mengalihkan dokumen perusahaan, perusahaan wajib tetap

menyimpan naskah asli tersebut. Terutama apabila dokumen tersebut

masih mempunyai kekuatan pembuktian otentik dan/atau mengandung

kepentingan hukum tertentu, yakni masih mengandung hak dan/atau

kewajiban yang masih dipenuhi oleh pihak yang berkepentingan.

c. Setiap pengalihan dokumen perusahaan harus dilegalisasi. Apabila

pengalihan dokumen perusahaan tidak dilegalisasi, dokumen perusahaan

hasil pengalihan tersebut secara hukum tidak dapat dijadikan sebagai

alat bukti yang sah.

d. Merujuk pada ketentuan di dalam UU KUP dan peraturan pelaksana-

nya, saat ini tidak ada ketentuan yang mengatur tentang penyimpanan

dokumen dalam bentuk scan maupun hasil printout scan. Adapun untuk

mengantisipasi pembuktian dokumen di masa mendatang demi

kepentingan perpajakan maupun kepentingan hukum lainnya,

Perusahaan Bapak harus menyimpan dokumen asli berbentuk hardcopy

7
di samping menyimpan hasil scan dokumen tersebut. Jika ternyata

dokumen asli sudah hilang karena suatu hal, atas hasil printout scan

dokumen tersebut Perusahaan Bapak harus dapat menunjukkan

legalisasi dan berita acara. Lebih lanjut, peraturan perpajakan

berdasarkan UU KUP maupun peraturan pelaksananya saat ini tidak

mengatur ketentuan penyimpanan dokumen dengan tanda tangan dalam

bentuk digital.

2.2 Surat Ketetapan Pajak

Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana perubahan ketiga Undang-Undang No. 28

Tahun 2007, Pasal 1 nomor 15 Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang

meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Lalu berdasarkan keputusan Ditjen

Pajak, pihak yang berkuasa mengeluarkan surat tersebut adalah Kantor Pajak

Pratama (KPP) dan dikeluarkan berdasarkan hasil pemeriksaan pajak.

Secara garis besar, SKP berfungsi sebagai sarana untuk menagih

kekurangan pajak, mengembalikan jika ada kelebihan bayar pajak,

memberitahukan jumlah pajak terutang, mengenakan sanksi administrasi

perpajakan, serta menagih pajak. Berikut adalah jenis-jenis Surat Ketetapan Pajak:

1. Surat Tagihan Pajak

8
Gambar II. 1 Surat Tagihan Pajak
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk menagih pajak dan/atau

sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Berdasarkan Undang-

Undang RI No. 16 Tahun 2000, surat tagihan pajak ini akan diterbitkan

jika:

a) Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang

dibayar.

b) Terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis atau

salah hitung.

9
c) Terkena sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.

d) Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang

Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya namun tidak

melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak.

e) Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena

Pajak namun membuat faktur pajak.

f) Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena

Pajak tidak membuat faktur pajak, atau membuat faktur pajak

namun tidak tepat waktu, atau tidak mengisinya secara lengkap.

Jika wajib pajak mendapat surat tagihan karena alasan 1 dan 2,

jumlah kekurangan pajak terutang yang tercantum dalam surat tersebut

ditambah dengan bunga sebesar 2% sebulan untuk maksimal 24 bulan.

Waktu tersebut terhitung sejak terutangnya pajak, atau bagian tahun

pajak, atau tahun pajak sampai terbitnya surat tagihan pajak.

Jika penerima surat tagihan pajak merupakan pengusaha (seperti

yang disebutkan pada poin 4, 5, 6) akan dikenakan denda sebesar 2% dari

dasar pengenaan pajak.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

1
Gambar II. 2 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Dalam Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2009, SKPKB adalah

surat yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit

pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi

administrasi, serta jumlah pajak yang masih harus dibayar. Jenis surat

ketetapan pajak ini diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat

terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak.

Secara garis besar, terbitnya SKPKB ini karena wajib pajak kurang

atau tidak membayar pajak terutang, telat menyampaikan SPT Masa dari

waktu yang telah ditentukan, adanya salah hitung terkait Pajak

1
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

(PPnBM) yang dikenai tarif 0%, tidak diketahuinya besar pajak terutang.

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar memiliki fungsi penting, sebagai

berikut ini:

a) Berfungsi untuk mengoreksi atas jumlah pajak yang terutang

berdasarkan dengan Surat Pemberitahuan (SPT).

b) Sebagai sarana administrasi yang dapat mengenakan sanksi bagi

wajib pajak terkait.

c) Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk menagih pajak.

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

Gambar II. 3 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar


SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah

kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar

daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. Secara

sederhana, SKPLB diterbitkan karena wajib pajak lebih membayar

pajak terutang dari yang seharusnya.

1
SKPLB akan diterbitkan jika ada permohonan tertulis dari wajib

pajak dengan ketentuan: Jumlah kredit pajak pada Pajak Penghasilan

(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan Atas

Barang Mewah (PPnBM), lebih besar dari jumlah pajak yang terutang,

atau sudah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.

Penerbitan surat ini dilakukan setelah dilakukannya pemeriksaan

atas permohonan, paling lambat 12 bulan terhitung sejak surat

permohonan diterima atau sesuai dengan keputusan Ditjen Pajak. Jika

terlambat diterbitkan, wajib pajak berhak menerima imbalan bunga 2%

sebulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu yang ditentukan.

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil

Gambar II. 4 Surat Ketetapan Pajak Nihil

1
SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah

pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak

terutang dan tidak ada kredit pajak. SKPN diterbitkan setelah Ditjen

Pajak melakukan pemeriksaan Surat Pemberitahuan. Berdasarkan

Undang-Undang nomor 28 tahun 2007, SKPN diterbitkan untuk:

a) Pajak Penghasilan jika jumlah kredit pajak sama dengan pajak

yang terutang atau pajak yang tidak terutang dan tidak ada

kredit pajak;

b) Pajak Pertambahan Nilai jika jumlah kredit pajak sama dengan

jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak

ada kredit pajak. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh

Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terutang

dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan

pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai

tersebut;

c) Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang

dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak

tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak.

5. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

1
Gambar II. 5 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan

atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Menurut Pasal 15 ayat 1 dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana perubahan

ketiga Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, menyatakan bahwa

Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKBT dalam jangka

waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa

Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data

baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang

1
setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan

SKPKBT.

Dalam pengertian sederhana, SKPKBT merupakan koreksi atas

SKP yang diterbitkan sebelumnya. Ketika wajib pajak telah melaporkan

dan membayar pajak terutang sesuai dengan nominal yang tercantum

dalam SKP, petugas pajak akan melakukan pemeriksaan kembali pada

data baru tersebut. Jika masih ditemukan adanya pajak terutang yang

kurang atau tidak dibayar oleh wajib pajak, Ditjen Pajak akan

menerbitkan SKPKBT.

SKPKBT diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun, dengan jumlah

pajak terutang yang harus dibayar ditambah 100% sebagai sanksi

administrasi. Jika sudah melewati jangka waktu tersebut dan wajib

pajak belum membayar kekurangan pajak, akan ada tambahan sanksi

sebesar 48% dari jumlah pajak terutang yang harus dibayar.

2.3 Wakil Wajib Pajak

1. Wakil Wajib Pajak

Wakil adalah orang dalam atau individu yang dipercaya oleh Wajib

Pajak secara khusus. Dalam melakukan hak dan kewajiban sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, Wajib

Pajak dapat diwakili dalam hal:

a) Badan diwakili oleh pengurus yang tercantum dalam akta

pendirian badan atau dokumen pendirian dan berdasarkan atas

surat penunjukkan yang ditandatangani oleh pimpinan yang

berwenang.

1
b) Badan yang dinyatakan pailit diwakili oleh kurator.

c) Badan dalam pembubaran diwakili oleh orang atau badan yang

ditugasi untuk melakukan pemberesan.

d) Badan dalam likuidasi diwakili oleh likuidator.

e) Warisan yang belum terbagi diwakili oleh salah seorang ahli

warisnya, pelaksana wasiatnya, atau yang mengurus harta

peninggalannya.

f) Anak yang berada di bawah perwalian diwakili oleh wali.

g) Orang yang berada di bawah pengampuan diwakili oleh

pengampunya.

2. Kuasa Wajib Pajak

Kuasa Wajib Pajak adalah orang yang menerima kuasa khusus dari

Wajib Pajak dalam melakukan hak dan kewajiban perpajakan tertentu

sesuai peraturan perundang-undangan. Kuasa terdiri dari dua macam,

yakni:

a) Konsultan pajak.

b) Karyawan Wajib Pajak.

Baik konsultan pajak maupun karyawan Wajib Pajak harus

memenuhi persyaratan yang terdapat pada Pasal 4 Peraturan Menteri

Keuangan nomor 449/PMK.03/2014.

Persyaratan Wakil dan Kuasa Wajib Pajak sebagai berikut:

a) Menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan.

b) Memiliki surat kuasa khusus dari Wajib Pajak yang memberi kuasa.

1
c) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

d) Telah menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan Pajak

Penghasilan (PPh) tahun pajak terakhir, kecuali terhadap seorang

kuasa yang tahun pajak terakhir belum memiliki kewajiban untuk

menyampaikan SPT tahunan PPh.

e) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan.

2.4 Ketentuan Tentang Kewajiban Merahasiakan dan Rahasia Jabatan

Sesuai dengan pasal 54 PP 50/2022, setiap pejabat dan tenaga ahli dilarang

memberitahukan kepada pihak lain mengenai segala sesuatu yang diketahui atau

diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka jabatan atau

pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan. Hal tersebut termasuk ke dalam kode etik dan rahasia jabatan pegawai

Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia (DJP RI).

Adapun yang dimaksud dengan tenaga ahli adalah para ahli, antara lain ahli

bahasa, akuntan, pengacara, dan sebagainya yang ditunjuk oleh direktur jendral

pajak untuk membantu pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di

bidang perpajakan. Selain itu, pihak tertentu juga hanya dapat memanfaatkan

keterangan dan/atau bukti tertulis sesuai dengan tujuan diajukannya permintaan

keterangan dan/atau bukti tertulis dari atau tentang wajib pajak.

Pemberian data dan informasi perpajakan oleh pejabat atau tenaga ahli yang

ditunjuk oleh direktur jendral pajak kepada para pihak dalam rangka pelaksanaan

tugas di bidang perpajakan tidak memerlukan ijin tertulis dari menteri keuangan.

1
Permasalahan terkait dengan ketakutan dari para Wajib Pajak perbankan

akan bocornya informasi keadaan keuangan nasabah sebenarnya dapat diatasi

dengan mekanisme khusus dalam pemeriksaan pajak. Mekanisme khusus tersebut

berupa kegiatan pemeriksaan pajak atas data-data/dokumen informasi deposito

atau tabungan dilakukan dalam suatu ruangan khusus yang dapat dipantau dan

direkam oleh pihak bank tanpa ada kegiatan dokumentasi yang dilakukan oleh

pemeriksa pajak seperti fotokopi Bukti Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas

Bunga Deposito atau Tabungan, pemotretan dokumen melalui telepon seluler

ataupun kamera dan lain-lain. Mekanisme khusus ini sekiranya mendapat

perhatian kepada otoritas perpajakan di Indonesia untuk dapat dibakukan dalam

suatu peraturan dalam ruang lingkup pemeriksaan pajak.

1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Bagi suatu instansi atau perusahaan, penyimpanan dokumen kantor secara

baik dan benar adalah hal yang sangat penting demi kelancaran kegiatan instansi

atau perusahaan tersebut. Dengan menerapkan sistem penataan dokumen yang

baik dan benar, maka berbagai pekerjaan pun dapat dikelola dengan lebih baik,

lebih efektif juga efisien.

Surat keterangan pajak meliputi Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan

Pajak Kurang bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang bayar Tambahan

(SKPBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak

Nihil (SKPN).

Pelaksanaan hak dan/atau pemenuhan kewajiban perpajakan tertentu adalah

suatu proses pelaksanaan hak dan/atau pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib

Pajak yang berkaitan dengan 1 (satu) jenis pajak untuk 1 (satu) Tahun Pajak, atau

1 (satu) Bagian Tahun Pajak, atau 1 (satu)/beberapa Masa Pajak, kecuali

pelaksanaan hak dan/atau pemenuhan kewajiban perpajakan tersebut dilakukan

untuk beberapa jenis pajak sebagai satu kesatuan.

Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu

yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka

jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan. Hal tersebut termasuk ke dalam kode etik dan rahasia

jabatan pegawai Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia (DJP RI).

2
DAFTAR PUSTAKA

Hariani, Aprilia. 2022. Perbedaan Wakil dan Kuasa Wajib Pajak. Diakses tanggal

25/09/2023 pukul 20.00 pada https://www.pajak.com/pajak/kenali-

perbedaan-wakil-dan-kuasa-wajib-pajak/

Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.01/2007 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengolahan Data dan Dokumen

Perpajakan. Jakarta. Diakses tanggal 25/09/2023 pukul 19.30 pada

PERATURAN MENTERI KEUANGAN (kemenkeu.go.id)

Lathifa, Dina.2022. Jenis Surat Ketetapan Pajak dan Fungsinya. Diakses tanggal

25/09/2023 pukul 19.40 pada https://www.online-pajak.com/seputar-

pajakpay/5-jenis-surat-ketetapan-pajak

Tim Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. 2023. Kode Etik dan

Rahasia Jabatan DJP. Diakses tanggal 25/09/2023 pukul 20.15 pada https://

fia.ui.ac.id/kode-etik-dan-rahasia-jabatan-pegawai-djp/

Anda mungkin juga menyukai