Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SURAT KETETAPAN PAJAK

Disusun Oleh:
1. Sinta Meliana
2. Alya Husna
3. Rohimawati
4. Yoseph
5. Ragil Catur Nugraha
6. Arman Saputra

11 Akuntansi & Keuangan Lembaga 1

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


SMK PGRI 1 BALARAJA
BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Jl. Raya Serang Km.24,5 Balaraja Kode Pos 15610  081213690076 Kab.
Tangerang
smkpgrisatubalaraja@gmail.com
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN....................................................................................................3


2.1 Pengertian dan Fungsi SKP...........................................................................................3
2.2 Alasan Penerbitan SKP Kurang Bayar dan Bentuk SKP..............................................3
2.3 Jenis-Jenis Ketetapan Pajak dan Fungsinya..................................................................8
2.4 Perbedaan SKP dan STP................................................................................................9
2.5 Siapa & Untuk Siapa SKP.............................................................................................9
2.6 Waktu Pembuatan..........................................................................................................9

BAB III. PENUTUP............................................................................................................10


3.1 Kesimpulan....................................................................................................................10
3.2 Saran..............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor perpajakan ialah sumber pendapatan utama negara, pendapatan ini didistribusikan
kepada lembaga-lembaga pemerintah guna pembelanjaan rutin dan pembangunan
nasional. Tujuan pembangunan ini untuk peningkatan perekonimian negara dan
menyejahterakan masyarakat menjadi masyarakat adil dan makmur. Hal ini diharapkan
dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber dana yang berasal dari pinjaman luar
negeri. Pajak merupakan bentuk pembayaran mandiri untuk negara yang
dilakukan, sehingga diperlukan peran aktif dari masyarakat sendiri untuk ikut serta dalam
melaksanakan pembangunan nasional tersebut. Dalam sistem pemungutan pajak yang
baru, dimana self assessment system memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk
menghitung, membayar/menyetor, dan melaporkan besarnya pajak yang terutang sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku. Implikasi tersebut menunjuk pada teori
kepatuhan Wajib Pajak yang menggambarkan apakah Wajib Pajak tersebut patuh akan
melunasi kewajibannya. Sebagai penerimaan negara yang selama ini diandalkan, tentunya
sektor pajak diupayakan untuk terus meningkat, satu sisi penerimaan 2 pajak juga terus
diupayakan dapat meningkat, sedangkan satu sisi yang lain harus ada penghematan
biaya. Namun pada kenyataannya, cenderung cukup banyak wajib pajak yang memang
sengaja melakukan kecurangan serta menghindari dalam pembayaran pajak yang telah
ditetapkan sehingga menyebabkan meningkatnya tunggakan pajak dari tahun ke tahun
berikutnya. Dari hal tersebut, maka fiskus melakukan penagihan pajak pasif yaitu dengan
mengeluarkan ketetapan pajak yang bertujuan memberitahukan 3 informasi kepada Wajib
Pajak, dengan cara mengeluarkan Surat Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak
dikarenakan adanya utang pajak yang belum terbayarkan. Menurut Soemitro dalam Hidayat
dan Cheisviyanny mendefinisikan Surat Ketetapan Pajak ialah suatu ketetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang yang menimbulkan Hak dan kewajiban yang
memuat besarnya utang pajak jenis tertentu dari tahun tertentu yang terutang oleh Wajib
Pajak yang nama dan alamatnya tercantum pada Surat Ketetapan Pajak itu. Namun apabila
dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh fiskus setelah penerbitan Surat Tagihan

iv
Pajak dan Surat Ketetapan Pajak utang pajak masih belum dilunasi, maka fiskus akan
melakukan penagihan pajak aktif. Dalam tindakan penagihan aktif fiskus diberikan
kewenangan untuk menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus memberikan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. Penelitian
Marduati menyatakan bahwa efektivitas penagihan aktif meliputi surat teguran dan surat
paksa berpengaruh signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak. Ini berarti adanya
hubungan searah. Hal ini dikarenakan surat teguran dan surat paksa yang diterbitkan akan
mengalami peningkatan, maka pencairan tunggakan pajak mengalami
peningkatan. Sebaliknya, jika surat teguran dan paksa diterbitkan menurun, maka pencairan
tunggakan pajak juga akan menurun. Dalam praktek di lapangan, kegiatan penagihan bukan
pekerjaan yang mudah karena banyak kendala-kendala yang ditemui oleh Juru 5 Sita
Pajak, salah satunya wajib pajak dengan alasan tidak tahu atau tidak menerima surat tagihan
pajak hingga diterbitkannya surat teguran maupun surat paksa dari pihak KPP, mereka tidak
ada tanggapan untuk segera melunasi. Hal ini membuat pihak Juru Sita Pajak diperuntukkan
untuk berperan aktif agar dapat mengoptimalkan penerimaan pajak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah penjelasan yang terkait dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) ?
2. Apa perbedaan SKP dan STP ?
3. Kapan waktu pembuatan SKP ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui hal-hal yang terkait dengan SKP.
2. Mengetahui perbedaan SKP dan STP.
3. Mengetahui kapan waktu pembuatan SKP.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Fungsi SKP


Surat Ketetapan Pajak (SKP) merupakan surat keterangan yang meliputi surat ketetapan
kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat ketetapan pajak nihil,
serta surat ketetapan pajak lebih bayar.
Berikut merupakan fungsi surat ketetapan pajak.

a. Sebagai sarana untuk mengenakan sanksi administrasi pajak.


b. Sebagai sarana administrasi untuk penagihan pajak.
c. Sebagai sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak bagi wajib pajak yang lebih bayar.
d. Sebagai saran untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.

2.2 Alasan Penerbitan SKP Kurang Bayar dan Bentuk SKP


Disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian surat pemberitahuan atau karena
ditemukannya fiskal yang belum dilaporkan oleh wajib pajak yang bersangkutan. Bentuk
dari SKP adalah sebagai berikut.

A. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran
pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
1. Fungsi SKPKB
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang.
b. Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan sanksi
c. Sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak
2. Penerbitan SKPKB
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar.

vi
b. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan
setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana
ditentukan didalam surat teguran. (SKPKB diterbitkan secara jabatan)
c. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0%
d. Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (tentang
kewajiban pembukuan) dan Pasal 29 (tentang kewajiban dalam pemeriksaan)
tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
(SKPKB diterbitkan secara jabatan).

3. Sanksi Administrasi SKPKB


a. Apabila SKPKB diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar (angka 1 pada dasar/sebab
terbitnya SKPKB), maka jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam
SKPKB ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan
untuk selama-lamanya 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak sampai dengan
diterbitkannya SKPKB.
1. Pokok pajak yang kurang atau tidak dibayar di dalam SKPKB ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar.
b. Apabila SKPKB diterbitkan berdasarkan angka 2, 3 dan 4 (pada dasar/sebab
diterbitkan SKPKB), maka jumlah pajak dalam SKPKB ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:
1. 50% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu
Tahun Pajak.
2. 100% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau
kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau dipungut
tetapi tidak atau kurang disetorkan.
3. 100% dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.

vii
4. Jangka Waktu Penerbitan SKPKB
a. Dalam jangka waktu 10 tahun sesudah saat pajak terutang, berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
b. Setelah lewat jangka waktu 10 tahun sesudah saat terutangnya pajak,
berakhirnya masa pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak. Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan dalam hal Wajib Pajak
setelah jangka waktu 10 tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

B. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)


Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada
pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang
1. Fungsi SKPLB
Sebagai sarana atau alat untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajak yang
telah dilakukan oleh Wajib Pajak

2. Penerbitan SKPLB
a. Untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak
yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang.
b. Untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah
pajak atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.
Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud dengan jumlah Pajak Yang terutang
adalah jumlah Pajak Keluaran setelah dikurangi pajak yang dipungut oleh
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.
c. Untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pajak yang dibayar lebih
besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak
yang tidak seharusnya terutang.

viii
3. Sanksi Administrasi SKPLB

Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Keputusan Pengurangan atau


Penghapusan Sanksi Administrasi, sebagai akibat diterbitkan Keputusan
Keberatan atau Putusan Banding yang menerima sebagian atau seluruh
permohonan Wajib Pajak.

4. Jangka Waktu Penerbitan SKPLB


a. Kelebihan pembayaran pajak yang masih tersisa, dikembalikan dalam jangka
waktu 1 bulan sejak:
1. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
2. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
3. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
4. Keputusan Keberatan diterbitkan atau Putusan Banding
5. Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
b. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu,
sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 17C UU No. 16 Tahun 2000, harus
menerbitkan surat ketetapan pajak paling lambat 12 bulan sejak surat
permohonan diterima secara lengkap dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan
telah diisi lengkap, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

C. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)


SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
SKPN diterbitkan setelah Ditjen Pajak melakukan pemeriksaan Surat Pemberitahuan.

1. Fungsi SKPN

ix
SKPN berfungsi sebagai alat untuk pemberitahuan kepada para wajib pajak
bahwa jumlah yang dibayarkan sama besarnya dengan jumlah pajak yang
terutang.

2. Sebab Penerbitan SKPN


Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007, SKPN diterbitkan untuk:
a. Pajak Penghasilan jika jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang
atau pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
b. Pajak Pertambahan Nilai jika jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak
yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Jika terdapat
pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak
yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan
pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut;
c. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar sama
dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada
pembayaran pajak.

D. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

1. FUNGSI SKPKBT

a. Sebagai alat untuk mengoreksi ketetapan pajak sebelumnya


b. Sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak
c. Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan sanksi

2. PENERBITAN SKPKBT

a. Apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
b. Ditemukan lagi data yang semula belum terungkap pada saat diterbitkannya.
c. SKPKBT ataupun data baru yang diketahui kemudian oleh DJP.

x
2.3 Jenis-Jenis Ketetapan Pajak dan Fungsinya.

A. Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk menagih pajak dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda.
Berikut merupakan fungsi STP:

a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut STP Wajib Pajak.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda.
c. Sarana untuk menagih pajak.

B. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


SKPKB merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok
pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
Berikut merupakan fungsi SKPKB:
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang.
b. Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan sanksi.
c. Sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak.

C. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)


SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak
seharusnya terutang.
Berikut merupakan fungsi SKPLB:
1. Sebagai sarana atau alat untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajak
yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak.

D. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)


xi
SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Berikut merupakan fungsi SKPN.
1. SKPN berfungsi sebagai alat untuk pemberitahuan kepada para wajib pajak
bahwa jumlah yang dibayarkan sama besarnya dengan jumlah pajak yang
terutang.

E. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)


SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan.
Berikut merupakan fungsi SKPKBT:
a. Sebagai alat untuk mengoreksi ketetapan pajak sebelumnya.
b. Sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak.
c. Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan sanksi.

2.4 Perbedaan SKP dan STP


Secara ringkas, perbedaan SKP dan STP ialah surat yang diterbitkan atas hasil
pemeriksaan untuk penetapan wajib pajak yang memiliki lebih bayar, kurang bayar, atau
nihil, sebagai akibat dari ketidakbenaran dalam pengisian SPT. Sedangkan, STP ialah surat
yang dikeluarkan untuk melakukan penagihan atas tagihan pajak atau sanksi administrasi.

2.5 Siapa & Untuk Siapa SKP

Surat Ketetapan Pajak ini akan dikeluarkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam hal
pemeriksaan pajak wajib pajak atas pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan/Masa
Pajak Penghasilan (PPh) maupun Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2.6 Waktu Pembuatan SKP

1. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.03/2012 tentang Tata Cara
Penerbitan Surat Ketetapan dan Surat Tagihan Pajak

xii
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan dalam hal terdapat pajak yang tidak atau
kurang dibayar berdasarkan: a. Hasil Pemeriksaan terhadap: 1. Surat Pemberitahuan; 2.
kewajiban perpajakan Wajib Pajak karena Wajib Pajak tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
Undang-Undang KUP dan setelah ditegur secara tertulis Wajib Pajak tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat
Teguran; 3. putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap terhadap
Wajib Pajak yang dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau
tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara; atau 4.
keterangan lain yang berupa data konkret sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)
Undang-Undang KUP diantaranya berupa: a) hasil klarifikasi/konfirmasi Faktur Pajak; b)
bukti pemotongan Pajak Penghasilan; atau c) bukti transaksi atau data perpajakan yang
dapat digunakan untuk menghitung kewajiban perpajakan Wajib Pajak. b. Hasil
Pemeriksaan Bukti Permulaan terhadap Wajib Pajak yang melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A Undang-Undang KUP.
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan diterbitkan berdasarkan hasil: a.
Pemeriksaan dalam hal surat ketetapan pajak sebelumnya diterbitkan tidak berdasarkan
hasil Pemeriksaan; atau b. Pemeriksaan Ulang dalam hal surat ketetapan pajak
sebelumnya diterbitkan berdasarkan hasil Pemeriksaan, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
4. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17A ayat (1) Undang-Undang KUP berdasarkan hasil Pemeriksaan terhadap
Surat Pemberitahuan apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama
dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak
atau tidak ada pembayaran pajak.
5. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar dalam hal
berdasarkan: a. hasil penelitian kebenaran pembayaran pajak terhadap permohonan
pengembalian kelebihan pajak yang seharusnya tidak terutang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang KUP terdapat pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang; atau b. hasil Pemeriksaan terhadap: Surat Pemberitahuan
terdapat jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah
pajak yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang

xiii
KUP; atau permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP terdapat jumlah kredit pajak atau
jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Surat Ketetapan Pajak (SKP) merupakan surat keterangan yang meliputi surat ketetapan
kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat ketetapan pajak nihil,
serta surat ketetapan pajak lebih bayar.
2. Macam-Macam SKP:
a. Surat Tagihan Pajak (STP)
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
e. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
3. Secara ringkas, perbedaan SKP dan STP ialah surat yang diterbitkan atas hasil
pemeriksaan untuk penetapan wajib pajak yang memiliki lebih bayar, kurang bayar,
atau nihil, sebagai akibat dari ketidakbenaran dalam pengisian SPT. Sedangkan, STP
ialah surat yang dikeluarkan untuk melakukan penagihan atas tagihan pajak atau sanksi
administrasi.

3.2 Saran

1. Pelaksanaan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Penagihan Pajak sebaiknya lebih
ditingkatkan lagi. Karena semakin baik tindakan yang dilakukan semakin besar
pencairan tunggakan pajak dan akan mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak.
2. Sebaiknya dalam melakukan tindakan penagihan pajak, khususnya penagihan aktif
alangkah baiknya melakukan kerjasama dengan baik kepada pihak ketiga seperti

xiv
kepolisian, bank, dan pihak lain yang terkait.
3. Meningkatkan intensitas penyuluhan mengenai perpajakan kepada Wajib Pajak,
sehingga Wajib Pajak dapat lebih sadar dan mengerti akan kewajiban perpajakannya
dan memenuhi kewajibannya tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Meliana, Sinta. 2023. Surat Ketetapan Pajak. Tangerang.

Achmad, Tjahjono dan M. Fakhri. 2005. Perpajakan Edisi 3. Yogyakarta: UUP AMP YKPN.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Lathifa, Dina. 07 November 2020. “Jenis-jenis SKP”,


https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awr1VTiWBt1jOHoSZeHLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9z
AzEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1675458327/RO=10/RU=https%3a%2f
%2fwww.online-pajak.com%2fseputar-pajakpay%2f5-jenis-surat-ketetapan-pajak/RK=2/
RS=BcvuSvxegL4FYdTXITLDO0YnsKk-, diakses pada 03 Februari 2023

Khairizka, Putri, Noviani. Juli 2022. “Perbedaan STP dan SKP”,


https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrKF2JiCd1jfvsTHwvLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAz
EEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1675459043/RO=10/RU=https%3a%2f
%2fwww.pajakku.com%2fread%2f62b040d2a9ea8709cb18a650%2fCari-Tahu-Perbedaan-STP-
dan-SKP-Di-Sini%21/RK=2/RS=fvBqcJ8rqrdAi9AncuCGNPurSX4-, diakses pada 03 Februari
2023

xv

Anda mungkin juga menyukai