Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH PEMERIKSAAN PAJAK Atas SPT Tahunan PPH Badan

disususn untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit Pajak

Dosen Pembina Ibu Mia Lasmaya, SE.,MM.,AK.,CA

Oleh:

DINI AFNIANTI 434334032016038

FITRA CAHYATI 434334032016063

RIFKI NURUL HIDAYAT 434334032016037

SUCI SETIAWATI 434334032016022

DEDEK YULIYANTI 434334032017175

AKUNTANSI A 2016

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PASUNDAN

BANDUNG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah tentang Pemeriksaan Pajak Atas SPT Tahunan

Badan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga

kami berterima kasih pada Ibu Mia Lasmaya, SE.,MM.,AK.,CA selaku Dosen

mata kuliah Pemeriksaan Pajak Program Studi Akuntansi yang telah

memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pemeriksaan Pajak

Atas SPT Tahunan Badan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di

dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh

sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak

ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................

1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................................

1.3 Batasan Masalah .........................................................................................................

1.4 Rumusan Masalah .......................................................................................................

1.5 Maksud dan Tujuan Masalah .....................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................................

2.1 Pajak .............................................................................................................................

2.1.1 Pengertian Pajak ......................................................................................................

2.1.2 Pengertian Pemeriksaan Pajak ................................................................................

2.1.3 Tujuan Pemeriksaan Pajak .......................................................................................

2.1.4 Jenis Pemeriksaan Pajak ..........................................................................................

2.1.5 Definisi Badan ..........................................................................................................

2.2 Persiapan Pemeriksaan ...............................................................................................

2.3 Prosedur Pemeriksaan Terhadap Wajib Pajak Badan .................................................

3
2.4 Pemeriksaan atas SPT Tahunan PPh Badan ................................................................

BAB III STUDI KASUS ...................................................................................................

3.1 Pembahasan Kasus PPh Badan ...................................................................................

3.2 Hasil Pemeriksaan kasus Pajak ........................................................

BAB IV KESIMPULAN & SARAN .................................................................

4.1 Kesimpulan ........................................................................................

4.1 SARAN ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban warga


negara yang berupa pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota
masyarakat untuk membiayai berbagai keperluan negara dalam
Pembangunan Nasional, tanpa adanya imbalan secara langsung dan yang
pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang Perpajakan untuk tujuan
kesejahteraan bangsa dan negara. Menurut Undang-undang No. 28 tahun
2007 menyatakan bahwa:

‘’Pajak merupakan Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.’’

Dengan semakin berkembangnya kondisi usaha dan bisnis baik


ditingkat nasional maupun internasional, maka penghasilan yang diterima
wajib pajak badan dalam negeri juga akan meningkat. Badan atau
perusahaan merupakan subjek pajak dalam negeri dimana wajib pajak badan
ini merupakan penyumbang bagi penerimaan negara dari sektor pajak yaitu
pajak penghasilan badan.

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan


Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, dijelaskan bahwa SPT Tahunan
merupakan Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak. SPT PPh berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan dan

5
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak terutang untuk
melaporkan penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek
pajak.

Sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut system self-


assessment. System Self-assessment merupakan sistem pemungutan pajak
yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak (WP) untuk
menghitung/memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah
pajak yang seharusnya terutang berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Self Assesment System antara lain:

1. Wewenang untuk menetapkan besarnya pajak yang terutang ada pada


WP sendiri.
2. Wajib Pajak Aktif mulai dari menghitung, memperhitungkan,
menyetorkan dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Dalam system ini terdapat pemberian kepercayaan sepenuhnya kepada


Wajib Pajak untuk melakukan self assesment memberikan konsekuaensi
yang berat bagi Wajib Pajak, artinya jika Wajib Pajak tidak memenuhi
kewajiban-kewajiban Perpajakan yang dipikul kepadanya, sanksi yang
dijatuhkan akan lebih berat.

Oleh karena itu system self assesment mewajibkan wajib pajak untuk
lebih mendalami peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
agar Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan
baik. Untuk meyakinkan sistem self-assessment dilaksanakan dengan baik,
perlu dilakukan pengawasan (Law enforcement) dalam pelaksanaannya.

6
1.2 Identifikasi Masalah

1. Perhitungan dan penyusunan SPT tahunan di PT.HP masih terdapat


beberapa kesalahan.
2. Prosedur Pemeriksaan Pajak terhadap WP Badan belum optimal.
3. Kurangnya pengawasan dalam pemeriksaan Pajak WP Badan.

1.3 Batasan Masalah

Makalah ini hanya akan difokuskan pada masalah Pemeriksaan Pajak


WP Badan.

1.4 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan pembatasan masalah tersebut, maka penulis akan


merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Perhitungan SPT tahunan badan.


2. Bagaimana Prosedur Pemeriksaan Pajak terhadap WP Badan.
3. Bagaimana proses pengawasan dalam pemeriksaan SPT tahunan
badan.

1.5 Maksud dan Tujuan Masalah

Maksud dibuatnya makalah ini adalah untuk mengumpulkan data dan


informasi yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak terhadap WP Badan.

Adapun tujuan untuk mengetahui & menganalisis :

1. Untuk menambah wawasan bagi penulis.

7
2. Untuk mengetahui prosedur Pemeriksaan Pajak WP badan.
3. Untuk menambah pemahaman bagi penulis dan pembaca
mengenai pemeriksaan pajak WP Badan.
4. Untuk memenuhi syarat salah satu tugas Audit Pajak.

1.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu di laksanakan penelitian ini yaitu pada tahun 2016 di PT. HP


yang merupakan sebuah perusahaan yang berdomisili di Jakarta Barat yang
bergerak di bidang import, wholesale, dan retail produk-produk dekorasi
interior yang didirikan pada tahun 1993.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Menurut Undang-undang No. 28 tahun 2007:

‘’Pajak merupakan Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh


orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.’’

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH (1994):

‘’Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-


undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian
dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment’’.

Menurut Ray M. Sommerfeld, Herschel M. Anderson, dan Horace R.


Brock

9
‘’Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib
dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu,
tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar
pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan
pemerintahan’’.

Maka dapat disimpulkan Pengertian pajak secara umum ialah iuran


wajib atau pungutan yang dibayar oleh Wajib Pajak ( Orang yang bayar
pajak) kepada Pemerintah berdasarkan Undang-Undang dan hasilnya
digunakan unutk membiayai pengeluaran umum pemerintah dengan tanpa
balas jasa yang ditunjukan secara langsung.

Dalam prosedur pemungutan pajak, para pihak yang berwajib tidak

secara sewenang-wenang. Pemungutan pajak harus berdasarkan syarat-

syarat tertentu agar tidak membebani rakyat secara berlebihan. Syarat-syarat

yang dimaksud adalah:

1. Syarat Keadilan

Syarat keadilan diberlakukan agar pemungutan pajak harus adil dan

merata disesuaikan dengan kemampuan masing-masing dan para

wajib pajak memiliki hak untuk mengajukan keberatan, penundaan

pembayaran dan banding.

2. Syarat Banding

10
Syarat Yudiris maksudnya adalah pemungutan pajak tidak boleh

dilakukan secara sewenang-wenang, namun harus berdasarkan

perundang-undangan yang berlaku (UUD 1945 pasal 23 ayat 2).

3. Syarat Ekonomis

Syarat Ekonomis diberlakukan agar pemungutan pajak tidak

mengganggu perekonomian masyarakat dan tidak mengganggu

aktivitas atau usaha masyarakat serta tidak menghalangi

kesejahteraan dan tidak merugikan rakyat.

4. Syarat Finansial

Syarat finansial bertujuan agar pajak yang dipungut diusahakan

sehemat mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar

dari hasil pemungutan pajak.

5. Syarat Sederhana

Syarat sederhana bertujuan untuk tidak menyulitkan, prosedurnya

dibuat sederhana serta dapat mendorong masyarakat untuk

memenuhi kewajibannya.

Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa pemungutan pajak yang

dilakukan harus berdasarkan ketentuan-ketentuan diatas sehingga pihak

11
yang dipungut pajaknya, dalam hal ini masyarakat, tidak dirugikan, dan bisa

lebih bertanggungjawab dalam memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak.

Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) sesuai dengan Undang-undang No. 28


Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan:

‘’Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan’’.

2.1.2 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah


data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan (Pasal 1 ayat (2) PMK Nomor 17 Tahun 2013).
Pemeriksaan dalam fungsinya merupakan salah satu alat yang
diperlukan dalam melaksanakan manajemen perpajakan, khususnya dalam
self-assessment system ada ketentuan bahwa pelaporan WP dalam Surat
Pemberitahuan Pajak (SPT) harus dianggap benar, kecuali dapat dibuktikan
terjadinya kesalahan. Pembuktian tersebut dilakukan melalui serangkaian
kegiatan penelitian dan pemeriksaan. Pada prinsipnya pemeriksaan
merupakan kegiatan mengumpulkan bukti/bahan-bahan untuk dijadikan
dasar menerbitkan Surat Ketetapan dan tujuan lain yang berkaitan dengan
administrasi pajak. Kecuali pemeriksaan tersebut merupakan kegiatan rutin
yang bukan insidental.

12
2.1.3 Tujuan Pemeriksaan Pajak

Tujuan dilakukannya pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Pajak


adalah sebagai berikut:

1. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan dapat meliputi satu, beberapa atau seluruh jenis pajak,
baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.
Kriteria Pemeriksaan Menguji Kepatuhan meliputi:
a. SPT Lebih Bayar (selain Pasal 17 B UU KUP);
b. Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak;
c. SPT Rugi;
d. Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT atau terlambat menyampaikan
(melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Teguran);
e. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran,
likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya;
f. Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode
pembukuan atau karena dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap;
g. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan
hasil analisis (risk based selection) mengindikasikan adanya
kewajiban perpajakan WP yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

13
2. Tujuan lain
Ruang lingkup pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat meliputi penentuan,
pencocokan atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.
Kriteria Pemeriksaan Tujuan Lain:
a. Pemberian NPWP secara jabatan;
b. Penghapusan NPWP;
c. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan pencabutan PKP;
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e. Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan
Netto;
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan;
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN;
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
j. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan
dan/ atau;
k. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda.

2.1.4 Jenis Pemeriksaan Pajak

Pada prinsipnya pemeriksaan dapat dilakukan terhadap semua Wajib


Pajak, namun karena keterbatasan sumber daya manusia atau tenaga
pemeriksa di Direktorat Jenderal Pajak, maka pemeriksaan tidak dapat
dilakukan terhadap semua Wajib Pajak. Pemeriksaan hanya akan dilakukan
terutama terhadap Wajib Pajak yang SPT-nya menyatakan Lebih Bayar
karena hal ini telah diatur dalam UU KUP. Disamping itu pemeriksaan
dilakukan juga terhadap Wajib Pajak tertentu dan Wajib Pajak yang tingkat
kepatuhannya dianggap rendah.

14
Jenis-jenis Pemeriksaan pajak menurut Siti Kurnia Rahayu, (2008 : 42):

1. Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan terhadap wajib pajak


sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya.
Pada umumnya pemeriksaan ini didasarkan hal-hal seperti SPT
Tahunan orang pribadi atau badan yang menyatakan lebih bayar, SPT
Tahunan PPh wajib pajak badan menyatakan rugi tidak lebih bayar
dan lain-lain.
2. Pemeriksaan kriteria seleksi adalah pemeriksaan yang dilakukan
terhadap wajib pajak yang dipilih untuk diperiksa berdasar sistem
kriteria seleksi atau sampling yang dimaksudkan untuk mengurangi
unsur subjektivitas dalam suatu pemilihan wajib pajak karena proses
pemilihan berdasarkan atas variabel-variabel terukur dalam suatu
program aplikasi komputer. Variabel tersebut adalah rasio antara
elemen dalam SPT yang dilaporkan dengan informasi atau data yang
terdapat pada dirjen pajak. Dengan digunakannya sistem ini, wajib
pajak yang mempunyai potensi tinggi dan menunjukkan indikasi kuat
melakukan pelanggaran terhadap kewajiban pajaknya dapat diperiksa.
3. Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan terutama
terhadap wajib pajak sehubungan dengan adanya keterangan atau
masalah yang berkaitan dengannya dan sifatnya sangat selektif dan
dilakukan demi terciptanya keadilan dalam suatu pemungutan pajak.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan terhadap wajib pajak yang diduga
melakukan tindak pidana pajak, wajib pajak yang diadukan oleh
masyarakat, dan wajib pajak tertentu tidak berdasar atas pertimbangan
Ditjen Pajak.
4. Pemeriksaan wajib pajak lokasi adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan atas cabang, perwakilan pabrik dan atau tempat usaha dari
wajib pajak domisili.

15
5. Pemeriksaan tahun berjalan.yaitu pemeriksaan terhadap wajib pajak
yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu
atau seluruh jenis pajak. Pemeriksaan ini dapat dilakukan terhadap
wajib pajak domisili atau wajib pajak lokasi
6. Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan kuat
telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
7. Pemeriksaan terintegrasi, pemeriksaan ini diperuntukkan bagi
perusahaan yang memiliki kelompok usaha yang biasanya dalam
bentuk group ditemukan adanya indikasi keterkaitan dengan anggota
group lain maka dimungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan secara
terintegrasi.

2.1.5 Definisi Badan

Menurut UU No.28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata


Cara Perpajakan Pasal 1 Angka 3, Badan adalah sekumpulan orang
dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan
Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, BUMN atau BUMD
dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi,
Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi
Massa, Organisasi Sosial Politik, atau Organisasi lainnya, Lembaga dan
Bentuk Badan lainnya, termasuk Kontrak Investasi Kolektif dan Bentuk
Usaha Tetap.
Wajib Pajak Badan tersebut diatas wajib mendaftarkan diri sebagai
Wajib Pajak jika:
1. Wajib Pajak Badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai
pembayar pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak termasuk BUT

16
(Badan Usaha Tetap) dan kontraktor dan atau operator di bidang
usaha hulu minyak dan gas bumi.
2. Wajib Pajak Badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai
pemotong dan atau pemungut pajak termasuk bentuk kerja sama
operasi (JO).
Pasal 20 ayat (1) UU PPh menyebutkan bahwa pajak, yang
diperkirakan akan terutang dalam satu tahun pajak, dilunasi oleh Wajib
Pajak dalam tahun pajak berjalan melalui pemotongan dan pemungutan
pajak oleh pihak lain, serta pembayaran pajak oleh wajib pajak sendiri.
Dengan kata lain, seperti terlihat gambar berikut:

PPh Pasal 23

PPh yng dipotong/ PPh Pasal 22


dipungut pihak lain
PPh Pasal 24
Pph Badan
PPh Pasal 25
PPh yang dibayar sendiri
PPh Pasal 29

Gambar Mekanisme Pembayaran PPh Badan

Pasal 20 Ayat (1) UU PPh juga menyebutkan bahwa pelunasan


pajaknya dilakukan dalam tahun pajak berjalan. Pengertian tahun pajak
dalam hal ini telah dijabarkan dalam penjelasan Pasal 1 UU PPh, yaitu:
‘’Yang dimaksud dengan “tahun pajak’ dalam undang-undang ini adalah
tahun kalender, tetapi Wajib Pajak dapat menggunakan tahun buku
yang tidak sama dengan tahun kalender, sepanjang tahun buku tersebut
meliputi jangka waktu 12 (dua belas) bulan’’.

2.2 Persiapan Pemeriksaan

Persiapan pemeriksaan meliputi hal-hal sebagai berikut :

17
1. Sistem Akuntansi

Sistem Akuntansi pokok pada perusahaan adalah adanya organisasi


formulir dan pencatatan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk
menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen guna
mengelola perusahaan secara efektif dan efisien.
Sistem akuntansi pada perusahaan perdagangan tidak berbeda jauh
dengan perusahaan industri lainnya, namun terdapat kebijakan
akuntansi yang spesifik terhadap perkiraan-perkiraan tertentu
sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan perusahaan, perkiraan
tersebut yaitu:

a. Persedian
Dalam perusahaan perdagangan, pada umumnya persediaan
dinilai atas dasar biaya yang terendah antara harga perolehan
dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan dan harga perolehan
ditentukan dengan metode rata-rata (average method) dan pada
setiap akhir bulan akan ditelaah ulang dan dilakukan pencadangan
atas barang hilang dan barang rusak sebesar prosentase tertentu
dari total penjualan bersih.
b. Pendapatan
Pendapat diakui berdasarkan penerimaan tunai dan cash register
dan juga penerimaan melalui kartu kredit dan kartu debit kecuali
pendapatan yang diperoleh dari sewa.

2. Analisa Perkiraan – Perkiraan Pada L/K dan SPT

Analisa atas perkiraan – perkiraan pada laporan keuangan dan SPT


dimaksudkan untuk:
a. Menilai perubahan (kenaikan/penurunan) yang terjadi pada
perkiran-perkiraan dalam laporan keuangan yangterkait dengan

18
kewajiban perpajakan yang timbul dari perubahan-perubahan
tersebut.
b. Melakukan equalisasi antara laporan keuangan menurut komersial
dengan laporan fiscal, sehingga langkah selanjutnya dapat mudah
untuk ditelusuri perbedaan yang terjadi antara laporan komersial
dengan laporan fiscal. Perbedaan yang terjadi dapat dihubungkan
atas pos-pos biaya apa saja yang berubah hasil koreksi intern
perusahaan.

Dalam analisa laporan keuangan dan SPT sekaligus dapat ditentukan


titik-titik kritis yang lebih memerlukan pendalaman atas biaya-biaya
tertentu.
Pengujian dan analisa juga diperlukan dari laporan pajak tahun
sebelumnya, lakukan pencatatan-pencatan penting atas
temuan/permasalahan pemeriksaan sebelumnya, serta ketetapan pajak
yang belum dibayar.
Dokumen yang dibutuhkan untuk melakukan analisa ini adalah:
a. Laporan Keuangan Komersial yang telah diaudit
b. SPT PPh Badan
c. Daftar Koreksi Intern dari Wajib Pajak
d. Berkas Pemeriksaan Tahun Sebelumnya dari KPP Terkait

3. Analisis Pendapatan

Analisa pendapatan dibutuhlan dalam pemeriksaan atas omset


peredaran usaha yang dilaporkan. Dlam hal ini analisa perlu dilakukan
atas pendapatan yang dilaporkan dalam laporan komersial dengan
omset peredaran usaha yang dilaporkan dalam SPT, dengn tujuan
untuk meyakini angka yang dilaporkan dalam SPT.
Dalam perusahaan pedagang besar pendapatan operasional yang
dilaporkan dalam laporan keuangan komersial terdiri dari:

19
a. Penjualan
Pendapatan ini diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan.
Pendapatan tersebut diakui berdasarkan penerimaan tunai dari
cash register dan juga penerimaan melalui kartu kredit dan kartu
debit. Untuk meyakini apakah semua pendapatan sudah
dilaporkan, perlu dilakukan perbandingan antara seluruh akun
penjualan dengan cash register.
b. Pendapatan lain-lain operasional
Pendapatan ini diperoleh dari marketing budget, pendapatan
selisih kurs, bunga deposito atau jasa giro. Dalam perhitungan
fiscal tidak semua pendapatan komersial tersebut dijadikan dasar
pengenaan pajak, ada beberapa yang masih harus dikurangkan
(koreksi negative) misalnya pendapatan sewa yang sudah
dikenakan PPh Pasal 23 yang bersifat final.

4. Analisa Biaya

a. Penentuan Harga Pokok Penjualan


Analisa ini dilakukan untuk mengetahui unsur-unsur biaya yang
masuk dalam penetuan harga pokok penjualan dengan tujuan untuk
mendapatkan gambaran yang tepat dan terinci atas unsur-unsur
pembentuk harga pokok penjualan masing-masing jenis produk.
Untuk Harga Pokok Penjualan yang perlu diperhatikan dalam
analisa adalah:
 Metode Penilaian Persediaan dan Konsistensi
Analisa ini bermanfaat untuk mengetahui dan memahami
pemakaian metode penilaian persediaan dan konsistensi
pemakaian metode tersebut. Jika terdapat perubahan
penggunaan metode maka analisa dampak dari perubahan
tersebut.

20
 Status Inventory
Analisa ini bermanfaat untuk mengetahui apakah barang
yang ada merupakan milik perusahaan atau merupakanbarang
konsinyasi.
 Persedian Dalam Perjalanan
Analisa ini bermanfaat untuk mengetahui metode dan syarat
penjualan yang diterapkan missal FOB Shipping Point atau FOB
Destination.
Analisa hubungan antara inventory (pembelian) dengan mutasi
hutang dagang, dimana untuk mendapatkan angka pelunasan
hutang bias dilihat dari cash flow statementnya.

Dalam perusahaan pedagang besar, pada umumnya WP


memasukan unsur biaya barang rusak dan barang hilang ke
dalam Harga Pokok Penjualannya. Untuk itu perlu diteliti apakah
pembebanan biaya tersebut sudah didukung bukti yang kuat
misalnya apakah kerusakan atau kehilangan yang terjadi sudah
didukung dengan Berita Acara yang menyebutkan sebab
terjadinya barang yang rusak atau hilang tersebut.
Dokumen yang dibutuhkan untuk analisa harga pokok penjualan
adalah:
o Laporan Perhitungan HPP
o Lapran Rugi Lana
o SPT PPh Badan

b. Biaya Usaha Lainnya


Analisa biaya usaha lainnya dilakukan dengan cara:
 Merinci semua biaya-biaya tersebut, hingga dapat ditentukan
klasifikasi dan jenis biayanya.

21
 Melakukan control hubungan antara biaya dengan pos-pos
yangterkait misalnya biaya promosi dengan pendapatan.

Tujuan analisa ini adalah untuk menentukan biaya-biaya non


deductible dan deductible.
Dalam perusahaan pedagang besar, pada umunya pos pengurang
penghasilan bruto biasanya meliputi:
o Gaji
o Royalty
o Sewa
o Jasa
o Biaya Lainnya

Dalam pos biaya lainnya biasanya termasuk biaya-biaya yang


non deductible, misalnya adanya biaya listrik, telpon,air yang
diberikan dalam bentuk kenikmatan/natura oleh perusahaan
kepada direksi atau karyawan yang sesuai dengan pasa 9 ayat
(1) huruf e UU No.36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
atas UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Peghasilan harusnya
dikoreksi positif.
Dokumen yang dibutuhkan dalam analisa biaya ini adalah:
 Ledger dan sub ledger biaya
 Laporan Keuangan
 SPT PPh Badan

c. Penghasilan/ Biaya dari Luar Usaha


Dalam perusahaan perdagangan, pada umumnya yang termasuk
dalam pendapatan/biaya di luar usaha adalah:
 Pendapatan dari kelebihan kasir
 Pendapatan lain-lain

22
 Biaya bunga
 Biaya operasional lain-lain

2.3 Prosedur Pemeriksaan Terhadap Wajib Pajak Badan

Tujuan Pemeriksaan adalah untuk memastikan bahwa seluruh


peredaran usaha telah dicatat dan dilaporkan pada SPT PPh Badan.

Langkah-langkah dalam Prosedur Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Badan:

1. Pelajari pengisian SPT dari Wajib Pajak Badan tersebut apakah sudah
diisi dengan lengkap dan berkas induknya lengkap.
2. Hitung kembali perhitungan menurut SPT Wajib Pajak mengenai:
a. Peredaran Usaha
b. Harga Pokok Penjualan
c. Laba Kotor
d. Biaya-biaya
e. Pendapatan diluar usaha
f. Laba bersih
g. untuk orang pribadi dikurangi PTKP
h. untuk pembukuan dikurangi kompensasi kerugian
i. Penghasilan Kena Pajak
j. PPh terutang
k. PPh Kurang/ lebih bayar
l. Kredit Pajak

3. Hitung kembali penghitungan meneurut pemerikasa dari data SPT WP,


beserta tarif PPh yang benar.

23
4. Untuk PPh yang dibayar, pastikan jumlah kredit pajak telah disajikan
dalam neraca sisi aktiva dan PPh Badan/ PPh OP yang menggunakan
pembukuan, PPh terutang akhir tahun telah disajikan dalam neraca
sisi pasiva
5. Lakukan konfirmasi atas pembayaran PPh Pasal 25, STP Pokok Pasal
25, yang telah dibayarkan oleh WP.

2.4 Pemeriksaan atas SPT Tahunan PPh Badan

Pengujian akan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak Sehubungan dengan


SPT PPh yang disampaikan oleh Wajib Pajak Badan yang melakukan
pembukuan akan difokuskan pada beberapa hal sebagai berikut :

1. Pengujian atas Penghasilan

a. Kelengkapan (completness) penghasilan yang dilaporkan.

Tujuan pengujian kelangkapan (completness) atas penghasilan yang


dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam SPT dilakukan untuk memastikan
bahwa Wajib Pajak telah melaporkan seluruh peenghasilan yang
diterimanya dalam SPT Tahunan PPh badan.

b. Kebenaran Jenis atau Sumber Penghasilan yang Dilaporkan.

Pemeriksa Pajak akan melakukan pengujian dalam rangka


memastikan kebenaran jenis/sumber penghasilan Wajib Pajak
terutama dalam hal Wajib Pajak menyatakan bahwa penghasilan
yang diterima berupa : (1) Penghasilan yang telah dikenakan PPh
final dan (2) Penghasilan non-objek Pajak.
.
2. Pengujian atas Biaya
Adapun beberapa hal yang harus di lakukan dalam Pengujian atas
Biaya antara lain:

a. Eksistensi Dan Kebenaran Jumlah yang dibebankan

24
Tujuan pengujian eksistensi dan kebenaran Jumlah yang
dibebankan dilakukan untuk memastikan bahwa Wajib Pajak hanya
membebankan biaya yang benar-benar terjadi pada jumlah yang
sebenarnya.
b. Keterkaitan antara biaya dengan kegiatan usaha
Tujuan pengujian keterkaitan anntara biaya dan kegiatan usaha
dilakukan untuk memastikan bahwa Wajib Pajak hanya membebankan
biaya yang terkait dengan kegiatan usaha semata. Biaya yang tidak
berkaitan dengan kegiatan usaha dipastikan tidak dikurangkan.

3. Pengujian Kopensasi Kerugian Fiskal


Pengujian atas kompensasi keugian fiskal dilakukan oleh Pemeriksa
Pajak untuk memastikan bahwa Wajib Pajak telah mengkompensasi
kerugian Fiskal memenuhi ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Adapun hal-hal krusial yang akan diuji oleh pemeriksa Pajak adalah :
 Dokumen penentu nilai kerugian fiskal, apakah berdasarkan SPT
Wajib Pajak, Surat Ketetapan Pajak, Keputusan Keberatan atau
putusan banding,
 Jangka Waktu kompensasi kerugian fiskal selama lima tahun.

4. Pengujian Kebenaran Penetapan Tarif


Pengujian atas kebnaran penetapan tarif dilakukan oleh Pemeriksa
Pajak untuk memastikan bahwa Wajib Pajak telah menggunakan tarif
pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Perpajakan. Adapun Tarif dipergunakan meliputi;
a. Tarif Pasal 17 ayat (2a) Undang-undang PPh;
b. Tarif Pasal 17 ayat (2b) Undang-undang PPh; atau
c. Tarif Pasal 31E Undang-undang PPh.

25
5. Pengujian atas Kredit Pajak
Pemeriksa Pajak akan melakukan pengujian dalam rangka memastikan
kebenaran kredit pajak yang diperhitungkan oleh Wajib Pajak. Hal ini
dilakukan oleh pemeriksa Pajak untuk memastikan agar kredit pajak
yang dinyatakan oleh Wajib Pajak dalam SPT telah sesiai dengan
ketentuan yang berlaku. Adapun teknik yang dapat ditempuh oleh
Pemeriksa Pajak untuk memastikan kebenaran kredit pajak yang
diperhitungkan oleh wajib pajak adalah;
a. Pemanfaatan data internal Direktorat Jendral Pajak berupa bukti
potong PPh atau surat Setoran Pajak (SSP); dan
b. Konfirmasi ke pihak pemotong/pemungut pajak.

26
BAB III

STUDI KASUS

3.1 Pembahasan Kasus PPh Badan di PT HP

PT. HP
REKONSILIASI FISKAL
UNTUK PERIODE YANG BERKHIR - 31 DESEMBER 2015

KOMERSIAL KOREKSI FISKAL


POSITIF NEGATIF
PENJUALAN BERSIH 4.578.555.423 4.578.555.423

HARGA POKOK
PENJUALAN
PERSEDIAAN AWAL 3.048.550.713 3.048.550.713
PEMBELIAN 1.836.962.771 1.836.962.771
BARANG TERSEDIA 4.885.513.484 4.885.513.484
UNTUK DIJUAL
PERSEDIAAN AKHIR (2.674.217.619 (2.674.217.619
) )
HARGA POKOK 2.211.295.865 2.211.295.865
PENJUALAN
LABA (RUGI) USAHA 2.367.259.558 2.367.259.558
KOTOR

BIAYA PEMASARAN

BIAYA GAJI SPG 21.335.000 21.335.000


BIAYA DISPLAY 8.795.419 8.795.419
BIAYA IKLAN & 161.603.201 161.603.201
PROMOSI

27
BIAYA PERLNGKPN 9.498.300 9.498.300
COUNTER & ATK
BIAYA PERJALANAN 39.849.193 39.849.193
DINAS
BIAYA PENY. INVENT 1.122.391 1.789.357,2 2.911.748
COUNTER
5
BIAYA PENGEMASAN 4.627.488 4.627.488
BIAYA SEWA 28.664.165 28.664.165
COUNTER/SHOWROOM
BIAYA ONGKOS 923.500 923.500
ANGKUT BARANG
BIAYA SEWA 51.945.912 51.945.912
KENDARAAN
BIAYA EXPEDISI 4.755.525 4.755.525
KELUAR KOTA
BIAYA ROYALTI 108.943.901 108.943.901

BIAYA ADMINISTRASI &


UMUM
BIAYA AIR, LISTRIK & 55.438.395 55.438.395
TELEPON
BIAYA ASURANSI 15.537.351 15.537.351
BIAYA PHOTO COPY & 8.265.425 8.265.425
PERCETAKAN
BIAYA GAJI, THR & 1.330.927.600 1.330.927.600
BONUS KARYAWAN
PREMI JAMSOSTEK 30.175.792 30.175.792
BIAYA KEAMANAN & 18.000.000 18.000.000
KEBERSIHAN
BIAYA PROFESIONAL 27.500.000 27.500.000
FEE / KONSULTAN
BIAYA TRAINING 125.000 125.000
MANAJEMEN
BIAYA KEPERLUAN 31.592.872 31.592.872
KANTOR & ATK
BIAYA 63.821.587 18.252.553 82.074.140
PENY.INVENTARIS

28
KANTOR
BIAYA PENYUSUTAN 58.802.100 29.401.05 29.401.050
KENDARAAN
0
BIAYA POS, MATERAI & 2.502.500 2.502.500
EXPEDISI
BIAYA SERVICE 10.781.486 10.781.486
KENDARAAN
BIAYA SEWA GUDANG 62.222.220 62.222.220
BIAYA SEWA KANTOR 119.814.812 119.814.812
BIAYA TOL, PARKIR, 75.779.092 75.779.092
BENSIN
BIAYA PPH PS 21 56.235.843 56.235.84 -
3
BIAYA PERPANJANG 13.403.000 13.403.000
STNK
BIAYA PAJAK BUMI & 6.596.602 6.596.602
BANGUNAN
BIAYA PEMELIHARAAN 6.993.182 6.993.182
INVT-K&C
BIAYA PEMELIHARAAN 66.467.000 66.467.000
BANGUNAN
BIAYA BUNGA 67.835.349 67.835.349
PINJAMAN KE BANK
BIAYA PROVISI KREDIT 8.000.000 8.000.000
BIAYA AMORTISASI 3.257.837 281.536 3.539.373
AKTIVA LAIN2
BIAYA RECRUITMENT 2.176.000 2.176.000

BIAYA OPERASIONAL (2.584.315.040 85.636.89 (20.323.447 (2.519.001.593


) 3 ) )
Laba (Rugi) Usaha (217.055.482) 85.636.89 (20.323.447 (151.742.035)
Bersih
3 )

PENDAPATAN / BIAYA
DILUAR USAHA

29
PENDAPATAN BUNGA 408.667 408.667 -
LABA SELISIH KURS - -
LABA PENJUALAN 600.000 600.000
AKTIVA TETAP
PENDAPATAN LAIN- 3.756.970 3.756.970
LAIN
BIAYA ADMINISTRASI (3.979.374) (3.979.374)
BANK
BIAYA PAJAK BUNGA (81.733) 81.733 -
RUGI SELISIH KURS (27.368.370) (27.368.370)
BIAYA LAIN-LAIN (2.922.559) (2.922.559)

PENDAPATAN / BIAYA (29.586.399) 81.733 (408.667) (29.913.333)


DILUAR USAHA

Laba Bersih Usaha (246.641.881) (181.655.368)


Sebelum Pajak
Penghasilan
Pajak Penghasilan NIHIL NIHIL

Laba Bersih Usaha (246.641.881) (181.655.368)


Setelah Pajak
Penghasilan

PT. HP merupakan sebuah perusahaan yang berdomisili di Jakarta


Barat yang bergerak di bidang import, wholesale, dan retail produk-produk
dekorasi interior yang didirikan pada tahun 1993. Perusahaan ini terdaftar di
KPP Pratama Kembangan Jakarta Barat. Hal ini sudah sesuai dengan Pasal
2 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang menyatakan bahwa setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan
diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi

30
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan
NPWP.
Laporan laba rugi PT. HP tahun 2015 tidak dikenai PP 46 Tahun 2015,
karena peredaran bruto tahun sebelumnya diatas angka
Rp4.800.000.000,00. Sedangkan Wajib Pajak yang harus menggunakan PP
46 Tahun 2013 adalah semua wajib pajak baik orang pribadi maupun badan
tidak termasuk BUT yang menerima penghasilan dari usaha dengan
peredaran bruto tidak melebihi Rp. 4,8 Milyar dalam 1 (satu) tahun pajak. PT.
HP menyetorkan dan melaporkan SPT Masa PPh Pasal 25 tepat waktu
sesuai dengan Pasal 3 ayat (3) huruf a UU No. 28 Tahun 2007 tentang KUP.
Batas waktu penyetoran adalah tanggal 15 bulan berikutnya dan batas waktu
pelaporan adalah tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Pada tahun 2015, PT. HP berada dalam dalam posisi rugi secara fiskal
sehingga tidak ada PPh Pasal 25 yang harus dibayar pada tahun 2015 (Nihil)
serta melaporkan SPT Lebih Bayar.
Pada tahun 2016 PT. HP diperiksa berdasarkan SPT Tahunan Badan
2015 yang dilaporkan Lebih Bayar sebesar Rp113.397.635.

Pengujian Arus Piutang

Penerimaan Kas dan Bank :


Kas – IDR 0
Kas – USD 0
Petty Cash – IDR 104.547.557
Bank BCA 5.368.057.535
Bank PANIN 3.630.200
Bank COMMONWEALTH 1.955.514.241
Total Penerimaan Kas dan Bank 7.431.749.534

Ditambah: saldo akhir piutang usaha 309.533.058


7.741.282.592
Dikurangi: saldo awal piutang usaha 748.305.068

31
6.992.977.524
Penyesuain :
(+) penghapusan piutang 0
(-) retur penjualan 0
(-) PPN dipungut sendiri 0
(+) Uang Muka penjualan Awal 86.249.396
(-) Uang Muka penjualan Akhir 67.460.376
(+-) rugi/laba selisih kurs 0
(+/-) Penyesuaian lain 0
7.011.766.544
Peredaran usaha menurut pengujian 6.374.333.222
Peredaran Usaha menurut SPT/WP
4.578.555.423

Selisih / koreksi
1.795.777.799

Penjelasan koreksi : ………………………………

Berdasarkan hasil pengujian, terdapat selisih pendapatan yang belum


masuk dalam laporan SPT Tahunan Badan PT. HP Tahun 2015 sebesar
Rp1.795.777.799. Perusahaan berpotensi berubah status dari restitusi
menjadi kurang bayar.
Perusahaan memiliki hak untuk mengajukan tanggapan dan klarifikasi
terhadap hasil pengujian yang dilakukan olek tim pemeriksa pajak yang
bertugas, maka PT. HP mengajukan klarifikasi terhadap nilai selisih hasil
pemeriksaan. Namun berdasarkan dokumen klarifikasi yang diajukan oleh
wajib pajak, dalam hal ini PT. HP, terdapat Rp545.777.799 yang tidak bisa
diklarifikasi.

32
3.2 Hasil Pemeriksaan Kasus

PT. HP

SPT 2015 PEMERIKSA

PENJUALAN BERSIH 5.124.333.222


4.578.555.423

HARGA POKOK PENJUALAN

PERSEDIAAN AWAL 3.048.550.713 3.048.550.713

PEMBELIAN 1.836.962.771 1.836.962.771

BARANG TERSEDIA UNTUK 4.885.513.484 4.885.513.484


DIJUAL
PERSEDIAAN AKHIR (2.674.217.619)
(2.674.217.619)
HARGA POKOK PENJUALAN 2.211.295.865 2.211.295.865

LABA (RUGI) USAHA KOTOR 2.367.259.558 2.913.037.357

BIAYA OPERASIONAL (2.519.001.593)


(2.519.001.593)
Laba (Rugi) Usaha Bersih (151.742.035) 394.035.764

PENDAPATAN / BIAYA DILUAR (29.913.333) (29.913.333)


USAHA

Laba Bersih Usaha Sebelum (181.655.368) 364.122.431


Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan NIHIL 48.396.169

33
Laba Bersih Usaha Setelah Pajak 315.726.262
Penghasilan (181.655.368)

PENGHASILAN YANG MENJADI DASAR PERHITUNGAN 364.122.431

KOMPENSASI KERUGIAN 0

PENGHASILAN KENA PAJAK (dibulatkan dalam ribuan) 364.123.000

PPH TERUTANG (Pasal 31E) 48.396.169

KREDIT PAJAK :

PPH PASAL 22 – IMPOR 14.816.000

PPH PASAL 25 – ANGSURAN 98.581.635

113.397.635

PPH PASAL 28A LEBIH BAYAR (yg akan direstitusi) 65.001.522

Berdasarkan hal itu, tim pemeriksa pajak yang bertugas menetapkan


selisih nilai yang tidak bisa diklarifikasi oleh PT. HP sebagai bagian dari
penghasilan dan dikategorikan sebagai uang muka penjualan pada masa
pajak tahun 2015 sehingga Laporan Keuangan PT. HP menunjukan adanya
laba sebesar Rp364.122.431 dan pajak terutang sebesar Rp48.396.169. Hal
ini menyebabkan nilai restitusi turun menjadi Rp65.001.522.
Selain itu, nilai selisih Rp545.777.799 tersebut juga dikenakan sanksi
terkait tidak membuat faktur pajak dan tidak dilaporkan dalam SPT masa
PPN, berupa :

34
Sanksi Denda :
- Pasal 14 (4) tidak menerbitkan faktur pajak : 2% x Rp545.777.799
Rp10.915.556
Sanksi Bunga :
- Pasal 8 (2 dan 2a) pembetulan SPT masa kurang bayar : 2% per
bulan dari jumlah kurang bayar : 2% x Rp10.915.556 x 7bln =
Rp1.528.177
Total sanksi : Rp12.443.733

Maka dari hasil pemeriksaan dinyatakan PT.HP terdapat sanki Rp


12.443.733 dan PPh pasal 28A lebih bayar yang di restitusi menjadi
Rp65.001.522.

35
BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

4.1 Kesimpulan

Pemeriksaan pajak merupakan dasar evaluasi atas pemenuhan


kewajiban perpajakan. Setiap Wajib Pajak pada dasarnya berpotensi untuk
dilakukan pemeriksaan terhadap pemenuhan kewajibannya, sehingga selain
melakukan pelaporan SPT dengan benar, lengkap dan jelas, Wajib Pajak
juga harus mengarsipkan atau mendokumentasikan transaksi-transaksi
dengan benar. Hal ini diperlukan jika sewaktu-waktu Wajib Pajak dilakukan
pemeriksaan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada PT. HP dalam menilai
pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dibahas di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa PT. HP telah melaksanakan kewajiban penyetoran dan
pelaporan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Namun di
dalam hal perhitungan dan penyusunan SPT Tahunan Badan terdapat
beberapa kesalahan dalam perlakuan uang muka penjualan pada laporan
laba rugi fiskal, sehingga mengakibatkan pajak yang terutang menurut
ketentuan perpajakan dan menurut perusahaan berbeda.

4.2 Saran

1. Dalam perhitungan SPT tahunan badan, PT. HP harus lebih teliti.


2. Prosedur Pemeriksaan Pajak terhadap WP Badan harus lebih
dioptimalkan lagi.
3. Pengawasan dalam pemeriksaan Pajak WP Badan harus lebih
ditingkatkan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pajak, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor


07/PJ/2017 tentang Pedoman Pemeriksaan Lapangan Dalam Rangka
Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan.

Kementerian Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan Nomor


17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah
diubah terkahir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2015.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang


Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.

Situs Direktorat Jenderal Pajak, http://www.pajak.go.id/content/255-


pemeriksaan.

Wirawan B. Ilyas, Pandu Wicaksono. 2015. Pemeriksaan Pajak. Jakarta:


Mitra Wacana Media.

37
Pertanyaan dan jawaban

1. Pertanyaan Desi

Mengapa uang senilai Rp. 545.777.799 tidak dapat di klarifikasi oleh PT HP?

Jawaban : Dedek yuliyanti dan sanggahan dari ibu

Karena tidak ada bukti dari dokumen yang diperiksa oleh fiskus dan oleh

pemeriksa (fiskus) uang tersebut di tetapkan sebagai penghasilan dan

dikategorikan sebagai uang muka penjualan di tahun 2015.

2. Pertanyaan Imam

Apa tujuan PT HP mengeluarkan SPT Lebih bayar?

Jawaban : Dedek yuliyanti

PT HP secara fiskal pada tahun 2015 mengalami kerugian dan sebelumnya

sudah membayar pajak dan jika mengalami kerugian maka PT HP tidak

berkewajiban membayar pajak. Sehingga tidak ada PPh pasal 25 yang harus

di bayarkan. Oleh karena itu PT HP berhak mengeluarkan SPT lebih bayar

karena mengalami kerugian..

38
39

Anda mungkin juga menyukai