SANKSI PERPAJAKAN
Dosen Pengampu :
Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Hukum Pajak dan Perpajakan yang telah membimbing kami dalam menyusun
makalah ini dan tak lupa kepada rekan-rekan kelompok yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik
dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan salah satu dari negara yang
mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak. Menurut data yang
terakhir sumber penghasilan bangsa Indonesia ini 95% adalah dari sektor
Pajak. Dikarenakan jumlah penduduk yang sangat banyak yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Jadi, Wajib Pajak di Inonesia juga sangat banyak.
Sedangkan Pajak sendiri mempunyai jenis atau macamnya sendiri.
Sehingga secara tidak di sadari oleh Wajib Pajak masyarakat Indonesia
maka dengan sendirinya mereka telah membayar Pajak berdasarkan jenis
atau macamnya Pajak itu sendiri.
Dengan banyaknya jenis pajak di Indonesia membuat para wajib
pajak tidak begitu paham mengenai pajak. Hal itulah yang menyebabkan
wajib pajak yang memenuhi kewajibannya membayar pajak sangat sedikit.
Sehingga sanksi pajak di berlakukan kepada para wajib pajak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sanksi perpajakan?
2. Apa saja jenis-jenis sanksi perpajakan?
3. Apa saja contoh pengenaan sanksi perpajakan?
4. Apa saja dasar hukum penagihan pajak?
5. Apa saja dasar penagihan pajak?
6. Bagaimana daluarsa penagihan pajak?
7. Bagaimana penghapusan piutang pajak?
8. Bagaimana tata cara penyitaan piutang penanggung pajak dalam rangka
penagihan dengan surat paksa?
9. Bagaimana tindakan penagihan pajak?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian sanksi perpajakan.
1
2
A. Tinjauan Pustaka
Pajak merupakan sumber pasti dalam memberikan kontribusi dana
kepada negara. Untuk meningkatkan penerimaan pajak, pemerintah
melakuakan reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1984.
Sejak saat itu, Indonesia menganut self assessment system yaitu sistem
pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak terutang (Mardiasmo, 2009:7).
Konsekuensi dari perubahan ini adalah Direktorat Jenderal Pajak
berkewajiban untuk melakukan pelayanan, pengawasan, pembinaan, dan
penerapan sanksi pajak (Maria, 2012). Menurut Darmayanti (2004) dalam
(Elia, 2006), penerapan self assessment system akan efektif apabila kondisi
kepatuhan sukarela (voluntary compliance) pada masyarakat telah
terbentuk. Kepatuhan wajib pajak diidentifikasi dari kepatuhan dalam
mendaftarkan diri, menyetor kembali Surat Pemberitahuan (SPT),
menghitung dan membayar pajak terutang serta membayar tunggakan pajak.
Hal tersebut dipertegas dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
544/KMK.04/2000 tentang Kriteria Wajib Pajak Patuh, yaitu jika memenuhi
kriteria berikut ini:
1) Tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan untuk semua
jenis pajak dalam dua tahun terakhir.
2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak.
3) Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir.
4) Dalam dua tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 UU KUP, dan dalam hal wajib
pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang
terakhir untuk tiaptiap jenis pajak yang terutang paling banyak lima
3
4
persen. Wajib Pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir
diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian,
atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak memengaruhi laba
rugi fiskal. Laporan auditnya harus disusun dalam bentuk panjang (long
form report) yang menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal.
Dalam hal wajib pajak yang laporan keuangannya tidak diadit oleh
akuntan publik dipersyaratkan untuk memenuhi ketentuan pada angka 1,
2, 3, dan 4 di atas.
Namun tingkat kepatuhan wajib pajak masih rendah, seperti yang
dipaparkan oleh Wahyu (2008) bahwa kondisi kepatuhan wajib pajak di
Indonesia masih rendah, hal tersebut ditunjukkan dari total wajib pajak yang
terdaftar hanya sebagian yang melaporkan kewajiban perpajakannya.
Penelitian-penelitan yang pernah dilakukan di Indonesia
menyatakan bahwa kepatuhan pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: penelitian yang dilakukan oleh Hutagaol, dkk (2007) dan
Yadnyana (2011) menunjukkan bahwa variabel-variabel yang memengaruhi
kepatuhan pajak salah satunya adalah sanksi pajak. Muliari (2010) dalam
penelitiannya menyatakan kepatuhan pajak dipengaruhi oleh kesadaran
wajib pajak. Ari (2011) dalam penelitiannya menyatakan faktor-faktor yang
memengaruhi kepatuhan pajak meliputi kesadaran wajib pajak, kualitas
pelayanan dan penyuluhan perpajakan.
B. Pembahasan
a) Pengertian Sanksi Perpajakan
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan
kepada orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau undang-
undang merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya
tidak dilakukan. Sanksi diperlukan agar peraturan atau undang-undang
tidak dilanggar. Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan
5
b) Bunga
Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas
pelanggaran yang menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar.
Jumlah bunga dihitung berdasarkan persentase tertentu dari suatu
jumlah, mulai dari saat bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai
dengan saat diterima dibayarkan.
Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung bunga
utang biasa dengan bunga utang paiak. Penghitungan bunga utang
pada umumnya menerapkan bunga majemuk (bunga berbunga).
Sementara, sanksi bunga dalam ketentuan pajak tidak dihitung
berdasarkan bunga majemuk.
Besarnya bunga akan dihitung secara tetap dari pokok
pajak yang tidak atau kurang dibayar. Tetapi, dalam hal Wajib
Paiak hanya membayar sebagian atau tidak membayar sanksi
bunga yang terdapat dalam surat ketetapan pajak yang telah
diterbitkan, maka sanksi bunga tersebut dapat ditagih kembali
dengan disertai bunga.
Perbedaan lainnya dengan bunga utang pada umumnya
adalah sanksi bunga dalam ketentuan perpajakan pada dasarnya
dihitung 1 (satu) bulan penuh. Dengan kata lain, bagian dari bulan
dihitung 1 (satu) bulan penuh atau tidak dihitung secara harian.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai hal-hal yang
9
c) Kenaikan
Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi
berupa kenaikan adalah sanksi yang paling ditakuti oleh wajib
Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlahpajak
yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa
kenaikan pada dasarnya dihitung dengan angka persentase
tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang dibayar.
Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya
dikenakan karena Wajib Pajak tidak memberikan informasi-
informasi yang dibutuhkan dalam menghitung jumlah pajak
terutang. Untuk lebih jelasnya, hal-hal yang dapat menyebabkan
sanksi berupa kenaikan dan besarnya kenaikan dapat dilihat
dalam tabel 3.
2) Sanksi Pidana
Kita sering mendengar isilah sanksi pidana dalam peradilan
umum. Dalam perpajakan pun dikenai adanya sanksi pidana. UU
KUP menyatakan bahwa pada dasarnya, pengenaan sanksi pidana
merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajak.
Namun, pemerintah masih memberikan keringanan dalam
pemberlakuan sanksi pidana dalam pajak, yaitu bagi Wajib Pajak
yang baru pertama kali melanggar ketentuan Pasal 38 UU KUB tidak
dikenai sanksi pidana, tetapi dikenai sanksi administrasi.
Pelanggaran Pasal 38 UU KUP adalah tidak menyampaikan SPT
atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
10
Tabel 1
Sanksi Administrasi Berupa Denda, Bentuk pengenaan Denda, dan Besarnya Denda
1 SPT tidak disampaikan sesuai atas waktu Pasal 7 ayat (1) UU KUP a. Rp500.000,- untukSPTMasa PPN
penyampaian atau batas waktu perpanjangan b. Rp100.000,- untuk SPT Masa lainnya;
penyampaian SPT. c. Rpl.000.000,- untuk SPT Tahunan PPh Wajib
Pajak Badan;
d. Rp100.000,- untuk SPT Tahunan PPh Wajib
Pajak Orang Pribadi.
2 Meskipun telah dilakukan pemeriksaan, tetapi Pasal 8 ayat (3) UU KUP 150% dari jumlah pajak yang kurang dibayar.
belum dilakukan tindakan penyidikan, WajibPajak
dengan kemauan sendiri mengungkapkan
ketidakbenaran tentang data yang dilaporkan
dalam SPT dengan disertai pelunasan
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang
sebenarnya terutang.
3 Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pasal 14ayat (4) UU KUP 2% dari dasar pengenaan pajak.
PKP, tetapi tidak membuat Faktur pajak atau
membuat Faktur Pajak, tetapi tidak tepat
waktu.
12
4 PKP tidak mengisi Faktur pajak secara lengkap Pasal 14 ayat (4) UU KUP 2% dari dasar pengenaan pajak
sesuai dengan ketentuan Pasal l3 ayat (5) UU
Nomor 42 Tahun 2008 tentang perubahan Ketiga
atas UU Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN), selain:
1) ldentitas pembeli, dalam hal penyerahan
dilakukan oleh PKP pada umumnya; atau
2) ldentitas pembeli serta nama dan tanda
tangan, dalam hal penyerahan dilakukan oleh
PKP pedagang eceran.
5 PKP melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai Pasal 4 ayat (4) UU KUP 2% dari dasar pengenaan pajak
dengan masa penerbitan Faktur Pajak.
6 Keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan Pasal 25 ayat (9) UU KUP 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan
sebagian. keberatan dikurangi dengan pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan. Sanksi
administrasi berupa denda 50% tersebut tidak
dikenakan dalam hal Wajib Pajak
mengajukan banding.
13
7 Permohonan banding ditolak atau dikabulkan Pasal 21 ayat (5d) UU 100% dari jumlah pajak berdasarkan putusan
sebagian. KUP banding dikurangi dengan pembayaran pajak
yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan.
8 Setiap orang yang karena kealpaan: Pasal 33 UU KUP Didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah
a. Tidak menyampaikan SPT; atau pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
b. Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak
atau tidak lengkap, atau Melampirkan terutang yang tidak atau kurang dibayal atau
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga)
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan bulan atau paling Iama 1 (satu) tahun.
negara dan perbuatan tersebut merupakan
perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A UU
KUP.
9 Setiap orang yang dengan sengaja: Pasal 39 ayat (1) dan ayat Didenda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan (2) UU KUP pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP) atau dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
tidak melaporkan usahanya untuk terutang yang tidak atau kurang dibayar,
dikukuhkan sebagai PKP; dan dipidana dengan pidana penjara paling
14
b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6
hak NPWP atau Nomor Pengukuhan (enam) tahun. Pidana diatas ditambahkan 1
Pengusaha Kena Pajak (NPPKP); (satu) kali menjad i2 (dua) kali sanksi pidana
c. Tidak menyampaikan SPT; apabila seseorang melakukan lagi tindak
d. Menyampaikan SPT dan atau keterangan pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1
yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; (satu) tahun, terhitung sejak selesainya
e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan; menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.
f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau
dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan
keadaan yang sebenarnya
g. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau
pencatatan di lndonesia, tidak memperlihatkan
atau meminjam buku, catatan atau dokumen
lain;
h. Tidak menyimpan buku, catatan atau
dokumen yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk hasil pengolahan data dari
15
pemotongan pajak dan atau bukti setoran setoran pajak dan paling banyak 6 (enam) kali
pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang jumlah pajak dalam Faktur Pajak, bukti
sebenarnya; atau pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak,
b. Menerbitkan Faktur Pajak tetapi belum dan atau bukti setoran pajak, serta dipidana
dikukuhkan sebagai PKP. dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan paling lama 6 (enam)tahun.
12 Bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak, Pasal 41A UU KUP Didenda paling banyak Rp25.000.000,- dan
kantor administrasi dan atau pihak ketiga lainnya- dipidana dengan pidana kurungan paling lama
yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak 1 (satu) tahun.
yang sedang diperiksa, ditagih pajaknya dan disidik
karena adanya tindak pidana perpajakan- dengan
sengaja tidak memberi keterangan atau bukti, atau
memberikan keterangan atau bukti
yang tidak benar.
13 Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi Pasal 4l B UU KUP Paling banyak Rp75.000.000,- dan pidana
atau mempersulit penyidikan tindak pidana di penjara paling lama 3 (tiga) tahun.
bidang perpajakan.
14 Setiap orang dalam instansi pemerintah, lembaga, Pasal 41C ayat (1) UU Didenda paling banyak Rp 1 .000.000.000,-
asosiasi, dan pihak lain, yang dengan sengaja tidak KUP atau dipidana dengan pidana kurungan paling
17
19 Penanggung pajak yang: Pasal 41A ayat (1) UU Paling banyak Rp12.000.000,- dan pidana
a. Memindahkan hak,memindahtangankan, Nomor 19 Tahun 2000 penjara paling lama 4 (empat) tahun.
menyewakan, meminjamkan, tentang Perubahan Atas
menyembunyikan, menghilangkan, atau UU Nomor 19 Tahun 1997
merusak barang yang telah disita; tentang Penagihan Pajak
b. Membebani barang tidak bergerak yang telah dengan Surat Paksa (UU
disita dengan hak tanggungan untuk pelunasan PPSP)
utang tertentu;
c. Membebani barang bergerak yang telah disita
dengan fidusia atau diagunkan untuk
pelunasan utang tertentu; dan atau
d. Merusak, mencabut, atau menghilangkan segel
sita atau
salinan Berita Acara paksanaan Sita yang telah
ditempel pada barang sitaan.
20 Apabila bank termasuk lembaga keuangan lainnya, Pasal 41 A ayat (1 ) UU Didenda paling banyak Rp10.000.000,- dan
bursa efek, pejabat, notaris dan debitur, tidak PPSP dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
melaksanakan kewajibannya. (empat) bulan 2 (dua) minggu
19
21 Setiap orang yang dengan sengaja tidak menuruti Pasal 41 A ayat (2) UU Didenda paling banyak Rp10.000.000,- dan
perintah atau permintaan yang dilakukan menurut PPSP pidana dengan pidana penjara paling lama 4
UU atau dengan sengaja mencegah, menghalang- (empat) bulan 2 (dua) minggu.
halangi, atau menggagalkan tindakan dalam
pelaksanakan ketentuan
undang-undang yang dilakukan oleh jurusita pajak.
22 Setiap orang yang dengan sengaja tidak menuruti Pasal 41 A ayat (3) UU Paling banyak Rp10.000.000,- dan pidana
perintah atau permintaan yang dilakukan menurut PPSP penjara paling lama 4 bulan 2 minggu.
UU, atau dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau
menggagalkan tindakan jurusita pajak.
23 Dokumen yang Bea Meterai-nya tidak atau kurang Pasal 8 UU Nomor 13 200% dari Bea Meterai yang tidak atau kurang
dilunasi sebagaimana mestinya. Tahun 1985 tentang Bea dibayar. Pemegang dokumen harus melunasi
Dokumen-dokumen yang dikenai Bea meterai: Meterai Bea Meterai yang terhutang berikut dendanya
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dengan cara pemeteraian kemudian.
dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
alat pembuktian mengenai perbuatan,
kenyataan atau keadaan yang bersifat Perdata;
b. Akta-akta notaries termasuk salinannya;
20
24 Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) tidak Pasal '10 ayat (3) UU 25% dihitung dari pokok pajak.
disampaikan tepat waktu dan setelah ditegur secara Nomor 12 Tahun 1994
tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan tentang Perubahan atasUU
dalam Surat Teguran. Nomor 12 Tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan
Bangunan
(UU PBB)
25 Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan Pasal 10 ayat (4) UU PBB 25% dari selisih pajak yang terutang.
lain, ternyata jumlah pajak yang terutang lebih
besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan
SPOP yang disampaikan oleh Wajib Pajak.
26 Barang siapa karena kealpaannya: Pasal24 UU PPB Setinggi-tingginya 2 (dua) kali pajak yang
a. Tidak mengembalikan/menyampaikan SPOP terutang atau pidana kurungan selama-
kepada Ditjen Pajak; lamanya 6 (enam) bulan.
b. Menyampaikan SPOP. tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap dan atau melampirkan
keterangan yang tidak benar, sehingga
menimbulkan keruqian neqara.
22
27 Barang siapa dengan sengaja: Pasal 25 UU PBB Setinggi-tingginya sebesar 5 (lima) kali pajak
a. Tidak mengembalikan/menyampaikan yang terutang atau pidana penjara selama-
SPOP kepada Ditjen Pajak; lamanya 2 (dua) tahun.
b. Menyampaikan SPOB tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap dan atau melampirkan
keterangan yang tidak benar;
c. Memperlihatkan surat atau dokumen palsu;
d. Tidak memperlihatkan atau tidak
meminjamkan surat atau dokumen lainnya;
e. Tidak menunjukkan data atau tidak
menyampaikan keterangan yang diperlukan,
Sehingga menimbulkan kerugian pada negara
23
Tabel 2
Sanksi Administrasi Berupa Bunga, Bentuk Pengenaan Bunga, dan Besarnya Bunga
1 Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Pasal 8 ayat Pasal 8 ayat (2) UU KUP 2%per bulan atas jumlah pajak yang kurang
(2) UU KUP Tahunan yang mengakibatkan utang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT
pajak menjadi lebih berakhir sampai dengan tanggal
besar. pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
2 Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Masa yang Pasal 8 ayat (2a) UU KUP 2% per bulan atas jumlah pajak yang kurang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar. dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian
dari bulan dihitung
Penuh 1 (satu) bulan.
3 Pembayaran atau penyetoran Pasal 9 ayat (2a) UU Pasal 9 ayat (2a) UU KUP 2% pet bulan dihitung dari tanggal jatuh tempo
KUP pajak pembayaran sampai
berdasarkan SPT Masa yang dilakukan setelah dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari
tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
pajak.
4 Pembayaran atau penyetoran pajak berdasarkan SPT Pasal 9 ayat (2b) UU KUP 2% per bulan dihitung mulai dari berakhirnya
Tahunan yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo batas waktu penyampaian SPT Tahunan sampai
24
8 Dari penelitian rutin: Pasal 14 ayat (3) UU KUP 2% per bulan untuk selama-lamanya 24 (dua
a. PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang puluh empat) bulan dihitung sejak saat
dibayar; terutangnya pajak atau bagian tahun pajak atau
b. SPT salah tulis/salah hitung sehingga terdapat tahun pajak sampai dengan diterbitkannya STP.
kekurangan pembayaran pajak.
9 Bagi PKP yang gagal berproduksi dan telah Pasal 14 ayat (5) UU KUP 2% pet bulan dari jumlah yang ditagih kembali,
diberikan pengembalian Pajak Masukan. dihitung dari tanggal penerbitan Surat keputusan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
sampai dengan tanggal penerbitan STP, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
26
Tabel 3
Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan, Bentuk Pengenaan Kenaikan, dan Besarnya Kenaikan
1 Wajib Pajak mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT Pasal 8 ayat (5) UU 50% dari pajak yang kurang dibayar.
setelah jangka waktu pembetulan SPT berakhir dan belum KUP
pernah diterbitkan surat
ketetapan pajak, yang mengakibatkan pajak kurang dibayar.
2 SPT tidak disampaikan sesuai jangka waktu penyampaiannya Pasal 13 ayat (l) a. 50% dari PPh yang tidak atau kurang
dan setelah ditegur secara tertulis 5PT tetap tidak disampaikan huruf b UU KUP dibayar dalam satu tahun pajak
pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran. b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang
dipotong, tidak atau kurang dipungut
tidak atau kurang disetor, dan dipotong
atau dipungut tetapi tidak atau kurang
disetor.
3 Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain Pasal 13 ayat (l) huruf 100% dari PPN atas barang dan jasa dan
mengenai PPN dan PPn BM, ternyata tidak seharusnya c UU KUP Ph BM yang tidak atau kurang dibayar.
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya
dikenai tarif 0%.
27
4 Apabila Wajib Pajak tidak melakukan pembukuan atau ketikaPasal 13 ayat (3) UU a. 50% dari PPh yang tidak atau kurang
diperiksa Wajib Pajak tidak: KUP dibayar dalam satu tahun pajak;
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang
dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang dipotong, tidak atau kurang dipungut;
berhubungan dengan penghasilan yang dipeproleh, tidak atau kurang disetor, dan dipotong
kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek atau dipungut tetapi tidak atau kurang
yang terutang pajak; disetor.
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau
ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna
kelancaranpemeriksaan; dan atau
c. Memberikan keterangan lain yang diperlukan,sehingga
tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
5 Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Pasal 134 UU KUP Sanksi kenaikan sebesar 200% dari
SPT atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau jumlah pajak yang kurang dibayar yang
tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak ditetapkan melalui penerbitan 5KPKB.
benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara. Kealpaan yang dilakukan ini adalah
kealpaan yang pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak.
28
6 Diterbitkan SKPKBT, karena ditemukan data baru dan atau data Pasal 15 ayat (2) UU 100% dari jumlah kekurangan pajak.
yang semula belum terungkap. KUP
7 Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Pasal 17C ayat (5) 100% dari jumlah kekurangan pajak.
dengan kriteria tertentu yang telah mendapat pengembalian UU KUP
pendahuluan kelebihan pajak, diterbitkan SKPKB.
29
Penyelesaian:
Terhadap kasus tersebut dapat diterbitkan SKPKB beserta sanksinya;
SKPKB
Pokok Pajak kurang dibayar Rp 200.000.000,00
Sanksi Pasal 13 ayat (3) 100% Rp 200.000.000,00
Sanksi Pasal 13 ayat (2) (5 × 2%) Rp 20.000.000,00
STP Rp 50.000,00 +
Pajak yang harus dibayar Rp 420.050.000,00
Catatan :
Pada kasus di atas Wajib Pajak melakukan tindak pelanggaran dua
kali tetapi sanksi yang dikenakan tetap satu kali yaitu 100%.
dan jumlah Piutang yang disita dalam suatu lampiran Berita Acara
Pelaksaan Sita.
Berikut terdapat enam jenis barang yang tidak dapat disita atau
diperkecualikan dari penyitaan sesuai dengan yang terkandung dalam
pasal 15 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997, yaitu:
1) Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan
oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
37
Surat ini diterbitkan apabila dalam waktu tujuh hari setelah tanggal
jatuh tempo surat ketetapan, penanggung pajak belum melunasi
utang pajaknya. Tujuan diterbitkannya surat teguran adalah untuk
memberi peringatan kepada penanggung pajak agar segera melunasi
utang pajak sehingga tidak perlu dilakukan penagihan secara paksa.
c) Memberitahukan Surat Paksa
Surat Paksa merupakan surat yang diterbitkan apabila 21 hari
setelah jatuh tempo surat teguran, penanggung pajak tidak melunasi
utang pajaknya. Surat paksa harus dilunasi oleh penanggung pajak
dalam waktu 2 x 24 jam.
d) Melaksanakan Penyitaan Barang atau Aset dengan Surat Sita
Surat sita merupakan surat yang diterbitkan apabila dalam
waktu 2×24 jam penanggung pajak belum membayar dan melunasi
kewajiban utang pajak. Penerbitan surat sita ini dibebani biaya
pelaksanaan sita sebesar Rp75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah)
dan ditanggung penanggung pajak. Tindakan Penyitaan tidak
ditujukan untuk menjual barang milik penanggung pajak, melainkan
hanya digunakan sebagai jaminan agar penanggung pajak melunasi
utang pajak.
Dengan demikian, penanggung pajak masih memiliki
kesempatan untuk melunasi utang pajak sampai dengan
dilakukannya penyitaan. Penyitaan dilaksanakan oleh juru sita pajak
dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang dewasa,
penduduk Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak, dan dapat
dipercaya (kredibel).
e) Melaksanakan Pelelangan
Pelelangan dilakukan apabila dalam waktu 14 hari setelah
dilakukan penyitaan, utang pajak belum dibayar. Dalam hal
penanggung pajak belum membayar biaya atas penagihan paksa dan
pelaksanaan penyitaan, maka biaya tersebut akan digabungkan
41
dengan biaya iklan pelelangan dalam surat kabar dan biaya pada saat
pelelangan.
d) Studi Kasus
a. Bapak Joshua Timothy merupakan seorang karyawan yang NPWP-
nya terdaftar di KPP Gambir. Pada tanggal 31 Maret 2018, Bapak
Joshua Timothy sedang melakukan pekerjaan dinas di Surabaya,
padahal hari itu adalah batas terakhir untuk menyampaikan SPT
Tahunan Orang Pribadi untuk tahun pajak 2017. Bapak Joshua
Timothy memiliki semua data perpajakan dalam notebook yang
dibawanya.
Penyelesaian:
Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU KUP, Bapak Joshua Timothy
dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp100.000,00 untuk
keterlambatan penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang
Pribadi.
Penyelesaian:
Dari kasus ini akan diterbitkan STP dengan sanksi 2%.
STP
- Pajak Kurang Bayar berdasarkan SPT sebelum pembetulan
Rp100.000.000,00.
- Pajak Kurang Bayar berdasarkan SPT setelah pembetulan
Rp200.000.000,00
42
Penyelesaian:
Dari kasus ini diterbitkan SKPKB dan sanksi sebagai berikut;
SKPKB
Kurang bayar Rp250.000.000,00
Sanksi 2 ×Pajak Kurang Bayar Rp500.000.000,00 +
Pajak yang harus dibayar Rp750.000.000,00
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak memang mengandung unsur pemaksaan. Artinya, jika
kewaiiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum
yang bisa terjadi. Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-
sanksi perpajakan. Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan
diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Sanksi pajak sendiri di bagi menjadi 2 bagian yaitu sanksi
administrasi dan sanksi pidana. Sanski administrasi merupakan sanksi tahap
awal kepada wajib pajak yang melakukan pelanggaran. Sanksi administrasi
di bagi menjadi 3 bagian yaitu sanksi adrninistrasi berupa denda, sanksi
aministrasi berupa bunga, dan sanksi administrasi berupa kenaikan.
Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan
tindak kejahatan. Sehubungan dengan itu, di bidang perpajakan, tindak
pelanggaran disebut dengan kealpaan, yaitu tidak sengaja, lalai, tidak hati-
hati, atau kurang mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sedangkan tindak
kejahatan adalah tindakan dengan sengaja tidak mengindahkan kewajiban
pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Dalam sanksi pedana terdapat 3 tipe yang di terapkan dalam perpajakan
yaitu Sanksi Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan, Daluwarsa Tindak
Pidana Di Bidang Perpajakan, dan Delik Aduan Dan Sanksinya.
Di Indonesia wajib pajak bisa mendapatkan pengecualian sanksi
pajak. Pengecualian ini berisi 7 kriteria. Wajib pajak yang terkena sanksi
pajak tetapi terdapat salah satu kriteria maka wajib pajak mendapatkan
pengecualian tersebut. Pengecualian berlaku bagi wajib pajak individu
maupun wajib pajak badan.
43
44
B. Saran
Berdasarkan pemaparan di atas, sanksi perpajakan memiliki peran
yang signifikan dalam perpajakan di Indonesia. Kami menyarankan agar
selanjutnya pelaksanaan penagihan pajak dapat dilakukan lebih baik lagi
sehingga meminimalisir dikenakannya sanksi pajak terhadap Wajib Pajak
untuk menghindari kesalahpahaman antara Wajib Pajak dan penagihnya.
Kami juga berharap semoga pemerintah dapat meningkatkan
kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak dengan
diterapkannya sanksi perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA
45